Model Anglo-America:
Model Anglo-American merupakan model yang digunakan di US
dan UK serta Kanada, di mana struktur governance terdiri dari
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), Board of Directors
(executive directors dan non-executive directors), serta executive
managers yang dipimpin oleh CEO. Di dalam sistem ini pasar modal
memegang peranan penting di dalam perekonomiannya. Negara
yang menganut sistem ini mekanisme pengendalian oleh kekuatan
pasar bertindak sebagai pusat dari sistem pengendalian (control
system) korporasi.
Lanjutan:
Pendekatan dalam model ini menekankan pada pemisahan
kepemilikan antara Pemilik (Principal) dengan Pemegang saham
(Shareholder).
Orientasi dari model ini adalah banyak mengarah pada peningkatan
terhadap kesejahteraan pemegang saham, di mana pemegang
saham dianggap merupakan pemilik tidak langsung (Indirect
Owners), oleh karena itu aktivitas dan strategi apapun yang
dijalankan oleh perusahaan bermuara pada maximizing shareholder
value.
Konsentrasi kepemilikan yang rendah di negara-negara Anglo
Saxon menyebabkan para pemegang saham tidak memiliki
kekuasaan yang signifikan dalam tiap perusahaan, akibatnya
kekuasaan manajemen seringkali lebih besar dalam pengambilan
keputusan.
Lanjutan:
Dimana struktur CG yang tidak memisahkan keanggotaan dewan
komisaris dan dewan direksi. Dalam sistem ini anggota dewan
komisaris juga merangkap anggota dewan direksi dan kedua dewan
ini disebut sebagai board of directors.
Pengambilan kebijakan merupakan kewenangan board of directors
sebagai satu kesatuan dewan sehingga semua anggota board of
directors dapat berpartisipasi dalam melaksanakan fungsi tersebut.
Seringkali konsep kesatuan dalam pengambilan keputusan dan
pertanggung-jawaban tersebut disebut sebagai kolektif kolegial.
Dalam pelaksanaan kegiatan operasional ditunjuk satu atau
beberapa anggota board of directors yang disebut sebagai
executive director(s).
Lanjutan:
Sedangkan pelaksanaan fungsi monitoring dan pengawasan
dilakukan oleh beberapa anggota board of directors lainnya yang
disebut non-executive directors (NEDs). NEDs pada umumnya
bekerja secara paruh waktu (part time).
Komposisi jumlah anggota executive directors dan non-executive
directors bervariasi tergantung pertimbangan dan kepentingan
perusahaan atau organisasinya, tetapi pada umumnya executive
directors berjumlah lebih sedikit.
Model Kontinental:
Suatu sistem model Good Corporate Governance yang berlaku di
negara-negara di benua Eropa seperti Jerman dan Perancis yang
mempunyai landasan pada filosofi yang berorientasi pada
Stakeholder di mana memerlukan dewan direktur dua tingkat
sebagai sarana untuk meningkatkan tata kelola perusahaan.
struktur governance terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Dewan
Direktur, dan Manajer Eksekutif (manajemen).
Struktur semacam ini disebut Twoboard system, yaitu struktur CG
yang dengan tegas memisahkan keanggotaan dewan, yakni antara
keanggotaan dewan komisaris sebagai pengawas dan dewan
direksi sebagai eksekutif perusahaan.
Lanjutan:
Dalam model two-board system, RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham) merupakan struktur tertinggi yang mengangkat dan
memberhentikan dewan komisaris yang mewakili para pemegang
saham untuk melakukan kontrol terhadap manajemen.
Dewan komisaris membawahi langsung dewan direksi dan
mempunyai kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan
dewan direksi serta melakukan tugas pengawasan terhadap
kegiatan direksi dalam menjalankan perusahaan.
Posisi dewan komisaris dalam model ini relatif kuat terhadap direksi
sehingga fungsi pengendalian/kontrol terhadap kegiatan
manajemen dapat berjalan dengan efektif.
Lanjutan:
Dalam model ini kepemilikan pemegang saham sangat
terkonsentrasi pada sejumlah kecil pemegang saham. Maka
kepemilikan menjadi besar sehingga voting right yang dimiliki juga
besar.
Hal ini berakibat pemegang saham bisa menggunakan
kepemilikannya untuk mengendalikan perusahaan sekaligus untuk
mengambil keputusan.
Pemerintah dan kepentingan nasional adalah pengaruh kuat dalam
model kontinental, dan banyak perhatian diberikan pada tanggung
jawab perusahaan untuk tunduk pada tujuan pemerintah.
Model Jepang:
Konsep inti corporate governance yang diterapkan oleh Jepang
adalah company community. Pandangan ini menganggap bahwa
para pegawai tidak dipekerjakan oleh perusahaan tetapi mereka
termasuk dalam “company community”. Company community itu
sendiri terdiri dari manajemen, dewan direksi, dan para pegawai inti
yang membagi identitas mereka sebagai “company community”.
Dewan direksi yang dipilih oleh pemegang saham menentukan
semua arah dan kebijakan korporasi dan menunjuk eksekutif
perusahaan yang mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
tersebut.
Pada praktiknya yang berlaku umum saat ini, corporate board di
Jepang mewakili kepentingan perusahaan dan karyawannya secara
kolektif, bukan hanya kepentingan pemegang saham semata. Dua
hal yang muncul dari praktik governance tersebut adalah:
Lanjutan:
1. Hampir semua direktur merupakan senior manajer atau mantan
karyawan perusahaan. Hampir 80% korporasi di Jepang tidak
mempunyai anggota dewan direksi dari luar. Jikapun ada, tidak lebih
dari 2 orang.
2. Pemegang saham merupakan pemilik pasif. Komposisi
pemegang saham biasanya didominasi business partner dan
investor institusi dengan membentuk block of friendly serta stable
shareholders (60-80%), sedangkan individualhanya sebagai
pemegang saham minoritas.
Regulator Jepang memainkan peran besar dalam kebijakan