Anda di halaman 1dari 16

KASUS

GAGAL
BAYAR
PADA
DUNIATEX
GROUP
Kelompok 5
Alifiyan Nurul Fajri (1810313210046)
Delia Ramadhania (1819313320012)
Dewi Ananda Ahmella (1810313320036)
Muhammad Rafdi (1810313110012)
Melati Anggraeni (1810313120027)
Nur Fitriyani (1810313320048)
Nurul Oktariana Azizah (1810313320037)
Nuzliatul Furqana (1810313320014)
Redho Febry Setiawan (1810313310022)
Siti Maimunah (1810313220058)
Gagal Bayar, PKPU, dan Pailit
● Gagal bayar atau wanprestasi dikenal dan dipergunakan dalam dunia keuangan untuk
menggambarkan suatu keadaan di mana seorang debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya
sesuai dengan perjanjian utang piutang yang dibuatnya misalnya tidak melakukan pembayaran
angsuran ataupun pelunasan pokok utang sesuai dengan kesepakatan termasuk melakukan
pelanggaran atas persyaratan kredit sebagaimana diatur di dalam kontrak.
● Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atau dikenal juga dengan istilah moratorium
adalah suatu istilah hukum yang digunakan untuk menunjukkan keadaan seorang debitur yang
tidak mampu melakukan pembayaran utangnya.
● Sedangkan pailit atau bangkrut adalah suatu istilah hukum yang menunjukkan adanya
pengawasan pengadilan atas suatu perusahaan yang mengalami moratorium atau gagal bayar.
Non Performing Loan (NPL)
Menurut Kamus Bank Indonesia, NPL (Non Performing Loan) adalah suatu kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan juga macet. NPL merupakan
salah satu cara atau sebuah kunci bagi sebuah bank untuk menilai fungsi perusahahaan tersebut
bekerja baik atau tidak. Dengan adanya NPL akan memberikan gambaran secara garis besar
seberapa banyak bank dapat menilai modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. NPL berkaitan
dengan kredit bermasalah, semua bank memiliki nasabah yang terlambat membayar kreditnya,
tidak hanya sebulan atau dua bulan namun sampai berbulan-bulan.
Profil Perusahaan
Duniatex adalah produsen tekstil terbesar di Indonesia. Duniatex merupakan
perusahaan tekstil kelas dunia yang dikelola secara profesional, yang berfokus pada
pemintalan, pertenunan, pencelupan, dan finishing. Perusahaan ini terdiri dari 18
perusahaan terbatas, tersebar di beberapa lokasi di lebih dari 150 hektar lahan.
Duniatex didirikan pada tahun 1974 dengan nama CV. DUNIATEX di Surakarta, dan
beroperasi terutama di industri finishing pada tahun 1988.
Karena dukungan dan kepercayaan pelanggannya, Duniatex terus berkembang.
Pada tahun 1992, Duniatex mengambil alih PT. Damaitex berlokasi di Semarang
yang beroperasi di industri finishing. Selanjutnya, Duniatex memperluas operasi
tenunnya pada tahun 1998 dengan mendirikan PT. Dunia Sandang Abadi dan PT.
Delta Merlin Dunia Tekstil.
Kasus Duniatex
• Kasus Duniatex bermula dari anak usahanya yaitu PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST),
yang gagal membayar kewajiban bunga senilai US$ 13,4 juta pada 10 Juli 2019 atas pinjaman
sindikasi senilai US$260 juta. Laporan keuangan Duniatex tersebut diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP) Joacim Poltak Lian & Rekan (anggota dari LEA Global-Leading Edge
Alliance) dengan auditor yang menandatangani laporan keuangan salah satu partner KAP itu
yaitu Lian Dalimunthe. KAP tersebut berkantor di Jl Setia Budi Medan Sunggal, Sumut,
meskipun pabrik Duniatex berada di Solo.
• Kegagalan bayar dari PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST) berimbas kepada PT Delta
Merlin Dunia Textile (DMDT) yang hampir pada saat bersamaan menerbitkan obligasi global
senilai US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,2 triliun pada Maret 2019. Kemudian PT Delta Merlin
Dunia Textile (DMDT) tersebut gagal membayar bunga obligasi pertamanya senilai US$12,9
juta yang jatuh tempo pada 12 September 2019.
• Permasalahannya adalah anak-anak dari perusahaan saat ini juga disinyalir sedang dalam
kondisi kesulitan keuangan, dari sejumlah anak perusahaan tadi setelah dikumpulkan kurang
lebih ada senilai Rp 18,79 triliun atau setara US$ 1,33 bilion kredit yang diterima oleh
Duniatex Group ini dari total sekitar 24 perjanjian bilateral, tiga utang sindikasi dan utang
obligasi.
Keputusan Akhir
• Kasus Duniatex bermula dari anak usahanya • Salah satu penyebab kondisi gagal bayar tersebut yaitu
yaitu PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST), terjadinya perang dagang dua kekuatan ekonomi dunia
yang gagal membayar kewajiban bunga senilai yaitu Amerika Serikat (AS) dan China yang membuat
US$ 13,4 juta pada 10 Juli 2019 atas pinjaman suplai produk tekstil China membanjiri pasar Indonesia.
sindikasi senilai US$260 juta. Laporan keuangan Membanjirnya tekstil China tersebut diperkirakan
Duniatex tersebut diaudit oleh Kantor Akuntan menjadi penyebab memburuknya likuiditas Duniatex.
Publik (KAP) Joacim Poltak Lian & Rekan Tetapi, perang dagang sejatinya bukan sumber utama
(anggota dari LEA Global-Leading Edge Alliance) ketatnya likuiditas Duniatex Group, biaya produksi yang
dengan auditor yang menandatangani laporan besar dibandingkan kompetitor juga jadi salah satu
keuangan salah satu partner KAP itu yaitu Lian alasannya.
Dalimunthe. KAP tersebut berkantor di Jl Setia
Budi Medan Sunggal, Sumut, meskipun pabrik • Kegagalan bayar dari PT Delta Dunia Sandang Textile
Duniatex berada di Solo. Selain di Medan, KAP (DDST) berimbas kepada PT Delta Merlin Dunia Textile
tersebut juga memiliki kantor di Graha Mandiri, (DMDT) yang hampir pada saat bersamaan
Jl Imam Bonjol no. 61 Jakarta Pusat. Indonesia menerbitkan obligasi global senilai US$ 300 juta atau
Exim Bank merupakan kreditur terbesar sekitar Rp 4,2 triliun pada Maret 2019. Kemudian PT
Duniatex yang terdiri dari enam perusahaan Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) tersebut gagal
tersebut. membayar bunga obligasi pertamanya senilai US$12,9
juta yang jatuh tempo pada 12 September 2019.
Keputusan Akhir
• S&P (Standard and Poor’s) menyebutkan • PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST) dan PT Delta
bahwa kasus gagal bayar utang atas obligasi Merlin Dunia Textile (DMDT) adalah 2 dari 6 anak
yang diterbitkan PT Delta Merlin Dunia Textile perusahaan Duniatex yang mengalami kesulitan
merupakan dampak tidak langsung dari keuangan. Selain PT DDST dan PT DMDT, PT
ketegangan perdagangan AS-China. Duniatex ini juga membawahi beberapa entitas anak
"Ketegangan perdagangan AS-Cina yang lainnya seperti PT Delta Merlin Sandang Textile
sedang berlangsung, secara signifikan (DMST), PT Delta Dunia Textile, PT Dunia Setia
merugikan pasar tekstil Indonesia," tulis S&P Sandang Asli Textile (DSSAT), serta PT Perusahaan
dalam catatan. "Dengan diberlakukannya tarif Dagang dan Perindustrian Damai.
25% oleh AS terhadap impor Cina, produsen
Cina mulai mengarahkan produk mereka ke
tujuan yang lebih ramah, termasuk Indonesia,
mulai Mei lalu dan seterusnya," imbuh S&P
seperti dikutip Bloomberg.
Keputusan Akhir
• Bahkan karena buruknya laporan keuangan Duniatex ini, lembaga pemeringkat dunia seperti Standard and
Poor’s (S&P) memangkas peringkat obligasi global yang diterbitkan oleh PT DMDT tadi menjadi CCC- (junk
bond) padahal sebelumya S&P ini memberikan peringkat obligasi global yaitu BB-. Dengan peringkat CCC-
ini mengindikasikan bahwa potensi untuk gagal bayar itu sangat tinggi, permasalahannya adalah beberapa
perbankan yang disinyalir ikut memberikan kredit kepada PT Duniatex tersebut. Seperti Bank Rakyat
Indonesia (BRI) yang memberikan atau menyalurkan kredit sebesar Rp 1,4 triliun, Bank Mandiri memberikan
kredit sebesar Rp 2,1 triliun, dan Bank Negara Indonesia (BNI) memberikan atau menyalurkan kredit sebesar
Rp 459 Miliar kepada PT Duniatex.

• Permasalahannya adalah anak-anak dari perusahaan saat ini juga disinyalir sedang dalam kondisi kesulitan
keuangan, dari sejumlah anak perusahaan tadi setelah dikumpulkan kurang lebih ada senilai Rp 18,79 triliun
atau setara US$ 1,33 bilion kredit yang diterima oleh Duniatex Group ini dari total sekitar 24 perjanjian
bilateral, tiga utang sindikasi dan utang obligasi.
Pendapat Bank
Bank BRI menyalurkan kredit ke Duniatex Group mencapai Rp 1,4 triliun. Total kredit yang
disalurkan BRI mencapai Rp 862,1 triliun namun apabila dibandingkan dengan kredit Rp 1,4 triliun yang
disalurkan ke duniatex, maka persentasenya hanya sebesar 0,16% dari total kredit. Apalagi bank BRI
juga menyatakan bahwa mereka memiliki jaminan mencapai 127% dari total kredit yang diberikan,
sehingga pihak BRI tidak terlalu mengkhawatirkan kabar gagal bayar dari Dunatex tersebut.
Jadi, sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi secara major ke kinerja perusahaan. Jika saat ini
tingkat gross NPL dari bank BRI adalah 2,54% dengan asumsi bahwa Duniatex gagal bayar maka gross
NPL akan meningkat menjadi 2,7%.
Begitu juga dengan bank Mandiri, namun pada awalnya bank Mandiri merupakan salah satu bank yang
memberikan kredit terbesar ke Duniatex Group mencapai Rp 5,1 triliun. Untungnya kata pihak Mandiri
utang mereka yang harus dilunasi oleh Duniatex Group hanya menyisakan sebesar Rp 2,1 triliun
Pendapat Bank
Jika dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan oleh Bank Mandiri secara keseluruhan
mencapai R0 806,8 triliun. Artinya kontribusi kredit yang disalurkan ke Duniatex adalah sebesar 0,26% dari
total kredit bank Mandiri. Jika Duniatex gagal bayar kepada bank Mandiri, NPL bank Mandiri yang saat ini
sekitar 2,53% kemungkinan akan meningkat menjadi 2,79%. Selain itu coverage ratio atas jaminan dari
perusahaan yang cukup tinggi sebesar 160% dari total pinjaman, yang mana juga menjadi kabar baik bagi
pihak Mandiri. Tinggal bagaimana pengelolaan jaminannya saja apabila ternyata kredit gagal bayar. Sama
juga dengan bank BRI, hal ini juga tidak terlalu mempengaruhi performa bank Mandiri secara keseluruhan.
Berbeda dengan dua bank nominal penyerahan kredit dari Bank BNI ke Duniatex tidak mencapai
triliunan. Bank BNI hanya menyalurkan kredit sebesar Rp 459 miliar kepada Duniatex. Dan apabila
dibandingkan dengan total kredit bank BNI yang mencapai Rp 558,67 triliun maka kontribusi hanya sekitar
0,08% dari total penyaluran kredit. Jadi apabila Duniatex Group gagal bayar maka NPL bank BNI yang saat
ini sekitar 1,8% gross NPL nya hanya akan meningkat sedikit menjadi 1,88%.
Hasil Analisis
Sebelumnya perlu diketahui bahwa fakta material untuk mengkonfirmasi kondisi
keuangan perusahaan sulit didapatkan karena Duniatex Group bukan perusahaan terbuka
yang merilis laporan keuangan mereka. Sehingga, banyak dugaan yang tidak pasti terkait
kasus gagal bayar Duniatex Group.
Untuk mengatasi gagal bayar agar tidak merugikan pihak kreditur dan investor,
maka perusahaan harus menghimpun dana yang bisa digunakan untuk membayar ganti
rugi. Selain itu dengan adanya bantuan dari pemerintah yaitu menyuntikkan dana agar
mampu membayar utang tersebut. Fungsi regulasi/pengaturan terhadap perusahaan itu
juga harus dilakukan seperti merombak manajemen perusahaan dan meningkatkan
kinerja perusahaan tersebut agar pengelolaannya menjadi lebih baik, karena suatu
perusahaan apabila struktur organisasi dan manajemennya dikelola dengan baik maka
perusahaan tersebut seharusnya bisa mendapatkan laba yang tinggi atau meningkat.
Selain itu surat-surat utang obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan swasta lain
bisa menjadi tidak laku, dan itu bisa menyulitkan perusahaan lain dalam mencari dana
untuk sumber pembiayaan. Apabila hal ini terus terjadi maka dapat merusak
pengembangan pasar keuangan di Indonesia. Sehingga pemerintah harus mampu
mengatasi masalah tersebut.
Kesimpulan
Kasus gagal bayar kupon obligasi yang terjadi pada PT Delta Merlin Dunia Textile
anak usaha Duniatex Group hanya berselang 4 bulan dari penerbitan obligasi senilai
USD$ 300 juta dengan kupon 8,625% per tahun pada bulan Maret.
Gagal bayar kupon obligasi itu tidak hanya mengejutkan investor tetapi juga pihak
perbankan yang menjadi kreditur Duniatex Group. Namun karena Duniatex Group bukan
perusahaan terbuka, sehingga sulit untuk mengkonfirmasi kondisi keuangan mereka dan
mengakibatkan banyak dugaan yang tidak pasti terkait kasus gagal bayar Duniatex Group.
Kasus ini berakhir di Pengadilan Niaga Semarang yang pada akhirnya berujung
damai. Tetapi produsen tekstil ini diharuskan menyelesaikan kewajibannya untuk
membayar utang-utangnya yang bernilai triliunan. Perjanjian perdamaian antara para
debitur dari Duniatex Group dan kreditur-krediturnya disahkan langsung oleh Majelis
Hakim pada 26 Juni lalu.
Thank you
Do you have any questions?
Pertanyaan sesi 1:
1. Satria
kepada perusahaan mana saja PT delta ini terjadi gagal bayar Dan apa dampak bagi
PT. Delta sendiri juga PT lain yg bersangkutan?

2. Rahma Dewi
bagaimana cara KAP dalam memberikan kualitas audit dan opini yang
dapat dipertanggungjawabkan tersebut?

3. Siti Sabrina
penyebab kesulitan keuangannya itu apa sehingga mengakibatkan DDST itu gagal
bayar kewajiban bunganya? apakah karena perang dagang AS-china atau memang
ada faktor intern tersendiri?
Pertanyaan sesi 2:
1. Safril Padang
Menurut kalian seberapa besar pengaruh perang dagang sehingga menyebabkan Anak dari pt
Duniatex gagal membayar kewajibannya? bagaimana cara pt duniatex mengatasi biaya
produksinya supaya kembali normal?

2. Dian Tanasia
Pengertian Bullet Payment?

3. Tania
Ada kalimat dari kalian tentang "Kasus gagal bayar ini juga berisiko membatasi akses
perusahaan ke perbankan dan pasar modal".
Yang ditanyakan bagaimana cara agar akses perusahan ke perbankan dan pasar modal tidak
dibatasi? dan kita kan tahu akibat dari pembatasan tu kalo perusahaan bakal lebih terpuruk
dan itu bisa membuat perusahan tidak bisa membayar hutangnya, jelaskan!

Anda mungkin juga menyukai