Statement of Authorship
Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
saya/kami gunakan tanpa menyebut sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata Ajaran
: 22 April 2015
Dosen
Nama
: Faisal Andhika
Nama
: Aryo Adiwoso
NPM
: 14065 15072
NPM
: 14065 14946
Tanda Tangan :
Tanda Tangan :
Nama
: Dian Permatasari
Nama
: Budi Andhita
NPM
: 14065 15021
NPM
: 14065 14965
Tanda Tangan :
Nama
: Silvy Christina
NPM
: 14065 90305
Tanda Tangan :
Tanda Tangan :
PENDAHULUAN
Saat ini, dunia usaha semakin berkembang dan membutuhkan pengelolaan yang
semakin baik dan sehat. Setiap pimpinan dan seluruh karyawan dari perusahaan publik
diharapkan dapat menunjukkan tindakan yang terpuji kepada stakeholder dan dapat
bertanggungjawab atas semua tindakan dan keputusannya dalam mengelola perusahaan.
Untuk meningkatkan performa perusahaan kearah yang lebih baik, maka perusahaan harus
dikelola secara professional dengan mengindahkan prinsip-prinsip Good Governance.
Keberlangsungan eksistensi perusahaan tidak hanya diukur oleh performa keuangan,
peningkatan keuntungan akan tetapi juga performa internal perusahaan (etika dan Good
Corporate Governance) dan performa kepedulian sosial perusahaan. Etika bisnis memiliki
peran yang sangat besar dalam keberlangsungan eksistensi perusahaan. Penerapan etika
bisnis secara konsisten dapat mewujudkan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan
untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan mampu memberikan manfaat
yang besar bagi seluruh stakeholder-nya. Oleh karena itu sudah selayaknya perusahaan
menerapkan suatu prinsip Good Corporate Governance yang dapat digunakan sebagai salah
satu alatnya.
Pentingnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance telah menjadi
perhatian bagi dunia bisnis di setiap negara. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
yang dikeluarkan oleh OECD menjadi acuan bagi setiap negara dalam penerapannya. Prinsipprinsip Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh OECD tahun 2004 mencakup
hal-hal sebagai berikut:
1. Ensuring the basis for an Effective Corporate Governance Framework
2. The Rights of Shareholders and Key Ownership Functions
3. The Equitable Treatment of shareholders
4. The Role of Stakeholders in Corporate Governance
5. Disclosure and Transparency
6. The responsibilities of the Board
PT Aneka Tambang (ANTAM) merupakan sebuah perusahaan pertambangan yang
mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. di Eropa dan Asia. Sebagai
sebuah perusahaan yang memiliki wilayah operasi yang tersebar di seluruh Indonesia yang
kaya akan bahan mineral, ANTAM memiliki arus kas yang solid dan manajemen keuangan
yang berhati-hati. ANTAM didirikan sebagai Badan Usaha Milik Negara pada tahun 1968
melalui merjer beberapa perusahaan pertambangan nasional yang memproduksi komoditas
tunggal. Untuk mendukung pendanaan proyek ekspansi feronikel, pada tahun 1997 ANTAM
menawarkan 35% sahamnya ke publik dan mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia. Pada
tahun 1999, ANTAM mencatatkan sahamnya di Australia dengan status foreign exempt entity
dan pada tahun 2002 status ini ditingkatkan menjadi ASX Listing yang memiliki ketentuan
lebih ketat.
Sebagai Perusahaan yang terdaftar di berbagai Bursa Efek (multi listing) antara lain di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Australian Securities Exchange (ASX), dalam mencapai
tujuan strategis menjadi Perseroan berkelas dunia, saat ini ANTAM berfokus pada
peningkatan nilai pemegang saham dan berkomitmen dalam pelaksanaan penerapan prinsp
GCG agar kegiatan operasional Perusahaaan dijalankan dengan berlandaskan prinsip
Transparency, Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness yang dijiwai oleh
Nilai-Nilai dan Etika Perusahaan.
Dewan Komisaris telah membentuk Komite GCG, Nominasi dan Remunerasi (GCGNR), dengan tugas utama Komite GCG-NR memantau dan memastikan diterapkannya GCG
serta standar etika perusahaan secara efektif, mengawasi pelaksanaan pengelolaan sosial dan
lingkungan perusahaan serta pengawasan jalannya proses nominasi dan remunerasi calon
Direksi dan Dewan Komisaris di Perusahaan termasuk juga pengelolaan Human Capital
secara umum. Prinsip GCG pada OECD yang akan dibahas dalam makalah ini adalah prinsip
ke-3 yaitu Perlakuan yang setara terhadap seluruh Pemegang Saham (Equitable
treatment of shareholders).
LANDASAN TEORI
Organisasi
untuk
Kerja
for
Economic
Sama
dan
Co-operation
Pembangunan
and
Development)
merupakan sebuah organisasi internasional dengan tiga puluh negara yang menerima
prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar bebas. Berawal tahun 1948 dengan nama
Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi Eropa (OEEC - Organization for European
Economic Co-operation), dipimpin oleh Robert Marjolin dari Perancis, untuk membantu
menjalankan Marshall Plan, untuk rekonstruksi Eropa setelah Perang Dunia II. Kemudian,
keanggotaannya merambah negara-negara non-Eropa, dan tahun 1961, dibentuk kembali
menjadi OECD oleh Konvensi tentang Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan
Ekonomi.
Misi dan Tujuan OECD
Mempromosikan kebijakan-kebijakan yang akan memperbaiki ekonomi, social, dan
kesejahteraan masyasyarakat diseluruh dunia. OECD Bertujuan untuk membandingkan
pengalaman kebijakan, mencari jawaban untuk masalah umum, mengidentifikasi praktekpraktek yang baik, dan mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan domestik dan internasional.
Prinsip OECD
Prinsip-prinsip OECD 2004 mengenai coporate governance digunakan sebagai acuan
bagi masyarakat internasional dalam pengembangan corporate governance, namun OECD
menjelaskan masing-masing negara memiliki karakteristik yang berbeda sehingga satu model
pengembangan corporate governance belum tentu cocok untuk semua negara. Salah satu
contoh adalah perbedaan sistem yang digunakan dalam perusahaan. Beberapa negara
menggunakan one tier system dimana pengawas perusahaan disebut Board dan pengurus
perusahaan disebut Key Executives.
Sementara itu banyak juga negara yang menggunakan two tier system dimana
pengawasan perusahaan dilakukan oleh Board of Commisoner dan pengurusan perusahaan
dilakukan oleh Directors. Di Indonesia system yang diggunakan adalah two tier system,
sehingga istilah Board dalam OECD diartikan sebagai Dewan Komisaris, dan Key
Executives sebagai Direksi.
D. Struktur dan komposisi permodalan yang memungkinkan pemegang saham tertentu untuk
memperoleh tingkat pengendalian yang tidak proporsional dengan kepemilikan sahamnya
harus diungkapkan.
E. Pengalihan pengendalian perusahaan harus diperbolehkan agar berfungsi secara efisien
dan transparan yang meliputi :
1. Peraturan dan prosedur tentang pengambilalihan pengendalian perusahaan di pasar
modal, dan transaksi luar biasa, seperti merger dan penjualan asset perusahaan dalam
jumlah yang substansial, harus diatur secara jelas dan diungkapkan sehingga investor
mengetahui hak-hak dan pilihan-pilihannya. Transaksi-transaksi harus dilakukan pada
harga yang transparan dan dengan syarat-syarat yang wajar yang melindungi hak-hak
seluruh pemegang saham sesuai dengan klasifikasinya.
2. Kebijakan anti take over tidak boleh digunakan untuk melindungi manajemen dan
pengurus dari kewajiban melakukan pertanggungjawaban.
F. Pelaksanaan hak-hak atas kepemilikan oleh seluruh pemegang saham, termasuk investor
kelembagaan, harus difasilitasi. Hal-hal yang perlu diatur adalah :
1. Investor institusi yang bertindak dalam kapasitas secara
fiduciary harus
fiduciary harus
menekankan pentingnya kepercayaan investor di pasar modal. Untuk itu industri pasar modal
harus dapat melindungi investor dari perlakuan yang tidak benar yang mungkin dilakukan
oleh manajer, dewan komisaris, dewan direksi atau pemegang saham utama perusahaan.
Pada praktiknya pemegang saham utama perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih
banyak untuk memberikan pengaruhnya dalam kegiatan operasional perusahaan. Dari praktik
ini, seringkali transaksi yang terjadi memberikan manfaat hanya kepada pemegang saham
utama atau bahkan untuk kepentingan direksi dan komisaris.
Dari kemungkinan terjadinya usaha-usaha yang dapat merugikan kepentingan investor, baik
lokal maupun asing, maka prinsip ini menyatakan bahwa untuk melindungi investor, perlu
suatu informasi yang jelas mengenai hak dari pemegang saham. Seperti hak untuk memesan
efek terlebih dahulu dan hak pemegang saham utama untuk memutuskan suatu keputusan
tertetu dan hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika suatu saat terjadi pelanggaran
atas hak pemegang saham tersebut.
Prinsip ini terbagi atas 3 Sub prinsip utama.
A. Pertama adalah mengenai kesamaan perlakuan antara pemegang saham dalam kelas
saham yang sama. Di dalam prinsip ini terdapat 5 sub prinsip yang didiskusikan.
1. Sub prinsip pertama mengenai kemudahan dari investor untuk mendapatkan informasi
mengenai hak yang melekat pada setiap seri dan kelas saham sebelum mereka
membeli saham suatu perusahaan. Dalam sub prinsip ini investor harus mengetahui
hak yang melekat pada saham yang mereka beli. Seperti jika investor membeli saham
preference, maka investor tersebut akan mendapatkan bagian dari keuntungan
perusahaan namun disisi lain biasanya saham itu tidak mempunyai hak voting.
2. Sub prinsip kedua berbicara mengenai perlindungan kepada pemegang saham
minoritas dari tindakan yang merugikan yang dilakukan oleh atau atas nama
pemegang saham utama. Salah satu bentuk perlindungan kepada pemegang saham
minoritas sebenarnya adalah bagaimana direksi menjalankan perusahaan untuk
kepentingan perusahaan bukan untuk kepentingan pemegang saham tertentu sehingga
tidak ada perbedaan manfaat yang diperoleh antara pemegang saham.
3. Sub prinsip selanjutnya adalah mengenai pihak yang boleh mewakili pemegang
saham dalam RUPS. Pada prinsip ini juga menjelaskan bahwa bank kustodian tidak
secara otomatis menjadi wakil pemegang saham di RUPS. Bank kustodian
mempunyai tugas untuk menyediakan informasi mengenai agenda RUPS sehingga
pemegang saham dapat menentukan suara mereka di RUPS termasuk apakah mereka
akan melimpahkan hak suaranya pada seluruh agenda atau mereka akan memberikan
hak suara pada suatu agenda tertentu
4. Sub prinsip ke empat adalah penghilangan hambatan pemberian suara oleh pemegang
saham yang berdomisili di di luar wilayah kedudukan Emiten atau Perusahaan Publik.
Hambatan akan terjadi karena biasanya pemegang saham asing menyimpan saham
mereka melalui suatu rantai perantara (intermediaries). Saham tersebut dicatat atas
nama nasabah dalam akun perusahaan sekuritas lalu akun perusahaan sekuritas
tercatat pada lembaga penyelesaian dan penyimpanan.
Dengan demikian maka nama dari pemegang saham yang asli tidak langsung dapat
diketahui, sehingga begitu perusahaan akan meminta keputusan dari pemegang saham
atas suatu transaksi tersebut, informasi yang seharusnya sampai sebelum keputusan di
ambil, penyampaiannya menjadi tidak tepat waktu. Dampak dari terlambatnya
informasi kepada pemegang saham adalah tidak cukupnya waktu dari pemegang
saham untuk menganalisa dan memberikan masukan kepada perusahaan atas hal
tersebut.
Dengan melihat bahwa terdapat kemungkinan perusahaan tidak dapat memberikan
perlakuan yang saham kepada semua pemegang sahamnya, maka sebaiknya
perundang-undangan yang ada harus dapat memberikan kejelasan mengenai pihak
yang dapat diberikan kewenangan oleh pemegang saham asing sebagai wakilnya
sehingga informasi dapat segera diterima oleh pemegang saham. Selain itu peranturan
jika dimungkinkan juga dapat mengatur mengenai penyerderhanaan rantai perantara.
5. Sub prinsip terakhir dari bagian kesatu prinsip 3 ini adalah mengenai proses dan
prosedur RUPS yang harus memperhatian perlakuan yang sama bagi seluruh
pemegang saham, termasuk prosedur yang sederhana dan tidak mahal bagi pemegang
saham untuk melakukan hak votingnya. Masih ada beberapa perusahaan yang
mempunyai prosedur rumit dan mahal dalam hubungannya dengan hak voting
pemegang saham. Misalnya penetapan fee bagi pelaksanaan hak voting pemegang
sahamnya dan persyaratan kehadiran bagi pemegang saham untuk melakukan voting.
Untuk itu sub prinsip ini mengusulkan kepada perusahaan-perusahaan untuk dapat
menghilangkan kesulitan pemegang saham untuk berpartisipasi dalam RUPS dan juga
mengusulkan untuk dapat menggunakan fasilitas elektronik jika pemegang saham
tidak dapat hadir dan juga tidak menujuk wakilnya di RUPS.
B. Bagian kedua prinsip 3 ini berbicara mengenai larangan transaksi orang dalam (insider
trading) dan perdagangan tutup sendiri yang merugikan pihak lain (abusive self dealing).
Banyak negara OECD sudah mempunyai peraturan perundang-undangan berkenaan
dengan larangan dua transaksi diatas. Yang masih menjadi masalah adalah penegakkan
hukum yang belum efektif atas pelanggaran ketentuan yang ada. Oleh sebab itu,
pemerintah diminta untuk memberikan perhatiannya terdapat penegakan hukum
khususnya untuk transaksi di atas.
C. Bagian terakhir dari pinsip 3 adalah kewajiban dari komisaris, direksi dan manajemen
kunci untuk mengungkapkan kepentingannya kepada dewan komisaris jika baik langsung
maupun tidak langsung atau atas nama pihak ketiga mempunyai kepentingan yang
material dalam suatu transaksi atau suatu hal yang mempengaruhi perusahaan.
Peungkapan kepentingan para pihak di atas kepada dewan komisaris juga harus diikuti
dengan ketidak-ikut sertaan para pihak didalam pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan transaksi yang memuat kepentingan mereka tersebut.
Prinsip 4: The role of stakeholders
Kerangka yang dibangun di suatu negara mengenai corporate governance harus memberikan
pengakuan terhadap hak-hak stakeholders seperti yang ditentukan dalam undang-undang, dan
mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan para stakeholders tersebut dalam
rangka menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja, dan kesinambungan usaha. Hal tersebut
diwujudkan dalam bentuk mekanisme yang mengakomodasi peran stakeholders dalam
meningkatkan kinerja perusahaan. Perusahaan juga diharuskan membuka akses informasi
yang relevan bagi kalangan stakeholders yang ikut berperan dalam proses corporate
governance.
Prinsip 5: Disclosure & transparency
Kerangka yang dibangun di suatu negara mengenai corporate governance harus menjamin
adanya pengungkapan informasi yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan yang
berkaitan dengan perusahaan. Dalam pengungkapan informasi ini termasuk adalah informasi
mengenai keadaan keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan.
Di samping itu informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai
dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen perusahaan juga diharuskan meminta
auditor eksternal melakukan audit yang bersifat independen atas laporan keuangan
perusahaan untuk memberikan jaminan atas penyusunan dan penyajian informasi.
Prinsip 6: The responsibility of the board
Kerangka yang dibangun di suatu negara mengenai corporate governance harus menjamin
adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang
dilakukan oleh Dewan Komisaris dan Direksi, serta akuntabilitas Dewan Komisaris dan
Direksi terhadap perusahaan dan Pemegang Saham. Prinsip ini juga memuat kewenangankewenangan yang harus dimiliki oleh Dewan Komisaris dan Direksi beserta kewajibankewajiban profesionalnya kepada Pemegang Saham dan stakeholders lainnya.
Menciptakan keunggulan operasional berbasis biaya rendah dan teknologi tepat guna
dengan mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan hidup.
Mengolah cadangan yang ada dan yang baru untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif.
Saham ANTAM saat ini diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock
Exchange, IDX) serta di Bursa Efek Australia (Australian Securities Exchange, ASX). Saham
ANTAM tercatat di Papan Utama IDX serta merupakan anggota dari LQ45, the Jakarta
Islamic Index, the Jakarta Mining Index, the SRI Kehati Sustainability Index dan beberapa
indeks lokal terkemuka lainnya. Saham ANTAM di ASX tercatat dalam full ASX Listing
sejak tahun 2002. Saham ANTAM di ASX diperdagangkan dalam bentuk Chess Depository
Interests (CDI) dimana satu CDI mewakili 5 saham.
Daftar 10 Pemegang Saham Terbesar di luar Pemerintah Indonesia (saat ini memiliki 65%
saham ANTAM) pada akhir bulan Desember tahun 2014 adalah sebagai berikut :
No
.
Jumlah
Persentas
saham
234,135,900
2.4546510
Bpjs ketenagakerjaan-jht
210,522,500
2.2070911
180,766,500
1.8951330
80,886,500
0.8480038
78,764,500
0.8257570
61,950,000
0.6494759
61,919,500
0.6491562
Status
Asuransi
Perseroan
terbatas
Asuransi
Badan usaha
asing
Asuransi
Badan usaha
asing
Badan usaha
asing
8
9
10
59,562,900
0.6244499
40,017,800
0.4195415
32,303,800
0.3386689
Asuransi
Badan usaha
asing
Badan usaha
asing
PEMBAHASAN MASALAH
PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE PT. ANTAM
Antam telah mengembangkan GCG dengan membangun aspek infrastruktur GCG,
baik hard structure maupun soft structure. Hard structure yang telah dibangun diantaranya
adalah dengan dibentuknya Dewan Komisaris yang terdiri dari Komisaris Independen beserta
lima Komite penunjang Dewan Komisaris, meliputi Komite Audit, Komite Good Corporate
Governance, Komite Nominasi Remunerasi dan Pengembangan SDM, Komite CSR
Lingkungan dan Pasca-tambang, dan Komite Manajemen Resiko. Soft structure GCG yang
telah dikembangkan diantaranya Pedoman Kebijakan Perusahaan (PKP), Management
Policy , Standard Operating Procedure (SOP), Standar Etika (Code of Conduct) Perusahaan,
Charter Dewan Komisaris, Charter Direksi, Charter Komite, serta Charter Internal Audit.
Saat ini cakupan Pedoman Kebijakan Perusahaan telah diperluas dan disempurnakan
menjadi
Kebijakan
Tata
Kelola
Perusahaan
atau Corporate
Governance
Policy
(CGP). Perluasan cakupan CGP diarahkan untuk melengkapi aspek-aspek kebijakan proses
yang telah diatur sebelumnya dengan aspek pedoman praktis implementasi GCG
sebagaimana yang diatur di dalam Pedoman Umum GCG Indonesia maupun ASX Principles
and Recomendation.
Pelaksanaan prinsip dasar Corporate Governance pada ANTAM:
Transparansi (Transparency)
ANTAM menjamin pengungkapan informasi materiil dan relevan mengenai kinerja, kondisi
keuangan dan informasi lainnya secara jelas, memadai dan tepat waktu serta mudah diakses
oleh Stakeholders sesuai dengan haknya. Prinsip keterbukaan ini tidak mengurangi kewajiban
untuk melindungi informasi rahasia mengenai ANTAM dan Pelanggan sesuai dengan
peraturan perundanganundangan yang berlaku.
Akuntabilitas (Accountability)
ANTAM menjamin kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban masing-masing
Organ Perusahaan (Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi) yang
memungkinkan pengelolaan ANTAM terlaksana secara efektif. Akuntabilitas merujuk kepada
kewajiban seseorang atau organ kerja ANTAM yang berkaitan dengan pelaksanaan
wewenang yang dimilikinya dan/atau pelaksanaan tanggung jawab yang dibebankan oleh
ANTAM kepadanya.
Pertanggungjawaban (Responsibility)
ANTAM menjamin kesesuaian dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya berdasarkan prinsip
korporasi yang sehat, pemenuhan kewajiban terhadap bekerjasama secara aktif untuk manfaat
bersama dan berusaha untuk dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat.
Independensi (Independency)
ANTAM menjamin pengelolaan Perusahaan secara profesional tanpa benturan kepentingan
dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Kewajaran (Fairness)
ANTAM menjamin perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi hak-hak Stakeholders
berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Praktek Prinsip 3 OECD: Perlakuan yang setara terhadap seluruh Pemegang Saham
(Equitable treatment of shareholders)
Berdasarkan Laporan Keuangan PT Aneka Tambang pada tahun 2014 terkait dengan
tata kelola korporat atau corporate governance, dapat diketahui bahwa PT Antam sudah
memenuhi prinsip 3 OECD. Terdapat empat subprinsip dalam prinsip 3 OECD ini. Setiap
subprinsip telah dipenuhi oleh PT Antam dengan baik namun ada beberapa hal yang perlu
diperbaiki namun tidak signifikan, sehingga bisa dikategorikan PT Antam hamper memenuhi
Asean Corporate Governance Scorecard.
No
Penerapan
Sebagia
Penuh
n
Keterangan
1
2
v
v
Kualitas informasi
pemberitahuna RUPS
yang telah disajikan
masih perlu
ditingkatkan. Dengan
Mencantumkan antara
lain:
a. Profil calon anggota
Direksi atau maupun
dewan komisaris baru
yang akan diangkat
kembali
b. Penunjukan atau
Penunjukan kembali
auditor eskternal.
c.Kebijakan Dividen
ANTAM perlu
mengatur ketentuan
mengenai kewajiban
anggota Direksi dan
Dewan Komisaris
dalam melaporkan
transaksi kepemilikan
saham mereka (bila
ada) pada Saham
perusahaan dengan
jangka waktu 3 hari
kerja.
Kebijakan terkait RPTs
yang dimiliki ANTAM
masih perlu dilengkapi
KESIMPULAN
Etika bisnis memiliki peran yang sangat besar dalam keberlangsungan eksistensi
perusahaan. Oleh karena itu sudah selayaknya perusahaan menerapkan suatu prinsip Good
Corporate Governance dengan prinsip-prinsip dikeluarkan oleh OECD.
PT Aneka Tambang Tbk, sebuah BUMN yang bergerak dalam bidang pertambangan
berbagai jenis bahan galian memiliki tujuan perusahaan yang berfokus pada peningkatan nilai
pemegang saham dan berkomitmen dalam pelaksanaan penerapan prinsp GCG agar kegiatan
operasional
Perusahaaan
dijalankan
dengan
berlandaskan
prinsip
Transparency,
Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness yang dijiwai oleh Nilai-Nilai dan
Etika Perusahaan.
Seluruh Pemegang Saham PT Antam memiliki kesempatan untuk mendapatkan
penggantian atau perbaikan (redress) atas pelanggaran dari hak-hak Pemegang Saham.
Adanya perlakuan yang sama atas saham-saham yang berada dalam satu kelas, melarang
praktek-praktek perdagangan orang dalam (insider trading) dan mengharuskan anggota
Direksi untuk melakukan keterbukaan apabila menemukan transaksi-transaksi yang
mengandung benturan kepentingan (conflict of interest). Adanya perlakuan yang sama
terhadap seluruh Pemegang Saham, termasuk Pemegang Saham minoritas dan asing. Semua
tercermin dalam Score Card Laporan Keuangan PT Antam.
DAFTAR PUSTAKA
OECD Principles of Corporate Governance, tahun 2004
Annual Report PT Aneka Tambang Tbk Tahun 2014
Code of Conduct PT Aneka Tambang Tbk
http://www.antam.com