Anda di halaman 1dari 9

Nama : Andirra Salwa Alunia Putri

NIM : 12030119120042

Kelas : C Akuntansi Rabu jam 07.00

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan 1

ANALISIS RASIO PT GOODYEAR INDONESIA, TBK

Rasio keuangan adalah suatu alat analisis keuangan yang digunakan oleh perusahaan dalam menilai
kinerja perusahaannya berdasarkan perbandingan data keuangan yang ada pada pos laporan
keuangan, seperti laporan neraca, laporan aliran kas, dan laporan laba-rugi. Dengan adanya rasio
keuangan, maka pihak manajemen perusahaan, investor, dan kreditur akan lebih mudah dalam
menganalisis kinerja bisnis, mengetahui titik permasalahan, keuangan, dan kelemahan keuangan
perusahaan, dan mempermudah dalam pengambilan keputusan.

1. Rasio Likuiditas

Rasio ini merupakan indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua
kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang
tersedia. Rasio ini bisa menggunakan Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), dan Cash Ratio untuk
perhitungannya.

Current Ratio =

= 0,628159667

-> Artinya perusahaan tidak likuid, karena tidak mampu membayar semua kewajiban/hutang
lancarnya. Sebab semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

Quick Ratio =

= 0,30433082

-> Artinya perusahaan tidak likuid, karena tidak mampu membayar semua kewajiban/hutang
lancarnya. Sebab semakin besar perbandingan aktiva lancar dikurangi persediaan dengan
hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajibannya.
- Quick Ratio ini perlu dihitung karena ada anggapan bahwa persediaan yang tertera dalam neraca
sebagian besar terdiri dari persediaan bahan baku untuk proses produksi sehingga “tidak” bisa
dikategorikan likuid karena persediaan bahan baku tidak untuk diuangkan melainkan untuk proses
produksi.

Cash Ratio =

= 0,12864317
-> Artinya perusahaan tidak likuid, karena tidak mampu membayar semua kewajiban/hutang
lancarnya. Sebab semakin besar perbandingan kas dengan hutang lancar, semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajibannya.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio ini merupakan indikator untuk mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemilik
perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan (belanja dari hutang). Rasio ini
menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Assets Ratio (DAR) untuk perhitungannya.

 Rasio Hutang Terhadap Aktiva (Total Debt to Asset Ratio)

Digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana yang berasal dari hutang, baik hutang jangka
pendek maupun jangka panjang. Semakin rendah rasio ini artinya semakin baik bagi keuangan
perusahaan, sebab keamanan dananya semakin baik.

DAR =

=
= 0,56065094

-> Artinya perusahaan solvable, karena rasionya menunjukkan angka <1 sehingga keamanan
dananya sangat baik (Aktiva>Hutang) atau aktiva aman dalam menutup hutang.

 Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio)

Digunakan untuk mengukur hutang yang dimiliki dengan modal sendiri. Semakin kecil ratio ini maka
akan semakin baik untuk perusahaan. Sebaiknya besarnya hutang tidak melebihi modal perusahaan
itu sendiri.

DER =

=
= 1,276094554
-> Artinya perusahaan tidak solvable, rasionya menunjukkan angka >1 karena besarnya utang
melebihi modal sendiri sehingga menyebabkan beban tetapnya menjadi terlalu tinggi
(Modal<Hutang). Perusahaan dalam keadaan tidak aman, karena modalnya tidak aman dalam
menutup hutang.

- Kesimpulannya, baik menggunakan DAR maupun DER menunjukkan perbedaan, karena pada saat
menggunakan Total Debt to Assets Ratio perusahaan solvable dalam menutup hutang, sedangkan
saat menggunakan Total Debt to Equity Ratio perusahaan tidak solvable dalam menutup hutang. Jika
rasio hutang terlalu tinggi, maka ada bahaya kurangnya tanggung jawab dari pihak pemilik. Bagian
pemilik dapat menjadi begitu kecilnya, sehingga menimbulkan spekulasi, jika perusahaan berhasil
maka akan memberikan hasil pengembalian yang sangat tinggi. Jika perusahaan gagal, pemilik akan
mengalami kerugian yang kecil karena investasi yang sangat rendah.

3. Rasio Aktivitas

Rasio ini merupakan indikator untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber
daya yang dikelolanya. Rasio ini menggunakan banyak cara perhitungan, antara lain:

Inventory Turnover (INTO)

INTO =

=
= 5,70082388 kali

-> Artinya, semakin tinggi tingkat rasio perputaran persediaan maka semakin baik perusahaan
dalam pengelolaan persediaannya.

Total Asset Turnover

Total Asset Turnover =

=
= 1,12889218 kali

-> Artinya, tingkat rasio perputaran aset perusahaan ini sangat baik, karena perputaran aset
akan berpengaruh terhadap tingkat kemampuan perusahaan sehingga keberlangsungan
perusahaan akan bisa terjamin saat tingkat perputaran aset bisa dicapai di atas standar yang
ditentukan (ada).

Fixed Asset Turnover

Fixed Asset Turnover =

=
= 1,747717854 kali

-> Artinya, tingkat rasio perputaran aset tetap perusahaan ini sangat baik, karena perputaran
aset tetap akan berpengaruh terhadap tingkat kemampuan perusahaan sehingga
keberlangsungan perusahaan akan bisa terjamin saat tingkat perputaran aset bisa dicapai di
atas standar yang ditentukan (ada).

Working Capital Turnover

Working Capital Turnover =

=
= 1,777933917 kali

-> Artinya, tingkat rasio perputaran modal kerja perusahaan ini sangat baik, karena perputaran
modal kerja akan berpengaruh terhadap tingkat kemampuan perusahaan sehingga
keberlangsungan perusahaan akan bisa terjamin.

4. Rasio Profitabilitas/Rasio Rentabilitas

Rasio ini merupakan indikator untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber
daya yang dikelolanya manajemen perusahaan berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari
penjualan dan investasi. Rasio ini menggunakan Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA)
untuk perhitungannya.

Profitabilitas dalam kaitannya dengan Penjualan

Net Profit Margin =

=
= 0,00219192

ROE = ROA =

= =
= 0,00573036
= 0,004166429
-> Artinya, baik menggunakan ROE/ROA/Net Profit Margin sama saja, semakin tinggi tingkat
rasionya maka semakin baik. Namun, pada perusahaan ini jumlah laba sangat sedikit
dibandingkan dengan jumlah equity ataupun total aset dan penjualan bersihnya, sehingga
kondisi ini dinilai kurang baik.
5. Rasio Earning

Price to Earning Ratio atau biasanya disingkat PER adalah rasio harga pasar per saham
terhadap laba bersih per saham (EPS). PER ini merupakan rasio yang sering digunakan untuk
mengevaluasi investasi prospektif. Rasio ini juga digunakan untuk membantu investor dalam
pengambilan keputusan apaakah akan membeli saham perusahaan tersebut.

PER = Earning Power =

= =

= 0,03274727 = 0,00251763

*EPS = laba bersih/jumlah saham yang beredar

-> Artinya, denga PER yang rendah maka menjadi petunjuk bahwa saham dinilai terlalu rendah
(undervalued). Bahkan sejumlah investor mengatakan saham PER rendah sebagai saham salah
harga dan menarik untuk dibeli sebelum nantinya berada di harga yang sewajarnya. Sedangkan,
PER yang tinggi diartikan sebagai saham pertumbuhan, karena perolehan laba tercatat
membuat para investor menaruh harapan pada saham ini di masa depan.
Lampiran Laporan Keuangan PT Goodyear Indonesia, Tbk

Anda mungkin juga menyukai