Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS RASIO

RASIO LIKUIDITAS
◦ Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
atau membayar utang jangka pendeknya
CURRENT RATIO
◦ Penghitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva perusahaan yang likuid pada saat ini atau aktiva lancar
(current asset).
◦ Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya
kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya. Karena perbandingan aktivanya lebih besar
dibanding kewajiban yang dimiliki. Namun jika ratio lancar yang dimiliki perusahaan nilainya di bawah
1,0 kali, maka kemampuannya dalam melunasi utang masih dipertanyakan.
◦ Selain itu, jika  rasio lancar suatu perusahaan nilainya lebih dari 3,0 bukan berarti perusahaan tersebut
dalam keadaan keuangan yang baik. Bisa jadi perusahaan tersebut tidak mengalokasikan aktiva lancarnya
secara optimal, tidak memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien, dan tidak mengelola modalnya
dengan baik.
Working Capital to Total Assets Ratio
◦ Pengertian working capital to total assets ratio adalah penghitungan tentang modal kerja terhadap total
aktiva yang dimiliki perusahaan. Perhitungan ini digunakan untuk mengukur likuiditas dari total dan
posisi modal kerja neto
◦ Menurut Lakshan dari Universias kelaniya Sri Lanka, standar ukuran yang baik untuk Working
Capital to Asset Ratio adalah 16% hingga 21%. Sedangkan untuk 21% hingga 40% di atas standar
hanya masih dapat ditoleransi. Jika lebih dari 40% maka angka rasio tersebut dinilai terlalu berlebih dan
dapat berdampak kurang baik pada kinerja perusahaan di periode berikutnya.
◦ Dan yang patut diwaspadai, jika berada di level -8% dan lebih rendah dari ini. Hasil riset beliau
menyebutkan keadaan tersebut adalah potensi kebangkrutan
Rasio Solvabilitas
◦ Rasio solvabilitas atau yang juga dikenal dengan sebutan leverage ratio ialah suatu rasio yang digunakan
dalam rangka menilai kemampuan sebuah perusahaan atas pelunasan hutang dan seluruh kewajibannya
dengan menggunakan jaminan modal maupun aktiva (harta kekayaan dalam bentuk apa pun) yang
dimiliki dalam jangka panjang serta jangka pendek
Debt to Asset Ratio
Debt to Total Asset Ratio (DAR) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan
antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva
Penilaian atas DAR sendiri terbagi atas tiga golongan yaitu sebagai berikut :
◦ Bila hasil debt to assets ratio kurang dari 0,5 kali artinya  aset perusahaan dibiayai dari ekuitas atau
modal sendiri.
◦ Jika hasil debt to assets ratio  lebih besar dari 0,5 kali artinya  aset perusahaan dibiayai dari
hutang.
◦ Apabila hasil debt to assets ratio adalah 0,6-0,7 kali maka dikatakan normal. Walaupun begitu hasil ini
perlu dibandingkan dengan DAR pada industri yang sama.
Debt to Equity Ratio
◦ Debt to equity ratio dapat menunjukkan tingkat kemandirian finansial perusahaan berkaitan dengan
utang. Semakin rendah nilai debt to equity ratio, maka semakin bagus. Namun indikator debt to equity
ratio bukan merupakan indikator yang bagus untuk perusahaan keuangan.
◦ Perusahaan yang sehat secara keuangan ditunjukan dengan rasio DER di bawah angka 1 atau di
bawah 100%, semakin rendah rasio DER maka semakin bagus. DER yang rendah menunjukan
bahwa hutang/kewajiban perusahaan lebih kecil daripada seluruh aset yang dimilikinya, sehingga dalam
kondisi yang tidak diinginkan (misalnya bangkrut), perusahaan masih dapat melunasi seluruh
hutang/kewajibannya.
RASIO RENTABILITAS
◦ Rasio rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan aset yang dimiliki perusahaan tersebut
◦ Rasio Rentabilitas atau Profitability Ratio adalah rasio untuk mengukur tingkat perolehan keuntungan
dibandingkan dengan penjualan atau aktiva pada periode tertentu. Artinya, rasio rentabilitas ini berkaitan
erat dengan kelangsungan hidup perusahaan
Return on Equity (ROE)
◦ ROE merupakan perhitungan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau
investor.
◦ Hasil perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan efisiennya penggunaan ekuitas
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian sebaliknya jika ROE mendekati 0 berarti
perusahaan tidak mampu mengelola modal yang tersedia secara efisien untuk menghasilkan pendapatan.
Return on Assets (ROA)
◦ Return on Assets atau ROA menurut para ahli seperti Kasmir mengungkapkan bahwa ROA merupakan
rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Rasio ini
juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin
kecil (rendah) rasio dari ROA, maka semakin kurang baik demikian pula sebaliknya.
Gross Profit Margin
◦ Gross profit margin atau margin laba kotor, juga dikenal sebagai margin kotor, adalah metrik keuangan
yang menunjukkan seberapa efisien bisnis dalam mengelola operasinya. Rasio ini adalah rasio yang
menunjukkan kinerja penjualan suatu perusahaan berdasarkan efisiensi proses produksinya.
◦ Perusahaan yang memiliki gross profit margin yang tinggi (lebih dari 0,75 atau 75%) menunjukan bahwa
perusahaan tersebut mampu untuk menjalankan produksinya secara efisien karena Harga Pokok
Penjualan relatif lebih rendah.
Operating Income
◦ Operating Income Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.
◦ Untuk menentukan nilai OPM baik atau tidak, maka perlu dilakukan perbandingan dengan OPM periode
sebelumnya. Jika OPM terus naik, maka bisa dinilai perusahaan memiliki pure profit yang baik pula.
Demikian pula jika terjadi sebaliknya atau OPM justru menurun dari periode sebelumnya, maka
perusahaan perlu hati-hati dalam memaksimalkan aset untuk periode bisnis yang akan berjalan.
Rasio aktivitas 
◦ Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua
sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat
penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva.
Total Assets Turnover 
◦ Total Assets Turnover mengukur aktivitas aktiva dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
penjualan melalui pengguanan aktiva tersebut. rasio ini juga mengukur seberapa efisien aktiva tersebut
telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan.
◦ Jadi, nilai rasio asset turnover WSKT adalah sebesar 56,75%. Dengan kata lain, penjulan yang
dihasilkan oleh WSKT dari total aset yang ia miliki adalah lebih dari separuh total asetnya.
◦ Semakin tinggi nilai TATO ini maka akan semakin baik karena itu artinya perusahaan mampun
memaksimalkan aset yang ia miliki untuk menghasilkan penjualan yang lebih tinggi.
◦ Selain itu, penjualan yang tinggi juga akan berdampak pada tercukupinya kas perusahaan serta nilai laba
bersih yang semakin tinggi pula.
Working Capital Turnover 
◦ Working Capital Turnover (WCTO) adalah rasio aktivitas yang mengukur hubungan antara penjualan
dengan jumlah modal kerja rata-rata.
◦ Jika periode perputaran modal kerja semakin pendek, maka perputarannya semakin cepat. Bila modal
kerjanya tinggi maka perusahaan pun akan lebih efisien dan rentabilitas juga meningkat.
Equity to total assets 
◦ Equity to total assets ratio merupakan rasio akan penggunaan modal sendiri perusahaan dalam
mendanai asset perusahaan (Dendawijaya,2005). Tinggi rendahnya rasio ini akan mencerminkan
pengelolaan modal sendiri perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai