Anda di halaman 1dari 7

LINGKUNGAN BISNIS DAN HUKUM KOMERSIAL

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis Serta


Pembuktiannya

Nama :Dian Permata Sari


NIM : 1406515021

MAGISTER AKUNTASI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS INDONESIA
JULI 2015

Statement of Authorship

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami
gunakan tanpa menyebut sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Saya memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Ajaran

: Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial

Judul Makalah/Tugas : Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya


Tanggal

: 22 Juli 2015

Dosen

: Yunus Husein

Nama

: Dian Permatasari

NPM

: 1406515021

Tanda Tangan :

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya

Page 2

Penyelesaian Perkara dengan Litigasi dan Non-Litigasi


Penyelesaian perkara dengan litigasi dilakukan melalui jalur pengadilan, oleh karena itu
penyelesaian perkara dengan litigasi cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk
persidangan dan biaya perkara yang mahal. Selain itu dalam litigasi ada potensi ketidakjujuran
ataupun kurang netral, sehingga juga dapat memacu terjadinya pertikaian. Penyelesaian
perkara dengan litigasi dapat berupa kasus perdata maupun pidana.
Penyelesaian perkara dengan non-litigasi berarti menyelesaikan masalah di luar pengadilan
(diatur dalam UU No.14 tahun 1970). Penyelesaian perkara dengan non-litigasi membutuhkan
waktu yang relative lebih singkat dan biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan
penyelesaian perkara dengan litigasi. Penyelesaian non-litigasi bersifat netral, rahasia lebih
terjaga, sesuai dengan kebutuhan, dilakukan dengan sukarela dan menjaga hubungan baik
diantara pihak-pihak yang bertikai. Penyelesaian perkara dengan non-litigasi pada umumnya
dilakukan untuk kasus-kasus perdata.
Dapat disimpulkan, bahwa penyelesaian perkara dengan non-litigasi lebih efisien.

Penyelesaian Sengketa Non-Litigasi (UU No. 30 tahun 1999)


1. Arbitrase
Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
yang bersengketa. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa
di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Sengketa
yang tidak dapat diadakan perdamaian menurut peraturan perundang-undangan tidak
dapat diselesaikan melalui arbitrase.
Perjanjian arbitrase dapat dibuat sebelum timbul dan setelah timbul sengketa. Dalam
arbitrase terdapat beberapa asas, yaitu :
o Penyelesaian sengketa di luar pengadilan
o Kebebasan berkontrak yang bertanggung Jawab. Berdasarkan asas ini, para
o

pihak mengadakan perjanjian tertulis


Para pihak bebas menentukan hukum materil, acara, tempat, dan jadwal

o
o

pemeriksaan sengketa
Kekuatan mengkikat perjanjian (Pacta Sunt Servanda)
Ruang lingkup terletak dalam bidang perdagangan

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya

Page 3

o
o
o
o
o
o
o

Keputusan bersifat final dan binding (tidak ada hak banding dan kasasi)
Bersifat rahasia (confidensial)
Proses cepat
Biaya murah
Para pihak bebas menentukan arbiter, jadwal sidang
Putusan dapat diseksekusi
Keputusan arbitrase berkekuatan mutlak

2. Alternative Penyelesaian Sengketa (APS)


- Penyelesaian sengketa melalui APS diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh
para pihak dalam waktu paling lama 14 hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu
-

kesepakatan tertulis
Apabila sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan dalam pertemuan langsung
dalam 14 hari, sengketa tersebut diselesaikan dengan bantuan seseorang atau lebih
penasihat ahli melalui seorang mediator dengan kesepakatan tertulis para pihak

yang bersengketa
Apabila dalam 14 hari penyelesaian sengketa dengan bantuan penasihat ahli atau
mediator tidak dapat diselesaikan, maka penyelesaian sengketa dapat dilakukan
dengan menghubungi Lembaga Arbitrase atau Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa denggan menunjuk seorang mediator. Penyelesaian sengketa ini
memegang

teguh kerahasiaan dan dalam 30 hari harus tercapai kesepakatan

dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh semua pihak yang terkait
Apabila penyelesaian sengketa dengan mediator yang ditunjuk oleh Lembaga
Arbitrase atau Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak tercapai, maka para
pihak dapat mengajukan penyelesaian melalui Lembaga Arbitrase atau Arbitrase ad-

hoc.
Singkatnya, penyelesaian di luar pengadilan dapat dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi dan arbitrase. Frans Hendra Winarta dalam bukunya menguraikan sebagai
berikut :
a. Konsultasi : merupakan tindakan yang personal antara suatu pihak tertentu dengan
pihak lain yang merupakan pihak konsultan, dimana pihak konsultan memberikan
pendapatnya kepada klien sesuai dengan keperluan dan kebutuhan kliennya.
b. Negosiasi : merupakan upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui proses
pengadilan dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang
harmonis dan kreatif
c. Mediasi : merupakan cara penyelesaian sengketa dengan proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dibantu oleh mediator

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya

Page 4

d. Konsiliasi : merupakan cara penyelesaian sengketa dimana penengah akan bertindak


menjadi konsiliator dengan kesepakatan para pihak dengan mengusahakan solusi yang
dapat diterima
e. Penilaian ahli : penyelesaian sengketa dilakukan dengan penilaian ahli untuk suatu hal
yang bersifat teknis dan sesuai dengan bidang keahliannya.

Kebenaran Material dan Formal


o

Kebenaran Formil
Merupakan kebenaran yang diperoleh hanya berdasarkan apa yang dikemukakan oleh para
pihak bersengketa. Dalam perkara pidata pembuktian ditujukan untuk mendapatkan
kebenaran formil, keyakinan hakim tidak diperlukan, yang paling diperlukan adalah alat-alat
bukti yang sah untuk mengambil keputusan. Namun, dalam perkara perdata tidak ada

larangan untuk mencari dan menemukan kebenaran materil.


Kebenaran Materiil
Merupakan kebenaran berdasarkan anggapan para pihak bersengketa. Keyakinan dari
hakim atas kebenaran tersebut diperlukan. Hakim bersifat aktif dalam mencari kebenaran
menurut fakta yang sebenarnya. Dalam perkara pidana pembuktian ditujukan untuk
mendapatkan kebenaran materil.

Pembuktian Tuntutan dan Claim


Dalam sebuah perkara, apabila ada pihak yang menyatakan bahwa ia memiliki hak atau
menyebutkan suatu perbuatan untuk menguatkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang
lain, maka yang harus membuktikan tuntutan atas klaim atas hak tersebut adalah pihak itu
sendiri. Yang harus dibuktikan kebenarannya adalah segala sesuatu yang tidak disetujui oleh
tergugat. Hal ini diatur dalam HIR Pasal 163.
Sebagai contoh, Tuan A mengatakan bahwa ia memiliki sebidang tanah dan ia mengajukan
gugatan kepada Tuan B karena dianggap telah mengambil hak atas sebidang tanahnya
tersebut. Apabila Tuan B menyangkal dan mengatakan bahwa tanah tersebut bukan milik Tuan
A, melainkan miliknya, maka Tuan B harus membuktikan perkataanya tersebut dengan bukti
yang sah secara hukum.

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya

Page 5

Satu Saksi Bukan Saksi


Kesaksian seorang saksi juga merupakan salah satu bukti yang diperkenankan dalam segala
hal yang tidak dikecualikan dalam UU. Hal ini tertuang dalam Pasal 1985 KUH Perdata.
Lebih lanjut lagi, dalam pasal 1905 KUH Perdata tertulis bahwa keterangan seorang saksi
saja tanpa disertai dengan pembuktian lain tidak dapat dipercaya. Selain itu, HIR pasal 301
mengatur kesaksian yang diberikan oleh saksi harus mengenai perbuatan yang didengar, dilihat
atau dialami oleh saksi itu sendiri, sehingga apabila hanya ada seorang saksi yang bersaksi
tanpa disertai dengan pembuktian lain, maka tidak ada yang dapat memastikan kebenaran
mengenai perbuatan yang didengar, dilihat atau dialami oleh saksi tersebut.
Keterangan seorang saksi memang tidak dapat memberikan pembuktian yang sah, namun
apabila kesaksian tersebut dapat dihubungkan dengan alat bukti yang lain, maka saksi tersebut
dapat mempuanyai kekuatan. Hal ini juga didukung oleh KUHAP pasal 183 yang berbunyi
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali dengan sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benar-benar
terjadi dan bahwa terdakwalah yang melakukannya.

DAFTAR REFERENSI
UU No.30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Herzien Inlandsch Reglement (H.I.R) / Reglemen Indonesia yang Diperbaharui (R.I.B)
Kitab Undang-Undang (KUH) Perdata

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya

Page 6

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)


Slide Bapak Yunus Husen Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktian
Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Fakultas Ekonomi Universitas Indoesia Program Studi
Maksi-PPAk
Frans Hendra Winarta. 2012. Hukum Penyelesaian Sengketa. Jakarta : Sinar Grafika.

Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Bisnis serta Pembuktiannya

Page 7

Anda mungkin juga menyukai