MATERIALITAS DAN
SAMPLING DALAM AUDIT
Ainun Nisa
Aldy Saputra
RISIKO AUDIT
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin
rendah risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya.
Jika diinginkan tingkat kepastian 99%, risiko audit yang auditor
bersedia menanggungnya adalah 1%, sedangkan jika 95% kepastian
dipandang mencukupi, risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya adalah 5%.
RISIKO AUDIT PADA TINGKAT
LAPORAN KEUANGAN DAN TINGKAT
SALDO AKUN
Risiko Bawaan
Risiko
Pengendalian
Risiko Deteksi
PENGGUNAAN INFORMASI
RISIKO AUDIT
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat
digunakan oleh auditor untuk menetapkan jumlah bukti audit
yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran
penyajian saldo akun tertentu.
CONTOH PENGGUNAAN
INFORMASI RISIKO AUDIT
Dalam menaksir risiko deteksi dalam audit atas sediaan, auditor
melakukan pertimbangan:
1. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko audit individual untuk akun
Sediaan pada tingkat 5% (karena risiko audit secara keseluruhan juga
diterapkan sebesar 5%)
2. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko bawaan pada tingkat 60%,
karena akun Sediaan bersaldo besar, beberapa perhitungan rumit,
frekuensi transaksi yang berkaitan dengan akun Sediaan adalah
tinggi.
3. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko pengendalian sebesar 30%
karena pengendalian klien efektif berdasarkan hasil pengujian
pengendalian yang dilakukan dalam audit tahun yang lalu.
HUBUNGAN ANTAR UNSUR
RISIKO
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda
dengan risiko deteksi.
Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari
dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
Sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan
prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan
auditor itu sendiri.
Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik
dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian.
HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS,
RISIKO AUDIT, DAN BUKTI AUDIT
Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat
materialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit
yang di kumpulkan.
Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan
mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit
menjadi meningkat.
Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor
dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :
1. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan
jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu
tingkat materialitas tetap dipertahankan.
3. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat
materialitas secara bersama-sama.
MATERIALITAS
Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama
standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup
semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan.
SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas Audit dalam Pelaksanaan
Audit mengharuskan auditor untuk mempeertimbangkan materialitas
dalam
1. perencanaan audit, dan
2. penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Konsep Materialitas
Contohnya, jumlah yang material dalam laporan keuangan
entitas tertentu mungkin tidak material dalam laporan
keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang
berbeda.
Maka, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat
materialitas akun modal kerja lebih rendah bagi perusahaan
yang berada dalam situasi bangkrut bila dibandingkan
dengan suatu perusahaan yang memiliki current ratio 4:1.
PENTINGNYA KONSEP MATERIALITAS
DALAM AUDIT ATAS LAPORAN
KEUANGAN
Karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
keyakinan berikut ini :
1. Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan
beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas,
digolongkan, dan dikompilasi.
2. Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang
cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat
atas laporan keuangan auditan.
3. Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal
terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai
keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah
saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
PERTIMBANGAN AWAL
TENTANG MATERIALITAS
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat
materialitas dalam perencanaan auditnya yang disebut
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan
tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan
kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit
karena :
1. keadaan yang melingkupi berubah
2. informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama
berlangsungnya audit.
CONTOH PERTIMBANGAN
AWAL TENTANG MATERIALITAS
Auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8% dari
laba bersih sebelum pajak dipandang material untuk laporan
laba-rugi, dengan memperhatikan faktor kualitatif dalam salah
saji tersebut.
Oleh karena itu, jika kombinasi salah saji kurang dari 3%,
auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak
material, dengan memperhatikan faktor kualitatif dalam salah
saji tersebut.
Salah saji berada diantara 3% dan 8% memerlukan
pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya. Jika
misalnya, laba bersih sebelum pajak yang dipakai sebagai
jumlah kunci berjumlah Rp 100 juta, maka batas materialitas
(materiality border) untuk laporan laba-rugi berada dalam
kisaran
Contoh berikut ini menunjukan batas
materialitas yang ditentukan oleh
auditor
Untuk total aktiva Rp 41 juta s.d Rp 100
dalam neraca juta
Memilih Sampel
Menguji Sampel