1
Reaksi Dunia Internasional
Kejatuhan perusahaan raksasa multinasional pada awal tahun 2000an
menyadarkan masyarakat bisnis dan pemerintah bahwa corporate governance di
negara mereka perlu di reformasi. Dua negara yang paling serius menangani
imbas skandal perusahaan – perusahaan publik di dunia itu adalah Inggris dan
Amerika Serikat. Hal itu disebabkan karena pasar modal di kedua negara itu
merupakan motor perkembangan ekonomi mereka.
Reaksi pemerintahan kerajaan Inggris terhadap skandal yang terjadi di
perusahaan – perusahaan serta kejatuhan perusahaan publik adalah :
1. Pemerintah Inggris mengeluarkan pendapat tentang reformasi persyaratan
perusahaan publik. Pendapat tersebut dituangkan dalam sebuah makalah yang
berjudul Modernizing Company Law. Selain itu regulator keuangan Inggris
The Financial Service Authority (FSA) menerbitkan pedoman tentang
penyusunan laporan keuangan perusahaan public, dimana mereka diharuskan
untuk mengungkapkan secara transparan semua transaksi bisnis yang
dilakukan.
2. Pemerintah Inggris membentuk komite – komite corporate governance.
Komite tersebut menyusun laporan – laporan yang memuat pendapat dan saran
bagaimana cara memperbaharui peraturan tentang corporate governance dan
nantinya perusahaan – perusahaan harus mematuhi saran – saran yang
diajukan komite tersebut.
2
Reaksi Australia terhadap skandal yang terjadi di perusahaan – perusahaan
serta kerjatuhan perusahaan publik adalah :
3
Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian Code on Corporate
Governance) iniditerbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan kewajiban untuk
melaksanakan Pedoman inidiatur dalam peraturan tentang pencatatan efek di
bursa efek tersebut. Pedoman iniditerbitkan pada tahun 2007 dan merupakan
revisi atas pedoman yang diterbitkansebelumnya.
1. Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bagi perusahaan bersifat
complyand explain. Dengan demikian tidak ada sanksi apabila perusahaan
tidak menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman tersebut. Bagi perusahaan
yang tercatat di bursa efek Malaysia, prinsip prinsip Good Corporate
Governance dan praktik-praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan
wajib diungkapkan dalam laporan tahunan. Perusahaanjuga wajib
mengidentifikasi prinsip dan praktik terbaik yang tidak dilaksanakan
disertaialasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila perusahaan mengadopsi
praktek tatakelola negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate
Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and
explains sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan tidak
menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman Good Corporate Governance.
Namun terdapat kewajiban untuk mengungkapkan pelaksanaan dari Pedoman
tersebut dalam laporan tahunan..
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Pedoman Good Corporate Governanc terdiri dari tiga bagian yaitu :
a) Bagian 1 :
Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang luas yang
berlaku di Malaysia. Tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah untuk
memungkinkan fleksibilitas perusahaan dalam menerapkan prinsip-
prinsip sesuai dengan keadaan masingmasing perusahaan.
b) Bagian 2 :
Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan.
Mengidentifikasi seperangkat pedoman atau praktek yang dimaksudkan
untuk membantu perusahaan dalam merancang pendekatan mereka
terhadap tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaannya.
4
c) Bagian 3 :
Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di atas yang
bersifat sukarela. Hal ini tidak ditujukan kepada perusahaan yang
terdaftar tetapi untuk investor dan auditor untuk meningkatkan peran
mereka dalam tata kelola perusahaan
Pedoman Good Corporate Governance Di Singapura
1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply
and explain. Selanjutnya berdasarkan ketentuan pencatatan efek di Bursa efek
Singapore mengharuskan perusahaan tercatat untuk mengungkapkan praktik
tata kelola mereka dalam laporan tahunan dengan referensi khusus kepada
prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pedoman. Perusahaan juga wajib
mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan pelaksanaannya dari
Pedoman tersebut. Perusahaan juga didorong untuk melakukan konfirmasi
positif tentang pemenuhan prinsip-prinsip tata kelola dan mengungkapkan
setiap ketidak patuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut dalam laporan
tahunan perusahaan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya
bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang
tidak menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan
rinci alasan untuk tidak menerapkannya.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Ruang lingkung Tata Kelola perusahaan
a) Board Matters
b) Remuneration Matters
c) Accountability and Audit
d) Communication with Shareholders
e) Disclosure of Corporate Governance Arrangements
Pedoman Good Corporate Governance Di Thailand
1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Thailand
bersifat Comply or Explain . Oleh karena itu, Stock Exchange of Thailand
(SET) mengharapkan perusahaan untuk mengikuti Pedoman Good Corporate
5
Governance tersebut. Selain itu, perusahaan dapat mengadaptasi prinsip-
prinsip Good Corporate Governance sesuai kebutuhan fungsional tiap
perusahaan. Bagi perusahaan yang memilih untuk tidak mematuhi prinsip
Good Corporate Governance, diharuskan menjelaskan secara rinci alasan
untuk tidak menerapkannya.Perusahaan Tercatat telah diminta untuk mulai
mengungkapkan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
pada tahun 2007 pada Laporan Tahunan perusahaan. Selain itu, perusahaan
yang terdaftar harus mengungkapkan penerapan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) melalui media
komunikasi yang yang paling nyaman bagi Perusahaan, pemegang saham,
investor, stakeholder lainnya dan pihak-pihak terkait. Salah satu saluran yang
disarankan adalah situs web perusahaan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan
hanya bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan
yang tidak menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan
dengan rinci alasan untuk tidak menerapkannya.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik Good Corporate
Governance Perusahaan tercatat yang direkomendasikan oleh SET (Stock
Exchange of Thailand) mencakup 5 kategori yaitu:
a) Hak Pemegang Saham (Rights of Shareholders)
b) Perlakuan Adil kepada Pemegang Saham (Equitable Treatment of
Shareholders)
c) Peran Pemangku Kepentingan (Role of Stakeholders)
d) Keterbukaan dan Transparansi (Disclosure and Transparency)
Pedoman Good Corporate Governance Di Philipina
Sesuai dengan kebijakan Negara untuk secara aktif mempromosikan
reformasi tata kelola perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan investor, mengembangkan pasar modal dan membantu mencapai
pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan untuksector korporasi dan
ekonomi, Securities Commission, melalui Resolusi No.135, Seri 4 April2002,
menyetujui berlakunya dan pelaksanaan Pedoman Good Corporate
Governance ini.Pedoman ini berlaku untuk perusahaan efek yang tercatat atau
6
terdaftar, perusahaan penerima izin/lisensi dan perusahaan publik. Pedoman
Good Corporate Governance ini juga berlaku untuk cabang atau anak
perusahaan dari perusahaan asing yang beroperasi diFilipina yang terdaftar.
1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Philipina merupakan
suatu kewajiban. Penegakan hukum atas pelaksanaan Pedoman Good
Corporate Governance tersebut dilakukan oleh Securities and Exchange
Commission dan dapat dikenakan sanksi. Bursa Efek Philipina mewajibkan
perusahaan tercatat untuk melaporkan secara periodic mengenai kepatuhan
terhadap manual tata kelola termasuk hal-hal yang belum dapat dipenuhi
wajib diungkapkan lengkap dengan alasannya.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate
Governance
Kegagalan untuk mengadopsi manual tata kelola perusahaan seperti yang
ditentukan untuk perusahaan, setelah pemberitahuan waktu dan alasan jatuh
tempo dikenakandenda sebesar P100, 000.00.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
a) The Board Governance
b) Supply Information
c) Accountability and Audit
d) Stockholders’ Rights and Protection of Minority Stockholders’ Interests
e) Evaluation Systems
f) Disclosure and Transparency
g) Commitment to Corporate Governance
h) Administrative Sanction
1.3 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA
Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun terakhir ini, istilah Good Corporate
Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di
posisi terhormat. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk
tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan
bisnis global. Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini
muncul karena kegagalan penerapan GCG. Pada tahun 1999, kita melihat negara-negara
di Asia Timur yang sama-sama terkena krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali
Indonesia. Harus dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antarnegara,
7
melainkan antarkorporat di negara-negara tersebut. Jadi menang atau kalah, menang atau
terpuruk, pulih atau tetap terpuruknya perekonomian satu negara bergantung pada
korporat masing-masing.
Tahap-Tahap Penerapan GCG
1. Tahap persiapan
Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama yaitu:
Awareness Building
Awareness Building merupakan langkah sosialisasi awal untuk membangun
kesadaran mengenai arti pentingnya GCG dan komitmen bersama dalam
penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga
ahli independen dari luar perushaan. Kegiatan dapat dilakukan melalui
seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok.
GCG Assessment
GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau memetakan kondisi
perusahaan dalam penerapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna
memastikan titik awal atau level penerapan GCG dan untuk mengidentifikasi
langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur
perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG secara efektif.
GCG Manual Building
8
GCG Manual Building adalah langkah berikutnya setelah GCG Assessment
dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan untuk kesiapan
perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan
manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun.
2. Tahap implementasi
Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama yaitu:
Sosialisasi
Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan
berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai
pedoman penerapan GCG. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim
khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada dibawah pengawasan
Direktur Utama.
Implementasi
Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG
yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. Implementasi harus
bersifat top down approach yang melibatkan Dewan Komisaris dan Direksi
perusahaan.
Internalisasi
Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan GCG di dalam
seluruh proses bisnis perusahaan melalui berbagai prosedur operasi, sistem
kerja, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan
bahwa penerapan GCG bukan sekadar dipermukaan atau sekadar suatu
kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar-benar tercermin dalam
seluruh aktivitas perusahaan.
3. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari
waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan GCG telah
dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi
dan scoring atas praktek GCG yang ada. Dalam hal membangun GCG, dan
terkait dengan pengembangan sistem, yang diharapkan akan mempengaruhi
perilaku setiap individu dalam perusahaan yang pada gilirannya akan
membentuk kultur perusahaan yang bernuansa GCG.
9
Penerapan GCG di Indonesia
Krisis ekonomi yang menghantam Asia yang terjadi beberapa tahun lalu.
ternyata berdampak luas teutama dalam merontokkan rezim-rezim politik yang
berkuasa di Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Ketiga Negara yang diawal
tahun 1990-an dipandang sebagai “the Asian tiger”, harus mengakui bahwa
pondasi ekonomi mereka rapuh, yang pada akhirnya merambah pada krisis
politik.
Setelah itu, sejak krisis tersebut melanda, kita sekarang dapat melihat
pertumbuhan kembali Negara-negara yang amat terpukul oleh krisis tersebut.
Korea Selatan yang pernah terjangkit kejahatan financial yang melibatkan para
eksekutif puncak perusahaan-perusahaan blue-chip, kini telah pulih.
Perkembangan yang sama juga terlihat dengan Thailand maupun Negara-negara
ASEAN lainnya.
Bagaimana dengan Indonesia?. Era pascakrisis ditandai dengan goncangan
ekonomi berkelanjutan. Mulai dari restrukturisasi sektor perbankan, pelelangan
asset para konglomerat, yang berakibat pada penurunan iklim berusaha
(Bakrie,2003).
Tantangan terkini yang dihadapi masih belum dipahaminya secara luas
prinsip-prinsip dan praktek good corporate governance oleh kumunitas bisnis
dan publik pada umumnya (Daniri, 2005). Akhirnya komunitas internasional
masih menempatkan Indonesia pada urutan bawah rating implementasi GCG
sebagaimana dilakukan oleh Standard & Poor, CLSA, Pricewaterhouse Coopers,
Moody`s Morgan, and Calper`s.
Implementasi GCG
Terdapat tiga arah agenda penerapan GCG di Indonesia (BP BUMN, 1999)
yakni, menetapkan kebijakan nasional, menyempurnaan kerangka nasional dan
membangun inisiatif sektor swasta. Terkait dengan kerangka regulasi, Bapepam
bersama dengan self-regulated organization (SRO) yang didukung oleh Bank
Dunia dan ADB telah menghasilkan beberap proyek GCG seperti JSX Pilot
project. Seiring dengan proyek-proyek ini, kementerian BUMN juga telah
mengembangkan kerangka untuk implementasi GCG.
Dalam kaitan dengan peran dan fungsi tersebut, BAPEPAM dapat
memastikan bahwa berbagai peraturan dan ketentuan yang ada, terus menerus
disempurnakan, serta berbagai pelanggaran yang terjadi akan mendapatkan
10
sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.Dalam hal regulatory framework, untuk
mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait engan korporasi dan
program reformasi hukum, pada umumnya terdapat beberapa capaian yang
terkait dengan implementasi GCG seperti diberlakukannya undang-undang
tentang Bank Indonesia di tahun 1998, undang-undang anti korupsi tahun 1999,
dan undang-undang BUMN, serta privatisasi BUMN tahun 2003.
Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan turut
berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yang diawal
tahun 2005 di ubah menjadi Komite Nasional Kebijkan Governance telah
menerbitkan pedoman GCG pada bulan Maret 2001. Pedoman tersebut kemudian
disusul dengan penerbitan Pedoman GCG Perbankan Indonesia, Pedoman untuk
komite audit, dan pedoman untuk komisaris independen di tahun 2004. Semua
publikasi ini dipandang perlu untuk memberikan acuan dalam
mengimplementasikan GCG.
GCG di Lingkungan Perbankan
Dalam undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, secara umum
telah diatur ketentuan yang terkait dengan GCG baik yang termasuk governance
structure, governance process, maupun governance outcome. Governance
structure terdiri atas (LAN dan BPKP,2000) : pertama, uji kelayakan dan
kepatutan, (fit and proper test), yang mengatur perlunya peningkatan kompetensi
dan integritas manajemen perbankan melalui uji kelayakan dan kepatutan
terhadap pemilik, pemegang saham pengendali, dewan komisaris, direksi, dan
pejabat eksekutif bank dalam aktivitas pengelolaan bank.
Peran BAPEPAM
Bapepam secara langsung maupun tidak langsung telah mendorong
implementasi prinsip-prinsip GCG di Indonesia, dengan menerbitkan peraturan
dan kebijakan yang terkait dengan GCG. Peraturanperaturan tersebut antara lain
menyangkut keputusan Bapepam mengenai prinsip transparansi yang
mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi kepada publik,
disclosure mengenai beberapa aspek yang terkait dengan pemegang saham,
transaksi material, dan perubahan dalam aktivitas bisnis inti, keputusan mengenai
merger dan akuisisi perusahaan publik, serta ketentuan tentang pengungkapan
mengenai apakah suatu perusahaan tengah dalam proses peradilan kepailitan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sutojo, Siswanto & Aldridge, John. Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan
Yang Sehat), Jakarta : PT Damar Mulia Pustaka, 2008
Wulandari, Etty Retno.Good Corporate Governance(Konsep, Prinsip dan Praktik).Lembaga
Komisaris dan Direktur Indonesia(LKDI)
www.bapepam.go.id
12