Anda di halaman 1dari 20

MENGANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN

PT ADARO ENERGY INDONESIA Tbk

Dosen pengampu : Khairiyani,S.E,.M.S,.AK

Disusun Oleh : Najmi Laili (503200041)

Kelas : 5B AKS

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN AJARAN 2021/2022


PT ADARO ENERGY INDONESIA TBK

PT Adaro Energy Indonesia Tbk adalah sebuah perusahaan pertambangan batu bara yang
berkantor pusat di Jakarta. Sepanjang tahun 2020, perusahaan ini berhasil memproduksi batu
bara sebanyak 54 juta ton. Adaro Energy bertanggung jawab atas 0,13% dari total emisi rumah
kaca industri global dari tahun 1988 sampai dengan tahun 2015 dan karenanya menjadi salah
satu kontributor utama perubahan iklim, yang secara substansial bermakna risiko terhadap
kesehatan, mata pencaharian, keamanan pangan, persediaan air, keamanan dan pertumbuhan
ekonomi.
ANALISIS RASIO KEUANGAN

TUJUAN

Membantu mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan pada suatu perusahaan.
Adapun 5 tipe Rasio Keuangan :

1. Likuiditas
2. Profitabilitas
3. Aktivitas
4. Solvabilitas
5. Pasar

1. RASIO LIKUIDITAS
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban terhadap utang jangka pendeknya.
Adapun bagian dari rasio likuiditas yaitu :

a. Rasio Lancar (Current Ration)


Rasio Lancar atau Current Ratio digunakan untuk mengevaluasi kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, seperti hutang dan upah.
Ini dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Semakin tinggi
hasilnya, semakin kuat posisi keuangan perusahaan.
 Rumus Current Ratio (CR) :

Aktiva Lancar (current assets)


Current Ratio (CR) =
Utang Lancar ( current liabilities)

1, 731 ,619
CR = = 1,51
1,144,923

Dari data di atas, dapat disimpulkan PT. Adaro Energy Tbk memiliki rasio likuiditas
sebesar 1,51 yang artinya kondisi keuangannya sangat baik.

Analisis Rasio Lancar

Konsep sederhana dari rasio lancar adalah bahwa perusahaan harus memiliki kas
yang cukup untuk menutupi kewajiban lancarnya. Jika rasio di atas 1, dalam analisis
rasio likuiditas, itu berarti perusahaan aman untuk membayar kewajiban lancarnya
dengan menggunakan aset lancarnya. Dan jika rasionya kurang dari satu itu berarti
perusahaan bisa kesulitan membayar utangnya tepat waktu kepada kreditor.

Namun, rasio ini termasuk Piutang dan Persediaan dalam perhitungan yang
mungkin tidak dapat segera diubah menjadi uang tunai. Dalam contoh ini posisi
current ratio cukup baik yaitu diatas 1. Artinya perusahaan dapat menggunakan aset
lancarnya untuk membayar kewajiban lancarnya. Seperti disebutkan di atas, ada
banyak faktor yang perlu dipertimbangkan ketika menganalisis Rasio Lancar
perusahaan. Pertama, Rasio ini dihitung dengan memasukkan beberapa jenis Aset
Lancar yang mungkin tidak mudah mendapatkan uang tunai untuk membayar
Kewajiban Lancar. Aset Lancar tersebut termasuk, persediaan dan piutang.
Persediaan dianggap sebagai Aset Lancar tetapi mereka mungkin tidak dapat segera
dikonversi dalam bentuk tunai. Saat menilai rasio ini, penting untuk menilai
kemungkinan bahwa persediaan dapat diubah menjadi penjualan atau uang tunai.
Faktor utama termasuk jumlah, sifat dan periode rata-rata persediaan dapat diubah
menjadi penjualan atau uang tunai. Lebih penting lagi, persediaan mencakup bahan
mentah dan pekerjaan yang sedang berjalan yang mengambil langkah lain untuk
mengubahnya menjadi barang jadi. Oleh karena itu, untuk mengubah persediaan
menjadi penjualan, perusahaan mungkin membutuhkan waktu yang agak lama.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Jenis rasio likuiditas selanjutnya adalah rasio cepat atau quick ratio. Jenis ini
merupakan penjelasan lebih lanjut dari rasio lancar. Cara menghitung rasio likuiditas
jenis ini hanya menggunakan aktiva lancar dan membandingkannya dengan
kewajiban lancar.

 Rumus Quick Ratio (QR) :


Aktiva Lancar−Persediaan
Quick ratio (QR) =
Utang Lancar
1, 731 ,619−105 , 134
QR = = 1,73
1,144,923
Jadi, Quick Ratio PT. Adaro Energy Indonesia Tbk adalah 1,73.

Analisis Quick Ratio


Nilai Quick Ratio yang baik adalah bernilai 1 Jika nilai yang dihasilkan
berada di bawah 1, maka perusahaan dianggap tidak mampu menunaikan atau
membayar hutang lancar dalam satu siklus operasional tertentu. Jika nilainya
lebih dari 1 seperti pada PT. Adaro Energy Indonesia Tbk di atas, maka
perusahaan memiliki kemampuan untuk menunaikan kewajibannya, hanya saja
dinilai tidak efisien dalam memanfaatkan aset yang dimiliki.

2. RASIO PROFITABILITAS
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu, perusahaan dengan kemampuan menghasilkan laba yang baik
menunjukkan kinerja perusahaan yang baik sebab profitabilitas sering dijadikan sebagai
ukuran untuk menilai kinerja perusahaan.
Adapun bagian dari rasio likuiditas yaitu :
a. Return on Asset Ratio (ROA)
ROA adalah alat yang digunakan untuk menilai persentase laba terhadap total aset
yang dimiliki perusahaan.
 Rumus ROA adalah :
lababersih setelah pajak
Return on Asset Ratio (ROA) =
Total aset
99,002
ROA =
6,381,566
= 0,015
Jadi, ROA PT. Adaro Energy Indonesia Tbk adalah 0,015.

Analisis Rasio Return on Assets (ROA)


Rasio yang lebih tinggi dari ROA menunjukan bahwa perusahaan tersebut
lebih efektif dalam mengelola asetnya dan lebih produktif dalam menghasilkan
jumlah laba bersih yang lebih besar. Analisis ROA akan sangat bermanfaat bagi
perusahaan yang yang memiliki kompetitor di industri yang sama. Industri yang
berbeda tentu akan menggunakan aset yang berbeda dalam menjalankan
operasionalnya. Namun, bagi industri yang sama kemungkinan akan
menggunakan aset yang sama pula. Idealnya semakin tinggi angka ROA, maka
akan semakin baik asumsi kinerja perusahaan tersebut dari sisi pengelolaan
ekuitasnya. Namun, untuk mengetahui nilai ROA yang baik tidak ada standar
khusus.

b. Return of Equity Ratio (ROE)


Rasio Pengembalian Ekuitas juga menjadi salah satu jenis rasio profitabilitas yang
juga disebut sebagai Return of Equity Ratio atau (ROE). Jenis rasio yang satu ini
merupakan instrumen penghitung kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
terhadap ekuitas atau modal yang diberikan oleh para pemodal (pemegang saham).

 Rumus ROE adalah :


laba bersih
Return of Equity Ratio (ROE) =
Total ekuitas
158,505
ROE =
3,951,714
= 0, 040

Analisis Rasio Return on Equity (ROE)


Jika dilihat dari penjelasan sebelumnya, PT. Adaro Energy Indonesia tbk
adalah 0,040 Ini menandakan bahwa perusahaan tersebut cukup efektif
untuk mendapatkan pendapatan. Karena angka tersebut mendekati 1. Jika suatu
perusahaan memiliki ROE mendekati 0, maka bisa dikatakan
perusahan tersebut tidak efektif atau berhasil dalam mendapatkan
pendapatan.Setiap pemegang saham mengharapkan pengembalian ekuitas yang
tinggi mengingat rasio ini memiliki tingkatan resiko yang tinggi pula. ROE
sendiri mampu membandingkan antara periode satu dengan periode lainnya.
Selain itu, para pemegang saham itu sendiri perlu menganalisa pasar guna
mendapatkan perusahaan yang dapat mengolah angka ROE yang lebih baik dan
rasional.

c. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)


Margin Laba Kotor atau Gross profit margin, juga dikenal sebagai margin kotor,
adalah metrik keuangan yang menunjukkan seberapa efisien bisnis dalam mengelola
operasinya. Rasio ini adalah rasio yang menunjukkan kinerja penjualan suatu
perusahaan berdasarkan efisiensi proses produksinya.
 Rumus GPM adalah :

Laba kotor
GPM =
Penjualan bersih

576,729
GPM =
2,534,842
= 0,22

Analisis Rasio Gross profit margin (GPM)


Analisis gross profit margin adalah tindakan untuk mengetahui efisiensi
perusahaan dalam menjalankan produksi pada satu periode. Perusahaan yang
memiliki gross profit margin yang tinggi (lebih dari 0,75 atau 75%) menunjukan
bahwa perusahaan tersebut mampu untuk menjalankan produksinya secara efisien
karena Harga Pokok Penjualan relatif lebih rendah. Semakin tinggi margin laba
kotornya, maka semakin baik keadaan operasi perusahaannya. Sebaliknya, gross
profit margin yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan kurang mampu
mengendalikan biaya produksi dan harga pokok penjualannya, sehingga
keadaan operasi perusahaan akan semakin menurun seperti PT. Adaro Energy
Indonesia tbk adalah 0,22.

d. NPM (net profit margin)


Margin Laba bersih adalah rasio untuk mengukur besaran persentase sisa
pendapatan. Pengukuran ini akan menghasilkan jumlah keuntungan bersih yang
diperoleh dari total pendapatan dikurangi seluruh biaya terkait, seperti seperti
tunjangan penjualan, bahan baku, upah, dan lainnya.

 Rumus NPM adalah :


Lababersih setelah pajak
NPM =
Penjualanbersih
158,505
NPM =
2,534,842
= 0,062

Analisis Net Profit Margin (GPM)


NPM adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba bersih dari penjualannya. NPM dapat memberikan informasi
kepada investor seberapa besar kemampuan perusahaan mengelola biaya-biaya
hingga akhirnya mendapatkan laba bersih. Biaya produksi, operasi dan pajak
masuk ke dalam perhitungan NPM. Jadi NPM menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola biaya, sehingga penjualan dapat dikonversi menjadi
laba bersih. Semakin tinggi NPM akan semakin baik. Tapi perlu dicatat, dalam
beberapa kejadian, pertumbuhan NPM tidak sejalan dengan pertumbuhan
penjualan yang tinggi Ini karena NPM juga termasuk tambahan pendapatan atau
beban di luar operasional. Jadi dalam melihat NPM, investor harus lebih cermat.
Pada PT. Adaro Eergy Indonesia tbk terdapat memiliki nilai NPM 0,062.

3. RASIO AKTIVITAS
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio
ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya
perusahaan.
Adapun bagian dari Rasio Aktivitas yaitu :

a. Total Asset Turnover (TATO)


Total Asset Turnover (TATO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
intesitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya atau menunjukkan keefektivitasan
manajemen perusahaan dalam mengelola asetnya untuk mendapatkan laba dengan
perbandingan penjualan dengan rata-rata aset tetap.
 Rumus TATO
Penjualan bersih
TATO =
Total Aset
2,534,842
TATO =
6,381,566
= 0,39

Analisis Rasio Total Asset Turnover (TATO)


Nilai total asset turnover sebesar 0,39% yang rendah pada penjualan
tertentu memiliki arti bahwa perusahaan terlalu banyak tertanam dananya dalam
bentuk asset. Akan lebih baik jika diputar pada aktiva yang lebih produktif. Di
lain hal, nilai total asset turnover yang tinggi menunjukkan perusahaan terlalu
menggunakan sedikit aset yang digunakan telah using. Nilai rasio yang baik
mengartikan perusahaan telah secara optimal dan efisien memanfaatkan asetnya
sehingga terjadi penjualan. Penjualan yang lancar memiliki pengaruh terhadap
ROI.

b. Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang usaha adalah rasio yang mencerminkan kecepatan
piutang usaha berhasil ditagih oleh perusahaan.
 Rumus Rasio Perputaran Piutang
Pendapatan
Perputaran Piutang =
Total Aset
3,457,154
=
6,381,566
= 0,54

Analisis Rasio Perputaran Piutang


Dapat dilihat bahwa Anda bisa mengetahui pengukuran atas kemampuan
dan juga efisiensi perusahaan tentang baik atau tidaknya perusahaan dalam
menagih piutangnya. Semakin tinggi rasio tersebut, maka akan semakin
menguntungkan juga, serta bisa memberikan hasil yang lebih baik untuk
perusahaan.pada perusahaan diatas mempunyai hasil rasio piutang sebesar 0,54%
Itu artinya, perusahaan tersebut bisa mengumpulkan piutang rata-ratanya secara 1
kali dalam tahun tertentu. Jadi, perusahaan tersebut bisa menerima kas dari
pelanggan dan tagihannya setiap tiga bulan dan bisa menghasilkan efisiensi
perusahaan dengan jumlah yang tinggi, yang bisa dilihat dari perolehan
keuntungan perusahaan atas adanya sudut pandang arus kas.

4. RASIO SOLVABILITAS (SOLVENCY RATIO)


Rasio Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya. Termasuk dalam jangka pendek atau
jangka panjang dengan jaminan aktiva atau kekayaan yang dimiliki perusahaan, hingga
akhirnya likuidasi atau ditutup.
Adapun bagian dari Rasio Solvabilitas yaitu :

a. DAR (Debt to Asset Ratio)


DAR atau Debt to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
jumlah aset yang dibiayai oleh utang. Rasio satu ini sangat penting guna melihat
solvabilitas perusahaan atau kemampuan untuk menyelesaikan segala kewajiban jangka
panjang.

 Rumus DAR
Total Utang
DAR =
Total Aset
2,429,8527
DAR =
6,381,566
= 0,38

Analisis Rasio Debt to Asset Ratio (DAR)


Rasio DAR dianggap sehat jika nilai DAR semakin tinggi, semakin besar
pula penggunaan utang. Bagi investor, di satu sisi perusahaan dengan utang tinggi
berpotensi kecil untuk membayar dividen. Karena laba bersih perusahaan akan
digunakan untuk membayar utang. Disisi lain penggunaan utang yang tinggi dapat
berpotensi memaksimalkan pendapatan sehingga meningkatkan nilai perusahaan.
Begitu juga sebaliknya, Rasio DAR pada PT. Adaro Energy Indonesia Tbk
dianggap kurang sehat karena nilai DAR nya kecil.

b. DER (Debt to Equity Ratio)


Debt to Equity Ratio adalah salah satu analisis fundamental saham yang paling
sering dijadikan sorotan oleh para investor. DER merupakan perbandingan antara utang
total dengan ekuitas total. Bisa dikatakan DER berkaitan dengan struktur modal
perusahaan.

 Rumus DER
Total Utang
DER =
Total Ekuitas

2,429,852
DER =
3,951,714
= 0,61

Analisis Rasio Debt to Equity Ratio (DER)


Dari rasio DER di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai DER yaitu
0,61 hal tersebut tidak perlu diwaspadai karena nilai DER kurang dari 1.

5. RASIO PASAR
Rasio pasar adalah rasio yang didalamnya memperhitungkan harga saham dengan
laba atau omset, nilai buku per saham, sampai arus kas perusahaan.
Adapun bagian dari Rasio Pasar yaitu :

a. Tobin’s Q
Tobin's Q merupakan alat ukur ratio yang mendefinisikan nilai perusahaan sebagai
bentuk nilai aset berwujud dan aset tidak berwujud.

 Rumus Tobin’s Q
Kapasitas Pasar +Total Utang
Tobin’s Q =
Total Aset
112.017.688+ 2,429,852
Tobin’s Q =
6,381,566
= 112.072,06

Analisis Rasio Tobin’s Q


nilai Tobin’s Q yang ideal adalah 1.0, yang berarti pasar berhasil menilai
perusahaan secara wajar (nilai pasar aktiva = nilai buku aktiva). Nilai Tobin’s Q
pada perusahaan diatas sebesar 112.072,06 dapat dilihat bawah nilai Tobin’s Q
perusahaan tersebut berhasil. Ketika Tobin’s Q < 1, sebuah perusahaan dapat
tergolong murah (undervalued) karena nilai bukunya lebih tinggi dibandingkan
nilai pasarnya. Hal ini dapat menarik pihak yang tertarik untuk membeli
perusahaan tersebut. Sebaliknya, ketika Tobin’s Q>1, sebuah perusahaan dapat
tergolong mahal (overvalued), sehingga menarik pihak yang ingin meniru model
bisnis perusahaan tersebut agar mendapatkan keuntungan juga.

b. PBV (Price to book value)


Price to book value (PBV) adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan
harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Rasio price to book value yang lebih
kecil dari 1 dapat mengindikasikan saham perusahaan adalah murah karena masih
lebih rendah dari nilai buku.

 Rumus PBV
Harga saham
PBV =
Nilai buku perusahaan
Total aset−total liabilitas
=
jumlah sahamberedar
6,381,566−2,429,852
= = 6. 380,047
1.600
0,00459
= = 7,19
6.380,047

Analisis Rasio Price to book value (PBV)


Pada perusahaan diatas terdapat nilai rasio PBV sebesar 7,19 terlihat
bahwa Semakin tinggi nilai PBV menunjukkan nilai perusahaan semakin baik
sehingga dapat menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan
tersebut. PBV di atas satu menunjukkan bahwa perusahaan dalam
keadaan bagus artinya nilai pasar atau harga saham lebih besar daripada nilai
buku perusahaan.

c. PER (Price earning ratio)


Price earning ratio (PER) adalah rasio yang digunakan untuk menilai mahal
murahnya saham berdasarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih.
Laba bersih dalam hal ini adalah laba bersih per saham.

 Rumus PER
Harga saham pasar
PER =
laba per lembar saham
0,09
PER =
0.00459
= 19,60
Analisis Rasio PER
Semakin tinggi nilai PER, berarti harga saham perusahaan tersebut
semakin mahal. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai PER, berarti harga saham
perusahaan tersebut semakin murah.

Anda mungkin juga menyukai