OLEH:
Luthfi Izzah
117210709
AKUNTANSI
1. Analisis tentang penerapan one tier and twotier system dalam perusahaan
menuju good corporate governance
Jawab:
Good Corporate Governance mendesain struktur perusahaan untuk
mendukung jalannya aktivitas organisasi secara bertanggungjawab dan terkendali.
Sistem one-tier digambarkan sebagai sebuah struktur dimana hanya ada pimpinan
tanpa adanya pemisahan tersendiri untuk fungsi pengawasan dan tidak batasan dalam
fungsinya. Jelas sistem ini mempunyai kekurangan karena tidak adanya sistem
pengawasan. Namun jika dilihat dari sisi positifnya, sistem ini membuat pemimpin
organisasi dapat leluasa memberikan arahan dan perintah berdasarkan visi dan misi
perusahaan. Berbeda dengan one-tier, pada sistem two-tier terdapat badan pengawas
yang mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh seorang pemimpin. Perbedaan
mendasar antara one-tier dan two-tier adalah pada sistem one-tier tidak jelas siapa
yang menjalankan fungsi pengawasan karena yang ada hanya fungsi pengambil
kebijakan yang dijalankan oleh Chairman dan fungsi pelaksana kebijakan yang
dijalankan oleh CEO.
Sistem two-tier sangat menjanjikan performa organisasi yang bagus. Hal ini
terkait dengan adanya dewan komisaris yang merupakan pemegang kekuasaan
sebagai pengawas sehingga diharapkan akan dapat mencegah atau mengurangi
kecurangan. Tetapi ada-tidaknya penyelewengan dan bagus-tidaknya performa sebuah
perusahaan juga sangat bergantung kepada sumber daya manusia yang ada dalam
organisasi itu. Sistem manajemen yang baik yang meliputi sistem perekrutan yang
ketat dan teruji akan menghasilkan orang-orang terbaik dalam bidangnya. Aspek lain
yang dapat menjadikan struktur two-tier berjalan dengan baik adalah kredibilitas
komite audit yang adalah salah satu pilar penghubung antara dewan komisaris dan
dewan direksi karena masih banyak komisaris yang tidak mengetahui secara baik
fungsi dan perannya di sebuah perusahaan. Indonesia menganut paham two-tier
system yang terdiri dari RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), Board of Director,
dan Executive Managers (manajemen yang akan menjalankan aktivitas) sedangkan
untuk model two-tier system terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Dewan Direktur,
dan Manajer Eksekutif. Struktur ini memisahkan keanggotaan dewan, yakni antara
keanggotaan dewan komisaris sebagai pengawas dan dewan direksi sebagai eksekutif
perusahaan.
Dewan Komisaris dalam One Tier System (Anglo Saxon) dan dalam Two Tiers
System (Kontinental Eropa).
Berkenaan dengan bentuk Dewan dalam sebuah perusahaan, terdapat dua
sistem yang berbeda yang berasal dari dua sistem hukum yang berbeda, yaitu Anglo
Saxon dan dari Kontinental Eropa. Sistem Hukum Anglo Saxon mempunyai Sistem
Satu Tingkat atau One Tier System. Di sini perusahaan hanya mempunyai satu
Dewan Direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau
pengurus senior (Direktur Eksekutif) dan Direktur Independen yang bekerja dangan
prinsip paruh waktu (Non Direktur Eksekutif). Pada dasarnya yang disebut
belakangan ini diangkat karena kebijakannya, pengalamannya dan relasinya. Negara-
negara dengan One Tier System misalnya Amerika Serikat dan Inggris.
Sistem Hukum Kontinental Eropa mempunyai Sistem Dua Tingkat atau Two
Tiers System. Di sini perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu Dewan
Pengawas (Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi). Yang
disebutkan terakhir, yaitu Dewan Direksi, mengelola dan mewakili perusahaan di
bawah pengarahan dan pengawasan Dewan Komisaris. Dalam sistem ini, anggota
Dewan Direksi diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas (Dewan
Komisaris). Dewan Direksi juga harus memberikan informasi kepada Dewan
Komisaris dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh Dewan Komisaris. Sehingga
Dewan Komisaris terutama bertanggungjawab untuk mengawasi tugas-tugas
manajemen.
Dalam hal ini Dewan Komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas
manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi dengan
pihak ketiga. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Negara-negara dengan Two Tiers System adalah
Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang. Karena sistem hukum Indonesia berasal dari
sistem hukum Belanda, maka hukum perusahaan Indonesia menganut Two Tiers
System untuk struktur dewan dalam perusahaan.
Meskipun demikian dalam sistem hukum dewasa ini terdapat pula perbedaan-
perbedaan yang cukup penting termasuk di dalamnya adalah hak dan kewajiban
Dewan Komisaris dimana dalam keadaan yang umum tidak termasuk kewenangan
Dewan Komisaris untuk menunjuk dan memberhentikan direksi.
Dewan Komisaris seringkali dianggap tidak memiliki manfaat. Hal ini dapat
dilihat dalam fakta, bahwa banyak anggota Dewan Komisaris tidak memiliki
kemampuan, dan tidak dapat menunjukkan independensinya (sehingga, dalam banyak
kasus, Dewan Komisaris juga gagal untuk mewakili kepentingan stakeholders lainnya
selain daripada kepentingan pemegang saham mayoritas). Persoalan independensi
juga muncul dalam hal penggajian Dewan Komisaris didasarkan pada persentase gaji
Dewan Direksi. Kepemilikan saham yang terpusat dalam satu kelompok atau satu
keluarga, dapat menjadi salah satu penyebab lemahnya posisi Dewan Komisaris,
karena pengangkatan posisi anggota Dewan Komisaris diberikan sebagai rasa
penghargaan semata maupun berdasarkan hubungan keluarga atau kenalan dekat. Hal
ini menuntut adanya individu-individu dengan kualitas yang luar biasa baik, memiliki
latar belakang yang beragam, berbekal keahlian utama dan pemahaman yang serius
tentang perusahaan dan bisnis.
3. Analisis aspek aspek yang mendasari prinsip governance dalam suatu korporate
Jawab:
Beberapa hambatan yang menjadi kendala mewujudkan good governance antara lain: