Kelompok 3
Anggota:
Aisyah Istiqomah
(1306483933)
Lia Mustikawati
(1306484734)
(1306484772)
Putri Anandayu
(1306485062)
Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Depok, September 2014
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas
terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata Ajaran
: 11 September 2014
Dosen
1. Nama
: Aisyah Istiqomah
2. Nama
: Lia Mustikawati
NPM
: 1306483933
NPM
: 1306484734
TTD
TTD
3. Nama
: Manna Noverika L.
4. Nama
: Putri Anandayu
NPM
: 1306484772
NPM
: 1306485062
TTD
TTD
A.
1.
di Prancis, Portugal, Swiss, dan Spanyol, perusahaan dapat memilih salah satu
dari kedua sistem yang ada.
Permasalahan pokok yang dibahas dalam tata kelola perusahaan terletak
pada pengorganisasian dan divisi personal serta pengawasan oleh two tier boards.
Oleh karena itu, pengarahan dan pengawasan dalam sebuah perusahaan menjadi
terpisah.
Tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen adalah menjalankan aktivitas
bisnis perusahaan sesuai dengan kepentingan yang dimiliki oleh stakeholders.
Namun tanggung jawab ini secara lebih luas sangat bertentangan, karena akan
selalu ada perbedaan kepentingan antara stakeholders dan juga manajemen yang
menjalankan bisnis perusahaan. Hal ini lah yang disebut sebagai agency problem.
Dalam hal ini, peran Dewan Komisaris tidak semudah yang dibayangkan dan
sering disalah artikan, meskipun fungsi Dewan Komisaris telah ditentukan
mengenai suatu pertemuan, pengawasan dan pemberhentian Dewan Direksi.
Untuk memahami akibat yang disebabkan oleh masalah tersebut, perlu diketahui
bagaimana seharusnya interaksi yang berjalan di dalam perusahaan yang diatur
dalam hukum perusahaan.
Dalam sistem two tier boards, Dewan Direksi dipilih oleh Dewan
Komisaris. Dewan Komisaris juga melakukan kontrak dengan Dewan Direksi
serta bertanggung jawab atas pekerjaan mereka. Sedangkan Dewan Direksi
bertugas untuk mengelola perusahaan, mewakili perusahaan dan memberikan
informasi mengenai perusahaan kepada Dewan Komisaris. Hal inilah yang
membuat sistem ini sering di kritik karena dapat menimbulkan kolusi antara dua
badan tersebut.Umumnya anggota dari salah Dewan Direksi tidak dapat menjabat
sebagai Dewan Komisaris pada saat yang bersamaan, begitu pula sebaliknya.
Di dalam perusahan dengan kepemilikan yang terkonsentrasi, kecil
kemungkinan Dewan Komisaris dapat melindungi kepentingan pemegang saham
minoritas yang berlawanan dengan manajemen dan pemegang saham besar
lainnya.
Jabatan direktur yang saling berkaitan juga dianggap sebagai masalah dalam
sistem ini. Hubungan jabatan direktur ini terbentuk jika anggota dari Dewan
Komisaris suatu perusahaan juga menjadi anggota Dewan Komisaris atau Dewan
Direksi di perusahaan lain.
Pemisahan antara manajemen dan pengawasan dapat mengakibatkan
inefisiensi, karena seharusnya manajemen dan pengawas saling bekerjasama
untuk mencapai tujuan perusahaan. Sejak tata kelola perusahaan diperkenalkan,
fokus dari kinerja Dewan Komisaris didalam sistem two tier boards mengalami
perubahan menjadi pemberian saran dan konseling.
2.
negara yang menganut hukum sipil, model One-Tier Board mengakui fungsi
manajemen dan kontrol sebagai satu kesatuan dalam suatu badan dewan direksi
yang memiliki kuasa secara keseluruhan. Anggota dewan dipilih dalam dalam
rapat umum yang biasanya dilaksanakan setahun sekali.
Untuk menjalankan fungsi kontrol, direktur eksekutif yang juga bekerja dalam
bidang manajerial harus dibedakan dengan sesama anggota dewan direksi yang
merupakan direktur non-eksekutif dan tidak terlibat langsung dalam kegiatan
bisnis
perusahaan.
Sedangkan
bagi
direktur
non-eksekutifyang
bersifat
II.
Kekuatan
One-Tier Boards
Two-Tier Boards
Masing-masing direktur
Kelemahan
Dewan Pengendalian
bergantung pada
informasi dari Dewan
Manajerial
Peluang
Anggota dewan
Dewan Pengendalian
memahami kegiatan
operasional
Ancaman
Tidak terjaminnya
Keuntungan dalam
pemenuhan kepentingan
membela kepentingan
pemegang saham
B.
1.
Menjamin dasar untuk sebuah kerangka tata keloal perusahaan yang efektif
Kerangka tata kelola perusahaan harus mendukung pasar yang transparan
dan efisien, konsisten dengan peraturan hukum dan secara jelas
3.
4.
dalam
menciptakan
kesejahteraan,
pekerjaan,
dan
6.
C.
1.
Transparansi (transparency)
Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan
cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan, untuk
menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis. Selain mengungkapkan
permasalahan yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan,
Akuntabilitas (accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan
pemegang
saham
dan
pemangku
kepentingan
lain.
yang
berkesinambungan.
3.
Responsibilitas (responsibility)
Perusahaan
harus
mematuhi
peraturan
perundang-undangan
serta
Independensi (independency)
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.
5.
melaksanakan
kegiatannya,
perusahaan
harus
senantiasa
D.
2.
beretika,
Upaya
lain
untuk
4.
5.
E.
1.
2.
3.
4.
Transparansi,
yang
mewajibkan
perusahaan
mengungkapkan
merger
dan
akusisi
yang
hendak
dilakukan
telah
Daftar Referensi
Brandle & Jurgen Noll. 2004. The Power of Monitoring. German Law Journal,
Vol.5 No. 11, 1349-1371.
Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.8 No.1, 1-9.
http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/1957.pdf
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia.
Maksum, Azhar. 2005. Tinjauan Atas Good Corporate Governance di
Indonesia.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/744/1/08E00104.pdf?origin=p
ublication_detail
Nursalmi. 2012. Peranan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan dalam Mewujudkan Prinsip Good Corporate Governance pada
Perusahaan Terbuka Guna Memberikan Perlindungan Para Pemegang
Saham.
OECD. 2004. OECD Corporate Governance Principles.
Purnamasari, Fitriana. 2014. Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Suatu Perusahaan.
http://fitriana49e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2014/01/28/pengaruh-penerapanmekanisme-good-corporate-governance-terhadap-kinerja-suatu-perusahaan/
Siahaan, Ester Ro Uli. 2013. Isu Corporate Governance: Peran Media Dalam
Menjadi Pengawas Eksternal Perusahaan.
http://deka-cg.blogspot.com/2013/06/isu-corporate-governance-peranmedia.html
Tim Studi Pengkajian . 2006. Studi Penerapan Prinsip-prinsip OECD 2004
dalam Peraturan Bapepam Mengenai Corporate Governance.
Tim Studi. 2010. Kajian Tentang Pedoman Good Corporate Governance di
Negara-Negara Anggota ACMF.