Anda di halaman 1dari 21

A.

LATAR BELAKANG

Perkawinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan

bercampur. menurut istilah syara’ ialah ijab dan qabul (akad) yang

menghalakan persetubuhan antara laki-laki dan perempuan yang di ucapkan

oleh kata-kata yang menunjukkan nikah, menurut peraturan yang ditentukan

oleh islam. Kata nikah menurut bahasa al-jam’u dan al-damu yang artinya

kumpul. Pernikahan adalah sunnah rasul yang apabila dilaksanakan akan

mendapat pahala tetapi apabila tidak di lakukan tidak mendapatkan dosa tetapi

dimakruhkan karna tidak mengikuti sunnah rasul.1Tujuan pernikahan dalam

islam adalah untuk memenuhi petunjuk Allah dalam rangka membina

keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Selain itu juga menghasilkan

serta melestarikan keturunan.2

Idealnya sebuah kehidupan rumah tangga adalah hidup rukun bahagia

dan tentram. Namun, sebuah kehidupan rumah tangga tidak selamanya

berjalan dengan baik, ada kalanya keadaan itu tidak baik dan terlebih lagi bisa

ke arah pada perceraian. Walaupun perceraian sesuatu yang tidak di senangi

oleh Allah tetapi apabila suatu cara sudah dilakukan, ternyata tidak bisa

1
.Muhammad At-tihami, Merawat Cinta Kasih Menurut Syari’at islam(Surabaya :Ampel

Mulia, 2004),18
2
.Tim Penulis, Relasi Suami Istri Dalam Islam,(Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syaif

Hidayatullah Jakarta,2004),h 1.
dipertahan kan maka perceraian adalah jalan keluarnya. Berbagai

permasalahan timbul akibat terjadinya perceraian, baik permesalahan harta

bersama sampai kepada permasalahan siapa yang berhak mengasuh anaknya

(hadanah) termasuk mengenai nafkah yang akan di berikan kepada anak

tersebut. Pemeliharan anak setelah terjadinya perceraian dalam bahasa fiqih

disebut sebagai hadanah. Dalam islam hak mengasuh anak adalah menjadi

tanggung jawab yang besar yang harus di jalankan oleh pihak-pihak yang

terkait yaitu ibu maupun bapak, anak adalah seseorang yang belum berusia

18(delapan belas ) tahun termasuk anak yang masih berada di dalam

kandungan.3

Di Indonesia masalah terkait hak asuh anak yang timbul dari kasus

perceraian merupakan suatu fenomena yang sangat sering terjadi di kalangan

masayarakat umum seputar perkawinan, yang kemudian dalam hal ini

seseoarang yang ingin bercerai terlebih dahulu harus melalu tahap perceraian

secara litigasi untuk memutuskan suatu perceraian. Kepada pihak-pihak

terkait setelah bercerai menimbulkan hak-hak dan kewajiban yang diperoleh

dan harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak tersebut, serta adanya hak

yang di terima bagi seseorang anak korban perceraian meliputi hak nafkah

dari ayah dan hak asuk anak (hadanah) dari sang ibu. Dalam kompilasi

hukum islam pasal 105 huruf (a) menyebutkan bahwa dalam hal terjadinya

perceraian, pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12


3
.UU No. 23 tahun 2002 Tentang prlindungan Anak, (Bandung: PT. Citra Umbara, 2003) h,

4.
tahun adalah hak ibunya. Kemudian , dalam pasal 156 huruf (a), akibat putus

nya perkawinan karna perceraian ialah anak yang belum mumayyiz berhak

mendapatkan hadanah dari ibunya.4

Kasus-kasus diatas merupakan hal yang sudah biasa terjadi pada

kebanyakan kasus perceraian dan sengketa hak asuh anak. Tetapi berbeda hal

nya pada putusan yang penulis temukan dalam kasus sengketa hak asuh anak

dengan nomor putusan 239/Pdt.G/2020/PA.TPI. Pengadilan agama Tanjung

Pinang pada putusan nya, Majelis Hakim yang memutuskan perkara tersebut

menetapkan bahwa hak asuh anak ang mumayyiz di berikan kepada kepada

seseorang ayah. Hal ini terbukti bahwa ayah tersebut memiliki 3 orang anak

yang ke tiga nya belum mumayiz karna umurnya belum mencapai usia12

tahun. Padahal sebagaimana yang telah kita ketehui jika seseorang anak

korban perceraian belum mecapai umur dalam kategori anak mumayyiz

(kurang dari 12 tahun) pengasuhan terhadap seorang anak seharus nya jatuh

ketangan ibunya sesuai dengan ketentuan HKI Pasal 105 huruf (a).5

Jika demikian dapat di simpulkan bahwa ketentuan pasal 105 huruf (a)

Kompilasi Hukum Islam (KHI) tidak memiliki hukum yang mengikat karna

pada faktanya hakim bisa saja memutuskan suatu perkara berdasarkan sebab-

sebab dan aturan lainnya yang mungkin dianggap lebih maslahat.oleh karna
4
. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam DiIndonesia (Jakarta :Akademika

Presindo,2007),h.151.
5
.Ahmad zaenal Fanani,Sengkata Hak Asuh Anak Dalam Hukum Keluarga Perspektif

Keadilan Jender”,jurnal Muslim Heritage,vol,2,No.1,(Mei-Oktober2017),h.161.


itu penulis tertarik membahas putusan Majlis Hakim pada putusan

Nomor :239/Pdt.G/2020/PA.TPI.Pengadilan Agama Tanjung Pinang,

bagaimana penyelesaian kasus tersebut sehinga majelis hakim berpandangan

bahwa dalam memutuskan hak asuh ini Majelis Hakim mempertimbangkan

kemaslahatan bagi anak yang belum mumayyiz tersebut untuk di asuh ayah

dan tentunya mengesampingkan ketentuan pasal 105 huruf (a) Kompilasi

Hukum Islam (HKI).

Maslahah mursalah sendiri merupakan dalil hukum untuk menetapkan

hukum atas persoalan baru yang secara eksplisit tidak disebutkan dalam al-

quran dan assunah al-maqbulah. Sedangkan menurut Abu Zahrah, defenisi

maslahah mursalah adalah segala kemaslahatan yang sejalan dengan tujuan-

tujuan syari’ (dalam mensyariatkan hukum islam) dan kepadanya tidak ada

dalil yang menunjukkan di akuinya atau tidak. 6Maslahah adalah apa yang

kembali kepada kokoh nya kehidupan manusia dan kehidupan yang

sempurna.

Berlatang belakang bagaimana pertimbangan hakim pengadilan agama

tanjung pinang dalam menyelesaikan perkara hak asuh anak dalam putusan

Nomor :239/Pdt.G/2020/PA.TPI ini, penulis bermaksud meneliti secara

mendalam apa pertimbangan dan alasan Majelis Hakim Pengadilan Agama

Tanjung Pinang dalam menetapkan hak asuh anajk yang belum mumayiz oleh

6
. Muhamad Abu Zahrah, ushul al-fiqi, terj. Saefullah Ma’sum, et al.,Ushul fiqih

Jakarta :Pustaka Firdaus,Cet.9,2005,hlm.424.


ayah kandungnya. Kemudian hasil pertimbangan ini akan penulis analisis

dengan melihat implikasi nya dari sudut pandang maslahah mursalah .Oleh

dari itu penulis tertarik untuk mengangkatnya sebagai penelitian dengan judul

“Tinjauan Maslahah Mursalah Bagi Hak Asuh Anak Yang Belum

Mumayyiz Kepada Ayahnya Pasca Perceraian (Studi putusan

nomor :239/Pd.G/2020/PA.TPI)”

B. Alasan pemilihan judul

Adapun alasan peneliti memilih judul penelitian ini ialah karna :

1. Melihat dari putusan perkara hadanah yang berdeda dari putusan biasa

nya, pada putusan kali ini ada sedikit perbedaan bterhadap keputusan

Majelis Hakim yaitu perkara hadanah yang biasanya jatuh ke tangan ibu

nya apabila anak tersebut belum mumayyiz,namun pada putusan ini hak

asuh anak hadanah tersebut jatuh ke tangan ibu nya,akibat beberapa faktor

dan pertimbangan hakim.

2. Di perlukan kajian terhadap faktor apa saja yang menjadi alasan hakim

dalam menetapkan perkara tersebut dan implikasi nya dalam menetapkan

perkara hadanah anak yang belum mumayiz yang jatuh ketangan ayah nya

di tinjau dari maslahah mursalah nya.

3. Judul ini sesua dengan bidang ilmu yang di kaji oleh penulis pada

Program Studi Hukum Keluarga Islam dan sepanjang pengetahuan penulis

didalam ruang lingkup sekolah Tinggi Agama islam sudah ada yang

pernah meneliti tentang perkara hadanah,yang membedakan ny dengan


penelitian penulis adalah perkara hadanah tersebut serta metode dan

alasan Majelis Hakim dalam memutuskan perkara berbeda dengan

penelitian sebelum nya.

C. Permasalahan

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan permasalahn yang telah peneliti uraikan pada

bagian latar belakanag diatas,maka peneliti mengindentifikasikan

permasalahan sebagai berikut :

a. Penetapan hak asuh anak hadanah yang belum mumayiz ke

tangan ayah nya dalam putusan

Nomer:239/Pdt.G/2020/PA.TPI bertolak belakang dengan

ketentuan pasal 105 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam (HKI).

b. Pertrimbangan serta alasan hakim dalam memutuskan perkara

tersebut dan tinjauan maslahah mursalahnya dalam

menetapkan hak asuh anak yang belum mumayiz ke tangan

ayah nya.

2. Batasan masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membahas dan berfokus

pada putusan Majelis Hakim Pengadilan Agama Tanjung pinang

Nomer :239/Pdt.G/2020/PA.TPI yang merupakan kasus sengketa

hak asuh anak yang belum mumayiz diberikan kepada ayah

kandung kemudian bagaimana implikasi putusan hakim tesebut

dari sudut pandang masalahah mursalah.


3. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dinuraikan di atas

penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Apa saja pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Agama

Tanjung Pinang dalam menetapkan perkara putusan

Nomor :239/Pdt.G/2020/PA.TPI tentang hak asuh anak

yang belum mumayyiz di asuh oleh ayah kandung nya?

b. Bagaimana tinjauan maslahah mursalah terhadap hak

hadanah bagi anak yang belum mumayiz kepada ayah

kandung nya?

D. Tujuan dan Manfaat Penilitian

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini ialah sebagai berikut :

a. Untuk mendeskripsikan bagaimana pertimbangan Majelis hakim

Pengadilan Agama Tanjung Pinang dalam memutuskan perkara

Nomer:239/Pdt.G/2020/PA.TPI yang mendasarkan pemberian hak

asuh anak (hadanah) yang belum mumayyiz kepada ayah kandungnya

pasca perceraian.

b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana pertimbangan

penetapan hak asuh anak (hadanah) yang belum mumayyiz kepada

ayah kandung pasca perceraian pada putusan


Nomor:239/Pdt.G/2020/PA.TPI Pengadilan Agama Tanjung Pinang

jika di tinjau dari sisi masalahah mursalah dan implikasinya.

2. Manfaat Penulisan

Melalu penulisan ini, diharapkan dapat menyumbangkan pemikian

mengenai Implikasi Maslahah Mursalah Bagi Hak Asuh Anak yang

belum Mumayiz kepada ayahnya pasca perceraian (Studi putusan

Nomor: 239/Pd.G/2020/PA.TPI)

Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari tulisan ini ialah sebagai berikut:

a. Manfaat akademik

1. Diharapan penelitian ini dapat memberikan kontribusi di bidang

keilmuan dan menjadi rujukan bagi penelitian yang selanjutnya

berkaitan dengan hak asuh anak (hadanah) yang belum mumayiz

jatuh ke tangan ayahnya .

2. Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat menambah

wawasan bagi peneliti terkait bagai mana Tinajauan Maslahah

Mursalah Bagi Hak Asuh Anak (hadanah) yang belum Mumayiz

kepada ayahnya pasca perceraian (Studi putusan

nomor:239/Pd.G/2020/PA.TPI)

b. Kegunaan Praktis
a. Untuk memenuhi syarat kelulusan Sekolah tinggi Agama Islam

Negri Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau guna mendapat gelar

S1.

b. Sebagai sarana untuk mengembangkan potensi diri dan menam

bah wawasan pola pikir penulis mengenai putusan hakm dalam

memutuskan putusan terutama salam hal hak asuh anak yang jatuh

ke tanga ayahnya.

E. Kajian Terdahulu

Kajian pustaka merupakan bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah

penelitian, berupa kajian hasil atau bahasan ringkas dari hasil temuan

penelitian terdahulu yang relevan dengan dengan masalah

penelitian.7Penelitian yang mengkaji mengenai hak asuh anak ini bukanlah

penelitian yang pertama, secara umum sangat banyak yang mengkaji teori hak

asuh anak baik artikel jurnal maupun naskah akademik seperti skripsi. Dari

beragam jenis aspek ke ilmuan,kajian yang paling banyak di teliti lebih

dominan menurut perspektif hukum islam dan hukum posituif .

Pertama skripsi yang di tulis Nurul Azizah A Haris mahasiswa STAIN

Sultan Abdurrahman Kepri dengan judul Tinjauan Hukum Islam dan Hukum

Positif Tehadap Putusan Hakim Dalam Perkara Hak Asuh Anak (hadanah)

Yang jatuh ke tangan ayahnya (Studi Perkara Nomer 883/Pdt.G/2019/PA.TPI

di Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung pinang. Skripsi ini menggunakan

7
Masyhuri dan Zainuddin, Metode Penelitian (Pendekatan Praktis dan Amplikatif),

(Jakarta :PT. Revika Aditama, 2008). Hal.135


pendekatan yuridis normatif dimana penelitian ini menggunakan bahan

pustaka atau skunder, teori ini dilakukan berdasarkan bahan hukum dengan

cara menelaah teori-teori ,konsep-konsep,asas-asas hukum serta peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini, pada penelitian

ini penulis berusaha untuk menjelaskan analisis putusan hakim terkait hak

asuh anak (hadanah) yang jatuh ke tangan ayahnya. 8

Kedua, Skripsi yang ditulis Levi winanda putri yang ber judul “ Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Hak Hadanah Anak Yang Belum Mumayyiz Kepada

Ayah Kandung (Studi kasus diDesa Kincang Wetan,Kecamatan

Jiwan,Kabupaten Madiun) jurusan Hukum Keluarga islam IAN Ponorogo.

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif(lapangan ) skripsi ini

membahas tentang hak asuh anak dibawah umur yang jatuh ketangan ayah

nya akibat sang ibu yang bekerja diluar negri sehinga hadanah nya jatuh ke

tangan ayahnya dengan demikian terdapat perbedaan antara ketentuan dalam

Hukum Islam serta putusan pengadilan. Pada penelitian ini penulis berusaha

untuk mejelaskan bagaimana pelaksanaan hak (hadanah) yang belum

mumayyiz yang di berikan kepada ayah di tinjau dari Kompilasi Hukum

Islam.9
8
Nurul Azizah A Haris, “Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Putusan

Hakim dalam Perkara Hak Asuh Anak (Hadanah) yang Jatuh di Tangan Ayahnya (Studi Perkara

Nomer 883/Pdt.G/2019/PA.TPI Di Pengadoilan Agama Kelas 1A Tanjungpinang) (STAIN Sultan

Abdurrahman,2022).
9
Levi Winanda Putri “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hak Hadanah Anak Yang Belum

Mumayyiz Kepada Ayah Kandung (Studi kasus di Desa Kincang Wetan,Kecamatan Jiwan,Kabupaten
Ketiga, Skripsi yang di tulis oleh Maulid Hapira Ranis yang berjudul

“Tinjauan Yuridis Hak Asuh anak (hadanah) di bawah umur yang jatuh pada

ayah nya akibat perceraian (Studi putusan nomor:1356/Pdt.G/2021/PA.Tnk).

Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian hukum normatif dengan

tipe penelitian deskrptif. Untuk pendekatan masalah ini penulis menemukan

pendekatan secara perundang-undangan serta data dan sumber data

menggunakan data sekunder yang terdidiri dari bahan hukum primer,

sekunder, dan tersier. Dalam penelitian ini penulis berusaha mendeskripsikan

bagai mana kronologis dalam memutuskan perkara tesebut serta bagaimana

pertimbangan hakim dalam menetapkan perkara tersebut.10

Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa tidak semua perkara hadanah

jatuh ketangan ibu. Dari semua karya tulis yang penulis temukan, penulis

menemukan kemiripan pada sebagian hal terkait tema penelitian yang penulis

bahas. Namun pada penelitian ini terdapat perbedaan dengan bebagai

penelitian sebelumnya, yaitu dapat dilihat dari teori yang penulis gunakan

sebagai pisau analisa berbda dengan penelitian sebelumnya serta alasan hakim

dalam memutusakan perkara ini berbeda dengan penelitian sebelumya, pada

penelitian ini penilis focus pada tinjauan maslahah mursalah terhadap salah

satu Putusan Pengadilan Agama Aanjung Pinang

Madiun) (IAIN Ponorogo,2021).


10
Maulid Hapira Ranis “Tinjauan Yuridis Hak Asuh Anak (Hadanah) di Bawah Umur Yang

Jatuh ke Tangan Ayah akibat Perceraian (Studi putusan nomor 1356/Pdt.G/2021/PA.Tnk)

(UNILA,2023)
Nomor:239/Pdt.G/2020/PA.TPI. Putusan ini juga merupakan putusan yang di

peroleh melalui halaman pencarian di Derektori Putusan Mahkamah Agung

RI, sehingga sangat layak untuk di teliti karna masih terbilang baru.

f. Kerangka Teori

Maslahah musrasalah, bahwasannya Jumhur ulama’ ushul sepakat bahwa

sumber dari hukum islam yang telah disepakati ada empat macam, dua macam

yang asli yaitu al-qur’an dan sunnah dan dua macam yaitu ijtima’ dan qiyas.

Selain itu yang empat macam tersebut merupakan dasar hukum islam yang

masih diperselisihkan eksistensinya termasuk di dalam nya adalah maslahah

mursalah (maslahat)11

1. Pengerian Maslahah Mursalah

Maslahah mursalah terdiri dari suku kata yaitu maslahah dan mursalah

kata “al-maslahah” mempunyai kesamaan arti dengan wadzannya dengan kata

“al-manfaat”. Kata “al-maslahah” dapat diartikan dengan kebaikan ,

kemanfaatan, keselerasan, kepatutan, dan kepantasan.12Dengan kata lain

maslahah musralah merupakan cara untuk memutuskan suatu hukum pada

hal-hal yang sama sekali tidak disebutkan didalam Al-qur’an maupun

assunah,menggunakan pertimbangan untuk kemaslahatan atau kepentingan

11
Abd Wahhab Khalaf,”Ilm Ushul A-fiqih,(Mesir: Matbah Da’wah Islamiyah),h.21
12
Nanda Huamairatuzzahra, Skripsi,”Habitual Residenc Terhadap Anak Korban Perceraian

Atas Kwin Campur Perspektif Maslahah Mursalah”, (Tanggerang Selatan: UIN Syarif Hidayatullah),h.

14
hidup insan yang bersendikan pada asas menarik manfaat serta menghindari

kerusakan.13

2. Kehujjahan Maslahah Mursalah

Kehujjahan maslahah mursalah merupakan cara untuk menyikapi suatu

masalah berlandaskan apa yang tercantum dalam nas-nas atau menggunakan

qiyas terhadap nash yang ada pula, maka dibutuhkan kelonggaran pula

didalam syariat dengan menerapkan metodelogi maslahah mursalah selama

tidak keluar dari jalur maqashid syari’ah. 14Para ulama sepakat bahwasannya

syariat yang diturunkan oleh Allah SWT bertujuan dan menagandung

kemaslahatan bagi manusia didalam mengatur kehidupan didunia ini.

Mengenai Kehujjahan masalahah mursalah, mayoritas ulam berpendapat,

bahwa masalahah mursalah merupakan hujjah syar’iyah yang dapat dijadikan

sebagai dasar pembentukan hukum, dan bahwasannya kejadian yang belum

ada hukum nya dalam nash atau ijma’ atau qiyash, ataupun istihsan

disyariatkan kepadanya hukum yang dikehendaki bagi kemaslahatan umum.

Pembentukan hukum atas dasar kemaslahatan ini tidak boleh di tangguhkan

sampai ada bukti pengakuan dari syarak.15

13
Hendri Hermawan Adinugraha,”Al-maslahah Al-Mursalah dalam Hukum

Islam”,JIEL:Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam,ISSN:2477-6157;E-ISSN2579-6534,(2018),H.65-66


14
Farkhan Muhammad “Kehujjahan Istishlah/Maslahah Mursalah Sebagai Dalil Hukum:

Perspektif 4 Madzhab”,:Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial.


15
Ahmad Syafi’I Karim, Fiqih,(Bandung: Pustaka Setia,2006), h.117
3. Syarat-syarat Masalahah Mursalah

Maslahah mursalahah sebagai metode hukum yang mempertimbangkan

adanya kemanfaatan yang mempunyai akses secara umum dan kepentingan

tidak terbatas, tidak terikat. Dengan kata lain maslahah mursalah merupakan

kepentingan yang diputuskan bebas, namuun tetap terikat pada konsep

syari’ah yang mendasar. Karena syari’ah sendiri di rujuk untuk memberikan

kemanfaatan kepada masyarakat secara umum dari berfungsi untuk

memberikan kemanfatan dan mencegah kemudaratan (kerusakan).

Kemudian mengenai ruang lingkup berlakunya maslahah mursalah dibagi

atas tiga bagian yaitu:

a. Al-Maslahah al-Daruriyah, (kepentingan-kepentingan yang esensi dalam

kehidupan seperti memilihara agama, memilahara jiwa, akal, keturunan,

dan harta.

b. Al-Maslahah al-Hajjiyah, (kepentingan-kepentingan esensi dibawa

derajatnya al-masalahah daruriyah), namun diperlukan dalam kehidupan

manusia agar tidak mengalami kesikaran dan kesempitan yang jika tidak

terpenuhi akan mengakibatkan kerusakan dalam kehidupan, hanya saja

akan mengakibatkan kesempitan dan kesukaran baginya.

c. Al-Maslahah al-Tahsiniyah, (kepentingan-kepentingan pelengkap) yang

jika tidak terenuhi maka tidak akan mengakibatkan kesempitan dalam

kehidupannya, sebab ia tidak begitu membutuhkannya, hanya sebagai

pelengkap atau hiasan hidupnya.16

16
Muhammad Abu Zahrah, op.cip.,hlm.426
Dari Urain diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan kepentingan

umum ini adalah sebgai salah satu sumber yurisprudensi hukum islam dan

merupakan suatu hal yang telah disepakti sebagai metode alternatif dalam

menghadapi perkembangan Hukum Islam.17 Dalam kehidupan sehari-hari

kemaslahatan (maslahah mursalah) sering dilakukan oleh para sahabat dan

ulama terdahulu, hal itu dilakukan dalam rangka untuk mencari alternatif

terhadap berbagai masalah yang timbul dalam masyarakat dimana tidak

diterangkan secara jelas dalam nash (al-qur’an dan al-Hadist).

Dari ketentuan diatas dapat dirumuskan bahwa maslahah mursalah

memiliki keterkaitan dalam menetapkan hak asuh anak hadanah ke tangan

ayah nya dan dijadikan sebagai landasan hukum serta dapat diimpikasikan

dalam tindakan sehari-hari bila telah memenuhi syarat sebagai tersebut diatas,

dan ditambahkan masalahah tersebut merupakan kemaslahatan yang nyata

tidak sebatas kemaslahatan yang siafatnya masih prasangka, yang sekiranya

dapat menarik suatu kemanfaatan secara umum dengan mempunyai akses

secara menyeluruh dan tidak melenceng dari tujuan yang terkandung dalam

al-qur’an dan hadist. Dalam kasus yang penulis teliti ini masuk kedalam

konteks teori maslahah mursalah dari segi Daruriyah karna berkaitan dengan

kepentingan-kepentingan yang esensi dalam kehidupan seperti halnya dalam

pemilaharaan keturunan. 18

G. Metode Penelitian
17
Mukhsin Jamil (ed),op.cit.,hlm31-31
18
ibid.hlm,33
Metode penelitian yang di sebut juga dengan metode ilmiah adalah

prosedur atau langkah-langkah yang sitematis dalam rangka mendapatakan

pengetahuan.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini mengguanakan penelitian pusaka (liberary risercyang datanya

dilakukan berdarakan karya-karya tulis yang besember dari kepustkanaan.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, pada penelitian ini yang

menjadi objek kajiannya adalah putusan Pengadilan Agama Tanjung

Pinang.19

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dikaji menggunakan pendekatan yuridis normative yaitu

metode penelitian yang diteliti dengan menggunakan bahan pustaka atau

sekunder.20 Teori ini di lakukan berdasarkan bahan hukum dengan cara

menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan

perundang-undangan yang berhungungan dengan penelitian ini.

3. Sumber Data

19
A.Muri Yusuf,Metode Penelitian Kuantitatif,dan Penelitian Gabungan,

(Jakarta:Kencana,2018),h.145

20
Zulfi Diane Zaini,”Implemntasi Pendekatan Yuridis Normatif dan Pendekan Normatif
Sosiologis dalam Penelitian Ilmu hukum”(Pranata Hukum 6(2),2011
a. Bahan Primer, yaitu sumber yang langsung di berikan dari tangan

pertama. Dalam Penelitian ini sumber primer di peroleh dari pengadilan

agama kelas IA Tanjung Pinang berupa Putusan Hakim Nomor perkara

239/Pdt.G/2020/PA.Tpi. Undang-undang nomer 23 Tahun 2002 tentang

perlindungan anak,dan Kompilasi Hukum Islam Nomor 105.

b. Sumber Data Sekunder berupa data yang di peroleh dari buku-buku,

jurnal, artikel, dan tulisan yanmg berhubungan dengan penelitian ini.

Oleh kaerna itu pada umum nya data sekunder dakam keadaan siap

terbuat dan dapat di pergunakan dengan segera, dan salah satu ciri dari

data sekunder tidak terbatas oleh waktu maupun tempat.21

c. Bahan tersier, yaitu sumber data yang menjelaskan data primer dan data

sekunder dalam penelitian yag bersumber dari Ensklopedia maupun

kamus Bahasa Indonesia.

4. Teknik Pengumpulan data

21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas

Indonesia,1986),h.11.
Teknik pengumpulan data ialah langkah utama yang paling penting dalam

sebuah penelitian karna tujuan utama dari penelitian adalah mencari data-

data menjawab pemasalahan yang akan diangkat.22

a. Dkomentasi, ialah mencari data dari sember tulisan seperti buku-buku,

gambar atau dokumen penting yang bersangkutan dengan peneliian ini.

Adapun yang di butuhkan dalam penelitian seperti document putusan

perkara Nomomor: 239/Pdt.G/2019/PA.TPI.

b. Studi kepustkaan, ialah memperoleh data melalui penelitian keputusan

yang berkaitan dengan metode putusan Hakim dalam Putusan Perkara

Nomer: 239/Pdt.G/2020/PA.TPI dengan undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan, dan tijauan maslahah mursalah nya.

5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yakni mengambarkan suatu

hasil penelitian yang mengandung nilai ilmiah dan tidak bersifat terlalu

luas menggunakan data yang bersifat fakta-fakta dan bukan opini.23

H. Sistematika Pembahasan

22
Prof,Dr. Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Alfabeta,2018),hlm.104

23
Muhammad Ramadhan, Metode Penelitian, (Surabaya: Cipta Media Nusantara, 2021),hlm 7
Agar mendapatkan gambaran dari penelitian ini maka perlu kiranya

penulis menyusun sitematika pembahasan agar menjadi sub bab yang

masing-masing bab saling terkait satu sama lainya, sebagai berikut:

Bagian pertama: Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kajian pustaka yang diambil dari

beberapa peneliti terdahlu yang berkenaan dengan penelitian ini, kerangka

teori yang di gunakan sebagai acuan dalam penelitian, metode penelitian

serta sitematika penlisan.

Bagian kedua: Bab ini membahas tentang hak asuh anak dalam pasal 105

KHI, pada bab ini penulis membuat dua sub bab,dalam sub bab pertama

membahas tentang hak asuh anak dalam Hukum Islam dimana seperti

definisi hadanah, hukum hadanah, syarat-syarat yang harus di penuhi

hadhin dalam hadanah, yang berhak atas hadanah,serta anak yang belum

mumayyiz. Pada sub bab kedua ini penulis berusaha menjalaskan apa saja

factor yang mendasari Majelis Hakim dalam menetapkan serta

memutuskan perkara tersebut,serta alasan yang menjadi pertimbangan

Majelis Hakim.

Bagian Ketiga: gambaran umum Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung

Pinang, pada bab ini penulis menerangkan sejarah pengadilan agama

Tanjung Pinang Kelas IA, wilayah Hukum, Struktur organisasi, isi dan misi

Pengadilan Agama, tugas pokok dan fungsi.


Bagian Keempat: Analisis terhadap putusan hakim yang di tinjau dari

masalahah mursalah terhadap hak asuh anak yang belum mumayyiz

Kepada ayahnya pasca perceraian (Studi putusan

nomor:239/Pd.G/2020/PA.TPI).

Bagian Kelima Penutup: Pada bagian ini terdiri dari kesimpulan sebuah

jawaban terhadap rumusan masalah yang telah di nyatakan dalam bab

pendahuluan dan saran di buat sebagai solusi terhadap permasalahan yang

di hadapi dalam penulisan.

Anda mungkin juga menyukai