Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan dari sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Namun dalam mancapai tujuan tersebut seringkali
muncul konflik kepentingan antara manajemen selaku pengelola perusahaan
dengan pemegang saham, di mana konflik ini disebut sebagai Permasalahan
Keagenan (Agency Problem). Kemungkinan terjadinya Agency Problem ini sebagai
akibat manajemen selaku agen melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham selaku prinsipalnya (Jensen & Meckling, 1976).
Selain itu, dalam menjalankan kegiatannya perusahaan juga harus memperhatikan
kepentingan pihak-pihak selain pemegang saham, yang dapat terdiri dari konsumen,
masyarakat secara umum, maupun pemerintah yang disebut sebagai pemangku
kepentingan (stakeholder), dan juga harus memberikan manfaat bagi para
stakeholders-nya tersebut (Ghozali & Chariri, 2007). Sehingga agar perusahaan
dapat menanggulangi Agency Problem dan menjalankan kewajibannya kepada
stakeholder diperlukan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang
Baik) sebagai sistem mekanisme untuk melakukan pengendalian internal
perusahaan dan juga sekaligus sebagai fungsi kontrol perusahaan (Astrini,
Biekayanti, & Suhardjanto, 2015).
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar sahamnya dimiliki pemerintah, dimana salah satu bentuk dari
BUMN dalah perusahaan perseroan yang juga dapat berbentuk perusahaan
perseroan terbuka yang manjadi emiten di bursa efek (Indonesia, 2003). Dalam
menjalankan usahanya, BUMN harus juga menjalankan tata kelola perusahan yang
baik demi tercapainya tujuan perusahaan dan menjalankan kewajibannya kepada
para stakeholder. Salah satunya adalah melalui dijalankannya peran dan tanggung
jawab Dewan Direksi dan Dewan Komisaris dalam pelaksanaan tata kelola
perusahan yang baik tersebut. Peranan Dewan Komisaris sangat penting pada suatu
perusahaan, karena Dewan Komisaris mempunyai tugas untuk mengawasi
manajemen atau direksi dalam menjalankan perusahaan.

1 Universitas Indonesia
Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris harus melakukan
pengawasan terhadap manajemen secara independen guna menghindari konflik
kepentingan. Namun, sebagai perusahaan milik negara yang bersinggungan dengan
kondisi politik, seringkali independensi Dewan Komisaris BUMN dipermasalahkan
oleh berbagai pihak, terutama mengenai orang-orang yang duduk sebagai anggota
Dewan Komisaris. Seringkali orang yang ditunjuk sebagai anggota Dewan
Komisaris merupakan para politisi Partai Politik pemenang Pemilu dan para
anggota Tim Sukses calon Presiden yang memenangkan Pemilihan Presiden. Di
mana pengamat menyatakan bahwa seharusnya penunjukan komisaris BUMN
berasal dari figur yang mumpuni secara pengalaman dan independen (Pasopati,
2015).
Sebagai salah satu perusahaan BUMN yang juga terdaftar sebagai emiten
pada Bursa Efek Indonesia, PT. Aneka Tambang Tbk juga harus menerapkan Good
Corporate Governance untuk mencapai tujuan perusahaan dan menjalankan
tanggung jawabnya kepada para stakeholder. Sehubungan dengan posisinya
sebagai BUMN yang bersinggungan dengan politik, PT Aneka Tambang Tbk dapat
juga mempunyai permasalahan mengenai independensi Dewan Komisaris yang
dapat menyebabkan penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan
menjadi terganggu sehingga menghambat perusahaan untuk mencapai tujuannya
dan juga mengganggu peran perusahaan dalam menjalankan kewajibannya kepada
para stakeholder. Untuk itu diperlukan penelitian bagaimana penerapan Good
Corporate Governance pada PT. Aneka Tambang Tbk, terutama mengenai
independensi Dewan Komisaris.
1.2 Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk meneliti penerapan Good
Corporate Governance pada PT. Aneka Tambang Tbk, terutama mengenai
independensi Dewan Komisaris.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan penguraian latar belakang dan tujuan penelitian di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan yang akan dilakukan analisis, yaitu Bagaimana
penerapan Good Corporate Governance pada PT. Aneka Tambang Tbk dalam
aspek independensi Dewan Komisaris?

2 Universitas Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Dewan Komisaris


Terdapat beberapa jenis model dewan (board) dalam tata kelola perusahaan
yang berlaku di dunia yaitu one-tier, two-tier, dan modern board. One-Tier Board
Model adalah model dari board yang di dalamnya terdiri atas direktur eksekutif dan
direktur non eksekutif, di mana direktur eksekutif bertugas sebagai manajer yang
membuat keputusan dan direktur non eksekutif adalah pihak yang mempunyai
kuasa dan tugas untuk memonitor keputusan-keputusan tersebut. Dalam two-tier
board model, dalam suatu perusahaan terdiri atas dewan pengawas dan dewan
manajemen, yang menghasilkan otoritas dan tanggung jawab yang berbeda untuk
masing-masing anggota dewan tersebut. Sedangkan struktur pada modern board
model didasarkan pada dua komponen yang terdiri dari dewan strategis dan dewan
pengawas (Rezaee, 2009).
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT)
memisahkan tugas dan fungsi Dewan Direksi dan Dewan Komisaris, sehingga
sebagai akibat dari pemisahan fungsi tersebut, perusahaan yang didirikan di
Indonesia menganut two-tier board model, di mana dalam sebuah perusahaan
terdapat dua dewan yaitu Dewan Direksi yang bertugas menjalankan perusahaan
dan Dewan Komisaris yang bertugas untuk melakukan pengawasan (Indonesia,
2007).
Definisi Dewan Komisaris berdasarkan UU PT (Indonesia, 2007) adalah
Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Di
mana anggota Dewan Komisaris terdiri dari 1 (satu) anggota atau lebih yang di
angkat oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), dan setiap anggotanya tidak
diperbolehkan bertindak sendiri-sendiri dan harus berdasarkan kepada keputusan
Dewan. Dalam sebuah PT, anggota Dewan Komisaris dapat terdiri dari satu orang
atau lebih Komisaris Independen dan satu orang komisaris utusan. Di mana
Komisaris Independen yang diangkat oleh RUPS merupakan pihak yang tidak
berafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Dewan Direksi dan Dewan

3 Universitas Indonesia
Komisaris lainnya, sedangkan Komisaris Utusan merupakan anggota Dewan
Komisaris yang ditetapkan berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris
(Indonesia, 2007).
2.2. Independensi Dewan Komisaris
Untuk menjalankan tugasnya memantau kinerja manajemen, mencegah
konflik kepentingan dan menyeimbangkan persaingan antara pihak-pihak dalam
perusahaan, penting bagi dewan untuk melakukan penilaian objektif, independensi
dan objektivitas sehubungan dengan manajemen mempunyai implikasi penting
untuk komposisi dan struktur dewan, dan independensi dewan dalam situasi ini
biasanya mensyaratkan terdapatnya sejumlah anggota dewan yang memiliki
independensi terhadap manajemen (OECD, 2015).
Komisaris Independen merupakan anggota dari Dewan Komisaris yang tidak
berasal dari pihak terafiliasi, yaitu pihak yang memiliki afiliasi bisnis dan
kekeluargaan dengan para pemegang saham pengendali, anggota Dewan Direksi
dan Dewan Komisaris lainnya, serta dengan perusahaan itu sendiri (IAI, 2015). Dan
juga untuk jangka waktu tertentu, mantan anggota Dewan Direksi dan Dewan
Komisaris yang terafiliasi serta karyawan termasuk dalam kategori terafiliasi.
Untuk dapat menjamin pelaksanaan pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, salah satu dari Komisaris Independen
sebaiknya memiliki latar belakang akuntansi atau keuangan. Kedudukan Komisaris
Independen dalam sebuah perusahaan sangat penting dalam pengambilan
keputusan dalam rapat Dewan Komisaris, agar keputusan yang dihasilkan bersifat
objektif dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja manajemen, serta keberadaan
Komisaris Independen juga dapat meminimalisir adalanya benturan kepentingan
antara manajemen perusahaan dengan pemegang saham serta antara pemegang
saham pengendali dan non pengendali (IAI, 2015).
Terdapat beberapa ketentuan komposisi jumlah Komisaris Independen dalam
Dewan Komisaris pada sebuah peruahaan. Saat ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
melalui Peraturan OJK Nomor 33/POJK.04/2014 mewajibkan perusahaan publik
untuk memiliki jumlah Komisaris Independen tidak kurang dari 30% dari total
anggota Dewan Komisaris (OJK, 2014). Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri
Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011, anggota Dewan Komisaris yang

4 Universitas Indonesia
merupakan Komisaris Independen berjumlah paling sedikit 20% dari total
keseluruhan anggota Dewan Komisaris (BUMN, 2011). Sedangkan ketentuan lain
yang mengatur tentang komposisi Komisaris Independen adalah ASEAN Corporate
Governance Scorecard yang mensyaratkan 50% dari total keseluruhan anggota
Dewan Komisaris merupakan Komisaris Independen.
Menurut Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5 ketua Komite Audit dalam
sebuah perusahaan publik harus dijabat oleh seorang Komisaris Independen (IAI,
2015), di mana seorang Komisaris Independen harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Berasal dari luar emiten atau perusahaan publik;
2. Bukan merupakan orang yang bekerja pada emiten dan perusahaan publik dan
mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin,
atau mengendalikan serta mengawasi kegiatan emiten atau perusahaan publik
dalam waktu enam bulan terakhir;
3. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten
atau perusahaan publik;
4. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik,
Komisaris, Direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan
publik;
5. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik; dan
6. Tidak mempunyai hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk bertindak independen.
Sedangkan berdasarkan Australian Securities Exchange (ASX) Corporate
Governance Principles (ASX, 2007), untuk menentukan status independensi
anggota dewan harus mempertimbangkan apakah anggota dewan tersebut:
1. Bukan pemegang saham mayoritas atau pejabat pada institusi pemegang saham
mayoritas, atau terasosiasi langsung dengan pemegang saham mayoritas;
2. Bukan karyawan atau pernah dipekerjakan sebagai eksekutif pada Perusahaan/
perusahaan afiliasi, setidaknya 3 tahun sebelum menjadi Komisaris;

5 Universitas Indonesia
3. Bukan penasihat atau konsultan utama yang material bagi perusahaan/
perusahaan afiliasi, atau karyawan yang terasosiasi langsung dengan
penyediaan jasa, setidaknya 3 tahun sebelum menjadi Komisaris;
4. Bukan pemasok/pelanggan utama yang material dari perusahaan/perusahaan
afiliasi atau pejabat pada perusahaan pemasok/pelanggan utama, atau
terasosiasi secara langsung maupun tidak langsung dengan pemasok/pelanggan
utama;
5. Tidak terikat dalam perjanjian dengan perusahaan/perusahaan afiliasi selain
sebagai Komisaris;
Independensi Komisaris Independen juga tergantung pada lama periode
menjabat sebagai Komisaris Independen pada perusahaan, di mana menurut adalah
ASEAN Corporate Governance Scorecard masa jabatan maksimal dari seorang
Komisaris Independen adalah 9 tahun. ASEAN Corporate Governance Scorecard
juga mensyaratkan agar Komisaris Independen tidak menerima remunerasi berupa
hak opsi, saham, atau bonus kinerja, karena hal ini akan mempengaruhi keputusan
yang akan diambilnya dan akan berakibat terjadinya konflik kepentingan. Syarat
Independensi lainnya berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard antara
lain: Ketua Dewan Komisaris dan Pejabat Eksekutif Perusahaan dijabat oleh orang
yang berbeda, Komisaris Utama merupakan seorang Komisaris Independen, serta
Komisaris Utama bukan merupakan Direktur Utama perusahaan dalam 3 tahun
terakhir.

6 Universitas Indonesia
BAB III
PROFIL PT. ANEKA TAMBANG TBK

PT. Aneka Tambang Tbk didirikan pada tanggal 5 Juli 1968, di mana
berdasarkan Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang Tbk Tahun Buku 2018, modal
dasar perseoran adalah sejumlah 3,8 trilyun rupiah dan modal ditempatkan 2,4
trilyun rupiah. PT. Aneka Tambang Tbk dimiliki oleh PT. Indonesia Asahan
Alumunium (persero) selaku holding dengan porsi kepemilikan sebesar 65%,
Publik sebesar 35%, dan Pemerintah Republik Indonesia sebanyak 1 lembar Saham
Seri A Dwi Warna.

Sumber: Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang Tbk 2018

Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, maksud dan tujuan


Perseroan adalah melakukan usaha di bidang pertambangan berbagai jenis bahan
galian dan menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan
jasa yang berkaitan dengan pertambangan berbagai jenis bahan galian tersebut,
serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk
menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
untuk mendapat/ mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan
menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas (Antam, 2019).

7 Universitas Indonesia
Struktur Organisasi PT. Aneka Tambang Tbk berdasarkan Laporan Tahunan
2018 terdiri atas Dewan Direksi dan Dewan Komisaris, di mana Dewan Direksi
terdiri dari Direktur Utama, Direktur Keuangan, Direktur Pengembangan, Direktur
Pemasaran, Direktur Operasi dan Direktur Human Capital dan Corporate Social
Responsibility. Dewan Direksi ini membawahi unit Kantor Pusat dan Unit Bisnis.
Sedangkan Dewan Komisaris terdiri satu orang Komisaris Utama, tiga orang
Komisaris, dan dua orang Komisaris Independen. Dewan Komisaris ini
membawahi Komite Penunjang Dewan Komisaris yang terdiri atas Komite Audit,
Komite Good Corporate Governance, Nominasi, dan Remunerasi, dan Komite
Manajemen Risiko.

Sumber: Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang Tbk 2018

Berdasarkan Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang Tahun Buku 2018,


Susunan Dewan Komisaris terdiri dari:
1. Jend TNI (Purn) Fachrul Razi, S.Ip, S.H., M.H. sebagai Komisaris Utama
merangkap Ketua Komite Good Corporrate Governance, Nominasi dan
Renumerasi (GCG-NR) diangkat pada RUPS-LB yang diselenggarakan pada 7
Oktober 2015;
2. Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri sebagai Komisaris Independen
merangkap Ketua Komite Audit diangkat pada RUPS 2 Mei 2017;

8 Universitas Indonesia
3. Ir. Anang Sri Kusuwardono sebagai Komisaris Independen merangkap Wakil
Ketua Komite GCG-NR diangkat pada RUPS 2 Mei 2017;
4. Zaelani S.E. merupakan Komisaris merangkap Wakil Ketua Komite Audit
diangkat pada RUPS tanggal 2 Mei 2017;
5. Prof. Robert Simanjuntak, Ph.D. merupakan Komisaris merangkap Ketua
Komite Manajemen Risiko diangkat pada RUPS 26 Maret 2014;
6. Ir. Bambang Gatot Ariyono M.M., DESS. merupakan Komisaris diangkat pada
RUPS-LB yang diselenggarakan pada 7 Oktober 2015 merangkap Wakil Ketua
Komite Manajemen Risiko dan diangkat sebagai Komisaris di PT Inalum
(Persero) sesuai dengan surat pemberitahuan PT Inalum (Persero) kepada
Direksi ANTAM pada tanggal 6 Agustus 2018. Sehubungan dengan hal
tersebut maka Sdr Bambang Gatot Ariyono tidak lagi menjabat sebagai
Komisaris ANTAM sejak tanggal pengangkatannya sebagai Komisaris di PT
Inalum (Persero) sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar ANTAM.

9 Universitas Indonesia
BAB IV
PEMBAHASAN

Untuk menganalisis bagaimana penerapan Good Corporate Governance pada


PT. Aneka Tambang Tbk dalam aspek independensi Dewan Komisaris, penulis
akan menganalisis berdasarkan empat indikator, yaitu struktur dan komposisi
Dewan Komisaris, pemenuhan persyaratan Komisaris Utama, dan sistem
remunerasi yang didapatkan, dengan Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang Tbk
Tahun Buku 2018 sebagai sumber dokumen pendukungnya.
4.1. Struktur dan Komposisi Dewan Komisaris
Pada bagian pembahasan Struktur dan Komposisi Dewan Komisaris ini,
penulis akan melakukan analisis pemenuhan persyaratan Struktur dan Komposisi
Dewan Komisaris berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard Part E:
Responsibilities of The Board yaitu:
Struktur dan Komposisi Direksi dan Dewan Komisaris
E.2.4 Apakah jumlah Komisaris Independen terdiri dari paling sedikit 3 orang dan mewakili
sekurang-kurangnya 50% dari jumlah anggota Dewan Komisaris?
E.2.5 Apakah Direktur/Komisaris independen bebas/tidak memiliki keterkaitan dengan
manajemen dan pemegang saham mayoritas?
E.2.6 Apakah perusahaan memiliki persyaratan keterbatasan waktu 9 tahun atau kurang bagi
direktur/komisaris independen yang bekerja untuk perusahaan?
E.2.7 Apakah perusahaan mengungkapkan adanya batasan jabatan rangkap dari individu
Direksi/Dewan Komisaris yaitu maksimal pada 5 perusahan publik?
E.2.8 Apakah perusahaan memiliki Komisaris independen yang bekerja di lebih dari lima
perusahaan publik di luar perusahaan?

Jumlah Komisaris Independen


Berdasarkan Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang Tbk Tahun Buku 2018,
anggota Dewan Komisaris per tanggal 31 Desember 2018 adalah berjumlah 5 (lima)
orang, dan 2 (dua) anggota Dewan Komisaris tersebut merupakan Komisaris
Independen. Jumlah Komisaris Independen PT. Aneka Tambang Tbk ini sudah
memenuhi persyaratan dalam Peraturan OJK Nomor 33/ POJK.04/2014, dimana
masing-masing perusahaan publik wajib memiliki Komisaris Independen
sedikitnya 30% dari keseluruhan anggota Dewan Komisaris.
Walaupun berdasarkan nama jabatannya jumlah Komisaris Independen PT.
Aneka Tambang Tbk belum memenuhi persyaratan dalam ASEAN Corporate

10 Universitas Indonesia
Governance Scorecard, yaitu paling sedikit 3 orang atau 50% dari seluruh anggota
Dewan Komisaris, namun berdasarkan analisis terhadap pemenuhan kriteria ASX
Corporate Governance Principles (dapat dilihat pada Lampiran), di mana PT.
Aneka Tambang Tbk juga terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Australia, PT.
Aneka Tambang Tbk memiliki 3 (tiga) orang Komisaris Independen dan telah
memenuhi jumlah minimum Komisaris Independen berdasarkan ASEAN Corporate
Governance Scorecard.
Kaitan Komisaris Independen dengan Manajemen dan Pemegang Saham
Mayoritas
Berdasarkan Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang Tbk Tahun Buku 2018,
seluruh anggota Dewan Komisaris sama sekali tidak memiliki hubungan afiliasi
baik secara keuangan maupun secara kekeluargaan antar satu sama lain, serta antara
Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali.

Sumber: Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang Tbk 2018


Dan juga berdasarkan Pernyataan Independensi Anggota Dewan Komisaris,
tidak ada satupun Komisaris Independen pada PT. Aneka Tambang Tbk yang
mempunyai kepemilikan saham pribadi pada perusahaan, memiliki Hubungan
keluarga sedarah sampai derajat ke-3 (ke tiga), baik menurut garis lurus maupun
garis ke samping ataupun hubungan yang timbul karena perkawinan dengan
anggota Dewan Komisaris lainnya atau dengan anggota Direksi, dan memiliki
jabatan sebagai direktur pada BUMN, BUMD, atau perusahaan swasta yang

11 Universitas Indonesia
menimbulkan benturan kepentingan jabatan, menjabat sebagai pengurus partai
politik dan atau calon anggota legislatif dan atau calon kepala/wakil kepala daerah,
dan jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan dengan jabatan
Komisaris Independen pada PT. Aneka Tambang Tbk.
Batasan Masa Jabatan Komisaris Independen
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat dan Perubahan Anggran
Dasar Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Aneka Tambang Tbk tanggal 2 Mei 2017
Nomor 03 Pasal 14 ayat (4), para anggota Dewan Komisaris diangkat untuk jangka
waktu terhitung sejak tanggal yang ditetapkan oleh RUPS yang mengangkatnya dan
berakhir pada penutupan RUPS Tahunan yang ke-5 (lima) setelah tanggal
pengangkatannya, dengan syarat tidak boleh melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun,
dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal,
namun dengan tidak mengurangi hak dari RUPS untuk sewaktu-waktu dapat
memberhentikan para anggota Dewan Komisaris/Direksi sebelum masa jabatannya
berakhir. Setelah masa jabatannya berakhir, para anggota Dewan Komisaris dapat
diangkat kembali oleh RUPS untuk satu kali masa jabatan. Di mana menurut
Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang Tbk Tahun Buku 2018, para Komisaris
Independen, yaitu Gumilar Rusliwa Somantri dan Anang Sri Kusuwardono
diangkat sejak 2 Mei 2017, sehingga memenuhi persyaratan Batasan masa jabatan
ini.
Batasan Rangkap Jabatan Komisaris Independen
Dengan statusnya sebagai BUMN dan Perusahaan publik, ANTAM harus
mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh OJK dan peraturan yang
dikeluarkan oleh Kementerian BUMN. Di mana berdasarkan kepada Pernyataan
Independensi Anggota Dewan Komisaris, tidak ada Komisaris Independen yang
memiliki rangkap jabatan sebagai direktur pada BUMN, BUMD, atau perusahaan
swasta yang menimbulkan benturan kepentingan jabatan, menjabat sebagai
pengurus partai politik dan atau calon anggota legislatif dan atau calon kepala/wakil
kepala daerah, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan
dengan jabatan Komisaris Independen pada PT. Aneka Tambang Tbk. Dan juga
seluruh Komisaris Independen juga telah memenuhi ketentuan mengenai rangkap
jabatan Dewan Komisaris berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

12 Universitas Indonesia
33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan
publik serta Peraturan Perundang-Undangan lainnya.
4.2. Pemenuhan Persyaratan menjadi Komisaris Utama
Pada bagian pembahasan pemenuhan persyaratan menjadi Komisaris Utama
ini, penulis akan melakukan analisis pemenuhan persyaratan Komisaris Utama
berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard Part E: Responsibilities of
The Board yaitu:
Komisaris Utama
E.4.1 Apakah komisaris utama dan direktur utama merupakan orang yang berbeda?
E.4.2 Apakah Komisaris Utama adalah Komisaris Independen?
E.4.3 Apakah Komisaris Utama merupakan Direktur Utama dalam 3 tahun terakhir?
Berdasarkan profil Komisaris Utama yang terdapat pada Laporan Tahunan
PT. Aneka Tambang Tbk Tahun Buku 2018, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi,
S.Ip, S.H., M.H bukan merupakan Direktur Utama dari PT. Aneka Tambang Tbk,
di mana Direktur Utama PT. Aneka Tambang Tbk dijabat oleh Arie Prabowo
Ariotedjo. Di mana jika mengacu pada status Independensi berdasarkan kriteria
ASX Corporate Governance Principles (dapat dilihat pada Lampiran), Komisaris
Utama juga merupakan Komisaris Independen. Dan juga berdasarkan pengalaman
kerjanya yang diungkap pada Profil Dewan Komisaris, Jenderal TNI (Purn) Fachrul
Razi, S.Ip, S.H., M.H tidak pernah menjadi Direktur Utama PT. Aneka Tambang
Tbk dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.
4.3. Sistem Remunerasi Komisaris Independen
Pada bagian pembahasan sistem remunerasi Komisaris Independen ini,
penulis akan melakukan analisis pemenuhan persyaratan sistem remunerasi
Komisaris Independen berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard Part
E: Responsibilities of The Board yaitu:
Permasalahan Remunerasi
E.3.15Apakah Dewan Komisaris Independen mendapatkan opsi, saham atas kinerja saham,
dan bonus?

Berdasarkan remunerasi aktual Dewan Komisaris selama Tahun 2018, tidak


ada seorang pun dari keseluruhan anggota Dewan Komisaris, termasuk Komisaris
Independen, yang mendapatkan opsi saham.

13 Universitas Indonesia
Hal ini mengacu pada persetujuan dari Pemegang Saham Seri A Dwiwarna
melalui surat Nomor SR-603/MBU/D3/06/2018 tanggal 5 Juni 2018 perihal
Penyampaian Penetapan Penghasilan Direksi dan Dewan Komisaris PT Aneka
Tambang Tbk Tahun 2018, struktur remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi PT.
Aneka Tambang Tbk terdiri atas Gaji; Tunjangan-tunjangan meliputi Tunjangan
Hari Raya (THR), Asuransi Purna Jabatan, Tunjangan Transportasi, Tunjangan
Profesi; dan fasilitas-fasilitas yang meliputi fasilitas kesehatan dan bantuan hukum.
Selain itu remunerasi aktual Dewan Komisaris selama Tahun 2018, selain gaji dan
tunjangan, anggota Dewan Komisaris juga mendapatkan Insentif Kinerja Tahun
Buku 2017.

Sumber: Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang Tbk 2018

14 Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pada analisis yang sudah penulis lakukan penerapan Good


Corporate Governance pada PT. Aneka Tambang Tbk dalam aspek independensi
Dewan Komisaris pada Bab IV Pembahasan, dapat dapat ditarik kesimpulan bahwa
PT. Aneka Tambang Tbk telah menerapkan praktik Good Corporate Governance
atau tata kelola perusahaan yang baik dalam aspek independensi Dewan Komisaris-
nya, hal ini dapat diketahui dari dipenuhinya semua persyaratan independensi
dalam ASEAN Corporate Governance Scorecard Part E: Responsibilities of The
Board yaitu:
1. Pada bagian Struktur dan Komposisi Dewan Komisaris, PT. Aneka Tambang
Tbk telah memenuhi persyaratan jumlah Komisaris Independen; keterkaitan
baik secara keuangan maupun secara kekeluargaan antar satu sama lain, serta
antara Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali;
batasan waktu 9 tahun atau kurang bagi komisaris independen untuk bekerja
pada perusahaan; dan batasan rangkap jabatan.
2. Pada bagian Pemenuhan Persyaratan Komisaris Utama, PT. Aneka Tambang
Tbk telah memenuhi persyaratan, di mana Komisaris Utama dan Direktur
Utama merupakan orang yang berbeda, merupakan Komisaris Indpenden, dan
bukan Direktur Utama PT. Aneka Tambang Tbk dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir.
3. Pada bagian Sistem Remunerasi Komisaris Independen, PT. Aneka Tambang
Tbk telah memenuhi persyaratan tidak ada seorang pun dari keseluruhan
anggota Dewan Komisaris, termasuk Komisaris Independen, yang
mendapatkan opsi saham.
Dengan dipenuhinya penerapan praktik Good Corporate Governance atau
tata kelola perusahaan yang baik dalam aspek independensi Dewan Komisaris-nya
diharapkan dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris harus melakukan
pengawasan terhadap manajemen secara independen guna menghindari konflik
kepentingan, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya menjalankan
kewajibannya kepada para stakeholder

15 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI

Antam. (2019). Laporan Tahunan PT. Aneka Tambang Tbk Tahun 2018. Retrieved
from Jakarta:
Astrini, S. F., Biekayanti, G., & Suhardjanto, D. J. J. A. (2015). Praktik Corporate
Governance dan Nilai Perusahaan BUMN di Indonesia. 19(1), 1-30.
ASX. (2007). Corporate Governance Principles and Recommendations 2nd
Edition. In. Sydney: ASX Corporate Governance Council.
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada
Badan Usaha Milik Negara, (2011).
Ghozali, I., & Chariri, A. J. S. B. P. U. D. (2007). Teori akuntansi.
IAI. (2015). Modul Chartered Accountant Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
(2003).
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT),
(2007).
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. J. J. o. f. e. (1976). Theory of the firm:
Managerial behavior, agency costs and ownership structure. 3(4), 305-360.
OECD. (2015). G20/OECD Principles of Corporate Governance. In. Paris: OECD
Publishing.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014, (2014).
Pasopati, G. (2015). Komisaris BUMN Harus Independen dan Tidak Politis.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150318162724-92-
40085/komisaris-bumn-harus-independen-dan-tidak-politis
Rezaee, Z. (2009). Corporate governance and ethics: John Wiley & Sons.

16 Universitas Indonesia
LAMPIRAN 1
Pemenuhan Kriteria ASX Corporate Governance Principles

17 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai