Anda di halaman 1dari 6

RMK CORPORATE GOVERNANCE

“Corporate Governance dan Corporate Control”

Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA

Oleh:

KELOMPOK 5

Ni Made Sintia Utari (1807531041 / 01)

Ni Made Tini Ari (1807531115 / 11)

Ni Wayan Meli Antari (1807531118 / 12)

Ni Made Maswita Marthadevi (1807531128 / 15)

Ni Luh Dela Yunita Dewi (1807531142 / 19)

Kelas EMA 469A (B2)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020/2021

1
PEMBAHASAN
1. Corporate Governance di Asia dan Dunia Ditinjau Dari Struktur
Pengurus/Pengelola Perusahaan
a. Malaysia
Pedoman Corporate Governance di Malaysia diterbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan
kewajiban untuk melaksanakan Pedoman ini diatur dalam peraturan tentang pencatatan efek
di bursa efek tersebut. Pedoman tersebut diterbitkan pada tahun 2007 dan merupakan revisi
atas pedoman yang diterbitkan sebelumnya. Penerapan Pedoman Good Corporate
Governance bagi perusahaan bersifat comply and explain. Dengan demikian tidak ada sanksi
apabila perusahaan tidak menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman tersebut.
Bagi perusahaan yang tercatat di bursa efek Malaysia, prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dan praktik-praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan wajib diungkapkan
dalam laporan tahunan. Perusahaan juga wajib mengidentifikasi prinsip danpraktik terbaik
yang tidak dilaksanakan disertai alasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila perusahaan
mengadopsi praktek tata kelola negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.
b. Singapura
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply andexplain.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan pencatatan efek di Bursa efek Singapore mengharuskan
perusahaan tercatat untuk mengungkapkan praktik tata kelola mereka dalam laporan tahunan
dengan referensi khusus kepada prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pedoman. Perusahaan
juga wajib mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan pelaksanaannya dari Pedoman
tersebut. Perusahaan juga didorong untuk melakukan konfirmasi positif tentang pemenuhan
prinsip-prinsip tata kelola dan mengungkapkan setiap ketidakpatuhan terhadap prinsip-prinsip
tersebut dalam laporan tahunan perusahaan.
c. Cina
Tata kelola perusahaan pertama di Tiongkok kode ini diperkenalkan oleh Komisi
Regulasi Sekuritas China (CSRC) pada tahun 2001, di depan banyak rekan APAC, dan
diperbarui lebih lanjut pada 2011. Pada Agustus 2016 tinjauan kode ini diumumkan oleh
Ketua CSRC, dan reformasi legislatif lainnya juga sedang ditinjau. Karena semakin banyak
investor global mempertimbangkan untuk berinvestasi di ekuitas Cina, pentingnya upaya ini
untuk mengadopsi dan mematuhi standar global tata kelola perusahaan yang baik hanya dapat
terus tumbuh.
d. Jepang

2
Konsep inti corporate governance yang diterapkan oleh Jepang adalah company
community. Konsep ini menganggap bahwa para pegawai tidak dipekerjakan oleh perusahaan
tetapi mereka termasuk dalam “company community”. Company community terdiri dari
manajemen, dewan direksi, dan para pegawai inti. Board of director yang dipilih oleh
shareholders menentukan semua arah dan kebijakan korporasi dan menunjuk eksekutif
perusahaan yang mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut. Pada praktiknya yang
berlaku umum saat ini, corporate board di Jepang mewakili kepentingan perusahaan.
e. Amerika
Di Amerika Serikat, tipikal perusahaan kebanyakan dikelola atas arahan dari direksi.
Dalam penerapannya, direksi yang berasal dari luar perusahaan tidak dapat mengelola bisnis
perusahaan secara langsung sehingga manajerlah yang menjalankan bisnis perusahaan dan
peran direksi terbatas hanya untuk memberikan pengawasan dalam urusan perusahaan.
Sistem pengelolaan perusahaan di Amerika Serikat menggunakan pihak luar atau lengan
panjang. Ini berarti pemegang saham menyerahkan pengelolaan perusahaan sepenuhnya
kepada pengurus perusahaan dan mereka jarang ikut campur dalam menjalankan bisnis
tersebut.
f. Inggris
Sejak Mei 1991, di Inggris mulai melakukan upaya perbaikan corporate governance
dengan membentuk Cadbury Committee yang memiliki tugas untuk membuat rekomendasi
untuk memperbaiki mekanisme corporate governance bukan hanya untuk bank saja
melainkan juga untuk semua perusahaan di Inggris. Selain Cadbury Committee, Hampell
Committee yang juga berperan dalam penegakan corporate governance di Inggris, diharapkan
memfokuskan rekomendasi pada tiga bidang yaitu pembentukan prinsip keterbukaan pada
pembayaran bagi eksekutif, klarifikasi lebih lanjut dalam peranan eksekutif direksi dan non
eksekutif direksi, dan metode untuk meningkatkan kepentingan institusional investor di
Inggris.
g. Australia
Australia merupakan salah satu negara yang mempergunakan system voluntary
corporate governance. The Australia Stock Exchange Corporate Governance Council
menyatakan bahwa the Principles of Good Corporate Governance and the Best Practice
Recommendation mempergunakan system voluntary perusahaan yang terdaftar di bursa efek
Australia tetapi diperbolehkan untuk tidak mematuhi ketentuan yang diamanatkan oleh kode
corporate governance dengan harus memberikan alasan yang tepat mengapa perusahaan
tersebut tidak mematuhinya. Oleh karena itu, system yang diterapkan di Australia

3
berlandaskan kepada prinsip dasar “if not why not” maka para pembuat kode Australia
memberikan kebebasan kepada perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di bursa efek
Australia untuk membangun system milik mereka sendiri dalam menjalankan bisnis selama
mereka dapat memberikan alasan yang masuk akan mengapa mereka tidak mematuhi prinsip
yang tertuang dalam kode tersebut.
2. Corporate Control Across the World
2.1 Pendahuluan
Pada bab ini kami akan mengidentifikasi batasan penting dari model principal-agent.
Batasan ini mengacu pada model premis bahwa ada pemisahan kepemilikan dan control di
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek.
2.2 Evolusi Kontrol Setelah Penawaran Umum Perdana
Berle dan Means menyatakan dalam bukunya pada tahun 1932 bahwa perusahaan yang
tumbuh akan mengalami pemisahan kepemilikan dan control, dimana pemisahan ini
menciptakan suatu konflik kepentingan antara manajer dan pemilik , yaitu para pemegang
saham. Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana merupakan peristiwa
penting dalam kehidupan suatu perusahaan. Saham yang ditawarkan oleh IPO terdiri dari dua
jenis, yaitu saham primer dan saham sekunder.
2.3 Corporate Control di Eropa Barat dan Amerika Serikat
Kontrol perusahaan di setiap Negara tersebut berbeda. Adapun tingkat kontrol
perusahaan di seluruh Barat Eropa dan Amerika Serikat di Continental Eropa Barat yaitu (1)
Di sebagian besar perusahaan, mayoritas suara tersebut dipegang oleh satu pemegang saham
atau sekelompok pemegang saham. (2) Sebagian besar perusahaan memiliki pemegang
saham dengan minoritas pemblokiran. (3) Maka dari itu, potensi konflik kepentingan dalam
perusahaan tersebut adalah antara minoritas pemegang saham dan pemegang saham
mayoritas. Sedangkan di Inggris dan Amerika Serikat yaitu (1) Sebagian besar perusahaan di
Negara tersebut dimiliki oleh pemegang saham. (2) Koalisi dari tiga pemegang saham
terbesar memberikan suara kurang dari 30% dan (3) Potensi benturan kepentingan antara
pemegang saham dan manajemen, yaitu perusahaan Inggris dan AS cenderung menganut
prinsip klasik dengan masalah agen. Selain itu dalam hal sifat pengendalian pada perusahaan
yaitu (1) Perusahaan industri dan holding adalah tipe pemegang saham terpenting di sebagian
besar perusahaan dari Benua Eropa Barat. (2) Pemegang saham institusional adalah jenis
pemegang saham utama di Inggris dan juga Belanda. (3) Kontrol pemilik perusahaan utama
penting di Benua Eropa Barat. (4) Kontrol oleh manajemen tersebut penting di Inggris. (5)

4
Kontrol dari kepemilikan bank kadang diremehkan, seperti perusahaan mengecualikan suara
proxy yang dilakukan oleh bank.

2.4 Corporate Control di Asia


Hampir 39% perusahaan Jepang memiliki pemegang saham institusional dengan
kepemilikan setidaknya 10% sebagai pemegang saham terbesar mereka. Di Indonesia, bank
tidak diperbolehkan memiliki saham di perusahaan lain dan hal ini dapat menjelaskan relatif
rendahnya persentase perusahaan yang dikendalikan oleh investor institusi di negara tersebut.
Persentase perusahaan yang dikendalikan oleh pemerintah juga tinggi di Malaysia dan
Singapura, masing-masing memegang sekitar 18% dan 24% suara.

Ketika kontrol didefinisikan sebagai kepemilikan setidaknya 20%, perbedaan antara


negara menjadi lebih jelas. Persentase perusahaan yang dikendalikan keluarga sekarang turun
menjadi sekitar 10% dari 13% sebelumnya untuk Jepang, menjadi 48% dari 68% di Korea
dan menjadi 48% dari 66% di Taiwan. Di semua negara, persentase perusahaan yang
dikendalikan oleh investor institusional juga turun.
2.5 Corporate Control di Ekonomi Transisi
Negara-negara bekas Komunis Eropa Timur mulai bergerak ke ekonomi pasar pada awal
1990-an dengan membuka bursa saham dan memulai program-program privatisasi yang
ambisius. Namun, bahkan sekarang, mendapatkan data akurat tentang kendali dan
kepemilikan untuk Eropa Timur bisa jadi cukup menantang. Anete Pajuste meninjau pola
kontrol di ekonomi Eropa Timur di Republik Ceko, Estonia, Hongaria, Latvia, Lituania,
Polandia, Rumania, Slovakia, dan Slovenia. Hak suara yang dimiliki oleh pemegang saham
terbesar adalah serupa dengan, meskipun sedikit lebih rendah dari, di Eropa Barat. Namun,
suara yang dimiliki oleh pemegang saham terbesar kedua bisa menjadi substansial dengan
pemegang saham terbesar kedua di Republik Ceko memiliki lebih dari minoritas yang
memblokir.

5
DAFTAR PUSTAKA

Friska, Juni. 2013. Penerapan Good Corporate Governance di Dunia.

Goergen, Marc. 2012. International Corporate Governance. England: Pearson Education


Limited.

Jahja, Juni Sjafrien. 2010. Implementasi Prinsip Kehati-Hatian Dalam Penerapan Good
Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara. Disertasi. Medan: Universitas
Sumatera Utara

Malik, Camelia. 2007. Kegagalan Penerapan Good Corporate Governance Pada Perusahaan
Publik di Indonesia. Tesis. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Anda mungkin juga menyukai