Anda di halaman 1dari 14

Nama : Yoga Abas Permana

NIM : 3403200153
Kelas : Akuntansi Reguler C
Mata Kuliah : Tata Kelola, Resiko, dan Pengendalian
Dosen : Mohamad Apip, S.E. M.Si
Tugas : Quiz

1. Sebutkan dan uraikan prinsip GCG menurut OECD!


1. Perlindungan terhadap pemegang saham.
Prinsip GCG harus melindungi hak hak yang dimiliki oleh para pemegang
saham. Hak hak tersebut meliputi hak hak dasar pemegang saham, yaitu hak
untuk:
A. Adanya keamanan dalam metode pendaftaran kepemilikan
B. Mengalihkan saham yang dimiliki
C. Memperoleh informasi secara tepet dan berkala mengenai perusahaan
D. Ikut berperan dalam memberikan suara di dalam RUPS
E. Memilih anggota dewan komisaris dan direksi
F. Mendapatkan pembagian keuntungan perusahan
2. Persamaan perlakuan terhadap pemegang saham.
Perusahaan wajib menjamin adanya persamaan perlakuan terhadap para
pemegangsaham, terutama pada pemegang saham asing dan minoritas. Selain
itu, prinsip ini juga menyiratkan adanya perlakuan yang sama atas pemegang
jenis saham yang sama, melaran praktik insider trading, serta mengharuskan
dewan komisaris untuk melakukan keterbukaan jika terjadi benturan
kepentingan. Permasalahan ini juga berlaku terhadap investor, dimana mereka
memiliki hak yang sama atas informasi mengenai hak dan perindungan terhadap
saham yang akan dibeli.
3. Peran stakeholder yang terkait dengan perusahaan.
Prinsip GCG harus memberikan pengakuan terhadap hak hak stakeholder,
seperti menciptakan hubungan yang baik diantara perusahaan dan stakeholder
dalam menciptakan kemakmuran dan lapangan kerja. Hal ini sangat penting
karena kesuksesan operasi bisnis perusahaan secara tidak langsung akan
ditentukan oleh kerja sama yang dibentuk oleh para stakeholder, yaitu para
pemegang saham, karyawan, pemasok, pelanggan, kreditur, dll.
4. Pengungkapan dan transparansi.
Menurut OECD, perusahaan harus mampu menciptakan kondisi yang transparan
dimana setiap perusahaan dapat diungkap secara akurat dan tepat waktu.
Pengungkapan ini meliputi performa perusahaan, kepemilikan, serta
pengelolaan perusahaan. Selain itu, informasi yang diungkapkan harus dapat
ditanggung jawabkan, yang berarti harus memenuhi standar yang ada. Oleh
sebab itu, manajemenakan meminta auditor eksternal dan bersifat independen
untuk melakukan proses audit atas laporan keuangan perusahaan.
5. Akuntabilitas dewan pengurus.
Struktur dewan pengurus dibanyak negara terdiri dari 2 lapis. Di indonesia yang
pertama disebut dewan komisaris dan yang kedua disebut direksi. Dewan
komisarisbertanggung jawab untuk mengelola harta, utang serta kegiatan serta
bisnis perusahaan sehari -hari.

2. Sebutkan tiga organ perusahaan dan uraikan peran, tugas dan tanggungjawab
masing-masing. serta jelaskan peran masing-masing dalam menjalankan GCG.
1. Rapat Umum Pemegang Saham
RUPS adalah organ perseroan terbatas yang memiliki kewenangan eksklusif yang
tidak diberikan kepada direksi dan dewan komisaris. RUPS mempunyai
kewenangan untuk:
A. Mengambil keputusan sesuai dengan ketentuan forum yang terdapat dalan
UUPT
B. Mengubah anggaran dasar sesuai dengan ketentuan forum yang
terdapatdalam UU PT
C. Menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan,
pengajuan permohonan paili, perpanjang jangka waktu berdirinya dan
pembubaran perseroan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU
PT
2. Komisaris
mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan atas kebijakan pengurus,
jalannya pengurusan pada umumnya kepada perseroan ataupun usaha perseroan
kepada direksi. Kewajiban tugas komisaris :
A. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya
B. Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau
keluarganya pada perseroan dan perseroan lain
C. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama
tahun buku yang baru lampau kepada RUPS
3. Direksi
Direksi mempunyi tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan perseroan
sesuai dengan tujuan dan maksud didirikannya perusahaan. Direksi yang
diangkat oleh perusahaan tidak harus memiliki kewarga negaraan indonesia
tetapi juga dapat memiliki kewarganegaraan asing. UU PT sendiri tidak
mengatur warga negara apa yang dapat menduduki jabatan direktur. Direksi
mempunyai kewenangan untuk menjalankan pengurusan perusahaan dengan
kebijakan yang dipandang tepat dan dengan batas yang di tentukan oleh
undang undang dan atau anggaran dasar. Selain itu direksi mempunyi
kewajiban untuk:
3. Secara umum struktur organisasi perusahaan publik/emiten dapat
dikelompokkan menjadi 2 jenis. Sebutkan dan uraikan masing-masing sehingga
jelas perbedaan diantara keduanya.
1. One-tier board system
Adalah suatu sistem yang menggabungkan organ pengawas dan organ pengelola
berada dalam suatu board yang lazim disebut board of director dan umumnya
dipimpim oleh seorang chief executive officer (CEO) yang juga merangkap sebagai
chairman. Direktur eksekutif bertugas sebagai lembaga pengelola yang memimpin
perusahaan sedangkan direktur non eksekutif berfungsi untuk mengawasi jalannya
perusahaan. Pada prakteknya para direktur eksekutif dan direktur non eksekutif
dalam model one tier board oleh banyak kalangan sering dinilai rancu karena tugas
dan wewenang mereka sering bersampuran. Akibatnya kita sulit membedakan
bagaimana samsing masing organ. Bahkan para direktur non eksekutif dapat
mempunyi tanggungjawab dan kewajiban hokum yang sama sebagaimana para
direksi lainnya di perusahaan tersebut. Hal ini ditambah lagi oleh kondisi dimana
praktek perusahaan yang menganut one-tier board cenderung memasukan jumlah
direktur eksekutif secara mayoritas yang biasanya dihubungkan dengan struktur dan
strategi pengembangan perusahaan, dimana pada waktu tertentu dapat menimbulkan
konflik kepentingan. Pemisahannya yang tidak jelas dan porsi yang tidak berimbang
antara direktur eksekutif dan direktur non eksekutif menyebabkan sistem ini menjadi
tidak efektif.
Struktur kepemimpinan dalam one-tier board memungkinkan seorang CEO pada
suatu saat berperan sebagai direktur eksekutif yang bertanggungjawab atas
kelancaran pelaksanaan manajemen perusahaan sehari-hari, tetapi pada waktu yang
bersamaan ataupun berbeda sang CEO bisa juga diminta untuk memenuhi tanggung
jawabnya sebagai pimpinan pada semua aspek pengelolaan, termasuk pengawasan.
Dengan kata lain, pada sistem one-tier board, seorang CEO diberikan jabatan formal
yang luarbiasa pengaruh dan wewenangnya dalam memimpin perusahaan, sehingga
pada suatu waktu tertentu dimungkinkan timbul penyimpangan atau penyalahgunaan
wewenang untuk kepentingan tertentu yang dikategorikan sebagai masalah
keagenan.
One-tier board sistem umumnya berkembang pada negara negara industry maju
seperti amerika, inggris, prancis dan swiss. Negara-negara ini memiliki sejarah yang
panjang mengenai sistem mekanisme pasar, dimana segala latar belakang budaya dan
sejarah yang mereka alami ternyata menunjukan bahwa sistem ini justru mampu
memacu pertumbuhan ekonomi dan perusahaan perusahaan multinasional di negara
tersebut hingga merambah keberbagai pelosok negara lain. Namun justru dengan
gabungan peranan para direktur eksekutif dan non eksekutuf dalam satu board maka
sistem GCG diperusahaan mengalami proses yang sebenarnya sangat lemah dan
tidak efektif sama sekali. Hal tersebut ditunjukan dengan kasus ambruknya enron.
Menurut Thompson (2003) one tier board system merupakan salah satu penyebab
jatuhnya perusahaan-perusahaan tersebut.
2. Two-tier board system
Adalah sistem atau struktur kepengurusan yang memisahkan antara organ
pengawas (oversight/supervisory body) dengan organ pengelola (management).
Kepemimpinan di kedua organ tersebut juga di bedakan dengan tegas. Sistem ini di
pandang lebih kondusif bagi terciptanya mekanisme checks and balances di
perusahaan. Sistem ini sering ditemukan di perusahaan-perusahan eropa kontinentual
seperti jerman, perancis dan belanda. Sistem ini diterapkan belanda ketika menjajah
Indonesia dan di adposi sampai sekarang.
Pada sistem two-tier board, struktur kepemimpinan dewan yang independen jelas
sangat efektif untuk mengurangi masalah keagenan karena adanya pemisahan dalam
hal kebijakan manajemen dengan kebijakan bidang pengawasan. Penyatuan tugas
pengelolaan dan pengawasan jelas tidak mungkin dalam two-tier board system,
karena anggota dewan pelaksanaan dalam waktu yang bersamaan tidak boleh
merangkap menjadi anggota dewan pengawas. Hasilnya seorang direktur tidak dapat
menjadi seorang komisaris perusahaan. Dengan demikian fungsi dan peran yang
mandiri dari dewan pengawas dalam two-tier board system ini efektif dalam
menghindari risiko terjadinya penyimpangan seperti yang dapat terjadi pada one-tier
board system. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan two-tier board system sejalan
dengan prinsip teori keuangan. Two-tier board system merupakan salah satu solusi
dari konflik keagenan.
Berdasarkan penjelasan penjelasan diatas, negara-negara penganut two-tier board
system seharusnya memiliki kondisi tata kelola perusahaan yang lebih baik
dibandingkan dengan negara negara penganut one-tier board system, namun
indonesia yang menganut two-tier board system justru mengalami keterpurukan yang
lebih buruk di banding malaysia yang menganut one-tier board system. Hal ini
mengindikasikan ada yang tidak beres dalam penerapan two-tier board system di
Indonesia.

4. Sebutkan Komite-komite penunjang dewan komisaris, dan jelaskan tugas dan


tanggungjawab masing-masing.
1. Komite Audit
Tugas dan tanggungjawab
Memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris mengenai laporan atau hal-
hal yang disampaikan oleh Direksi, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan
perhatian Komisaris dan melaksanakan tugas-tugas lain terkait dengan tugas
Dewan Komisaris, Komite Audit menerima dan meninjau rencana dan realisasi
kerja tahunan internal auditor yang dibuat oleh Unit Audit Internal (UAI) serta
memberikan masukan kepada Dewan Komisaris, Komite Audit melakukan
penelaahan 3 (tiga) bulanan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal
dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor
internal, Komite Audit wajib menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi
mengenai Perusahaan selamanya.
2. Komite Manajemen Resiko
Tugas dan tanggungjawab
Membantu Dewan Komisaris mengevaluasi sistem manajemen risiko Grup,
termasuk sistem pengendalian internal dan menilai toleransi risiko Perseroan.
Selain itu, Komite ini memberi nasihat kepada Direksi tentang isu manajemen
risiko dan kepatuhan saat ini dan yang potensial. Peran dan tanggung jawab
Komite ditetapkan dalam Piagam Komite Manajemen Risiko. Fungsi Komite
Manajemen Risiko adalah melakukan pengawasan dan memberikan panduan dan
saran kepada Direksi tentang praktik umum pelaksanaan manajemen risiko secara
keseluruhan di Perseroan dan anak perusahaan.
3. Nominasi dan Remunerasi
Tugas dan tanggungjawab
Nominasi Membantu Dewan Komisaris dalam melakukan evaluasi kinerja
Direksi dan Dewan Komisaris berdasarkan tolak ukur yang disetujui, memberikan
rekomendasi kepada Dewan Komisaris terkait pengembangan kapasitas anggota
Direksi dan Dewan Komisaris, mengusulkan kandidat yang memenuhi syarat
untuk Direksi dan Dewan Komisaris, mengkaji dan memperbarui rencana suksesi
Direksi dan Dewan Komisaris.
Remunerasi Membantu Dewan Komisaris dalam melakukan evaluasi kinerja
Direksi dan Dewan Komisaris berdasarkan tolak ukur yang disetujui, memberikan
rekomendasi kepada Dewan Komisaris terkait pengembangan kapasitas anggota
Direksi dan Dewan Komisaris, mengusulkan kandidat yang memenuhi syarat
untuk Direksi dan Dewan Komisaris. Mengkaji dan memperbarui rencana suksesi
Direksi dan Dewan Komisaris.
4. Komite Tanggung Jawab Sosial dan Keberlanjutan Perusahaan.
Tugas dan tanggungjawab
Mendukung fungsi pengawasan Dewan Komisaris dengan memantau
pengembangan dan implementasi rencana program tanggung jawab sosial dan
keberlanjutan grup. Komite juga memberi nasihat kepada Direksi tentang hal-hal
terkait. Peran dan tanggung jawab Komite didefinisikan dalam Piagam Komite
Tanggung Jawab Sosial dan Keberlanjutan Perusahaan.

5. Merujuk pada kasus pembobolan deposito berjangka milik PT Elnusa Tbk


(ELSA) di Bank Mega yang telah saudara/i analisis pada tugas perkuliahan,
maka uraikan secara jelas, hal-hal berikut ini!
A. Deskripsikan apa yang terjadi pada perusahaan? dengan cara melakukan
pemetaan masalah (problem mapping) apa yang telah terjadi?
Pembobolan deposito di Bank Mega milik PT Elnusa Tbk Elsa tanpa
sepengetahuan manajemen PT tersebut dengan pencairan deposito ratusan
milyar rupiah.
Pada tanggal 7 September 2009 PT Elnusa Tbk menaruh dana sebesar
Rp161 Milyar di bank milik Chairul Tanjung di kantor cabang Jababeka
Cikarang dengan total depositonya terbagi menjadi lima bilyet dengan jangka
waktu yang beragam satu hingga tiga bulan. Manajemen elnusa menjelasakan
bahwa seluruh dana telah di transfer elnusa dan di terima dengan baik oleh bank
mega.
Sejak tanggal 05 Maret 2010 terhitung bahwa total deposito elsa menjadi
Rp111 karena adanya pencairan Rp50 miliar secara resmi atas perintah
manajemen perseroan.
Masalah mulai muncul saat selasa 19 April 2011 dan menanyakan perihal
penempatan dana deposito di bank mega karena pengakuan manajemen elsa
adanya penempatan dana perseroan di bank mega. Pada hari itu juga, manajemen
elnusa dan polisi melakukan pengecekan ke kantor cabang bank mega jababeka
cikarang, namun hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan karena kantor
cabang bank mega mengatakan bahwa deposito perseroan telah dicairkan.
Dari hasil audit eksternal akkhir tahun 2010 dinyatakan bahwa seluruh
penempatan dana berupa deposito di beberapa bank termasuk bank mega
terbukti ada.
B. Jelaskan akan penyebab dari kasus/masalah tersebut, kaitkan dengan
mekanisme tata kelola internal perusahaan! (10%)
Dewan komisaris disini kurang menjalankan peran pentingnya yaitu
melakukan pengawasan sesuai dengan anggaran dasar dan menghindari semua
bentuk benturan kepentingan pribadi. Namun, disini terjadi pembobolan dana
deposito perusahaan sebesar Rp 111 miliar yang mengatas-namakan perusahaan
tetapi untuk kepentingan pribadi. Kelalaian terhadap pengawasan disini dapat
dijadikan pembelajaran dan evaluasi bagi dewan komisaris untuk melaksanakan
peran pentingnya dalam GCG agar tidak terjadi hal serupa atau yang lainnya
yang dapat merugikan perusahaan.
Direksi merupakan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perusahaan untuk kepentingan perusahaan. Namun, salah satu
direksi di PT Elnusa tidak menjalankan peran pentingnya pelaksanaan GCG
sebagai salah satu direksi keuangan dan mengabaikan prinsip-prinsip GCG
seperti asas akuntabilitas, asas transparansi dan responsibility. Direksi disini
malah melakukan aktivitas yang merugikan perusahaan, yaitu melakukan
pembobolan pencairan dana deposito perusahaan untuk kepentingan pribadi
yang mengatas-namakan perusahaan (fraud).
C. Apa saran Sadara untuk memperbaiki masalah tata kelola perusahaan
tersebut! (10%)
Pihak perusahaan harus membenahi GCG dan memperhatikan kembali asas-
asas nya agar kejadian yang seperti ini tidak terjadi lagi dan mencegah kejadian
lainnya yang tidak diinginkan yang merugikan perusahaan. Selain itu, untuk
mengurangi risiko kejahatan bank tidak cukup hanya menerapkan prinsip Know
Your Costumer (KYC) tapi juga menerapkan prinsip Know Your Employee
(KYE).

6. Merujuk pada Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI (2006), maka


uraikan dengan jelas hal-hal sebagaiberikut:
A. Deskripsikan Substansi permasaahan/Kasus yang terjadi!
Pak Hekinus Manao menolak audit laporan keuangan PT KAI pada tahun
2005 karena setelah dikaji olehnya, beliau menemukan kejanggalan dalam
laporan yang diduga ada manipulasi yang dilakukan oleh audit internal PT KAI
terhadap laporan keuangan tersebut, seperti :
Kewajiban perseroan membayar Surat Ketetapan Pajak pajak pertambahan
nilai Rp 95,2 miliar, yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pajak pada akhir 2003,
disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang/tagihan kepada beberapa
pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak tersebut.
Adanya penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sekitar
Rp 24 miliar yang diketahui pada saat dilakukannya inventarisasi pada tahun
2002, pengakuannya sebagai kerugian oleh manajemen Kereta Api dilakukan
secara bertahap (diamortisasi) selama 5 tahun
Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya senilai Rp 674,5
miliar dan penyertaan modal negara Rp 70 miliar oleh manajemen disajikan
dalam Neraca 31 Desember 2005 yang konsisten dengan tahun-tahun
sebelumnya sebagai bagian dari utang.
B. Jelaskan Peran dan Fungsi Dewan Komisaris serta Komite Penunjang yang
kurang bekerja secara efektif dalam pelaksanaan GCG !
a) Komite audit yang tidak teliti dalam proses pemilihan akuntan publik yang
ditugaskan untuk mengaudit laporan keuangan PT KAI, karena ternyata
diduga orang yang ditugaskan komite audit tersebut bekerja sama dengan
audit internal PT KAI dan pihak lainnya dalam memanipulasi laporan
keuangan tersebut.
b) Komite audit tidak melakukan pengawasan dan evaluasi dari orang yang
ditugaskan tersebut. Sehingga yang seharusnya permasalahan ini bisa
diperbaiki di internal, justru malah pihak eksternal yang menuntut
permasalahan dan perbaikan atas kasus manipulasi laporan keuangan PT
KAI. Akuntan Internal PT KAI mengabaikan kode etik seorang akuntan
seperti profesional, tanggung jawab, intregitas, standar teknis, objektivitas
dan kehati-hatian
C. Apa saran Sadara untuk memperbaiki masalah tata kelola perusahaan
tersebut!
Meskipun perusahaan BUMN tetapi tetap harus menjalankan GCG dengan
baik agar tidak terjadi kejadian seperti ini. Melakukan review dan evaluasi dari
kesalahan-kesalahan perusahaan di periode sebelum-sebelumnya. Karena jika
tidak, maka kesalahan pun akan terakumulasikan, menumpuk dan sulit untuk
menyelesaikannya. Memilih SDM yang yang berkompeten, jujur dan
professional baik itu dari pihak PT KAI dan Komite Audit.

7. Terkait dengan peran, tanggung jawab, dan efektivitas Komite Penunjang


Dewan Komisaris Komisaris (khususnya Komite Audit), jelaskan hal-hal
sebagai berikut:
A. Jelaskan bagaimana prinsip keterbukaan dan transparansi (disclosure and
transparency principles) melindungi kepentingan perusahaan dan
pemegang saham!
Komitmen untuk mewujudkan nilai-nilai Perusahaan di setiap aktivitas
bisnisnya, menjadi penggerak utama pertumbuhan Perusahaan salah satunya
Transparansi. Transparansi artinya menyediakan informasi baik informasi yang
wajib, sukarela tetapi menjadi nilai tambah bagi Perusahaan dan tidak
mengurangi kewajiban Perusahaan untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan
kepada Pemegang Saham dan stakeholders secara akurat dan tepat waktu, serta
mudah diakses sesuai dengan batasan yang ditetapkan Perusahaan.
B. Jelaskan peran dan tanggung jawab Komite Penunjang Dewan Komisaris
(khususnya komite audit) dalam mencegah kecurangan laporan keuangan
dan kebangkrutan perusahaan! Silahkan jelaskan menggunakan salah satu
kasus yang saudara analisis pada perkuliahan atau kasus Elnusa yang telah
terlampir!
Komite audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan
internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks and
balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan yang
optimum kepada para pemegang saham dan para pemangku kepentingan
lainnya. Adapun salah satu tindakan untuk mencegah kecurangan laporan
keuangan ataupun kebangkrutan perusahaan yaitu melakukan review dan
evaluasi laporan atau data dari kesalahan-kesalahan perusahaan di periode
sebelum-sebelumnya. Karena jika tidak, maka kesalahan pun akan
terakumulasikan, menumpuk dan sulit untuk menyelesaikannya. Adapun
melakukan konsultasi melalui hubungan komunikasi yang intens dalam
pelaksanaan ataupun pelaksanaan antar komite audit sehingga jika ada kesalahan
dapat saling membenarkan.

8. Terkait dengan peran Internal Auditor dalam Implementasi Tata Kelola


Perusahaan jelaskan hal-hal sebagai berikut ;
A. Jelaskan secara singkat tentang Three Line of Defense dan berikan contoh
mekanisme pengendalian internal untuk masing-masing Line of Defense.
a) Pertahanan lapis pertama dilaksanakan oleh unit, komponen atau fungsi
bisnis yang melakukan kegiatan operasional sehari-hari, terutama yang
merupakan lini depan organisasi. Mekanisme pengendalian internal lini
pertama adalah pendekatan unit bisnis seperti, menerapkan kebijakan
manajemen risiko yang telah ditetapkan sewaktu menjalankan peran dan
tanggung jawab mereka terutama dalam mengejar pertumbuhan perusahaan.
Penuh akan kesadaran dalam mempertimbangkan faktor risiko dalam
keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan yang dilakukannya.
b) Pertahanan lapis kedua dilaksanakan oleh fungsi-fungsi manajemen risiko
dan kepatuhan, terutama fungsi-fungsi manajemen risiko dan kepatuhan
yang sudah terstruktur. Mekanisme pengendalian internal lini kedua adalah
fungsi manajemen risiko, Bertanggung jawab dalam mengembangkan dan
memantau implementasi manajemen risiko perusahaan secara keseluruhan
serta melakukan pengawasan terhadap bagaimana fungsi bisnis
dilaksanakan dalam koridor kebijakan manajemen risiko dan prosedur-
prosedur standard operasionalnya yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
c) Pertahanan lapis ketiga dilaksanakan oleh auditor baik auditor internal
maupun auditor eksternal. Peran auditor internal jauh lebih intens dalam
model 3LD ini karena mereka adalah bagian internal perusahaan yang
bersifat independen terhadap fungsi-fungsi lainnya. Melakukan review dan
evaluasi terhadap rancang bangun dan implementasi manajemen risiko
secara keseluruhan, dan memastikan bahwa pertahanan lapis pertama dan
lapis kedua berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
B. Jelaskan tentang peran Audit Internal dalam konsep Three Line of Defense.
a) Menjaga akuntabilitas utama kepada organ pengurus dan independensinya
dari pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab manajemen.
b) Mengkomunikasikan asurans dan konsultan yang independen dan objektif
kepada manajemen dan organ pengurus mengenai kecukupan dan efektifitas
tata kelola dan manajemen risiko (termasuk pengendalian internal) untuk
mendukung pencapaian tujuan-tujuan organisasi, serta mempromosikan dan
memfasilitasi peningkatan yang berkelanjutan
C. Jelaskan secara singkat tentang pengendalian Internal atas pelaporan
keuangan/Internal Control Over Financial Reporting (ICOFR) dan
bagaimana ICOFR dapat berperan penting dalam meningkatkan kualitas
Laporan Keuangan!
Pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan (Internal Control over
Financial Reporting-ICOFR) merupakan suatu proses yang dirancang dan
dilaksanakan oleh manajemen perusahaan dalam rangka mencapai keandalan
laporan keuangan, efisiensi, dan efektivitas operasi, serta kepatuhan terhadap
peraturan yang berlaku untuk memberikan keyakinan yang memadai.
ICOFR dapat memastikan pencatatan yang terperinci, akurat, dan wajar atas
transaksi dan pengelolaan transaksi perusahaan, yang setelahnya akan
memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi telah dicatat dengan
benar dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta keyakinan yang
memadai akan upaya pencegahan atau identifikasi perolehan, penggunaan, atau
pengelolaan aset perusahaan tanpa otorisasi yang berdampak material atas
pelaporan keuangan. Dan ICOFR sendiri dapat mencegah kemungkinan adanya
fraud (kecurangan untuk kepentingan pribadi)

9. Terkait dengan prinsip-prinsip tata Kelola yang baik, termasuk hak dan
kewajiban pemegang saham dan investor, jelaskan hal-hal sebagai berikut :
A. Peran apa yang harus dimainkan oleh stakeholder dalam tata Kelola
perusahaan? Pilih 3 kelompok stakeholder dan jelaskan peran mereka
masing-masing
a) Pemangku kepentingan kategori primer adalah semua yang berhubungan
langsung dengan pengambilan keputusan, kebijakan, program, dan proyek
perusahaan. Peran, masyarakat dan tokoh masyarakat yang terdampak
langsung atas keputusan, kebijakan, atau proyek yang dibuat perusahaan.
Tokoh masyarakat dianggap sebagai sosok yang mewakili aspirasi publik
untuk disampaikan kepada perwakilan perusahaan.
b) Pemangku kepentingan kategori sekunder adalah semua pihak yang tidak
berkaitan secara langsung dengan hasil keputusan, kebijakan, atau proyek
suatu perusahaan. Salah satu contoh peran pemangku kepentingan sekunder,
lembaga pemerintah yang berada dalam suatu wilayah tertentu namun tidak
memiliki tanggung jawab secara langsung.
c) Pemangku kepentingan kunci merupakan kelompok eksekutif yang
memiliki wewenang resmi atas pengambilan keputusan. Beberapa contoh
dari stakeholder kunci dalam suatu proyek pemerintah daerah kabupaten
adalah Pemerintah Kabupaten, DPRD Kabupaten, dan Dinas yang
bertanggung jawab langsung atas pengerjaan proyek tersebut
B. Pemegang saham minoritas harus dilindungi dari tindakan
penyalahgunaan oleh atau untuk kepentingan pemegang saham pengendali
yang bertindak baik secara langsung maupun tidak langsung. Jelaskan
mengapa pemegang saham minoritas ada kemungkinan menjadi korban
penyalahgunaan padahal pemegang saham pengendali dapat mengurangi
masalah keanehan.
Prinsip persetujuan majoritas (majority voting rule) yang berlaku didalam
RUPS. Prinsip ini menjadikan pemegang saham minoritas lemah kedudukannya.
Hal ini karena pemegang saham minoritas besar kemungkinan akan kalah
pemungutan suara di dalam RUPS. Dengan kondisi ini, pemegang saham
mayoritas akan lebih banyak menentukan arah dan kebijakannya, termasuk
memaksakan kehendaknya. Berbeda halnya dengan pemegang saham minoritas
yang hanya dapat menerima saja keputusan RUPS (karena kalah suara) dan tidak
mempunyai kewenangan mengurus perusahaan dan tidak berhak menunjuk
Direksi atau Komisaris, sehingga terpaksa menerima usulan-usulan dalam
RUPS. Konsekuensinya, keputusan RUPS cenderung lebih berpihak kepada
kepentingan pemegang saham mayoritas. Hal itu dapat dilakukan dengan
intervensi pemegang saham mayoritas terhadap pemegang saham minoritas
dengan memaksakan kehendaknya untuk kepentingannya dan tidak untuk
kepentingan semua perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai