Anda di halaman 1dari 11

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

“Corporate Governance dan Corporate Control”


Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA.

Oleh;

KELOMPOK 2

NI MADE SINTHA DARMA PUTRI 1807531110


NI PUTU LAKSMI DEVI MAHAYANI 1807531106
PUTU INDY SURYA KINANTI 1807531122
ANAK AGUNG ISTRI JAYANTI HOTAMA 1807531145

POGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
CORPORATE GOVERNANCE DAN CORPORATE CONTROL

I. Corporate Governance Di Asia Dan Dunia Ditinjau Dari Struktur Pengurus /


Pengelola Perusahaan
I.1 Corporate Governance di Asia
Krisis ekonomi yang melanda Asia Timur pada akhir tahun 1997 telah
memicu terjadinya diskusi tentang pentingnya sistem tata kelola dalam suatu negara.
Secara umum ada tiga persoalan utama di Asia yang menyebabkan pelaksanaan good
corporate governance masih begitu lemah. Tiga persoalan ini antara lain:
1) Banyak perusahaan yang masih terbelakang atau belum didesain untuk
memainkan peran penting di pasar
2) Pasarnya sendiri tidak bekerja secara optimal dan lingkungan bisnisnya tidak
kompetitif
3) Sistem hukum yang lemah dan lembaga-lembaga yang menangani dan
menjalankan aturan main itu sendiri maupun keseluruhan penegakan peraturan
administratif masih lemah termasuk didalamnya penegakan peraturan di bursa
saham atau standarisasi laporan akutansi.
Hal ini berarti bahwa Good Corporate Governance tidak hanya berdampak
positif bagi pemegang saham, namun juga masyarakat luas berupa pertumbuhan
ekonomi nasional. Oleh sebab itu berbagai lembaga ekonomi dan keuangan dunia
seperti World Bank dan International Monetary Fund sangat berkepentingan terhadap
penegakan corporate governance.
I.1.1 Corporate Governance Malaysia
Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian Code on Corporate
Governance) diterbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan kewajiban untuk
melaksanakan pedoman ini diatur dalam peraturan tentang pencatatan efek di bursa
efek tersebut. Pedoman ini diterbitkan pada tahun 2007 dan merupakan revisi atas
pedoman yang diterbitkan sebelumnya.
1) Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Bagi perusahaan yang tercatat di bursa efek Malaysia, prinsip-prinsip Good
Corporate Governance dan praktik-praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan
wajib diungkapkan dalam laporan tahunan. Perusahaan juga wajib mengidentifikasi
prinsip dan praktik terbaik yang tidak dilaksanakan disertai alasan atas
ketidakpatuhan tersebut. Apabila perusahaan mengadopsi praktek tata kelola negara
lain, hal ini juga harus diungkapkan.
2) Sanksi atas Ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and explain
sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan tidak menerapkan seluruh aspek
dalam Pedoman Good Corporate Governance. Namun terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan pelaksanaan dari Pedoman tersebut dalam laporan tahunan.
3) Ruang Lingkup Pedoman Good Corporate Governance
(a) Bagian 1
Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang luas yang berlaku di
Malaysia. Tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah untuk memungkinkan
fleksibilitas perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip sesuai dengan
keadaan masing-masing perusahaan.
(b) Bagian 2
Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan,
mengidentifikasi seperangkat pedoman untuk membantu perusahaan dalam
merancang pendekatan mereka terhadap tata kelola perusahaan yang baik bagi
perusahaannya.
(c) Bagian 3
Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di atas yang bersifat
sukarela. Hal ini tidak ditujukan kepada perusahaan yang terdaftar tetapi untuk
investor dan auditor untuk meningkatkan peran mereka dalam tata kelola
perusahaan.
I.1.2 Corporate Governance Singapura
1) Metode Penerapan Good Corporate Governance
Berdasarkan ketentuan pencatatan efek di Bursa efek Singapura
mengharuskan perusahaan tercatat untuk mengungkapkan praktik tata kelola
mereka dalam laporan tahunan dengan referensi khusus kepada prinsip-prinsip
yang terdapat dalam pedoman. Perusahaan juga didorong untuk melakukan
konfirmasi positif tentang pemenuhan prinsip-prinsip tata kelola dan
mengungkapkan setiap ketidak patuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut
dalam laporan tahunan perusahaan.
2) Sanksi atas Ketidakpatuhan Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya
bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang
tidak menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci
alasan untuk tidak menerapkannya.
3) Ruang Lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Ruang lingkung Tata Kelola perusahaan
a) Board Matters
b) Remuneration Matters
c) Accountability and Audit
d) Communication with Shareholders
e) Disclosure of Corporate Governance Arrangements
I.1.3 Corporate Governance China
Di China, perusahaan terbuka menggunakan system two-tiered board.
Walaupun China menggunakan two-tiered board, namun dalam penerapannya
ada perbedaan dengan yang ditetapkan di Amerika Serikat dan Inggris. Two-
triered board di China terdiri dari dewan direksi dan dewan pengawas, yang
merupakan transplantasi dari sistem di Jerman. Fungsi dewan pengawas di
China berbeda dengan dewan pengawas di Jerman. Dewan pengawas di China
tidak memiliki kewenangan dalam membuat keputusan perusahaan dan juga
tidak memiliki kewenangan untuk mengangkat atau membubarkan anggota-
anggota dewn direksi. Dalam praktiknya peran monitoring dewan komisaris
lebih dekoratif daripada fungsinya.
I.1.4 Corporate Governance Jepang
Konsep inti corporate governance yang diterapkan oleh Jepang adalah
company community. Pandangan ini menganggap bahwa para pegawai tidak
dipekerjakan oleh perusahaan tetapi mereka termasuk dalam “comapny
community”. Company community itu sendiri terdiri dari manajemen, dewan
direksi, dan para pegawai inti. Dewan direksi yang dipilih oleh pemegang
saham menentukan semua arah dan kebijakan korporasi dan menunjuk
eksekutif perusahaan yang mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
tersebut. Pada praktiknya yang berlaku umum saat ini, corporate board di
Jepang mewakili kepentingan perusahaan dan karyawannya secara kolektif,
bukan hanya kepentingan pemegang saham semata. Dua hal yang muncul dari
praktik governance tersebut adalah:
a) Hampir semua direktur merupakan senior manajer atau mantan karyawan
perusahaan. Hampir 80% korporasi di jepang tidak mempunyai anggota
dewan direksi dari luar. Jikapun ada, tidak lebih dari 2 orang.
b) Pemegang saham merupakan pemilik pasif. Komposisi pemegang saham
biasanya didominasi business partner dan investor institusi dengan
membentuk block of friendly serta stable shareholders (60-80%),
sedangkan individual hanya sebagai pemegang saham minoritas.
I.2 Corporate Governance di Dunia
I.2.1 Corporate Governance Amerika
Perusahaan di Amerika kebanyakan dikelola atas arahan dari direksi.
Direksi yang berasal dari luar perusahaan tidak dapat mengelola bisnis
perusahaan secara langsung yang menyebabkan manajerlah yang mengambil
alih mengelola bisnis perusahaan dan direksi memiliki peran yang terbatas
yaitu melakukan pengawasan dalam urusan perusahaan. Sistem pengelolaan
perusahaan di Amerika yaitu menggunakan Outsider atau arm’s length. Ini
berarti pemegang saham atau investor menyerahkan pengelolaan perusahaan
sepenuhnya kepada pengurus perusahaan dan mereka jarang ikut campur
dalam menjalankan bisnis tersebut.
I.2.2 Corporate Governance Inggris
Mulai Mei 1991, Inggris melakukan upaya untuk memperbaiki
corporate governance dengan membentuk Cadbury Committee yang memiliki
tugas untuk untuk membuat rekomendasi untuk memperbaiki mekanisme
corporate governance bukan hanya untuk bank saja melainkan juga untuk
semua perusahaan-perusahaan di Inggris. Selain itu, terdapat juga Hampell
Committee yang berfokus dalam rekomendasi pada tiga bidang yaitu
pembentukan prinsip keterbukaan pada pembayaran bagi eksekutif, klarifikasi
lebih lanjut dalam peranan eksekutif direksi dan non eksekutif direksi, dan
metode untuk meningkatkan kepentingan institusional investor di Inggris.
I.2.3 Corporate Governance Australia
Penerapan corporate governance di Australia diawali dari adanya
reaksi pemerintah Australia terhadap krisis ekonomi dan banyaknya
perusahaan publik yang hancur diawal tahun 2000. Pemerintah Australia pun
menerbitkan pedoman good corporate governance bagi perusahaan publik dan
memperbaharui undang-undang tentang perusahaan Australia. Pemerintah
Australia juga menyusun program untuk meninjau kembali regulasi audit dan
pengungkapan informasi perusahaan. Program ini juga mengaktifkan
partisipasi pemegang saham dalam meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi perusahaan – perusahaan publik.
II. Corporate Control Across the world
II.1 Evolusi Kontrol Setelah Penawaran Umum Perdana
Berle dan Means dalam bukunya pada tahun 1932 menyatakan bahwa
perusahaan yang tumbuh dan berkembang akan mengalami pemisahan kepemilikan
dan kontrol, dimana pemisahan ini menciptakan suatu konflik kepentingan antara
manajer dan pemilik, yaitu para pemegang saham. Initial Public Offering (IPO) atau
penawaran umum perdana merupakan sebuah peristiwa penting dalam kehidupan
suatu perusahaan. Penawaran umum perdana dimulai dari perusahaan memperoleh
listing di bursa saham dan kemudian menawarkan sahamnya kepada masyarakat
umum untuk pertama kalinya. Saham yang ditawarkan dalam IPO terdiri dari dua
jenis, yaitu:
1) Saham Primer, Ini adalah saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan itu
sendiri. Hasil dari penjualan saham primer menjadi miliki perusahaan sebagai
peningkatan modal perusahaan. Ada berbagai alasan mengapa perusahaan
ingin meningkatkan modal keuntungan dari pemegang saham yang ada. Salah
satunya adalah dana internal yang tidak cukup untuk membiayai semua
peluang investasi yang tersedia.
2) Saham Sekunder, Ini adalah saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang
saham. Alasan penting mengapa perusahaan memutuskan untuk menawarkan
saham sekunder dalam IPO adalah memberikan kesempatan bagi pemegang
saham untuk menjual sebagian atau seluruh kepemilikan mereka.

Sebagian besar perusahaan cenderung memiliki dua jenis saham di IPO


mereka, yaitu saham dasar dan menengah. Namun, yang lebih penting, baik penjualan
saham primer dan penjualan saham sekunder adalah mencairkan kepemilikan
pemegang saham yang ada. Misalkan sebuah perusahaan memiliki 100 saham yang
beredar sebelum IPO dan seluruh saham ini dipegang oleh pendiri, yaitu 100% dari
ekuitas sebelum IPO. Kemudian perusahaan memutuskan untuk memiliki IPO yang
terdiri dari penjualan 20 saham primer serta penjualan 10 saham sekunder yang
dipegang oleh pendiri. Sebagai hasil dari IPO, holding pendiri kini menurun menjadi
90 dan perusahaan sekarang memiliki 120 saham beredar, artinya saham pendiri telah
menurun dari 100% menjadi 75% (90/120).
II.2 Pengendalian Perusahaan Di Eropa Barat Dan USA
Studi pertama yang rinci tentang Corporate Controll di seluruh Eropa Barat
dilakukan oleh European Corporate Governance Network (ECGTN), pendahulu dari
Eropa Corporate Governance Institute (ECGI). Penelitian ini awalnya ditugaskan
oleh Direktorat Jenderal Industri Komisi Eropa. Hasil dari studi ini diterbitkan dalam
sebuah buku yang ditulis oleh Fabrizio Barca dan Marco Becht. Penelitian ECGI
berfokus pada kontrol tertinggi. Seperti yang didefinisikan sebelumnya, kontrol
mengacu pada kepemilikan hak kontrol yaitu hak suara untuk ikut serta dalam
menentukan kebijakan penting perusahaan. Pada umumnya penting untuk
mempertimbangkan pemegang saham yang memiliki kontrol penuh atas korporasi.
Ada dua jenis hak kontrol, yaitu:
1) Hak Kontrol Langsung
Persentase saham yang dimiliki pemegang saham pengendali atas
nama dirinya pada suatu perusahaan.
2) Hak Kontrol Tidak Langsung
Penjumlahan atau hasil kontrol minimum dalam setiap rantai
kepemilikan, dengan kata lain hak kontrol ini adalah penjumlahan hubungan
paling lemah dalam setiap rantai kepemilikan.
Dalam hal tingkat kontrol, di Benua Eropa Barat:
1) Di sebagian besar perusahaan mayoritas suara dipegang oleh satu pemegang
saham atau sekelompok pemegang saham.
2) Sebagian besar perusahaan memiliki pemegang saham dengan pemegang
saham minoritas yang memblokir.
3) Terdapat potensi konflik kepentingan antara pemegang saham minoritas dan
pemegang saham besar
Sebaliknya, di Inggris dan AS:
1) Sebagian besar perusahaan dipegang secara luas.
2) Koalisi tiga pemegang saham terbesar memberikan suara kurang dari 30%.
3) Terdapat potensi konflik kepentingan antara pemegang saham dan
manajemen, yaitu perusahaan-perusahaan Inggris dan AS cenderung
menderita masalah klasik-agen utama.
Dalam hal sifat kontrol:
1) Industri dan perusahaan induk adalah jenis pemegang saham paling penting di
sebagian besar Eropa Barat Kontinental.
2) Pemegang saham Institutional adalah tipe pemegang saham utama di Inggris
dan juga Belanda.
3) Kontrol keluarga penting di Benua Eropa Barat.
4) Kontrol oleh manajemen penting di Inggris.
II.3 Kontrol Perusahaan Di Asia
Beberapa negara memiliki kekhasan dalam hal kontrol perusahaan mereka. Sebagai
contoh:
1) Di Jepang, beberapa perusahaan membentuk bagian dari apa yang disebut
keiretsus. Keiretsu adalah grup perusahaan industri yang memiliki ikatan
dekat dengan satu bank yang bertindak sebagai pemberi pinjaman utama
kepada grup. Bank juga memiliki kepemilikan di perusahaan grup dan
biasanya ada kepemilikan silang antara perusahaan grup. Sebuah holding-
holding terdiri dari perusahaan A yang memegang saham di perusahaan B dan
sebaliknya. Keiretsus berasal dari zaibatsus periode pra-Perang Dunia II.
Zaibatsus adalah kelompok perusahaan industri atau konglomerat yang
dikendalikan oleh keluarga melalui perusahaan induk di bagian atas kelompok
dan dengan bank sebagai salah satu perusahaan kelompok yang menyediakan
pembiayaan. Contoh keiretsu yang dimulai sebagai zaibatsu adalah grup
perusahaan Mitsubishi yang terdiri dari sekitar 300 perusahaan dengan inti 28
perusahaan. Kelompok ini termasuk bank, Bank of Tokyo-Mitsubishi.
2) Lanskap industri Korea didominasi oleh chaebol yang kuat. Chaebol adalah
sekelompok perusahaan industri yang dikendalikan oleh keluarga. Contoh
konglomerat terkenal termasuk Hyundai, LG dan Samsung.
3) Ferdinand Gul, Jeong-Bon Kim dan Annie Qiu (2010) mempelajari kontrol
perusahaan-perusahaan Cina. Selama tahun 1980-an, Cina memulai
serangkaian reformasi ekonomi yang memberi para manajer perusahaan milik
negara lebih banyak kekuasaan dan pengambilan keputusan yang
terdesentralisasi dari pemerintah ke tingkat perusahaan). Pada tahun 1990
pemerintah Cina mendirikan bursa saham Shenzen dan pada tahun 1991 bursa
saham Shanghai mulai beroperasi. Sejak saat itu BUMN diperbolehkan untuk
menerbitkan saham kepada investor individu, secara efektif memulai
privatisasi parsial mereka. BUMN China cenderung memiliki kontrol yang
kompleks dan struktur kepemilikan. Mereka cenderung memiliki lima jenis
pemegang saham utama: pemerintah pusat, badan hukum (yaitu lembaga dan
pendiri), karyawan, investor domestik yang memegang saham A dan investor
asing yang memegang saham B dan H. Saham H diterbitkan di Bursa Efek
Hong Kong yang memiliki regulasi lebih ketat dari pada bursa saham Shenzen
dan Shanghai.
4) Rajesh Chakrabarti, William Megginson, dan Pradeep Yadav mempelajari
kontrol perusahaan terhadap 500 perusahaan India terbesar yang terdaftar di
Bursa Saham Bombay.10 Di India, merupakan praktik umum untuk
membedakan apa yang disebut promotor dan bukan promotor. Promotor
cenderung menjadi pendiri atau orang dalam. Chakrabarti et al. melaporkan
bahwa sekitar 60% dari 500 perusahaan terbesar adalah bagian dari
konglomerat atau yang disebut kelompok bisnis. Perusahaan-perusahaan India
dicirikan oleh kepemilikan dan kontrol terkonsentrasi. Struktur kepemilikan
cenderung kompleks dan buram dengan sering menggunakan piramida
kepemilikan dan crossholdings. Kontrol sering dilakukan secara tidak
langsung melalui lapisan perantara dari perusahaan dan kepercayaan yang
tidak terdaftar.
II.4 Kontrol Perusahaan Dalam Ekonomi Transisi
Mantan negara-negara Komunis di Eropa Timur mulai bergerak ke ekonomi
pasar pada awal 1990-an dengan membuka bursa saham dan memulai program
privatisasi yang ambisius. Namun, bahkan sekarang, mendapatkan data yang akurat
tentang kontrol dan kepemilikan untuk Eropa Timur bisa sangat menantang. Anete
Pajuste mengulas pola kontrol dalam ekonomi Eropa Timur dari Republik Ceko,
Estonia, Hongaria, Latvia, Lithuania, Polandia, Rumania, Slovakia dan Slovenia.
Seperti Tabel 2.5 menunjukkan persentase hak suara yang dipegang
oleh pemegang saham terbesar mirip dengan, meskipun sedikit lebih rendah
dari, di Eropa Barat. Namun, suara yang dipegang oleh pemegang saham
terbesar kedua bisa sangat besar dengan pemegang saham terbesar kedua di
Republik Ceko memegang lebih dari minoritas yang menghalangi.
Daftar Pustaka

Akal, Muhammad Nasrum. 2015. CORPORATE GOVERNANCE (Konsep, Teori dan


Aplikasi di Beberapa Negara Asia). Maros: Pustaka Salewangang.

Code of Corporate Governance. 2005. Bursa Efek Singapura.


Friska, Juni. 2013. Penerapan Good Corporate Governance di Dunia.
Goergen, Marc. 2012. International Corporate Governance. England: Pearson Education
Limited.
The Malaysian Code on Corporate Governance. 2007. Bursa Efek Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai