Kelemahan corporate governance tersebut antara lain ditandai oleh berbagai macam hal,
diantaranya yaitu :
Skandal bisnis perusahaan – perusahaan raksasa dunia tersebut telah melukai kehidupan
ekonomi banyak negara. Dampak negatif skandal tersebut antara lain adalah menurunnya
kepercayaan investor untuk menanamkan dananya dalam perdagangan surat berharga.
Selain itu bank dan lembaga keuangan non – bank lebih selektif dalam menyalurkan kredit
mereka. Sejak terjadinya skandal bisnis tersebut diatas para investor surat berharga dan
1
bank - bank kreditur sadar bahwa hak dan kepentingan mereka di perusahaan dimana
mereka menanamkan dananya tidak sepenuhnya terlindungi.
Reaksi Amerika Serikat terhadap skandal yang terjadi di perusahaan – perusahaan serta
kerjatuhan perusahaan publik adalah :
2
Reaksi Australia terhadap skandal yang terjadi di perusahaan – perusahaan serta
kerjatuhan perusahaan publik adalah :
Corporate governance sudah bukan merupakan pilihan lagi bagi pelaku bisnis, tetapi
sudah merupakan suatu keharusan dan kebutuhan vital serta sudah merupakan tuntutan
masyarakat. Setiap tindakan memerlukan pertanggungjawaban yang baik. Penerapan GCG
didukung oleh Organisation for Economic Cooperation and Development dengan
penerbitan prinsip prinsip GCG yang bertujuan untuk membantu negara-negara baik negara
anggota OECD maupun bukan anggota OECD untuk menerapkan GCG di negaranya
terutama untuk dapat menyediakan pedoman dan saran-saran bagi bursa saham, investor,
perusahaan, dan pihak-pihak lain yang memiliki peranan dalam proses pengembangan
GCG.
3
A. Pedoman Good Corporate Governance Di Malaysia
Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian Code on Corporate
Governance) iniditerbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan kewajiban untuk
melaksanakan Pedoman inidiatur dalam peraturan tentang pencatatan efek di bursa efek
tersebut. Pedoman iniditerbitkan pada tahun 2007 dan merupakan revisi atas pedoman
yang diterbitkansebelumnya.
1. Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bagi perusahaan bersifat
complyand explain. Dengan demikian tidak ada sanksi apabila perusahaan tidak
menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman tersebut. Bagi perusahaan yang tercatat
di bursa efek Malaysia, prinsip prinsip Good Corporate Governance dan praktik-
praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan wajib diungkapkan dalam laporan
tahunan. Perusahaanjuga wajib mengidentifikasi prinsip dan praktik terbaik yang
tidak dilaksanakan disertaialasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila perusahaan
mengadopsi praktek tatakelola negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and explains
sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan tidak menerapkan seluruh
aspek dalam Pedoman Good Corporate Governance. Namun terdapat kewajiban
untuk mengungkapkan pelaksanaan dari Pedoman tersebut dalam laporan tahunan.
Dengan demikian bagi perusahaan yang tercatat atau akan mencatatkan sahamnya
di bursatidak mengungkapkan dalam laporan tahunannya terkait dengan penerapan
tata kelola, Bursa Malaysia dapat mengambil tindakan terhadap perusahaan atau
direksisebagaimana tercantum dalam Persyaratan Listing di Bursa Malaysia.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Pedoman Good Corporate Governanc terdiri dari tiga bagian yaitu :
Bagian 1 :
Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang luas yang berlaku
di Malaysia. Tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah untuk memungkinkan
fleksibilitas perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip sesuai dengan keadaan
masingmasing perusahaan.
Bagian 2 :
Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan.
Mengidentifikasi seperangkat pedoman atau praktek yang dimaksudkan untuk
4
membantu perusahaan dalam merancang pendekatan mereka terhadap tata kelola
perusahaan yang baik bagi perusahaannya.
Bagian 3 :
Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di atas yang bersifat
sukarela. Hal ini tidak ditujukan kepada perusahaan yang terdaftar tetapi untuk
investor dan auditor untuk meningkatkan peran mereka dalam tata kelola
perusahaan. Adapun ruang lingkup dari Pedoman Good Corporate Governance
tersebut adalah :
a. The Board Structure, Duties and Effectiveness
b. The Audit Committee and its Challenges
c. Assessing the Risk and Control Environment
d. Effective Oversight of Financial Reporting
e. Internal and External Audit: “Eyes And Ears” of Audit Committee
f. Conflict of Interest and Related Party Transactions
g. Nominating Committee
h. Remuneration Committee
i. Shareholder Relations
B. Pedoman Good Corporate Governance Di Singapura
1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and
explain. Selanjutnya berdasarkan ketentuan pencatatan efek di Bursa efek Singapore
mengharuskan perusahaan tercatat untuk mengungkapkan praktik tata kelola
mereka dalam laporan tahunan dengan referensi khusus kepada prinsip-prinsip yang
terdapat dalam Pedoman. Perusahaan juga wajib mengungkapkan dan menjelaskan
setiap perbedaan pelaksanaannya dari Pedoman tersebut. Perusahaan juga didorong
untuk melakukan konfirmasi positif tentang pemenuhan prinsip-prinsip tata kelola
dan mengungkapkan setiap ketidak patuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut dalam
laporan tahunan perusahaan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya
bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak
menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci alasan
untuk tidak menerapkannya.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
5
Ruang lingkung Tata Kelola perusahaan
a) Board Matters
b) Remuneration Matters
c) Accountability and Audit
d) Communication with Shareholders
e) Disclosure of Corporate Governance Arrangements
C. Pedoman Good Corporate Governance Di Thailand
1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Thailand bersifat
Comply or Explain . Oleh karena itu, Stock Exchange of Thailand (SET)
mengharapkan perusahaan untuk mengikuti Pedoman Good Corporate Governance
tersebut. Selain itu, perusahaan dapat mengadaptasi prinsip-prinsip Good Corporate
Governance sesuai kebutuhan fungsional tiap perusahaan. Bagi perusahaan yang
memilih untuk tidak mematuhi prinsip Good Corporate Governance, diharuskan
menjelaskan secara rinci alasan untuk tidak menerapkannya.Perusahaan Tercatat
telah diminta untuk mulai mengungkapkan pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance pada tahun 2007 pada Laporan Tahunan perusahaan. Selain
itu, perusahaan yang terdaftar harus mengungkapkan penerapan prinsip-prinsip tata
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) melalui media
komunikasi yang yang paling nyaman bagi Perusahaan, pemegang saham, investor,
stakeholder lainnya dan pihak-pihak terkait. Salah satu saluran yang disarankan
adalah situs web perusahaan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya
bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak
menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci alasan
untuk tidak menerapkannya.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik Good Corporate Governance
Perusahaan tercatat yang direkomendasikan oleh SET (Stock Exchange of Thailand)
mencakup 5 kategori yaitu:
a) Hak Pemegang Saham (Rights of Shareholders)
b) Perlakuan Adil kepada Pemegang Saham (Equitable Treatment of
Shareholders)
6
c) Peran Pemangku Kepentingan (Role of Stakeholders)
d) Keterbukaan dan Transparansi (Disclosure and Transparency)
e) Tanggung Jawab Dewan Direksi (Responsibilities of the Board)
7
h) Administrative Sanction
8
2) GCG Assessment, merupakan upaya untuk mengukur atau memetakan kondisi
perusahaan dalam penerapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik
awal atau level penerapan GCG dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang
tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi
penerapan GCG secara efektif.
3) GCG Manual Building, adalah langkah berikutnya setelah GCG Assessment
dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan untuk kesiapan perusahaan
dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman
implementasi GCG dapat disusun.
2. Tahap implementasi
Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama yaitu:
1) Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai
aspek yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman
penerapan GCG. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang
dibentuk untuk itu, langsung berada dibawah pengawasan Direktur Utama.
2) Implementasi, adalah kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang
ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down
approach yang melibatkan Dewan Komisaris dan Direksi perusahaan.
3) Internalisasi, mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan GCG di dalam
seluruh proses bisnis perusahaan melalui berbagai prosedur operasi, sistem kerja, dan
berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan
GCG bukan sekadar dipermukaan atau sekadar suatu kepatuhan yang bersifat
superficial, tetapi benar-benar tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan.
3. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu
untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan GCG telah dilakukan dengan
meminta pihak independen melakukan audit implementasi dan scoring atas praktek
GCG yang ada. Dalam hal membangun GCG, dan terkait dengan pengembangan sistem,
yang diharapkan akan mempengaruhi perilaku setiap individu dalam perusahaan yang
pada gilirannya akan membentuk kultur perusahaan yang bernuansa GCG, maka
diperlukan langkah-langkah berikut:
1. Menetapkan visi, misi, rencana strategis, tujuan perusahaan, serta system operasional
pencapaiannya secara jelas;
9
2. Mengembangkan suatu struktur yang menjaga keseimbangan peran dan fungsi organ
perusahaan (check and balance);
3. Membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan
maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai
perusahaan;
4. Membangun sistem audit yang handal, yang tak terbatas pada kepatuhan terhadap
peraturan dan prosedur operasi standar, tetapi juga mencakup pengendalian risiko
perusahaan;
5. Membangun sistem yang melindungi hak-hak pemegang saham secara adil dan setara
diantara pemegang saham;
6. Membangun sistem pengembangan SDM, termasuk pengukuran kinerjanya.
10
proyek ini, kementerian BUMN juga telah mengembangkan kerangka untuk implementasi
GCG.
Bergulirnya reformasi corporate governance masih menyisakan hal-hal strategis yang
harus dikaji, seperti kesesuaian dan sinkronisasi berbagai peraturan perundangan yang
terkait. Demikian pula yang terkait dengan otonomi daerah, permasalahan yang timbul
dalam kerangka regulasi adalah pemberlakuan undang-undang otonomi daerah yang
cenderung kebablasan tanpa diikuti dengan kesadaran dan pemahaman good governance itu
sendiri. Inisiatif di sektor swasta terlihat pda aktivitas organisasi-organisasi corporate
governance dalam bentuk upaya-upaya sosialisasi, pendidikan, pelatihan, pembuatan
rating, penelitian, dan advokasi.
Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan turut
berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yang diawal tahun 2005
di ubah menjadi Komite Nasional Kebijkan Governance telah menerbitkan pedoman GCG
pada bulan Maret 2001. Pedoman tersebut kemudian disusul dengan penerbitan Pedoman
GCG Perbankan Indonesia, Pedoman untuk komite audit, dan pedoman untuk komisaris
independen di tahun 2004. Semua publikasi ini dipandang perlu untuk memberikan acuan
dalam mengimplementasikan GCG.
Pemerintah pun melakukan upaya-upaya khusus bergandengan tangan dengan
komunitas bisnis dalam mensosialisasikan dan mengimplementasikan GCG. Dua sektor
penting yakni BUMN dan Pasar Modal telah menjadi perhatian pemerintah. Aspek baru
dalam implementasi GCG di lingkungan BUMN adalah kewajban untuk memiliki statement
of corporate intent (SCI). SCI pada dasarnya adalah komitmen perusahaan terhadap
pemegang saham dalam bentuk suatu kontrak yang menekankan pada strategi dan upaya
manajemen dan didukung dengan dewan komisaris dalam mengelola perusahaan. Terkait
dengan SCI, direksi diwajibkan untuk menanda tangani appointment agreements (AA) yang
merupakan komitmen direksi untuk memenuhi fungsi-fungsi dan kewajiban yang
diembannya. Indikator kinerja direksi terlihat dalam bentuk reward and punishment system
dengan meratifikasi undang-undang BUMN.
Pasar modal juga perlu menerapkan prinsip-prinsip GCG untuk perusahaan publik. Ini
ditunjukkan melalui berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ),
yang menyatakan bahwa seluruh perusahaan tercatat wajib melaksanakan GCG.
Implementasi GCG dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan kepentingan investor,
terutam para pemegang saham di perusahaan-perusahaan terbuka.
11
Di samping itu, implementasi GCG akan mendorong tumbuhnya mekanisme check and
balance di lingkungan manajemen khususnya dalam member perhatian kepada kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini terkait dengan peran
pemegang saham pengendali yang berwenang mengangkat komisaris dan direksi, dan dapat
mempengaruhi kebijakan perusahaan. Di samping pelindungan investor, regulasi
mewajibkan system yang menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam transaksi bisnis
antar perusahaan dalam satu grup yang berpotensi menimbulkan benturan kepentingan.
Semangat untuk memperoleh persetujuan publik dalam transaksi, merupakan bentuk
penerapan prinsip akuntabilitas. Diperkenalkannya komisaris independen, komite audit, dan
sekretaris perusahaan juga menjadi fokus regulasi BEJ. Independensi komisaris
dimaksudkan untuk memastikan bahwa komisaris independen tidak memiliki afiliasi
dengan pemegang saham, dengan direksi dan dengan komisaris; tidak menjabat direksi di
perusahaan lain yang terafiliasi; dan memahami berbagai regulasi pasar modal. Sedangkan
terkait dengan kewajiban untuk memiliki direktur independen, dalam sistem two tier yang
kita anut, justru akan lebih efektif bilamana bursa mewajibkan perusahaan untuk memiliki
komite nominasi dan remunerasi. Tujuan pedoman tersebut adalah untuk meningkatkan
kualitas disclosure perusahaan-perusahaan publik.
12