Anda di halaman 1dari 433

Dr. Moh. Ali Wafa,S,H., S.Ag,.M.Ag.

Hukum Perkawinan Di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Hukum Perkawinan
di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam

Dr. Moh. Ali Wafa,SH.SAg,MAg


dan Hukum Materil
HUKUM PERKAWINAN
DI INDONESIA
SEBUAH KAJIAN DALAM HUKUM ISLAM
DAN HUKUM MATERIL

Penulis:
Dr. Moh. Ali Wafa,SH., S.Ag., M.Ag.

Yayasan Asy-Syari’ah Modern Indonesia


HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA
SEBUAH KAJIAN DALAM HUKUM ISLAM
DAN HUKUM MATERIL

Penulis: Dr. Moh. Ali Wafa, S.H., S.Ag., M.Ag


Editor: Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A.

Cover, Layout & Tata Letak : Fatkhul Arifin


Ukuran : 14,5 cm x 21 cm_ xiv + 418 hlmn.
ISBN : 978-602-52780-0-6

Ditebitkan oleh :
YASMI
(Yayasan Asy-Syari’ah Modern Indonesia)
Benda Baru Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan

© Hak Cipta pada Pengarang_2018


Hak Penerbitan ada pada Penerbit

Isi Menjadi Tanggung Jawab Penulis


© Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
(All Right Reserved)

Hukum Perkawinan di Indonesia


ii Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫بسم هللا الرمحن الرحيم‬
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan pemilik alam


semesta besrta isinya yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, hidayah
dan karunianya kepada kita semua. Sehingga penulisan buku yang
berjudul “Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kjian dalam Hukum Islam
dan Hukum Materil” dapat penulis selesaikan meskipun banyak
hambatan dan tantangan. Semoga Shalawat dan salam senantiasa
terlimpahkan kepada beginda Rasulullah SAW. yang telah membimbing
kita menuju hidayah dan rahmat Allah SWT.
Sembah sujud dan do’a tulus serta terima kasih dan
penghargaan yang takterhingga kepada tercinta ayahanda H. Moh.
Samaruddin dan Ibunda Hj. Sitti Ruqaiyah yang telah membesarkan,
membimbing, mendidik, menyekolahkan, memberi dukungan moril
secara ikhlas, motivasi serta mendo’akan penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan buku ini . Semoga kebaikan yang ada dalam
hasil karya ini menjadi amal shaleh bagi mereka berdua. Demikian juga
kepada adik-adik yang tersayang H. Moh. Subairi, S.Pd.I, Sitti Faidatun,
Achmad Khairul Umam, S.Pd., M.Pd, Sitti Nafihatun (Almarhum),
saudara kerabat dan seluruh handai tolan, ucapan terima kasih penulis
sampaikan atas do’a dan dukungannya, buku ini semoga menjadi
pemicu semangat untuk meneladani.
Dalam penyelesaian buku ini, penulis banyak mendapat
bantuan, kemudahan dan fasilitas dari berbagai pihak, baik berupa
materi maupun non materi yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Atas bantuan tersebut penulis menyampaikan terima kasih yang

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil iii
sedalam-dalamnya, seraya memanjatkan do’a keselamatan dan
keberkahan semoga Allah membalasnya dengan lebih baik. Amin.
Dengan penuh rasa kesadaran, penulisan buku ini tidak dapat
terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang penulis tidak dapat
membalas pengorbanannya. Dengan penyelesaian buku ini, penulis
menyampaikan banyak terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang
terhormat:
Pertama, Para Civitas Akademik, Guru Besar, Dosen yang telah
membimbing dan memberikan ilmunya selama proses penulisan buku
ini, serta karyawan Pustakawan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan dalam bentuk
fasilitas dan pelayanan pada penulis.
Kedua, Guru Besar yang telah meluangkan waktunya untuk
memberi dorongan, bimbingan, arahan dan saran yang serius kepada
penulis, sehingga penyusunan buku ini dapat penulis selesaikan.
Ketiga, Secara khusus kepada Isteri tercinta Helminiyah,S.E. (Nia)
yang selalu memberikan dukungan moril, dengan kesabaran, ketabahan
dan pengertian dalam mendampingi penulis selama ini, serta kelima
anakku tercinta Rizal Royhan Aly (Reza), Yudha Aulia Rasyada Aly
(Yudha), Azril Fahlevi Alfandra Aly (Aril), Nafa Eliza Aly (Nafa), dan
Alfan Firdaus Aly (Alfan), yang mereka telah mendorong penyelesaian
penulisan buku ini serta banyak menghibur penulis dalam
menyelesaikan penulisan buku di samping tugas-tugas lain yang harus
penulis selesaikan, kepada mereka berenam karya tulis ini penulis
persembahkan sebagai balas budi atas kesabaran dan ketabahan serta
pengertiannya.
Keempat, Semua pihak yang telah memberikan motivasi kepada
penulis dalam penyelesaian penyusunan buku ini baik langsung maupun
tidak langsung. Rasanya sulit kiranya proses penulisan buku ini dapat
diselesaikan tanpa bantuan dari mereka.

Hukum Perkawinan di Indonesia


iv Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Dengan segala kerendahan dan keterbatasan akhirnya penulis
berdoa semoga semua jasa, bantuan, bimbingan arahan maupun
kontribusi mereka, amal baik mereka semua merupakan bakti kepada
Allah Swt dan mendapat pahala dari-Nya. Semoga buku ini memberikan
manfaat dan ridha-Nya bagi para pembaca, dengan hati yang tulus
penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan buku ini.

Jakarta, 19 April 2018


Penulis

Moh. Ali Wafa

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil v
Hukum Perkawinan di Indonesia
vi Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
DAFTAR ISI

BAB I : SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM


PERKAWINAN DI INDONESIA
A. Pra Kemerdekaan Indonesia: Sebuah Kajian Proses
Islamisasi ................................................................................... 1
B. Masa Kolonialisasi dalam Perkembangan Hukum
Perkawinan .............................................................................. 5
C. Perkembangan Hukum Perkawinan Pasca Kemerdekaan
Indonesia: Sebuah Kajian Literasi Sejarah .................... 18

BAB II: KONSEP PERKAWINAN DALAM FIKIH


KONVENSIONAL DAN HUKUM POSITIF
A. Pengertian Perkawinan dalam Hukum Islam ................. 29
B. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-undang ......... 33
C. Hukum Perkawinan dalam Islam ...................................... 36
D. Larangan Membujang dalam Hukum Islam .................... 42
E. Landasan Hukum Perkawinan Menurut
Undang-undang .................................................................... 43
F. Rukun dan Syarat Perkawinan ........................................... 45
G. Tujuan dan Hikmah Perkawinan ....................................... 50
1. Tujuan Perkawinan....................................................... 50
2. Hikmah Perkawinan ..................................................... 52

BAB III : STATUS WANITA DALAM PERKAWINAN


A. Wanita yang Haram Dinikahi dalam KHI ...................... 55
1. Larangan Perkawinan Selama-lamanya (Mahram
Mu’abbad)....................................................................... 55
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil vii
2. Larangan Perkawinan Waktu Tertentu
atau Sementara (Mahram Mu’aqqar) ........................... 57
B. Hukum Mengawini Wanita Non Muslim
dalam Hukum Positif ......................................................... 58
1. Hukum Mengawini Wanita Non Muslim
Ditinjau UUP ............................................................... 58
2. Hukum Mengawini Wanita Muslim Ditinjau KHI 59
3. Hukum Mengawini Wanita Non Muslim
Ditinjau Fatwa MUI .................................................... 60
C. Hukum Mengawini Wanita Non Muslim........................ 60
D. Hukum Mengawini Wanita Yang Berzina…………... 64
E. Hukum Meminang Wanita ................................................ 66
1. Definisi Peminangan ................................................... 66
2. Hukum Khitbah dan Wanita yang Boleh
Dikhitbah ...................................................................... 67

BAB IV: HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN


A. Definisi Wali di Tinjau dari Hukum Islam dan Undang-
undang Serta KHI ............................................................. 71
B. Landasan Hukum Pentingnya Wali dalam
Hukum Islam dan Undang-undang di Indonesia ......... 73
C. Syarat-Syarat Wali dalam Hukum Islam,
Undang-undang dan KHI ................................................ 78
D. Macam-Macam Wali dalam Hukum Islam
dan Hukum dan KHI ...................................................... 79
E. Gugurnya Hak Kewalian: Telaah Kajian dalam Hukum
Islam dan Hukum Possitif .............................................. 81
F. Pencabutan Kekuasaan Wali ............................................ 82

BAB V: HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI


A. Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Al-Qur’an ....... 85

Hukum Perkawinan di Indonesia


viii Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
B. Hak dan Kewajiban Suami Terhadap Isteri
dalam Literasi Hadits .......................................................... 95
C. Hak dan Kewajiban Isteri Terhadap Suami
dalam Literasi Hadits ........................................................ 100
D. Hak dan Kewajiban Suami Isteri
dalam Undang-undang Perkawinan dan KHI.............. 104
E. Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam
Konteks UU Perkawinan dan KHI................................. 106

BAB VI: KONSEP NUSYUZ, SYIQAQ, ‘ILA, ZHIHAR ,LI’AN


KHULU’
A. NUSYUZ ........................................................................... 112
1. Pengertian dan Makna Nusyuz................................. 112
2. Pembagian Nusyuz .................................................. 113
B. SYIQAQ............................................................................. 117
1. Definisi Syiqaq ........................................................... 117
2. Dasar Hukum Syiqaq ................................................. 118
C. ILA’ .................................................................................... 119
1. Pengertian dan Makna Ila’ ....................................... 119
2. Rukun dan Syarat Ila’ ................................................ 120
3. Hukum dan Dasar Hukum Ila’................................ 120
4. Cara Kembali Kepada Isteri Sesudah Ila’ ............. 124
D. ZHIHAR............................................................................ 124
1. Definis Zhihar............................................................. 124
2. Hukum dan Dasar Hukum Zhihar .......................... 125
3. Akibat Zhihar .............................................................. 129
E. LI’AN ................................................................................. 129
1. Pengertian dan Dasar Hukum Li’an ....................... 129
2. Sebab- Sebab Terjadinya Li’an ................................ 136
3. Status Pergeseran Hukum Li’an ............................. 137
4. Akibat Li’an dalam Perkawinan ............................ 137
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil ix
5. Hikmah Li’an ............................................................. 138
F. Khulu’ ................................................................................... 139
1. Perngetian Khulu’ ....................................................... 139
2. Dasar Hukum Khulu’ ................................................. 140
3. Hukum Khulu’ ............................................................ 142
4. Syarat dan Rukun Serta Lafazh Khulu’ ................... 142
5. Lafazh Khulu’ .............................................................. 143
6. Iddah Khulu’ dan Penerimaan Iwadh Kulu' .............. 143

BAB VII : KETENTUAN BATAS MINIMUM USIA


PERKAWINAN
A. Perkawinan Usia Muda dalam Kajian
Hukum Islam .................................................................. 145
B. Batasan Usia Muda: Sebuah Telaah Kajian
Hukum Positif ................................................................ 151
C. Usia Dewasa Perkawinan dalam Norma
Hukum Islam .................................................................. 153
D. Penentuan Usia Muda; Telaah Kajian
Metodelogi Hukum Islam .............................................167
E. Analisa Perbandingan Batas Umur Perkawinan
di Asia- Afrika................................................................168
F. Syarat Perkawinan Usia Muda dalam Literasi
Hukum Islam .................................................................. 170
G. Dispensasi Usia Perkawinan dalam Konteks
Undang-undang di Indonesia .......................................173
H. Teknis dan Prosedur Perkawinan Usia Muda
Serta Penerapannya di Indoneisia ...............................176

BAB VIII : KAJIAN NORMATIF TENTANG HUKUM


POLIGAMI
A. Definisi Poligami ........................................................ 181
B. Hukum Poligami ....................................................... 182
Hukum Perkawinan di Indonesia
x Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
C. Pembagian (Jatah) Diantara Isteri-Isteri
Oleh Suami ................................................................. 186
D. Hikmah Poligami ....................................................... 187
E. Hikmah Dilarangnya Nikah Lebih
dari 4 (empat) Isteri .................................................... 188
BAB IX: PENCATATAN PERKAWINAN
A. Pencatatan Perkawinan dalam Hukum Islam ............... 189
B. Nikah Sirri Sebuah Terminolgi Keindonesiaan .......... 193
C. Hukum Pencatatan Perkawinan di Indonesia .............. 197

BAB X: PENERAPAN HUKUM POLIGAMI DI INDONESIA


DALAM KONTEKS UNDANG-UNDANG
A. Prosedur Poligami dalam Undang-undang
dan Peraturan Pemerintah ............................................... 203
B. Tijauan Kompilasi Hukum Islam dalam Mengatur
Tentang Prosedur Poligami ............................................. 207
C. Poligami Bagi PNS (Pegawai Negeri Sipil) .................. 209
D. Hukuman Poligami PNS (Pegawai Negeri Sipil)
Tanpa Idzin ...................................................................... 210

BAB XI: PENEMUAN HUKUM PERKAWINAN DI


INDONESIA
A. Perjanjian Perkawinan dan Harta Bersama ................. 217
1. Perjanjian Perkawinan ............................................ 217
2. Harta Bersama dalam Tunjauan
Hukum Positif .......................................................... 220
3. Harta Bersama dalam Perspektif
Hukum Islam ............................................................ 226
B. Nasab dan Status Anak dalam Hukum Perkawinan
di Indonesia ...................................................................... 229
1. Definisi Nasab ......................................................... 229
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil xi
2. Macam-Macam Status Anak .................................. 231

BAB XII : KONSEP HADHANAH


A. Pengertian Hadhanah dalam Perspektif
Hukum Islam ................................................................. 244
B. Dasar Hukum Hadhanah dalam Islam ...................... 247
C. Hak dan Batas Waktu Hadhanah dalam
Hukum Islam ................................................................ 250
D. Syarat-Syarat Bagi yang Melakukan Hadhanah
dalam Hukum Islam .................................................... 252
E. Batas Waktu Hak Hadhanah
dalam Hukum Islam .................................................... 254
F. Hadhanah Bagi Pasangan yang Murtad
dalam Kajian Hukum Islam ........................................ 256
G. Pengasuhan Anak Buangan dalam Hukum Islam.... 258
H. Hadhanah Menurut Uudang-undang
Perkawinan ..................................................................... 260
I. Hadhanah Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)
di Indonesia.................................................................... 261
J. Problematika Hukum Hadhanah Bagi Pasangan yang
Murtad dalam Konteks Undang-Undang
Perkawinan: Sebuah Realita dan Fakta ...................... 262

BAB XIII: KONSEP PERCERAIAN DALAM KONTEKS


HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
A. Cerai Thalak dalam Pandangan Hukum Islam ......... 266
B. Macam-Macam Thalak/ Cerai
dalam Hukum Islam ........................................................ 268
C. Rukum dan Syarat Thalak
dalam Hukum Islam ........................................................ 271
D. Waktu Menjatuhkan Thalak
dalam Hukum Islam ....................................................... 272
Hukum Perkawinan di Indonesia
xii Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
E. Alasan-Alasan Permohonan Cerai Thalak
dalam Hukum Positif (Undang-undang Perkawinan dan
KHI ) ................................................................................. 274
F. Prosedur Cerai Thalak dan Cerai Gugat
di Indonesia ...................................................................... 278
G. Kewajiban Suami Akibat Cerai Thalak dalam KHI .. 286
H. Kewajiban Isteri Setelah Jatuh Talak
dalam Konteks Hukum Islam ....................................... 287
I. Cerai Gugat atau Khulu’ Ditinjau dari Undang-undang
Perkainan dan KHI ....................................................... 288

BAB XIV: KONSEP IDDAH


A. Pengetian dan Makna Idddah
dalam Hukum Islam ...................................................... 289
B. Dasar Hukum Iddah dalam Islam .............................. 290
C. Rukun Iddah ................................................................... 293
D. Jenis-Jenis Iddah dalam Hukum Islam ...................... 294
E. Sebab dan Syarat Setiap Jenis Iddah .......................... 294
F. Waktu Dimulainya Masa Iddah
dalam Hukum Islam ..................................................... 295
G. Ketentuan Masa Iddah dalam Hukum Islam ............ 296
H. Dasar Hukum Iddah dalam Hukum Postifif
di Indonesia ..................................................................... 297
I. Ketentuan Masa Iddah dalam Peraturan Pemerintah
di Indonesia .................................................................... 298
J. Masa Iddah dalam Kontek Kompilasi Hukum Islam
di Indonesia .................................................................... 299

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil xiii
BAB XV: KONSEP RUJUK DALAM PERKAWINAN
A. Pengertian Rujuk ............................................................ 303
B. Hukum dan Dasar Hukum Rujuk dalam Islam ........ 304
C. Syarat-dan Rukun Rujuk .............................................. 305
D. Cara Melaksanakan Rujuk dalam Konsepsi
Hukum Islam ................................................................. 307
E. Dasar Hukum Rujuk Menurut Hukum Positif
Indonesia ......................................................................... 307
F. Ketentuan Formil Rujuk dan Syarat Rujuk
dalam KHI di Indonesia .............................................. 307
G. Mekanisme Rujuk dalam Kompilasi Hukum Islam
di Indonesia .................................................................... 308

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 311


LAMPIRAN 1............................................................................. 319
LAMPIRAN 2 ............................................................................ 341
LAMPIRAN 3 ............................................................................369
BIOGRAFI PENULIS .............................................................. 415

Hukum Perkawinan di Indonesia


xiv Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB I
SEJARAH HUKUM PERKAWINAN
DI INDONESIA

Pra Kemerdekaan Indonesia; Sebuah Kajian Proses

1 Islam masuk kebumi nusantara itu memang terdapat perbedaan, ada yang berpendapat

abad ke 13, abad ke 7 M atau bertepatan dengan abad ke 1 hijriah bahkan ada yang
berargumentasi Islam masuk ke bumi nusantara pada tahun ke-30 hijriah atau bertepatan dengan
tahun 650 masehi.terlepas perbedaan tersebut bah wasanya mereka sepakat Islam
masuk ke Indonesia dengan cara damai.
2 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 24.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 1
3 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 24.


4 Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler : Studi Tentang Konflik dan Resolusi dalam

Sistem Hukum Indonesia, h. 74.

Hukum Perkawinan di Indonesia


2 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
5 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 25.


6 Gavin W. Jones, sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tholabi Kharlie. Sensus ini dilakukan

pada tahun 1970 an.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 3
7 Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler : Studi Tentang Konflik dan Resolusi dalam

Sistem Hukum Indonesia, h. 107.


8 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h.25.

Hukum Perkawinan di Indonesia


4 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
9 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 26.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 5
10 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, (Jakarta

: Elsam dan HUMA, 2002), h. 285.

Hukum Perkawinan di Indonesia


6 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
11 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 63.


12 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 65.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 7
13 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 67.


14 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 68.


15 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 65.

Hukum Perkawinan di Indonesia


8 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
16 Perlu diketahui bahwa pada masa Penjajahan Belanda, yang selalu menjadi pertentangan

yaitu hukum kolonial, hukum adat dan hukum Islam. Namun, hukum Islam dan hukum adat
sebagimana yang berlaku di masyarakat waktu itu keduanya digolongkan menjadi hukum pribumi.
17 Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.

104. Almarhum Prof. Raymond Kennedy dari Yale University menamakan politik hukum Hindia
Belanda suatu politik akulturasi. Walaupun politik hukum Hindia Belanda menyebabkan kita
dibiarkan hidup dalam alam hukum asli, yaitu hukum adat, tidak dapat disangkal bahwa hukum
perdata Eropa ternyata telah cukup banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia,
terutama dalam kelangan perdagangan dan usaha. Lihat juga Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum
Islam Kontemporer, h. 104.
18 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 73.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 9
19 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 73.


20 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 73

Hukum Perkawinan di Indonesia


10 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
21 Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer, h. 99.
22 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam
Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 77.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 11
23 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 77.


24 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 79.

Hukum Perkawinan di Indonesia


12 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
25 Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler : Studi Tentang Konflik dan Resolusi dalam

Sistem Hukum Indonesia, h. 192.


26 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 80.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 13
27 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 83.


28 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 83.

Hukum Perkawinan di Indonesia


14 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
29 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 86.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 15
30 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 88.


31 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h.40.

Hukum Perkawinan di Indonesia


16 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 17
32 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 45.

Hukum Perkawinan di Indonesia


18 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
33 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 17.
34 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 17.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 19
35 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 18.
36 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.19.

Hukum Perkawinan di Indonesia


20 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
37 Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler : Studi Tentang Konflik dan Resolusi dalam

Sistem Hukum Indonesia, h. 256.


38 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) h.158.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 21
39 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,158.
40 Nani Soewondo, dikutip oleh Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,158.
41 Tahir Mahmood, dikutip oleh Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,158.

Hukum Perkawinan di Indonesia


22 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
42Nani Soewondo, dikutip oleh Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,158.
43Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler : Studi Tentang Konflik dan Resolusi dalam
Sistem Hukum Indonesia, h. 258.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 23
44 Mujiburrahman, dikutip oleh Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,162.
45 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,162.
46 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,163.

Hukum Perkawinan di Indonesia


24 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
47 Khairuddin Nasution, dikutip oleh Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga

Indonesia,163.
48 Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler : Studi Tentang Konflik dan Resolusi dalam

Sistem Hukum Indonesia, h. 260.


49 Khairuddin Nasuition, dikutip oleh Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga

Indonesia,165.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 25
50 Abdul manan, dikutip oleh Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,168.
51 Arso Sosroatmodjo dan Wasit Aulawi, dikutip oleh Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum
Keluarga Indonesia,168.

Hukum Perkawinan di Indonesia


26 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
52 Perjuangan umat islam yang cukup lama mulai tahun 1950- 1974 (24 tahun) akhirnya

berbuah manis yakni lahir Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 27
Hukum Perkawinan di Indonesia
28 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB II
KONSEP PERKAWINAN DALAM FIKIH
KONVENSIONAL DAN HUKUM POSITIF

‫نكح‬ ‫زوج‬

1 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana,2009), h. 36.


2 Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang

Perkawinan. h. 36.
3 Ibrahim Hosen, Fikih Perbandingan Masalah Pernikahan, (Jakarta,: Pustaka Pirdaus ,

2003) h. 115.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 29

‫عقد يتضمن اباحة الوطء بلفظ االنكاح‬

‫عقد‬

‫يتضمن اباحة الوطء‬

‫بلفظ‬
‫االنكاح‬

4 Muhammad bin Ishaq al-Fairuzabadi al-Syairazi, al- Qomus al Muhith. Maktabah


Taufiqiyah Mesih h. 318. Lihat juga pada pengertian Perkawiana atau pernikahan yand di dalam
bahasa Indonesia bersal dari kata kawin dan nikah, merupakan perjanjanjian antara dua orang laki
laki dan wanita yang mau menjadi suami isteri secara resmi dan sah. Lihat J.S Badudu dan sutan
Muhammad Zain, Kamus umum bahasa Indonesia, cet 1 (Jakarta : pustaka Sinar Harapan, 2001)
h.943
5 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan. h. 37.

Hukum Perkawinan di Indonesia


30 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫عقد بلفظ انكاح او تزويج على منفعة اال ستمتاع‬

‫عقدوضع لتمليك المتعة باالنثى قصدا‬

‫عقد يفيد حل العشرة بين الرجل والمراة بما يحقق ما يتقاضاه الطبع‬
‫االنسانى مدى الحياة ويجعل لكل منهما حقوق قبل صاحبه وواجبات‬
‫عليه‬

6 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan. h. 38.


7 Jalaluddin al-Mahalli, Al-Mahalli,juz III (Indonesia: Nur Asia, tt), h. 4
8 Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh 'ala al-Madzahib al-Arb'ah, (Beirut : Dar al-Fikr, 1986) h.

9-12

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 31
9 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan. h. 39.


10 Hasbi Indra dkk, Potret Wanita Sholehah, (Jakarta: Penamadani,2004), h.76.
11 Adapun yang dimaksud dengan watak takamul yakni memperlihatkan bahwa hukum

islam dapat melayani golongan yang tetap bertahan pada apa yang sudah ada (tradisional), dan
dapat pula melayani golongan yang ingin perubahan (modernis). Adapun yang terkait dengan
watak wassthiyyah yakni menghendaki keselaran dan keseimbangan antara unsur kebendaan dan
unsur kejiwaan.watak harakah membuat hukum Islam mudah bergerak dan berkembang secara
dinamis, senantiasa hidup dan memformulasikan diri seuai dengan perkembangan zaman. Lihat
Alaudin kotto, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta, rajawali press, 2012). h…..

Hukum Perkawinan di Indonesia


32 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
12

Lihat KHI buku ke 1 tentang perkawinan pasal 2. Kata mitssaqan ghalidzan (janji yang
13

sangat kuat) dalam alqur’an hanya digunakan 3 kali yakni Petama, janji antara allah dan rosulnya (Qs
al ahzab ayat 37) yang berbunyi:
                

 
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh,
Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang
teguh (Qs al ahzab 33: 37).
Kedua, janji antara musa dengan umatnya,( Qs An-nisa ayat 134 )yang berbunyi
                

  


.Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) Perjanjian (yang
telah Kami ambil dari) mereka. dan Kami perintahkan kepada mereka: "Masuklah pintu gerbang
itu sambil bersujud dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 33
peraturan mengenai hari Sabtu", dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang kokoh ,
(Qs An-nisa 4: 134)
Ketiga, Janji Perkawinan ( Qs An-nisa ayat 21) yang berbunyi:
           
bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur)
dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu
Perjanjian yang kuat. (Qs An-nisa 4: 21).

Hukum Perkawinan di Indonesia


34 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
14 Lihat Undang-undang No 1 ahun 1974 tentang Perkawinan pasal 6 ayat (1) yang

berbunyi: Perkawinan didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.


15 Lihat Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 2 ayat (1).

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 35
‫النكاح سنتى فمن رغب عن سنتى فليس منى‬
"

16 Abdul Qodir, Pencatatan Pernikahan: Dalam Perspektif Undang-undang dan Hukum Islam,

(Depok : Azza Media, 2014), h. 11-12.

Hukum Perkawinan di Indonesia


36 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
17 Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler : Studi Tentang Konflik dan Resolusi dalam

Sistem Hukum Indonesia, (Jakarta :Pustaka Alvabet, 2008), h. 89.


18 Fondasi keluarga sakinah, bacaan mandiri calon pengantin, ( Jakarta, Subdit Bina keluarga

Saakinah, ditjen Bimas Islam Kemenag, 2017) h. 41-42

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 37
‫فانكحوا‬

            

              

 

‫ما اليتم الواجب اال به فهو واجب‬

19 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Talak, Cerai, Ruju’

(Jakarta: Nusantara Damai Press, 2011), h. 9.

Hukum Perkawinan di Indonesia


38 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫‪          ‬‬

‫‪       ‬‬

‫عث َما ُن‬ ‫ّللا بن َمسعُود بمنًى فَخ ََل به ُ‬ ‫عبد َ‬ ‫علقَ َمةَ بن قَيس قَا َل ُكنتُ َم َع َ‬ ‫عن َ‬ ‫َ‬
‫ُ‬
‫ان هَل لَ َك أَن أزَ و َج َك َجاريَةً بك ًرا تُذَك ُر َك‬ ‫عث َم ُ‬ ‫فَ َجلَستُ قَريبًا منهُ فَقَا َل لَهُ ُ‬
‫س لَهُ َحا َجة س َوى‬ ‫ّللا أَنَهُ لَي َ‬
‫عبد ُ َ‬‫ضى فَلَ َما َرأَى َ‬ ‫ض َما قَد َم َ‬ ‫من نَفس َك بَع َ‬
‫ت ذَل َك لَقَد قَا َل َر ُ‬
‫سو ُل ّللاَ‬ ‫ي بيَده فَجئتُ َو ُه َو يَقُو ُل لَئن قُل َ‬ ‫هَذه أَش َ‬
‫َار إلَ َ‬
‫ع من ُكم البَا َءة َ فَليَت َزَ َوج‬‫طا َ‬ ‫شبَاب َمن است َ َ‬ ‫سلَ َم يَا َمعش ََر ال َ‬ ‫علَيه َو َ‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللاُ َ‬ ‫َ‬
‫صوم فَإنَهُ لَهُ‬ ‫ص ُن للفَرج َو َمن لَم يَست َطع فَعَلَيه بال َ‬ ‫َ‬
‫صر َوأح َ‬ ‫َ‬
‫فَإنَهُ أغَض للبَ َ‬
‫و َجاء‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬ ‫‪39‬‬
‫سنَتي‬ ‫سلَ َم النكَا ُح من ُ‬ ‫علَيه َو َ‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللاُ َ‬ ‫ّللا َ‬ ‫شةَ قَالَت قَا َل َر ُ‬
‫سو ُل َ‬ ‫عائ َ‬
‫عن َ‬ ‫َ‬
‫س مني َوت َزَ َو ُجوا فَإني ُمكَاثر ب ُكم اْل ُ َم َم َو َمن كَا َن‬ ‫سنَتي فَلَي َ‬
‫فَ َمن لَم يَع َمل ب ُ‬
‫صو َم لَهُ و َجاء‬ ‫ذَا َ‬
‫طول فَليَنكح َو َمن لَم يَجد فَعَلَيه بالصيَام فَإ َن ال َ‬

‫سلَ َم لَم ن ََر لل ُمت َ َحابَين‬


‫علَيه َو َ‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللاُ َ‬ ‫عبَاس قَا َل قَا َل َر ُ‬
‫سو ُل َ‬
‫ّللا َ‬ ‫عن ابن َ‬
‫َ‬
‫مث َل النكَاح‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪40‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
20 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Talak, Cerai, Ruju’. h. 10.
Selain Jumhur Ulama’’, ada ulama’’ yang berkomentar tentang kata fankihu tersebut, ia
mengatakan bahwa sitiran ayat tersebut mengandung hukum sunnah, akan tetapi ada penjelasan
bahwa hukum ‘nadb’ disini bukan hukum asal dari nikah, ayat tersebut ditujukan pada hukum
poligami. Al-Istitaabah atau kehendak yang memunculkan selera rasa senang terhadap wanita
tertentu dalam ayat tersebut berimplikasi hukum nadb. Lihat Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar
Pernikahan : Analisa Perbandingan Antar Madzhab, h. 8.
21 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Talak, Cerai, Ruju’. h. 10.
22 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Talak, Cerai, Ruju’. h. 10.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 41
‫عث َمانَ بن‬ ‫سلَ َم َ‬
‫علَى ُ‬ ‫علَيه َو َ‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللاُ َ‬ ‫ّللا َ‬‫سو ُل َ‬ ‫سعد قَا َل لَقَد َردَ َر ُ‬ ‫عن َ‬‫َ‬
‫َمظعُون التَبَت َل َولَو أَذنَ لَهُ َالخت َ َ‬
‫صينَا‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪42‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
ً‫س ًل من قَبل َك َو َجعَلنَا لَ ُهم أَز َوا ًجا َوذُريَة‬ َ ‫َولَقَد أَر‬
ُ ‫سلنَا ُر‬

23 Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Faza Media,

2017). h. 47.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 43
Hukum Perkawinan di Indonesia
44 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
24 Abdul Qodir, Pencatatan Pernikahan: Dalam Perspektif Undang-undang dan Hukum Islam, h.
48.
25 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2003), h. 45.
26 Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat : Menurut Hukum

Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, cet. II,(Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h.92.
27 Abdul Qodir, Pencatatan Pernikahan: Dalam Perspektif Undang-undang dan Hukum Islam, h.

48.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 45
28 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 6 yang berbunyi:

(1) Perkawinan didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai;


(2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu)
tahun harus mendapat idzin kedua orang tua;
(3) Dalam hal seorang dari kedua orang tua meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu
menyatakan kehendaknya, maka idzin yang dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang
tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya;
(4) dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk
menyatakan kehendaknya, maka izdin diperoleh dari wali orang yang memelihara atau keluarga
yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas selama mereka masih hidup
dan dalam keadaan menyatakan kehendaknya;
(5) Dalam hal ada perbedaan antara orang-orang yang dimaksud dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal
ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka Pengadilan
dalam daerah tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang
tersebut dapat memberikan ijin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang yang tersebut dalam
ayat (2), (3) dan (4) dalam pasal ini;
(6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukun masing-
masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.

29Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 7.


30Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 8 yang berbunyi
Perkawinan dilarang antara dua orang yang;
a. Berhubungan darah dalan garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas;
b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara
seorang dengan seorang saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara
neneknya;
c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri;
d. Berhubungan susuan, anak susuan, saudara dan bibi/paman susuan;
e. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri, dalam
hal seorang suami beristeri lebih dari seorang;
f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau praturan lain yang berlaku dilarang
kawin

Hukum Perkawinan di Indonesia


46 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
31 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 9 yang berbunyi:
Seorang yang terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi, kecuali dalam hal
yang tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) dan dalam Pasal 4 Undang-undang ini
32 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 10 yang berbnyi:

Apabila suami dan isteri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai lagi untuk
kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum,
masing-masing agama dan kepercayaan itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.
33 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 11 yang berbunyi: (1)

Bagi seorang yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu. (2) Tenggang waktu jangka
waktu tunggu tersebut ayat (1) akan diatur dalam Peraturan Pemerintah lebih lanjut.
34 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 12 yang berbunyi: Tata

cara perkawinan diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri.


35 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) buku ke 1 Tentang Perkawinan Pasal 14.
36 Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh 'ala al-Madzahib al-Arba'ah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1986), h.

12. Sebagaiman dikutip oleh Ahmad khuzari, Nikah Sebagai Perikatan,(Jakarta: Raja grapindo
persada, 1995), h.. 12.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 47
-
-
-

37 Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh 'ala al-Madzahib al-Arb'ah, h 12 Sebagaiman dikutip oleh

Ahmad khuzari, Nikah Sebagai Perikatan h. 13.


38 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 39-40.
39 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, h. 40.
40 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, h. 42-43.

Hukum Perkawinan di Indonesia


48 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
41Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, h. 45-46.
42Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2004), h. 63.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 49
43 Arso Sosroarmodjo dan A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Bulan

Bintang, cet. I, 1975). h. 43.


44 Sirajuddin M, Legislasi Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan

STAIN Bengkulu, cet. I, 2008), h. 148.


45 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam : Suatu Analisis dari Undang-undang Nomor

1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, cet. I, 1996), h. 26-27.

Hukum Perkawinan di Indonesia


50 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
46 Abdullah Bin Abdurrahman Ali Basaam, Taisiru al-allam Syah Umdatu al-Ahkam Edisi

Indonesia : Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim Pent: Kathur Suhardi, (Jakarta: Darus Sunah,
cet.VII, 2008), h.740.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 51
47 Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2011), h. 11.

Hukum Perkawinan di Indonesia


52 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
48 Ali bin said al ghomidi, fikih muslimah, (Saudi Arabia, daa al kitab wa al sunna, 2011), h.286.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 53
49 Fondasi Keluarga Sakinah, Bacaan Mandiri Calon Pengantin, ( Jakarta, Subdit Bina
keluarga Saakinah, ditjen Bimas Islam Kemenag, 2017), h. 42-43.

Hukum Perkawinan di Indonesia


54 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB III
STATUS WANITA DALAM PERKAWINAN

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 55
1 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 39 .
2 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 39 ayat (1).
3 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 39 ayat (2).
4 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 39 ayat (3).

Hukum Perkawinan di Indonesia


56 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
5 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 40.
6 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 41.
7 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 42.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 57
8 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 43.
9 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 43 ayat (2).
10 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 44.
11 Lihat Lihat Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 57 yang

berbunyi “Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-undang ini ialah
perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena
perbedaan kewarga-negaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia”.

Hukum Perkawinan di Indonesia


58 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
12 Lihat Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 2 ayat (1)
13 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal pasal 44.
14 Ahmad Sudirman Abbas, Problematika Pernikahan dan Solusinya, (Jakata: PT. Prima Heza

Lestari, 2006), h.37.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 59
15 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.245.

Hukum Perkawinan di Indonesia


60 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
          

         

         

           

  

16 Sadari, Reorientasi Hukum keluarga Islam, (Tanggerang selatan: Excel Iqralana, 2017)
h. 11

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 61
‫نتزوج نساء اهل الكتاب واليتزوجون نسائنا‬

          

          

           

         



Hukum Perkawinan di Indonesia


62 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
      

         

            

         

        

            

 

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 63
Hukum Perkawinan di Indonesia
64 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
            

     

17 Maksud ayat ini Ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang berzina,

demikian pula sebaliknya.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 65
‫اوله سفاح واخره نكاح والحرام اليحرم الحالل (رواه الطبرانى‬
)‫والدارقطنى‬

18 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta: Graha

Paramuda, 2008), h. 37.


19 Al-Qamus al-muhith
20 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 1 hurup (a).

Hukum Perkawinan di Indonesia


66 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
21 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.82.
22 Abdul Majid Mahmud Mathlub, Panduan Hukum Keluarga Sakinah, h 15.
23 Lihat bunyi teks Qs Al qashash 28: 27

                 

             
berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah
seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika
kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak hendak
memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang baik".(Qs
Al qashash 28: 27)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 67
24 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 11.
25 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.90.
26 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.90.

27 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 12 Ayat (1).

Hukum Perkawinan di Indonesia


68 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
28 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 12 Ayat (2).
29 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 12 Ayat (3)
30 Lihat bunyi teks al-Baqarah (2) : 228)

                  

                  

      


wanita-wanita yang dithalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru' tidak
boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,
jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan
kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs al-Baqarah 2: 228)
31 Lihat bunyi teks al-Baqarah 2 : 235

                 

                  

              
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itudengan sindiran atau kamu
Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu
akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan
mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf dan
janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan
ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya,
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. ( Qs al-Baqarah 2 : 235).

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 69
32 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.90.
33 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.90.

34Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 12 Ayat (4).


35 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 13 Ayat (1).
36 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 13 Ayat (2).

Hukum Perkawinan di Indonesia


70 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB IV
HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

1 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006),
h. 58.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 71
2 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, ( Bandung, Al-maarif, 1990), terj, Jilid 7, h. 11.
3 Zuhdi Muhdloor, Memahami Hukum Perkawinan,( Bandung,Albayan,1995) h 61-62
4 Zuhdi Muhdloor, Memahami Hukum Perkawinan, h 62
5 Zuhdi Muhdloor, Memahami Hukum Perkawinan,h 63

Hukum Perkawinan di Indonesia


72 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
6 Lihat KHI Pasal 1 huruf h
7 Lihat KHI Pasal 19
8 Abdul Wahab Abd. Muhaimin, Hukum Islam dan Kedudukan Perempuan dalam Perkawinan

dan Perceraian, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2013), h. 97.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 73
‫حا ِإ َ ا‬
‫لا ِب َو ِليا‬ ‫َا‬
‫لانِكَا َا‬

‫ول هِ‬
‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم أَمُّيَا ْامَرأ ٍَة ََلْ يُنْ ِك ْح َها الَْوِلم‬
‫صلهى ه‬ ‫اَّلل َ‬ ‫ال َر ُس ُ‬ ‫ت قَ َ‬ ‫ِ‬
‫َع ْن َعائ َش َة قَالَ ْ‬
‫اب ِمْن َها‬
‫َص َ‬
‫ِ‬
‫َصابَ َها فَلَ َها َم ْهُرَها ِبَا أ َ‬
‫ِ‬
‫اح َها ََبط ٌل فَِإ ْن أ َ‬
‫ِ ِ‬
‫اح َها ََبط ٌل فَن َك ُ‬
‫ِ ِ‬
‫اح َها ََبط ٌل فَن َك ُ‬
‫ِ‬
‫فَن َك ُ‬
‫فَِإ ْن ا ْشتَ َجُروا فَال مسلْطَا ُن َوِلم َم ْن ََل َوِله لَهُ‬

‫‪9 Dedi Supriyadi dan Mustofa,Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Islam, (Bandung:‬‬

‫‪Pustaka Al-Fikriis, 2009), h. 20.‬‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪74‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
ِ ‫اَّلل صلهى ه‬ ِ ُ ‫ال رس‬
ُ ‫اَّللُ َعلَْيه َو َسله َم ََل تَُزِو ُج الْ َم ْرأَةُ الْ َم ْرأََة َوََل تَُزِو‬
‫ج‬ َ ‫ول ه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫َع ْن أَِِب ُهَريَْرَة ق‬
‫الْ َم ْرأَةُ نَ ْف َس َها فَِإ هن الهزانِيَ َة ِه َي الهِِت تَُزِو ُج نَ ْف َس َها‬

‫ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬

‫ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ا ا‬ ‫ ا‬‫ ا‬

‫ا ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫اا‬ ‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫اا‬ 

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 75
‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫اا‬ ‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬

‫ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ا ا‬ ‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬

‫ااا‬

‫اا‬ ‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬‫ ا‬

‫ا‬‫ا‬‫اا‬ ‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬‫ا‬

‫ا ا‬‫ا‬

Hukum Perkawinan di Indonesia


76 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم ْاْلَِيُ أ َْوَل بِنَ ْف ِس َها ِم ْن‬
‫صلهى ه‬ ِ‫ول ه‬ ٍ ‫َع ْن ابْ ِن َعبه‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫اس قَ َال قَ َال َر ُس‬
‫اَّللِ إِ هن الْبِكَْر تَ ْستَ ْحيِي أَ ْن تَتَ َكله َم قَ َال‬ ِ ِ ِ ِ ِِ
‫ول ه‬ َ ‫َولي َها َوالْبك ُْر تُ ْستَأْ َم ُر ف نَ ْفس َها ق‬
َ ‫يل َي َر ُس‬
‫إِ ْذنُ َها ُس ُكوتُ َها‬

10 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 50 ayat (1)


11 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 50 ayat (2)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 77
12 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 51ayat (3)
13 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 51 ayat (1)
14 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 54
15 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 53
16 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,h.11

Hukum Perkawinan di Indonesia


78 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
17 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,h.11
18 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 51ayat (2)
19 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 20
20 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 61.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 79
21 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,h.30
22 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 20 ayat 2

Hukum Perkawinan di Indonesia


80 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
23 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 21 ayat 1
24 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 23
25 Peunoh Dali, Hukum Perkwainan Islam : Suatu Studi Perbandingan dalam Kalangan Ahlus-

sunah da Negara- Negara Islam, ( Jakarta : PT Bulan Bintang, cet. 2, 2005) h. 76.
26 Lihat Kompilasi Hukum Islam Pasal 22

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 81
27 Lihat Undang-Undang Tentang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Pasal 49
28 Lihat Undang-undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawninan Pasal 53
29 Lihat Undang-undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawninan Pasal 49
30 Lihat Undang-undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawninan Pasal 54

Hukum Perkawinan di Indonesia


82 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
31 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,h. 306.
32 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,h. 306.
33 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,h. 307.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 83
34 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut : Dar al-Fikr, 1983), h. 289.
35 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.311.

Hukum Perkawinan di Indonesia


84 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI

1 Lihat al qur’an surat Yasin/36:7 yang berbunyi


       
Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, kerena
mereka tidak beriman. (Qs Yasin36:7).

2 Lihat al -quran surat al-anfal ayat 8 yang berbunyi

     


Agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-
orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya. (Qs l-anfal 8:8)

3 Lihat alquran surat al bagarah ayat 241 yang berbunyi

      


Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut menurut yang
ma'ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.Qs (al bagarah 2: 241).
4Lihat al-qur’an surat Yunus/ ayat 35 yang berbunyi

                     

        

Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekuturmu ada yang menunjuki kepada kebenaran?"


Katakanlah "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran". Maka Apakah orang-orang yang
menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 85
‫احتصاص‬
‫يقربه الشرع ساطة‬

petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu
mengambil keputusan? (Qs Yunus10: 35).
5Lihat Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Di Indonesia,,, h. 159 .
6 Lihat Mustafa ahmad zarka,
7 Ali bin Said Al ghamidi, Fikih Perempuan h, 168.
8 Lihat Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Di Indonesia,,, h 160.

Hukum Perkawinan di Indonesia


86 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
            

          

           



            

     

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 87
          

          

Hukum Perkawinan di Indonesia


88 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
           

        

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 89
           

           

        

          

Hukum Perkawinan di Indonesia


90 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
             



           

          

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 91
َ ‫لَْيُؤذِيْْ َج‬
ُ‫ار ْه‬ ْ َ‫آلخ ِْرْف‬ ُْ ‫َمنْْكَانَْْيُؤ ِم‬
ِ ‫نْ ِباللِْْ َواليَو ِْمْا‬

Hukum Perkawinan di Indonesia


92 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
        

            

          

            

           

            

          

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 93
         

            

            

Hukum Perkawinan di Indonesia


94 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
ْْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ 

ْْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ 

ْ ْْْْْْْْْ ْْْْ 

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 95
َ ‫علَي ِْه ْ َو‬
ْ‫سل َْم‬ َ ْ ُ‫ّللا‬
ْ ْ ‫صلى‬ َْ َ ‫سأ‬
َ ْ ْ‫ل ْالن ِبي‬ ْ ً ‫ن ْ ُمعَا ِويَ ْةَ ْعَنْ ْأ َ ِبي ِْه ْأَنْ ْ َر ُج‬
َ ْ‫ل‬ ِْ ‫يم ْب‬
ِْ ‫عنْ ْ َح ِك‬
َ
ُ ‫ط ِع َْم ْ َوأَنْ ْيَك‬
ْ‫س َوهَا ْ ِإذَا‬ َ ْ ‫ل ْأَنْ ْيُط ِع َم َها ْ ِإذَا‬ َ ْ ِْ‫َما ْ َحقْ ْال َمرأَة‬
ِْ ‫علَى ْالزو‬
َْ ‫ج ْقَا‬
ْ‫ت‬ ْ َ ‫لْيُقَ ِبحْْ َو‬
ِْ ‫لْيَه ُجرْْ ِإلْْفِيْالبَي‬ ْ َ ‫لْيَض ِربْْال َوج ْهَْ َو‬
ْ َ ‫سىْ َو‬
َ َ ‫اكت‬

9 Secara khusus dalam hal pemenuhan nafkah merupakan sebagai hak dan kewajiban

seorang suami terhadap isteri dalam mengatur rumah tangga dengan adil dan bijaksana. Hal ini
sejalan dengan pemahaman tafsir QS. An-Nisa’ ayat 34

Hukum Perkawinan di Indonesia


96 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫وج ُه َّن بِ َكلِ َم ِة‬ ‫اّلل ِف النِس ِاء فَِإنَّ ُكم أَخذ ُُتُوه َّن ِِبَم ِ‬
‫ان َِّ‬
‫اّلل َواستَحلَلتُم فُ ُر َ‬ ‫َ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫فَات َُّقوا ََّ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َِّ‬
‫ك‬‫َح ًدا تَكَرُهونَهُ فَِإن فَ َعل َن ذَل َ‬
‫اّلل َولَ ُكم َعلَي ِه َّن أَن َل يُوطئ َن فُ ُر َش ُكم أ َ‬
‫وف‬‫فَاض ِربوه َّن ضرب َغي ر مب ِرح وََل َّن علَي ُكم ِرزقُه َّن وكِسوتُه َّن ِبلمعر ِ‬
‫ُ َ َُ َُ‬ ‫ُ ُ َ ً َ َُ َ ُ َ‬

‫اع ْ َم َْعْ‬ ‫ص ْ َحدثَنِي ْأَبِي ْأَن ْه ُ ْ َ‬


‫ش ِه ْدَ ْ َحج ْةَ ْال َودَ ِْ‬ ‫ن ْاْلَح َو ِ ْ‬ ‫سلَي َمانَْ ْب ِْ‬
‫ن ْ َعم ِرو ْب ِْ‬ ‫َعنْ ْ ُ‬
‫ّللاَ ْ َوأَثنَى ْ َعلَي ِْه ْ َوذَك َْر ْ َو َو َع َْ‬
‫ظ ْثُمْ ْقَالَْْ‬ ‫ّللا ُ ْ َعلَي ِْه ْ َو َسل َْم ْفَ َح ِم ْدَ ْ ْ‬
‫صلى ْ ْ‬
‫ّللاِ ْ َ‬
‫لْ ْ‬ ‫سو ِْ‬
‫َر ُ‬
‫اء ْخَي ًرا ْفَإِن ُهنْ ْ ِعندَ ُكمْ ْ َع َوانْ ْلَي َْ‬
‫س ْت َم ِل ُكونَْ ْ ِمن ُهنْ ْشَيئًا ْغَي َْر ْذَ ِلكَْْ‬ ‫س ِْ‬
‫صوا ْبِالنِ َ‬
‫است َو ُ‬
‫اج ْعِ ْ َواض ِربُوهُنْْ‬
‫ض ِ‬ ‫إِلْ ْأَنْ ْيَأتِينَْ ْبِفَ ِ‬
‫احشَةْ ْ ُمبَيِنَةْ ْفَإِنْ ْفَعَلنَْ ْفَاه ُج ُروهُنْ ْ ِفي ْال َم َ‬
‫حقًّاْ‬
‫سائِ ُكمْ ْ َْ‬ ‫س ِب ً ْ‬
‫يل ْ ِإنْ ْلَ ُكمْ ْ ِمنْ ْنِ َ‬ ‫ل ْت َبغُوا ْ َعلَي ِهنْ ْ َ‬ ‫ضربًا ْغَي َْر ْ ُم َب ِرحْ ْفَإِنْ ْأ َ َ‬
‫طعنَ ُكمْ ْفَ َ ْ‬ ‫َ‬
‫ل ْي َُو ِطئ َنْ ْفُ ُر َ‬
‫ش ُكمْ ْ َمنْ ْت َك َرهُونَْْ‬ ‫سائِ ُكمْ ْ َعلَي ُكمْ ْ َحقًّا ْفَأَما ْ َحق ُكمْ ْ َعلَى ْ ِن َ‬
‫سائِ ُكمْ ْفَ َ ْ‬ ‫َو ِلنِ َ‬
‫ل ْ َو َحق ُهنْ ْ َع َلي ُكمْ ْأَنْ ْتُح ِسنُوا ْ ِإلَي ِهنْ ْ ِفيْ‬
‫ل ْ َيأذَنْ ْ ِفي ْبُيُو ِت ُكمْ ْ ِل َمنْ ْت َك َرهُونَْ ْأ َ َ ْ‬
‫َو َ ْ‬
‫ام ِهنْ ْ‬ ‫ِكس َوتِ ِهنْْ َو َ‬
‫ط َْع ِ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬ ‫‪97‬‬
10 Miftah Faridh, Rumahku surgaku: romantika dan solusi rumah tangga, h…..

Hukum Perkawinan di Indonesia


98 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫ت ال َمرأَةُ ِم ن ِضلَع‪ ،‬فَِإن تُِقم َها تُك ِسرَه ا فَ َدا ِرَها‪ ،‬تَعِش ِِبَا‬
‫خلِ َق ِ‬
‫ُ‬

‫ان أَح َسنُ ُهم ُخلًُقا َو ِخيَ ُارُكم ِخيَ ُارُكم لِنِ َسائِ ِهم ُخلًُقا‬
‫ي إِْيَ ً‬ ‫ِِ‬
‫أَك َم ُل ال ُمؤمن َ‬

‫َخي ُرُكم َخي ُرُكم ِِلَهلِ ِه َوأ ََن َخي ُرُكم ِِلَهلِي‬

‫الر ُج ُل َراع َعلَى أَه ِل بَيتِِه‪َ ،‬وال َمرأَةُ‬


‫ُكلُّ ُكم َراع‪َ ،‬وُكلُّ ُكم َمس ُؤول َعن َر ِعيَّتِِه‪َ ،‬واِلَِمي ُر َراع‪َ ،‬و َّ‬
‫ت َزوِج َها َوَولَ ِد ِه‪ ،‬فَ ُكلُّ ُكم َراع َوُكلُّ ُكم َمس ُؤول َعن َر ِعيَّت‬
‫اعيَّة علَى ب ي ِ‬
‫َر َ َ‬
‫ِ‬

‫متفق عليه‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬ ‫‪99‬‬
‫َّخ ُذ ال ُقبور مس ِ‬
‫الساعةُ وهم أَحياء‪ ،‬ومن ي ت ِ‬ ‫إِ َّن ِمن ِشَرا ِر الن ِ‬
‫اج َد‬ ‫َُ ََ‬ ‫َّاس َمن تُد ِرُكهُ َّ َ َ ُ َ َ َ َ‬

‫اّلل صلَّى َّ ِ‬ ‫َن رس َ ِ‬ ‫ِ‬


‫َح ًدا أَن يَس ُج َد‬ ‫اّللُ َعلَيه َو َسلَّ َم قَ َال لَو أ ََمر ُ‬
‫ت أَ‬ ‫ول َّ َ‬ ‫َعن َعائ َشةَ أ َّ َ ُ‬
‫ت ال َمرأَةَ أَن تَس ُج َد لَِزوِج َها‪....‬‬
‫َحد َِل ََمر ُ‬
‫ِ‬
‫ِل َ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪100‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
‫اّللُ َعلَي ِه‬
‫صلَّى َّ‬ ‫َّب َ‬ ‫َّام َس َج َد لِلنِ ِ‬
‫اّللِ ب ِن أَِب أَو َف قَ َال لَ َّما قَ ِدم معاذ ِمن الش ِ‬
‫َ َُ‬ ‫َعن َعب ِد َّ‬
‫َساقِ َفتِ ِهم‬ ‫ِ‬
‫َّام فَ َوافَقتُ ُهم يَس ُج ُدو َن ِل َ‬ ‫ت الش َ‬ ‫َو َسلَّ َم قَ َال َما َه َذا َي ُم َعاذُ قَ َال أَتَي ُ‬
‫اّللُ َعلَي ِه‬ ‫ول َِّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صلَّى َّ‬ ‫اّلل َ‬ ‫ك فَ َق َال َر ُس ُ‬‫ك بِ َ‬ ‫ت ِف نَف ِسي أَن نَف َع َل ذَل َ‬ ‫ِ‬
‫َوبَطَا ِرقَت ِهم فَ َودد ُ‬
‫ت ال َمرأََة أَن‬ ‫وسلَّم فَ َل تَفعلُوا فَِإِن لَو ُكنت ِآمرا أَحدا أَن يسجد لِغ ِي َِّ‬
‫اّلل َِل ََمر ُ‬ ‫َ َُ َ‬ ‫ُ ً ًَ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ‬
‫ي َح َّق‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫س ُُمَ َّمد بيَده َل تُ َؤدي ال َمرأَةُ َح َّق َرِبَا َح َّّت تُ َؤد َ‬ ‫تَس ُج َد لَزوج َها َوالذي نَف ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َزوج َها َولَو َسأَ ََلَا نَف َس َها َوه َي َعلَى قَتَب َل َُتنَ عهُ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬ ‫‪101‬‬
‫ت زوِجها ر ِ‬
‫اعيَة َوه َى َمسئُولَة َعن َر ِعيَّتِ َها‬ ‫ِ ِ‬
‫َوال َمرأَةُ ف بَي َ َ َ‬

‫لَ ََِي ُّل لِلمرأَةِ أَن تَصوم وزوجها ش ِ‬


‫اهد إِلَّ ِبِِذنِِه‬ ‫ُ َ ََ ُ َ َ‬ ‫َ‬

‫َّخ ُذ ال ُقبور مس ِ‬
‫الساعةُ وهم أَحياء‪ ،‬ومن ي ت ِ‬ ‫إِن ِمن ِشَرا ِر الن ِ‬
‫اج َد‬ ‫َُ ََ‬ ‫َّاس َمن تُد ِرُكهُ َّ َ َ ُ َ َ َ َ‬

‫اّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم َل تُؤِذي امَرأَة َزو َج َها‬


‫صلَّى َّ‬ ‫اّلل َ‬
‫ول َِّ‬
‫َعن ُم َعا ِذ ب ِن َجبَل قَ َال قَ َال َر ُس ُ‬
‫ك‬‫اّللُ فَِإََّّنَا ُه َو ِعن َد ِك َد ِخيل أَو َش َ‬
‫ك َّ‬‫ي َل تُؤِذ ِيه قَاتَلَ ِ‬
‫إَِّل قَالَت َزو َجتُهُ ِمن اْلُوِر العِ ِ‬
‫أَن ي َفا ِرقَ ِ‬
‫ك إِلَي نَا‬ ‫ُ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪102‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 103
11 Ali bin Said Al ghamidi, Fikih Perempuan, h. 226.

Hukum Perkawinan di Indonesia


104 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 105
12 Ali bin Said Al ghamidi, fikih perempuan h, 226.
13 Team penyusun subdit keluarga sakinah depag, ,Fondasi keluarga sakinah: bacaan
madiri calon pengantin, h.12.
14 Ali bin Said Al ghamidi, fikih perempuan h, 226-227.
15 Lihat Undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 30-34 yang mengatur

tentang hak dan kewajiban suami isteri. Adapun tentang pengasuhan anak sebagai kewajiban
suami isteri bisa dilihat pada pasal 45 ayat (1) .

Hukum Perkawinan di Indonesia


106 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
16 Adapun tentang hak dan kewajiban suami isteri bisa diLihat dalam Kompilasi Hukum

Islam ( KHI) pasal 77-89 .


17 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 80 ayat (1).
18 Lihat Kompilasi Hukum Islam ( KHI) Pasal 80 ayat (2).
19 Lihat Kompilasi Hukum Islam ( KHI) Pasal 80 ayat (3).
20 Lihat Kompilasi Hukum Islam ( KHI) Pasal 80 ayat (4).

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 107
21 Lihat Kompilasi Hukum Islam ( KHI) Pasal 80 ayat (5).
22 Lihat Kompilasi Hukum Islam( KHI) Pasal 80 ayat (6).
23 Lihat Kompilasi Hukum Islam ( KHI) Pasal 80 ayat ( 7).
24 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 81 ayat (1).
25 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 81 ayat (2)..
26 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 81 ayat (3)..
27 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 81 ayat (4)..
28 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 82 ayat (1) ..

Hukum Perkawinan di Indonesia


108 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
29 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 82 ayat (2).
30 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 83 ayat (1).
31 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 82 ayat (2)..
32 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 84 ayat (3).
33Lihat undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 30.
34 Lihat undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 31 ayat (1).
35 Lihat undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 31 ayat (2).
36 Lihat undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 32 ayat (1).

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 109
37 Lihat undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 33.
38 Lihat undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 45 ayat (1)

Hukum Perkawinan di Indonesia


110 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB VI
KONSEP NUSYUZ, SYIQAQ, ‘ILA, ZIHAR,
LI’AN, KHULU’

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 111
‫ارتفاع‬

‫نشز ينشز‬
‫نشوزا‬

1 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan. h. 190.


2 Nurzulaili Mohd Ghazali, Nusyuz, Syiqaq dan Hakam, (Malaysia: Kolej Universiti Islam

Malaysia (KUIM), 2007), h. 1.


3 Nurzulaili Mohd Ghazali, Nusyuz, Syiqaq dan Hakam, h. 2.

Hukum Perkawinan di Indonesia


112 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
          

         

        

            



4 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 89.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 113
5 Maksudnya: Tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
6 Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan
baik.
7 Maksudnya: Untuk memberi pelajaran kepada isteri yang dikhawatirkan
pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah
dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul
mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Apabila cara pertama telah ada
manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
8 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan. h. 192.

Hukum Perkawinan di Indonesia


114 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم اليجلد احدكم امراته جلد العبد ثم يجامعها‬

9 Nurzulaili Mohd Ghazali, Nusyuz, Syiqaq dan Hakam, h.19.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 115
            

           

      

10 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan. h. 193.


11 Seperti isteri bersedia beberapa haknya dikurangi asal suaminya mau baik kembali.
12 Maksudnya: Tabi'at manusia itu tidak mau melepaskan sebahagian haknya kepada orang

lain dengan seikhlas hatinya, Kendatipun demikian, jika isteri melepaskan sebahagian hak-haknya,
maka boleh suami menerimanya.

Hukum Perkawinan di Indonesia


116 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
13 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, h. 89-90.
14 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan. h. 194.
15 Nurzulaili Mohd Ghazali, Nusyuz, Syiqaq dan Hakam, h.28.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 117
            

         

16 Hakam ialah juru pendamai.


17 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, h. 90.

Hukum Perkawinan di Indonesia


118 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫االيالء‬

‫حلف الزوج على االمتناع من وطء زوجته‬

‫حلف الزوج ان اليطاء امراته‬

18 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan. h. 275.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 119
19 Abdul Majid Mahmud Mathlub, Panduan Hukum Keluarga Sakinah.., h.445.
20 Lihat wahbah az-zuahali, fikih islama wa adillatuhu, terj, jilid 9 h. 470

Hukum Perkawinan di Indonesia


120 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
             

        

21 Abdul Majid Mahmud Mathlub, Panduan Hukum Keluarga Sakinah.., h.439

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 121
           

           

               

          

22 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan. h. 277.

Hukum Perkawinan di Indonesia


122 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫سلَ َم أَن َال يَد ُخ َل َعلَى نِ َ‬
‫سائِ ِه‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َ‬ ‫سو ُل َ‬
‫ّللاِ َ‬ ‫َعن َعائِ َشةَ قَالَت أَق َ‬
‫س َم َر ُ‬
‫ث تِس َعةً َو ِعش ِرينَ َيو ًما َحتَى ِإذَا َكانَ ِم َسا َء ث َ ََلثِينَ دَ َخ َل َعلَ َي فَقُلتُ‬‫شَه ًرا فَ َم َك َ‬
‫شه ُر َه َكذَا يُر ِس ُل أ َ َ‬
‫صابِعَه ُ فِي َها‬ ‫سمتَ أَن َال ت َد ُخ َل َعلَينَا شَه ًرا فَقَا َل ال َ‬‫إِنَكَ أَق َ‬
‫احدًا ِفي‬ ‫سكَ إِصبَعًا َو ِ‬ ‫صابِعَهُ ُكلَ َها َوأَم َ‬‫س َل أ َ َ‬
‫شه ُر َه َكذَا َوأَر َ‬‫ث َم َرات َوال َ‬ ‫ث َ ََل َ‬
‫الثَا ِلث َ ِة‬

‫سائِ ِه شَه ًرا‬ ‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَ َم آ َلى ِمن بَع ِ‬


‫ض نِ َ‬ ‫ص َلى َ‬ ‫سو َل َ‬
‫ّللاِ َ‬ ‫َعن أ ُ ِم َ‬
‫سلَ َمةَ أ َ َن َر ُ‬
‫ضى تِسع‬ ‫ّللاِ ِإ َن َما َم َ‬ ‫فَلَ َما َكانَ تِس َعةً َو ِعش ِرينَ َرا َح أَو َغدَا فَ ِقي َل يَا َر ُ‬
‫سو َل َ‬
‫َو ِعش ُرونَ َفقَا َل ال َ‬
‫شه ُر تِسع َو ِعش ُرونَ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬ ‫‪123‬‬
23 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Studi Perbandingan dalam Kalangan Ahlus-

Sunnah dan Negara-Negara Islam, h.343.

Hukum Perkawinan di Indonesia


124 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫تشبيه الزوج زوجته بمحرمه‬

‫قول الرجل لزوجته انت علي كظهر امي‬

24Abdul Majid Mahmud ,Panduan Hukum Keluarga Sakinah, h 449.


25 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan. h. 259.
26 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan. h. 261.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 125
            

            

            

         

Hukum Perkawinan di Indonesia


126 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫اء َال أ َ َرى َر ُج ًَل‬
‫س ِ‬‫اضي ِ قَا َل ُكنتُ ام َرأ ً أَست َكثِ ُر ِمن النِ َ‬
‫صخر البَيَ ِ‬ ‫سلَ َمةَ ب ِن َ‬
‫َعن َ‬
‫ظاهَرتُ ِمن ام َرأَتِي َحتَى‬ ‫ان َ‬ ‫ض ُ‬ ‫يب فَلَ َما دَخَلَ َر َم َ‬
‫ص ُ‬ ‫يب ِمن ذَلِكَ َما أ ُ ِ‬
‫ُص ُ‬ ‫َكانَ ي ِ‬
‫َف ِلي ِمن َها شَيء فَ َوثَبتُ‬ ‫ِي ت ُ َح ِدثُنِي ذَاتَ لَي َلة ان َكش َ‬
‫ان فَبَينَ َما ه َ‬
‫ض ُ‬‫س ِل َخ َر َم َ‬
‫يَن َ‬
‫َعلَي َها فَ َواقَعت ُ َها فَلَ َما أَص َبحتُ َغدَوتُ َع َلى قَو ِمي َفأَخ َبرت ُ ُهم َخ َب ِري َوقُلتُ َل ُهم‬
‫سلَ َم فَقَالُوا َما ُكنَا نَف َع ُل ِإذًا يُن ِز َل ّللاَ ُ َع َز‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َ‬ ‫سو َل َ‬
‫ّللاِ َ‬ ‫سلُوا ِلي َر ُ‬ ‫َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَ َم قَول فَيَبقَى‬ ‫صلَى َ‬ ‫سو ِل َ‬
‫ّللاِ َ‬ ‫َو َج َل فِينَا ِكت َابًا أَو يَ ُكونَ فِينَا ِمن َر ُ‬
‫ول َ‬
‫ّللاِ‬ ‫س ِ‬‫يرتِكَ اذهَب أَنتَ فَاذ ُكر شَأنَكَ ِل َر ُ‬ ‫س ِل ُمكَ ِل َج ِر َ‬ ‫ارهُ َولَ ِكن َسو َ‬
‫ف نُ َ‬ ‫َعلَينَا َع ُ‬
‫سو ُل َ ِ‬
‫ّللا‬ ‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَ َم قَا َل َفخ ََرجتُ َحتَى ِجئتُه ُ فَأَخبَرتُه ُ ال َخبَ َر فَقَا َل َر ُ‬
‫صلَى َ‬‫َ‬
‫صابِر ِل ُحك ِم‬‫ّللاِ َ‬ ‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَ َم أَنتَ ِبذَاكَ فَقُلتُ أَنَا ِبذَاكَ َوهَا أَنَا َيا َر ُ‬
‫سو َل َ‬ ‫صلَى َ‬ ‫َ‬
‫ق َما أَصبَحتُ أَم ِلكُ ِإ َال‬‫ي قَا َل فَأَعتِق َرقَبَةً قَا َل قُلتُ َوالَذِي بَ َعثَكَ ِبال َح ِ‬ ‫ّللاِ َعلَ َ‬
‫َ‬
‫ّللاِ َوهَل دَ َخ َل َعلَ َي‬
‫سو َل َ‬ ‫صم شَه َري ِن ُمتَت َابِعَي ِن قَا َل قُلتُ يَا َر ُ‬ ‫َرقَبَتِي َه ِذ ِه قَا َل فَ ُ‬
‫صدَق أَو أَط ِعم ِستِينَ ِمس ِكينًا َقالَ ُقلتُ‬ ‫صو ِم قَا َل فَت َ َ‬ ‫َما دَ َخ َل ِمن ال َب ََل ِء ِإ َال ِبال َ‬
‫ب‬
‫اح ِ‬ ‫ق لَقَد بِتنَا لَيلَتَنَا َه ِذ ِه َما لَنَا َعشَاء قَا َل فَاذهَب ِإلَى َ‬
‫ص ِ‬ ‫َوالَذِي بَعَثَكَ بِال َح ِ‬
‫صدَقَ ِة بَنِي ُز َريق فَقُل لَه ُ فَليَدفَع َها ِإلَيكَ َوأَط ِعم ِستِينَ ِمس ِكينًا َوانت َ ِفع بِبَ ِقيَتِ َها‬
‫َ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬ ‫‪127‬‬
‫ت‬ ‫سمعُه ُ ُك َل شَيء إِ ِني ََلَس َم ُع َك ََل َم خَولَةَ بِن ِ‬ ‫اركَ الَذِي َو ِس َع َ‬ ‫شة ُ تَبَ َ‬
‫قَالَت َعا ِئ َ‬
‫ص َلى َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه‬ ‫ّللاِ َ‬ ‫سو ِل َ‬ ‫ِي تَشت َ ِكي زَ و َج َها ِإلَى َر ُ‬‫ضه ُ َوه َ‬‫ي بَع ُ‬‫ثَعلَبَةَ َويَخفَى َع َل َ‬
‫شبَا ِبي َونَثَرتُ َله ُ بَطنِي َحتَى ِإذَا َك ِب َرت‬ ‫ّللاِ أ َ َك َل َ‬
‫سو َل َ‬ ‫ِي تَقُو ُل يَا َر ُ‬ ‫سلَ َم َوه َ‬
‫َو َ‬
‫ظاه ََر ِمنِي اللَ ُه َم إِنِي أَش ُكو إِ َليكَ فَ َما بَ ِر َحت َحتَى نَزَ لَ‬
‫ط َع َولَدِي َ‬
‫ِسنِي َوان َق َ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪128‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
‫ّللا ُ قَو َل الَتِي ت ُ َجا ِدلُكَ فِي زَ و ِج َها َوت َشت َ ِكي‬ َ ‫ت { قَد‬
َ ‫س ِم َع‬ ِ ‫ِجب َرائِي ُل بِ َهؤ َُال ِء اْليَا‬
َ ‫ِإ َلى‬
} ِ‫ّللا‬

27 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam : Suati Studi Perbandingan dalam Kalangan Ahlus-

Sunnah dan Negara-Negara Islam, h.348.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 129
28 Lihat Wahbah az-Zuahali, Fikih Islama Wa Adillatuhu, terj, jilid 9 h. 480.
29 Lihat wahbah az-Zuahali, Fikih Islama Wa Adillatuhu, terj, jilid 9 h. 480.
30 Lihat Wahbah az-Zuahali, Fikih Islama Wa Adillatuhu, terj, jilid 9 h. 480.
31 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan. h. 288.

Hukum Perkawinan di Indonesia


130 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
          

            

             

           

 

32 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Thalak, Cerai, Ruju’. h.39.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 131
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَ َم قَا َل ال َولَد ُ ِلل ِف َر ِ‬
‫اش َو ِللعَاه ِِر‬ ‫صلَى َ‬ ‫َعن أَبِي هُ َري َرة َ أ َ َن النَبِ َ‬
‫ي َ‬
‫ال َح َج ُر‬

‫سل ِلي‬ ‫ع َوي ِمر ِإلَى َع ِ‬


‫اص ِم ب ِن َعدِي فَقَا َل َ‬ ‫سا ِعدِي ِ قَا َل َجا َء ُ‬
‫سعد ال َ‬
‫سه ِل ب ِن َ‬
‫َعن َ‬
‫سلَ َم أ َ َرأَيتَ َر ُج ًَل َو َجدَ َم َع ام َرأَتِ ِه َر ُج ًَل فَقَتَلَهُ أَيُقت َ ُل‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللاُ َعلَي ِه َو َ‬ ‫سو َل َ‬
‫ّللاِ َ‬ ‫َر ُ‬
‫اب‬‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َس َل َم َعن ذَلِكَ فَ َع َ‬ ‫ص َلى َ‬ ‫ّللاِ َ‬‫سو َل َ‬‫اصم َر ُ‬ ‫سأ َ َل َع ِ‬ ‫ِب ِه أَم َكي َ‬
‫ف َيصنَ ُع فَ َ‬
‫صنَعتَ‬ ‫سأ َ َله ُ فَقَا َل َما َ‬ ‫ع َوي ِمر فَ َ‬ ‫سلَ َم ال َم َ‬
‫سائِ َل ث ُ َم َل ِقيَه ُ ُ‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َ‬ ‫سو ُل َ‬
‫ّللاِ َ‬ ‫َر ُ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َس َل َم فَ َع َ‬
‫اب‬ ‫ص َلى َ‬‫ّللاِ َ‬ ‫سو َل َ‬ ‫سأَلتُ َر ُ‬ ‫صنَعتُ أَنَكَ لَم ت َأ ِت ِني ِبخَير َ‬
‫فَقَا َل َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَ َم َو ََلَسأَلَنَهُ فَأَت َى‬
‫صلَى َ‬ ‫سو َل َ‬
‫ّللاِ َ‬ ‫ّللاِ َْلتِيَ َن َر ُ‬
‫سائِ َل فَقَا َل ُع َوي ِمر َو َ‬
‫ال َم َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَ َم فَ َو َجدَه ُ َوقَد أُن ِز َل َع َلي ِه فِي ِه َما فَ ََل َعنَ بَينَ ُه َما قَا َل‬
‫صلَى َ‬‫ّللاِ َ‬‫سو َل َ‬ ‫َر ُ‬
‫ارقَ َها قَبلَ أَن‬ ‫ّللاِ لَقَد َكذَبتُ َعلَي َها قَالَ فَفَ َ‬
‫سو َل َ‬ ‫طلَقتُ ِب َها َيا َر ُ‬
‫ّللاِ لَئِن ان َ‬
‫ع َوي ِمر َو َ‬ ‫ُ‬
‫سنَةً فِي ال ُمت َََل ِعنَي ِن ث ُ َم َقا َل‬
‫ارت ُ‬ ‫سلَ َم فَ َ‬
‫ص َ‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللاُ َعلَي ِه َو َ‬ ‫سو ُل َ‬
‫ّللاِ َ‬ ‫يَأ ُم َره ُ َر ُ‬
‫ظ ُروهَا فَإِن َجا َءت ِب ِه أَس َح َم أَد َع َج ال َعينَي ِن َع ِظ َ‬
‫يم‬ ‫سلَ َم ان ُ‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َ‬ ‫النَ ِبي َ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪132‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
‫صدَقَ َعلَي َها َوإِن َجا َءت بِ ِه أ ُ َحي ِم َر َكأَنَه ُ َو َح َرة فَ ََل أ ُ َراهُ‬
‫اَلَليَت َي ِن فَ ََل أ ُ َراه ُ إِ َال قَد َ‬
‫ِإ َال َكا ِذبًا قَا َل َف َجا َءت ِب ِه َع َلى النَع ِ‬
‫ت ال َمك ُرو ِه‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬ ‫‪133‬‬
‫سلَ َم‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َ‬ ‫ف ام َرأَتَهُ ِعندَ النَبِي ِ َ‬ ‫َعن اب ِن َعبَاس أَ َن ه ََِل َل بنَ أ ُ َميَةَ قَذَ َ‬
‫ظه ِركَ‬‫س َل َم ال َب ِينَةَ أَو َحد فِي َ‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َ‬ ‫سح َما َء فَقَا َل النَ ِبي َ‬ ‫يك اب ِن َ‬‫ِبش َِر ِ‬
‫ّللا ُ ِفي أَم ِري َما‬ ‫صادِق َولَيُن ِزلَ َن َ‬ ‫فَقَا َل ه ََِل ُل ب ُن أ ُ َميَةَ َوالَذِي بَعَثَكَ بِال َح ِ‬
‫ق إِ ِني لَ َ‬
‫ظه ِري قَا َل فَنَزَ لَت { َوالَذِينَ يَر ُمونَ أَز َوا َج ُهم َولَم يَ ُكن لَ ُهم ُ‬
‫ش َهدَا ُء إِ َال‬ ‫ئ َ‬ ‫يُبَ ِر ُ‬
‫صا ِدقِينَ }‬ ‫ّللاِ َع َلي َها ِإن َكانَ ِمن ال َ‬ ‫ب َ‬ ‫ض َ‬‫سةَ أَ َن َغ َ‬ ‫س ُهم َحتَى َبلَ َغ َوالخ ِ‬
‫َام َ‬ ‫أَنفُ ُ‬
‫ام ه ََِل ُل ب ُن أ ُ َميَةَ‬
‫س َل إِلَي ِه َما فَ َجا َءا فَقَ َ‬‫سلَ َم فَأَر َ‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َ‬ ‫ف النَبِي َ‬ ‫فَان َ‬
‫ص َر َ‬
‫ّللاَ َيعلَ ُم أ َ َن أ َ َحدَ ُك َما َكاذِب فَ َهل ِمن‬
‫سلَ َم َيقُو ُل ِإ َن َ‬ ‫ص َلى َ‬
‫ّللا ُ َع َلي ِه َو َ‬ ‫ش ِهدَ َوالنَ ِبي َ‬
‫فَ َ‬
‫ّللاِ َع َلي َها ِإن َكانَ‬
‫ب َ‬ ‫ض َ‬‫س ِة { أَ َن َغ َ‬ ‫ش ِهدَت فَ َل َما َكانَ ِعندَ الخ ِ‬
‫َام َ‬ ‫ت َائِب ث ُ َم قَا َمت َف َ‬
‫صت َحتَى‬‫وجبَة قَا َل اب ُن َعبَاس فَتَلَ َكأَت َونَ َك َ‬‫صا ِدقِينَ } قَالُوا لَ َها إِنَ َها لَ ُم ِ‬
‫ِمن ال َ‬
‫ص َلى َ‬
‫ّللا ُ‬ ‫سائِ َر اليَو ِم فَقَا َل النَ ِبي َ‬ ‫ّللاِ َال أَف َ‬
‫ض ُح قَو ِمي َ‬ ‫ست َر ِج ُع فَقَالَت َو َ‬‫ظنَنَا أَنَ َها َ‬
‫َ‬
‫ساقَي ِن‬‫ظ ُروهَا فَإِن َجا َءت بِ ِه أَك َح َل العَينَي ِن َسابِ َغ اَلَليَت َي ِن َخدَ َل َج ال َ‬‫َعلَي ِه َو َسلَ َم ان ُ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َس َل َم َلو َال‬
‫صلَى َ‬ ‫يك اب ِن َسح َما َء فَ َجا َءت ِب ِه َكذَلِكَ فَقَا َل النَ ِبي َ‬
‫فَ ُه َو ِلش َِر ِ‬
‫ّللاِ َع َز َو َج َل لَ َكانَ ِلي َولَ َها شَأن‬
‫ب َ‬ ‫ضى ِمن ِكت َا ِ‬
‫َما َم َ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪134‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
‫ّللاِ قَا َل ُكنَا فِي ال َمس ِج ِد لَيلَةَ ال ُج ُمعَ ِة فَقَا َل َر ُجل لَو أ َ َن َر ُج ًَل َو َجدَ َم َع‬ ‫َعن َعب ِد َ‬
‫ص َلى َ‬
‫ّللا ُ‬ ‫ّللاِ ََلَذ ُك َر َن ذَلِكَ ِللنَ ِبي ِ َ‬
‫ام َرأ َ ِت ِه َر ُج ًَل فَقَتَلَه ُ قَت َلت ُ ُموهُ َو ِإن ت َ َكلَ َم َجلَدت ُ ُموه ُ َو َ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬ ‫‪135‬‬
‫ان‬
‫اللعَ ِ‬ ‫ت ِ‬ ‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَ َم فَأَنزَ َل َ‬
‫ّللا ُ َع َز َو َج َل آيَا ِ‬ ‫صلَى َ‬‫َعلَي ِه َو َسلَ َم فَذَ َك َره ُ ِللنَبِي ِ َ‬
‫س َل َم َبينَ ُه َما‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللاُ َعلَي ِه َو َ‬ ‫ِف ام َرأَتَه ُ فَ ََل َعنَ النَ ِبي َ‬‫الر ُج ُل َبعدَ ذَلِكَ َيقذ ُ‬ ‫ث ُ َم َجا َء َ‬
‫سى أَن ت َِجي َء بِ ِه أَس َودَ َف َجا َءت بِ ِه أَس َودَ َجعدًا‬
‫َوقَا َل َع َ‬

‫صلَى‬ ‫ع َم َر أَ َن َر ُج ًَل َال َعنَ ام َرأَتَه ُ َوانتَفَى ِمن َولَ ِدهَا فَفَ َرقَ َر ُ‬
‫سو ُل َ‬
‫ّللاِ َ‬ ‫َعن اب ِن ُ‬
‫سلَ َم َبينَ ُه َما َوأَل َحقَ ال َولَدَ ِبال َمرأ َ ِة‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َ‬
‫َ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪136‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
33 Lihat Wahbah Az-Zuahali, Fikih Islama Wa Adillatuhu, terj, jilid 9 h. 481
34 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-undang Perkawinan. h. 295. Agumenntasi sdampak akibat lian ini Senafas dengan apa yang
diungkpkan oleh Abdul Majid Mahmud yang mengatakan bahwasannya akibat dampak yang
ditimbulkan lian antara lain: Pertama, hukuman jatuh pada keduanya (suami isteri), Kedua, Masing-
masing suami isteri haram bersenang-senang dengan pasangannya disebabkan karena lia. Ketiga,
terjadi firqah (perceraian antara suami –isteri) Keempat, Hubungan nasab antara suami yang men-li’an
dengan status anak maka garis keterunan sang anak tidak dihubungkan dengan suami tetapi nasab
anak dihubungkan kepada ibunya. Lihat, Abdul Majid Mahmud ,Panduan Hukum Keluarga Sakinah,
Solo , Eraintermedia, 2005 h. 436.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 137
35 Ali bin said al ghamidi, fikih muslimah, h. 326.

Hukum Perkawinan di Indonesia


138 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫خلع‬

36 Abdul Majid Mahmud ,Panduan Hukum Keluarga Sakinah, Solo , Eraintermedia, 2005 h.
408.
37 Lihat Wahbah Az-Zuahali, Fikih Islama Wa Adillatuhu, terj, jilid 9 h. 481.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 139
             

              

              

      

Hukum Perkawinan di Indonesia


140 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
           

          

‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَ َم فَقَا َلت‬


َ ‫صلَى‬َ ‫ي‬ َ ِ‫سلُولَ أَت َت النَب‬ َ َ‫َعن اب ِن َعبَاس أَ َن َج ِميلَةَ بِنت‬
ِ ‫ب َعلَى ثَابِت فِي دِين َو َال ُخلُق َولَ ِكنِي أَك َره ُ ال ُكف َر فِي‬
‫اْلس ََل ِم َال‬ ُ ِ‫ّللاِ َما أَعت‬
َ ‫َو‬
‫سلَ َم أَت َُردِينَ َعلَي ِه َحدِيقَتَهُ قَالَت نَ َعم‬ َ ‫صلَى‬
َ ‫ّللا ُ َعلَي ِه َو‬ ً ‫أ ُ ِطيقُه ُ بُغ‬
َ ‫ضا فَقَالَ لَ َها النَ ِبي‬
َ‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َسلَ َم أَن يَأ ُخذَ ِمن َها َحدِيقَتَه ُ َو َال يَزدَاد‬
َ ‫صلَى‬ ُ ‫فَأ َ َم َره ُ َر‬
َ ‫سو ُل‬
َ ِ‫ّللا‬

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 141
‫سأ َ َلت زَ و َج َها‬
َ ‫س َل َم أَي َما ام َرأَة‬
َ ‫ّللا ُ َعلَي ِه َو‬َ ‫صلَى‬ َ ‫سو ُل‬
َ ِ‫ّللا‬ ُ ‫َعن ثَو َبانَ قَا َل قَا َل َر‬
‫الط ََلقَ فِي غَي ِر َما بَأس َف َح َرام َعلَي َها َرائِ َحةُ ال َج َن ِة‬َ

38 Lihat Wahbah Az-Zuahali, Fikih Islama Wa Adillatuhu, terj, jilid 9 h. 419.

Hukum Perkawinan di Indonesia


142 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
ُ‫ت ُم َع ِو ِذ اب ِن َعف َرا َء قَالَ ُقلتُ لَ َها َح ِدثِينِي َحدِيث َ ِك َقا َلت اختَلَعت‬ ِ ‫عن الر َب ِيعِ ِبن‬
‫سأَلتُ َماذَا َعلَ َي ِمن ال ِعدَةِ فَقَالَ َال ِعدَة َ َعلَي ِك إِ َال أَن‬ ُ ُ‫ِمن زَ و ِجي ث ُ َم ِجئت‬
َ ‫عث َمانَ َف‬

39 Abdul Majid Mahmud ,Panduan Hukum Keluarga Sakinah. h.409-410


40 Lihat Wahbah Az-Zuahali, Fikih Islama Wa Adillatuhu, terj, jilid 9 h. 423

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 143
‫ضةً قَالَت َوإِنَ َما تَبِ َع فِي‬
‫يضينَ َحي َ‬ ‫ِيث َعهد بِ ِك فَت َم ُكثِينَ ِعندَه ُ َحتَى ت َِح ِ‬
‫يَ ُكونَ َحد َ‬
‫سلَ َم فِي َمريَ َم ال َمغَا ِليَ ِة َو َكانَت ت َحتَ‬ ‫صلَى َ‬
‫ّللا ُ َعلَي ِه َو َ‬ ‫ّللا َ‬ ‫سو ِل َ ِ‬ ‫ذَلِكَ قَ َ‬
‫ضا َء َر ُ‬
‫ت ب ِن قَيس فَاختَلَ َعت ِمنهُ‬‫ثَا ِب ِ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪144‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
BAB VII
KETENTUAN BATAS MINIMUM USIA
PERKAWINAN

1Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, (Yogyakarta: LKIS, 2001), hal. 67.


2Huseian Muhammad, Fiqh Perempuan, hal. 67.
3 Sepakat para ahli fiqh bahwa dibolehkan bapak atau kakek mengawinkan anak-anak atau

cucu mereka yang belum dewasa tanpa minta izdin kepada yang bersangkutan terlebih dahulu.
Pendapat ini didasarkan kepada perkawinan Rasulullah dengan `Âisyah r.a yang waktu itu `Âisyah
belum baligh. Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, hal. 99.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 145
‫نكحوا األ َََي َمى ِمْن ُك ْم‬
‫َو أ ُ‬

‫ض ِم ْن نِ َس ِاء ُك ْم إِ ِن ْارتَْب ْتم فَعِ َّدهتُ َّن ثَالَثة أَ ْش ُه ٍر‬


‫َو الآلتِى يَئِ ْس َن ِم َن الْ َم ِحْي ِ‬
‫َوالآلئِى ََلْ ََِي ْ‬
‫ض َن‬

‫ت َو بََِن ِِب َو أ َََن ابْنَةُ تِ ْس ٍع ( رواه البخارى)‬


‫تَزَّوج ِِن النَّىب و أ َََن اب نَةُ ِس ٍ‬
‫َ ْ‬ ‫َ َ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪146‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
4

ِ ِ ِ ِ ‫ب لِأل‬
ُ‫َب أَ ْن الَ يَُزِو َج َها َحىت تَْب لُ َغ لت ُك ْو َن م ْن أ َْه ِل اْ ِإل ْذن َو ألَنَّه‬ ُّ ‫تح‬َ ‫َو يُ ْس‬
ِ ‫يَْلَزُم َها ابلنِ َك‬
‫اح ُح ُق ْوق‬

4 Wahbah al-Zuhailî, al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatuh, (Damaskus: Dâr al-Fikr: 1997), Juz IX, h.

683. Lihat Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, hal. 70.


5 Ibnu Qudâmah, al-Mughnî, Juz VI, hal. 487. Lihat Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, hal.

70.
6 Al-Muthi’î, Takmilat Al-Majmû’, (Jeddah: Maktabah Al-Âdâb, t.th), Juz XV, hal. 58,

lihat Husein Muhammad, Fiqih Perempuan, hal.74.


7 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, hal. 99.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 147
8

8 `Abdurrahmân Al-Jazîrî, al-Fiqh alâ al-Madzhâhib Al-Arba’ah, Juz IV, hal. 4-7. Husein

Muhammad, Fiqh Perempuan, hal. 74.


9 Tujuan perkawinan adalah membentuk rumah tangga yang damai tenteram dan kekal,

maka hal ini tidak mungkin tercapai apabila pihak-pihak yang melaksanakan perkawinan belum
dewasa cukup umur dan matang jiwanya. Perkawinan yang dilaksanakan dengan maksud
menyimpang dari tujuan perkawinan yang sebenarnya merupakan perkawinan yang dilarang.

Hukum Perkawinan di Indonesia


148 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
10

11

12

10 `Abdurrahmân Al-Jazîrî, al-Fiqh `alâ al Madzhâhib Al-Arba’ah, Juz IV, hal. 4-7.
11 `Abdul Wahâb Khallâf, Ilmu Ushûl al-Fiqh, (Kairo: Dâr al-Kuwaitiyah, 1968), hal. 141.
12 Lihat Wahbah az-Zuhaili, Ushûl al Fiqh al-Islami, (Beirût: Dar al-Fikr al-Mu’asir), cet. 1,

hal. 757.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 149
13

‫تس ُكنُوا إِ ِِلَْي َها َو َج َع َل بَْي نَ ُك ْم‬ ِ ‫و ِمن آَيتِِه أَ ْن خلَق لَ ُكم ِمن أن ُف ِس ُكم أَزو‬
ْ ‫اجا ل‬ ً َْ ْ ْ ْ َ َ ْ َ
َّ َ‫آلَيت لَِقوٍم يَت‬
‫فك ُرْو َن‬ ٍ ‫موَّدةً و ر ْْحةً إِ َّن ِِف ذلِك‬
َ َ َ َ ََ
ْ

14

13 Masfuk Zuhdi, Pengantar Hukum Syari’ah, (Jakarta: Gunung Agung, 1995), Cet.3, hal. 83.
14 Lihat Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, hal. 74-76.

Hukum Perkawinan di Indonesia


150 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
15

16

15 Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, hal. 18. Oleh karena itu sejalan

dengan tujuan perkawinan dan demi kebaikan pihak-pihak yang berkepentingan langsung, maka
perkawinan harus dilaksanakan pada batas umur tertentu, dimana seorang sudah dianggap dewasa
dan matang jiwanya dan perkawinan di bawah umur sudah sepatutnya dilarang. Soemiyati, Hukum
Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, hal. 70.
16 Lihat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), hal. 757.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 151
17

18

17 Lihat Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 5-

6. Lihat juga Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional, t.th, hal. 15
18 KHI pasal 15 ayat 1, UUP pasal 7 ayat 1. Penentuan umur untuk melangsungkan

perkawinan sangatlah penting sebab perkawinan sebagai suatu perjanjian perikatan antara seorang
pria dan seorang wanita sebagai suami isteri, haruslah dilakukan oleh mereka yang sudah cukup
matang baik dilihat dari segi biologis maupun psikis. Hal ini penting untuk mewujudkan tujuan
perkawinan itu sendiri, juga mencegah terjadinya perkawinan usia muda atau perkawinan anak-
anak, sebab perkawinan yang dilaksanakan pada usia muda banyak mengakibatkan perceraian dan
keturunan yang diperolehnya bukan keturunan yang sehat. Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan
Undang-undang Perkawinan, hal. 71.

Hukum Perkawinan di Indonesia


152 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 153
19

‫آنس ْتم ُر ْش ًدا فَ ْادفَعُوا إلَْي ِه ْم أ َْم َوا ََلُْم‬ ِ ‫وابْتلُوا الْيتامى حىت إ َذا ب لَغُوا النِ َك‬
ْ ‫اح فَإ ْن‬
َ َ َ َ َ

19 Umar Said, Hukum Islam di Indonesia tentang Perkawinan, (Surabaya: CV. Cempaka, 2000),

hal. 56-59.

Hukum Perkawinan di Indonesia


154 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
20

‫فَِإ ْن آنَ ْستُ ْم ِمْن ُه ْم ُر ْش ًدا فَادفعوا إِلَْي ِه ْم أ َْم َوأ ََل ُم‬

21

20 Muhammad Râsyid Ridhâ, Tafsir al-Manâr, (Kairo: Al-Manâr), Juz IV, hal. 387.
21 `Abdurrahmân Al-Jazirî, al-Fiqh `alâ Madzâhib al-Arba'ah, Juz II, hal. 350.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 155
22

‫ت‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫َن النَّ ىب ص لَّى هللا علَي ه و س لَّم تزَّوجه ا و ِه ى بْن‬


َّ ‫َع ْن َعائِ َة ةَ أ‬
ْ َ‫ْ َو أ ُْدخل‬
َ ْ‫ت ست سن‬ُ َ َ ََ َ َ َ َ َْ َ َ
)‫ْ (رواه البخارى و مسلم‬ ِ ِ ِ ‫علَي ِه و ِهى بْن‬
َ ْ ‫ت ت ْس ِع سن‬
ُ َ َ َْ

22 Imâm al-Nawawî, Shahîh Muslim, (Mesir: Mathba’ah al-Mishriyah wa Maktabatuhâ, 1924),

Juz IX, hal. 206-207. Imâm Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî, (Kairo: Dâr wa Mathba’ah al-Sya'b, t.th.),
Juz VI, hal. 22.

Hukum Perkawinan di Indonesia


156 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
23

24

23 Al-Rahawi, Syarah al-Manâr wa Hawasyih min `Ilmi al-Ushûl, (Mesir: Dâr al-Sa’âdah 1315 H),
hal. 930.

24 Syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan perkawinan di antaranya: a. telah baligh

dan mempunyai kecakapan yang sempurna. Jadi kedewasaan di sini selain ditentukan oleh umur
masing-masing pihak juga kematangan jiwanya. Sebab untuk membentuk suatu rumah tangga
sebagai salah satu dari tujuan perkawinan itu sendiri supaya dapat terlaksana seperti yang
diharapkan maka kedua belah pihak yaitu suami isteri harus sudah matang jiwanya dan raganya. b.
berakal sehat, c. tidak karena paksaan, d. wanita yang akan dikawini bukan wanita yang haram
untuk dikawini.Lihat Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, hal. 30.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 157
‫اح‬ ِ ِ
َ ‫َو ابْتَ لُوا اليَ تَ َامى َحىت إذا بَلَغُوا الن َك‬

25

26

25 Abû Zahrah, Ushûl al- Fiqh, (Kairo: Dâr al-Fikr al-`Arabî, t.th.), hal. 336-337.
26 Hamil dan haidh merupakan bukti ke baligh-an seorang wanita. Hamil terjadi karena
terjadinya pembuahan ovum oleh sperma, sedangkan haidh kedudukannya sama dengan
mengeluarkan sperma bagi laki-laki. Lihat Jawad Mughniyah, Al-Fiqh al-Madhahib al- Khamsah,
Masykur, hal. 317.

Hukum Perkawinan di Indonesia


158 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
27

28

29

27 Menurut Imamiyah, Maliki, Syafi’ie dan Hambali, tumbuhnya bulu-bulu ketiak


merupakan bukti balighnya seseorang. Sedangkan hanafi menolaknya, sebab bulu-bulu ketiak itu
tidak ada bedanya dengan bulu-bulu lain yang ada pada tubuh. Jawad Mughniyah, Al-Fiqh al-
Madhahib al- Khamsah, Masykur, hal. 317.
28 Adapun Imamiyah, maka madhab ini menetapkan usia baligh anak laki-laki adalah 15

tahun. Sedangkan perempuan 9 tahun. Sementara itu, pengalaman membuktikan bahwa kehamilan
bisa terjadi pada anak gadis usia sembilan tahun. Sedangkan kemampuan untuk hamil dipandang
sepenuhnya sama dengan hamil itu sendiri. Jawad Mughniyah, Al-Fiqh al-Madhahib al- Khamsah,
Masykur, hal. 318.
29 Al-Kasânî, Badâ’i al-Shan'âi, Juz VII, hal. 171-172. Al-Syarbini, Mughnî al-Muhtâj, juz II,

hal.166. Lihat pula Ibnu Qadamah, Al-Mughni, Jilid IV, Jawad Mughniyah, Al-Fiqh al-Madhahib al-
Khamsah, Masykur, hal. 319-320.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 159
‫اىُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َوأ َََن ابْ ُن أ َْربَ َع َع ْة َرَة فَلَ ْم‬
‫ص لَّى َّ‬ ‫وص َِّ‬ ‫ج اء ِ أَِ ي وم أُح ٍد إِ َُ رس ِ‬
‫اى َ‬ ‫َُ‬ ‫ََْ ُ‬ ‫َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ض‬‫س َع ْة َرَة فَ َف َر َ‬ ‫اىُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ُُثَّ َجاءَ ِ يَ ْوَم ْ‬
‫اْلَْن َدق َوأ َََن ابْ ُن َخَْ َ‬ ‫صلَّى َّ‬ ‫ُُِي ْزِِن النِ ُّ‬
‫َِّب َ‬
‫اىُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‪(.‬رواه الطرباىن)‬
‫صلَّى َّ‬ ‫وص َِّ‬‫ِِل َر ُس ُ‬
‫اى َ‬

‫أشده‬

‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َشدَّهُ‬ ‫َو الَ ت ْقَربُوا َماص اليَتْي ِم إِالَّ ِاب ِلىت ه َى أ ْ‬
‫َح َس ُن َحىت يَْب لُغ أ ُ‬

‫رشدا‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪160‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
30

31

32

30 Pendapat Hanafi dalam hal usia baligh (laki-laki 18 tahun dan perempuan 17 tahun)

adalah batas maksimal, sedangkan usia minimalnya adalah adalah 12 tahun anak laki-laki, dan 9
tahun untuk anak perempuan. Sebab pada usia tersebut seorang anak laki-laki dapat mimpi
mengeluarkan sperma, menghamili atau mengeluarkan mani (di luar mimpi), sedangkan pada anak
perempuan dapat mimpi keluar sperma, hamil, atau haidh. Jawad Mughniyah, Al-Fiqh al-Madhahib
al- Khamsah, Masykur, hal. 318.
31 `Abdul Qâdir `Audah, al-Tasyri' al-Jinâî al-Islâmî, (Kairo: Dâr al-Urûbah, 1964), Juz

I, hal. 603.
32 `Abdul Qâdir `Audah, Al-Tasyrî al-Jinâî al-Islâmî, hal. 603.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 161
33

34

33 Lihat Helmi Karim dalam Huzaemah Tahido Yanggo, Problematika Hukum Islam

Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), hal. 84.


34 Hasbi As-Shiddiqi, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), jilid II, hal.

240.

Hukum Perkawinan di Indonesia


162 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
35

36

37

38

35 Lihat Helmi Karim, dalam Huzaemah Tahido Yanggo, Problematika Hukum Islam

Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), hal. 85.


36 Lihat Jawad Mughniyah, al-Fiqh `alâ al Madzhâhib al-Khamsah, Maskur, hal. 317.
37 `Abdul Qâdir `Audah, al-Tasyrî' al-Jinâî al-Islâmî, Juz I, hal. 350.
38 Hasbi Ash-Siddiqy, PengantarHukum Islam, Jilid II, hal. 20.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 163
39

‫ج َو َع ِن الْ َم ْينُ ْو ِن َح ىت يَِفْي َق َو‬


َ ‫ا َع ِن النَّ ائِِم َح ىت يَ ْس ْتي ِق‬
ٍ َ‫رفِ ع اْل َقلَ م ع ن ث ال‬
َْ ُ َ ُ
) ‫الصىب َحىت ََْيتلِ َم (رواه الرتمذى‬ َّ ‫َع ِن‬

Ulama ushûl fiqh mendifinisikan kecakapan bertindak sebagai berikut:


39

‫ص ُد ْوِر اْ ِلف ْع ِل ِمنْهُ َعلَى َو ْج ٍه يُ ْعتَ َد ِبه َش ْر ًعا‬ ِ ِ


ُ ‫صالَحيَّ تُهُ ل‬
َ
“Keputusan seseorang untuk timbulnya sesuatu perbuatan (tindakan) dari dirinya menurut cara yang
ditetapkan syara’”. Al-Rahawi, Syarah al-Manar wa Khawasyih min Ilm al-Ushûl, hal. 930.

Hukum Perkawinan di Indonesia


164 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫اىُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َوأ َََن ابْ ُن أ َْربَ َع‬
‫ص لَّى َّ‬ ‫وص َِّ‬ ‫ج اء ِ أَِ ي وم أُح ٍد إِ َُ رس ِ‬
‫اى َ‬ ‫َُ‬ ‫َ َْ ُ‬ ‫َ َ‬
‫اىُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ُُثَّ َج اءَ ِ يَ ْوَم ْ‬
‫اْلَْن َد ِق َوأ َََن‬ ‫ص لَّى َّ‬
‫ِب َ‬‫َع ْة َرةَ فَلَ ْم ُُِي ْزِِن النَّ ِ ُّ‬
‫اىُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‪(.‬رواه الطرباىن)‬ ‫صلَّى َّ‬ ‫وص َِّ‬ ‫ض ِِل َر ُس ُ‬
‫اى َ‬ ‫س َع ْةَرةَ فَ َفَر َ‬ ‫ابْ ُن َخَْ َ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬ ‫‪165‬‬
‫و لْ يَ ْخ َ الَّ ِذيْن لَ ْو ترُك وا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ِ‬
‫ذري ةً ِا ع ًفا َخ افُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَت ُق وا هللاَ َو‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬
‫لْيَ ُق ْولُوا قَ ْوالً َس ِديْ ًدا‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪166‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
40

41

40 Mashlahah berasal dari kata shalâh dengan penambahan ‘‘Alif’’ di awalnya yang secara arti

kata berarti ‘‘baik’’ lawan dari kata ‘‘buruk’’ atau ‘‘rusak’’. Ia adalah masdar dengan arti kata shalâh
yaitu ‘‘mamfaat’’ atau terlepas dari padanya kerusakan. Pengertian mashlahah dalam bahasa Arab
berarti perbuatan-perbuatan yang mendorong kepada kebaikan manusia. Amir Syarifuddin, Ushûl
Fiqh Jilid 2, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 323. Dengan kata lain Maslahah mursalah
berasal dari bahasa Arab jamaknya Mashalih merupakan sinonim dari kata ”manfaat” dan lawan
dari kata Mafsadah (kerusakan). Arti Maslahah adalah menarik manfaat atau menolak Mudharat.
Lahmuddin Nasution, Pembaharuan Hukum Islam dalam Mazhab Syafi’i, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), hal. 127. Lihat Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam, hal. 15-16.
41 Abû Ishâk Al-Syâthibî, al-Muwâfaqât Fi Ushûl al-Syarî’ah ,(Beirût: Dâr al-Ma’rifah Li al-

Thibâ’ah wa al-Nasyr, 1975), Jilid III, hal. 6.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 167
42

43

44

42 Muhammad Amin suma, Hukum keluarga Islam di Dunia Islam, hal. 168.
43 Sebenarnya Pemerintah India telah mengeluarkan Undang-undang yang melarang
menikahkan anak di bawah umur pada tahun 1929. Jika menikahkan anak di bawah umur diancam
hukuman 3 bulan penjara. Namun perkawinan usia muda masih kerap terjadi di sebuah desa di
Provinsi Rajastan, India Barat. Hal ini disebabkan pemerintah kurang tegas dalam memberlakukan
sanksi bagi mereka yang melakukan pelanggaran tersebut. Di samping polisi tidak tidak memiliki
wewenang untuk menahan orang yang terlibat dalam pernikahan itu. Selvy Widuhung, Kartini,
Nasib Anak Perempuan di Desa Terpencil India, Juni, 2008, hal. 97.
44 Lihat Tahir Mahmud, Personal Law In Islamic Countris, History, Texs and Comparative Analisis,

(New Delhi: Akademy of Law and Religion, 1987), hal. 270.

Hukum Perkawinan di Indonesia


168 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 169
45

46

47

45 Umar Said, Hukum Islam di Indonesia tentang Perkawinan, hal. 62.


46 Adapun yang dimaksud dengan wali mujbir ialah wali yang dapat memaksakan
perkawinan atas orang-orang yang di bawah perwaliannya; ia tidak memerlukan izdin atau
persetujuan lebih dahulu dari orang-orang yang di bawah perwaliannya itu untuk melaksanakan
perkawinan mereka. Menurut Syafi’ie: Wali mujbir ialah bapak, kakek dan seterusnya ke atas.
Sedangkan wali-wali yang lain bukanlah wali mujbir. Imam Hanafi berpendapat bahwa semua wali
dapat menjadi wali mujbir, sesuai dengan pengertian wali itu sendiri. Menurut Hambali dan Maliki
pada asasnya wali mujbir itu adalah bapak saja. Orang lain boleh jadi wali apabila mendapat wasiat
dari bapak apabila sangat diperlukan orang lain boleh diangkat apabila bapak dan hakim tidak ada.
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, hal. 100.
47 Syafi’ie dan Hambali menghususkan perwalian ini hanya terhadap anak perempuan kecil

yang masih perawan, tidak terhadap perempuan yang sudah janda. Lihat Ibnu Qadamah, Al-
Mughnî, Jilid VI, bab al zawaj, dalam Jawad Mughniyah, al-Fiqh `alâ al Madzhâhib al-Khamsah,
Maskur, hal. 347. Menurut Hasan dan Ibrahim An-Nakha’ie, diperbolehkan bagi orang tua
menikahkan puterinya yang belum baligh, baik ia masih gadis maupun sudah janda, meskipun
keduanya tidak menyukainya. Lihat Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Al-Jami’ fi Fiqhi An-Nisa’,
M. Abdul Ghofar, hal. 381.

Hukum Perkawinan di Indonesia


170 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
48

49

50

48 Abu Hanifah mengatakan bahwa orang tua dibolehkan menikahkan puterinya yang
belum baligh, baik ia masih gadis maupun sudah janda. Karena, jika puterinya sudah mencapai usia
baligh, maka ia boleh menikahi siapa saja yang dikehendaki tanpa harus meminta idzin orang
tuanya. Posisi orang tua pada saat itu sama seperti posisi wali, yaitu tidak boleh menikahkannya
kecuali dengan idzinnya, baik yang masih gadis maupun janda. Lihat Syaikh Kamil Muhammad
Uwaidah, Al-Jami’ fi Fiqhi An-Nisa’, M. Abdul Ghofar, Beirut: Darul kutub al- Ilmiyah, 1996, hal.
381.
49 Menurut Imam Syafi’ie: hanya bapak dan kakeklah yang dibolehkan mengawinkan anak-

anak dan cucu-cucu yang tidak mukallaf, sedang Imam Hanafi membolehkan semua wali
mengawinkan orang-orang yang di bawah perwaliannya yang tidak mukallaf, karena anak kecil itu
dibolehkan memilih: apakah perkawinannya diteruskan atau tidak setelah mereka mukallaf. Kamal
Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, hal. 99.
50 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Jakarta:Sinar Baru Algesindo, 2002), hal. 385.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 171
‫آنس ْتم ِمْن ُه ْم ُر ْش ًدا فَ ْادفَعُوا إِلَْي ِه ْم‬ ِ ‫و ابْتلُوا اْليتامى حىت إِذا ب لَغُوا النِ َك‬
ْ ‫اح فَإ ْن‬
َ َ َ َ َ
‫أ َْم َوا ََلُْم‬

51

52

51 Dengan kata lain tidak diperbolehkan bagi orang tua menikahkan anak gadisnya yang

masih di bawah umur. Kecuali setelah baligh dan mendapat izdin darinya. Syaikh Kamil
Muhammad Uwaidah, Al-Jami’ fi Fiqhi An-Nisa’, M. Abdul Ghofar, hal. 381.
Demikian pula menurut Ibn Hazm: bapak tidak boleh mengawinkan anak yang belum
baligh (belum dewasa) sekalipun pernah terjadi antara `Âisyah r.a dengan Rasulullah, tetapi hal ini
merupakan kekhususan bagi Rasulullah saw. Pendapat ini sesuai dengan salah satu tujuan
perkawinan yaitu untuk melanjutkan keturunan. Perkawinan antara orang yang belum dewasa tidak
akan menghasilkan keturunan. Dengan perkataan lain bahwa perkawinan tersebut tidak mencapai
tujuannya. Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, hal. 99.
52 Abû Muhammad `Ali bin Ahmad Ibnu Hazm, Al-Muhallâ, (Beirût: Dâr al-Âfâq al-

Jadîdah, t.th.), Juz IX, hal. 459.

Hukum Perkawinan di Indonesia


172 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
53

53 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, hal. 72.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 173
54

54 Bakti A Rahman dan Ahmad Sukarja, Hukum Perdata (BW), (Jakarta: Hadi Karya Agung,

1981), hal. 31.

Hukum Perkawinan di Indonesia


174 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
55

56

57

55 Lihat Depag RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: 1994), hal. 14. Mukhtar

Zarkasyi, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: Badan Kesejahteraan Masjid Pusat), hal.13.
56 Undang-undang Perkawinan menganut prinsip bahwa setiap calon suami dan calon isteri

yang hendak melangsungkan akad pernikahan, harus benar-benar telah matang secara fisik maupun
psikis (rohani), atau harus sudah siap secara jasmani maupun rohani. Muhammad Amin Suma,
Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 166.
57 Lihat Depag RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: 1994), hal. 14.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 175
58

58 Depag RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: 1994), hal. 15. Lihat pula Mukhtar

Zarkasyi, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: Badan Kesejahteraan Masjid Pusat), hal.14.

Hukum Perkawinan di Indonesia


176 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
59

60

59 Kongres Wanita Indonesia, Pedoman Penyuluhan Undang-undang Perkawinan, hal. 58.


60 Lihat Tuntunan Praktis Rumah Tangga Bahagia, (Surabaya: BP 4, 2005), hal. 1

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 177
61

62

61 Mukhtar Zarkasyi, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, hal. 45.


62 Kongres Wanita Indonesia, Pedoman Penyuluhan Undang-undang Perkawinan, hal. 58.

Hukum Perkawinan di Indonesia


178 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
63

63 Lihat Departemen Agama RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: Dirjen Bimbingan

masyarkat dan urusan haji, 1994), hal. 19.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 179
Hukum Perkawinan di Indonesia
180 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB VIII
KAJIAN NORMATIF
TENTANG HUKUM POLIGAMI

1 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,h.221.


2 Yayan Sopyan, Islam – Negara : Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum
Nasional, (Jakarta: PT. Wahana Semesta Intermedia, cet. II, 2012),h. 139.
3 Yayan Sopyan, Islam-Negara : Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional,h. 139-140.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 181
4 Adapun isteri yang di monogamy oleh nabi muhamamda selama 29 tahun adalah siti

khadijah binti khuwaiilid


5 Adapun isteri-isteri yang penah dinikai oleh nabi Muhammad Saw yakni (1)) saudah

binti zama’ah bin qois (2) A’isyah binti abu bakar As-Shiddiq, (3) Zainab binti Khuzaimah (4)
Hafshah bin Umar bin Khatab (4) ummu salamah (Hindun binti Abi Umayyah) (5) Zainab binti
Jash bin Rabab (6) Juwairah Binti Alharits (7) ummu Habibah bin Abi Sufyan (8) shafiyah binti
Huway bin akhtab (9) mariah al qibtiah (10) maimunah binti Al- Harist

Hukum Perkawinan di Indonesia


182 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
            

              

 

6 Tampak jelas maksud dari ayat 3 surat an-nisa bahwa alquran melalui ayat ini memang

sangat toleran terhadap aturan pembolehan poligami tetapi memberikan persyaratan yang
ditentukan yakni bersikap adil.
7 al –imam asy-syafe’ii. Juz 5 h, 42. Muntaha al ahyar. Juz 6. h. 136. Nalil al-Authar.juz 6

h. 149. Al-Mughni. Juz 7. h. 436

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 183
8 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Talak, Cerai, Ruju’. h.12.
9 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,h.217.

Hukum Perkawinan di Indonesia


184 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
10 Lihat Haifah A. Jawad, Otensitas Hak-Hak Perempuan dalam Islam, h. 150. Lihat juga

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,h.218.


11 Faqihuddin Abdul Qadir, Benarkah Poligami itu Sunnah?; Lihat juga Ahmad Tholabi

Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,h.218.


12 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,h.218.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 185
Hukum Perkawinan di Indonesia
186 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫ت لَهُ ْامَرأ َََت ين‬ ‫اَّللي صلهى ه ي‬
‫اَّللُ َعلَْيه َو َسله َم َم ْن َكانَ ْ‬ ‫ول ه َ‬ ‫َع ْن أيَِب ُهَريَْرةَ قَ َال قَ َال َر ُس ُ‬
‫َح ُد يشقْهي يه َساقيط‬ ‫ي ي‬
‫يل َم َع إي ْح َد ُاُهَا َعلَى ْاْل ْ‬
‫ُخَرى َجاءَ يَ ْوَم الْقيَ َامة َوأ َ‬
‫ي‬
‫ََي ُ‬

‫ْي ني َسائييه‬ ‫اَّلل صلهى ه ي‬ ‫عن عائيشةَ أَ هن رس َ ي‬


‫اَّللُ َعلَْيه َو َسله َم َكا َن إيذَا َسافَ َر أَقْ َر َ‬
‫ع بَ َْ‬ ‫ول ه َ‬ ‫َْ َ َ َُ‬

‫‪13‬‬ ‫‪Abdul Rahman ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 136.‬‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬ ‫‪187‬‬
14 Abdul Rahman ghozali, Fiqh Munakahat , h. 140.

Hukum Perkawinan di Indonesia


188 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB IX
PENCATATAN PERKAWINAN

1 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, h.182.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 189
2 Ahmad Tolabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, h.182
3 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 120-
121.

Hukum Perkawinan di Indonesia


190 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
           

             

              

              

          

          

              

              

          

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 191
              

         

Hukum Perkawinan di Indonesia


192 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil


‫االصل فى اال مر للوجوب‬

4 Lihat surat An-nisa ayat 21 yang berbunyi


           
bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul
(bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil
dari kamu Perjanjian yang kuat (Qs Annisa 4 :21)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 193
lihat hadis larangan nikah tanpa wali yang berbunyi
5

َْ ‫اّللُْعَلَي ْهِْ َو َسلَ َْمَْْلْنِك‬


ْ‫َاحْإَِْل ْبَِوِِي‬ َْ ْ‫صلَى‬ َِْ ُْْ‫ِْْموسىْقَالَْْقَالَْْرسول‬
ْ‫ل‬ َ ْ‫اّلل‬ َُ َ ُ ‫عَنْْْأَب‬
Dari Abu Musa, ia berkata, "Rasulullah Saw bersabda, 'Tidak sah suatu pernikahan kecuali
dengan (adanya) wali'. ( Hr. Abu Daud).
6 Zuhdi muhdhor, Memahami Hukum Perkawinan, h. 22.
7 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer : Analisis

Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah, h. 33.

Hukum Perkawinan di Indonesia


194 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 195
8 Lihat, team penyusun, direktur bina keluarga sakinah, fondasi keluarga sakinah, h. 122.

Hukum Perkawinan di Indonesia


196 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
9 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 7 ayat 2 yang berbunyi “Dalam hal perkawinan

tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah, dapat diajukan itsbat nikahnyake Pengadilan Agama”.
10 Lihat Undang-undang nomor 22 tentang Pencatatan Nikah, Nikah, Thalak Dan Rujuk

pasal 6

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 197
11 Lihat Undang-undang nomor 22 tentang Pencatatan Nikah, Nikah, Thalak Dan Rujuk

pasal 1 ayat (1) yang berbunyi “Nikah yang dilakukan menurut agama Islam, selanjutnya disebut
nikah, diawasi oleh pegawai pencatat nikah yang diangkat oleh Menteri Agama atau pegawai yang
ditunjuk olehnya. Talak dan rujuk yang dilakukan menurut Agama Islam, selanjutnya disebut talak
dan rujuk, diberitahukan kepada pegawai pencatat nikah”.
12 Lihat Undang-undang nomor 22 tentang Pencatatan Nikah, Nikah, Talak Dan Rujuk

pasal 1 ayat (2)


13 Lihat Undang-undang nomor 22 tentang Pencatatan Nikah, Nikah, Talak Dan Rujuk

pasal 1 ayat (4).


14 Lihat Undang-undang nomor 22 tentang Pencatatan Nikah, Nikah, Talak Dan Rujuk

pasal 1 ayat (4).


15 Lihat Undang-undang nomor 22 tentang Pencatatan Nikah, Nikah, Thalak Dan Rujuk

pasal 3 ayat (1) yang berbunyi“Barang siapa yang melakukan akad nikah atau nikah dengan seorang
perempuan tidak di bawah pengawasan pegawai yang dimaksudkan pada ayat (2) pasal 1 atau
wakilnya, dihukum denda sebanyak-banyaknya R 50,- (Lima puluh rupiah)
16 Lihat Undang-Undang nomor 22 Tentang Pencatatan Nikah, Nikah, Talak Dan Rujuk

pasal 3 ayat (2)

Hukum Perkawinan di Indonesia


198 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
17 Lihat undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 2 ayat (2) yang

berbunyi “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”


18 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam : Suatu Analisis Dari Undang-Undang No.

1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, h. 122.


19 19 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam : Suatu Analisis Dari Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, h. 123.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 199
20 Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 45 yang berbunyi


(1) Kecuali apabila ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku, maka :
a. Barang siapa yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Pasal 3, 10 ayat (3), 40
Peraturan Pemerintah ini dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya Rp. 7.500,-(tujuh
ribu lima ratus rupiah);
b. Pegawai Pencatat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Pasal 6, 7, 8, 9, 10 ayat
(1), 11, 13, 44 Peraturan Pemerintah ini dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3
(tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 7.500,-(tujuh ribu lima ratus rupiah).

Hukum Perkawinan di Indonesia


200 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
21 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 7 ayat (1).
22 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 7 ayat (2).
23 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 7 ayat (3).

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 201
Hukum Perkawinan di Indonesia
202 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB X
PENERAPAN HUKUM POLIGAMI
DI INDONESIA DALAM KONTEKS
UNDANG-UNDANG

1 Secara yuridis formal di Indonesia poligami diatur dalam Undang-undang No 1 tahun

1974 tentang Perkawinan,Peraturan Pemerintah No 9 tahun 1975 tentang Pelakasanaan Undang-


undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) bagi Penganut
Agama Islam. Demikian pula Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1990 tentang Idzin
Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.
2 Lihat Pasal 3 Undang -undang No 1 tahun 1974.
3 Lihat pasal pasal 4 ayat (1) Undang –undang No 1 tahun 1974

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 203
4 Lihat PP. No. 9 tahun 1975. tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan.Pasal 40


5 Lihat PP. No. 9 tahun 1975. tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan.Pasal 43


6 Lihat pasal 5 ayat (2) Undang –undang No 1 tahun 1974.

Hukum Perkawinan di Indonesia


204 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
7 Lihat pasal pasal 4 ayat (2) Undang –Undang No 1 tahun 1974
8 Menjadi telaah kajian bersama bagaimana sesunggguhnya prosedural tentang syarat. Hal
ini bisa dilihat dari syarat-syarat poligami yang tercantum di dalam bab IX (pasal 55-59) KHI
(Kompilasi Hukum Islam) yang memang syarat -.Syarat-syarat itu adalah: mendapatkan persetujuan
tertulis atau lisan dari istri terdahulu; adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan
hidup isteeri dan anak-anaknya; suami bisa dipastikan berlaku adil kepada istri dan anak-anaknya;
mendapatkan ijin dari pengadilan agama; dan hanya boleh untuk kasus perkawinan dimana istri
tidak dapat menjalankan kewajibannya; isteri cacat atau sakit yang tak dapat disembuhkan; Serta
isteri yang tidak dapat memberikan keturunan. Dalam pasal 71, bahkan dijelaskan bahwa poligami
tanpa idzin pengadilan agama dapat dibatalkan.
9 Lihat PP. No. 9 Tahun 1975. Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan.Pasal 41 ayat (a).


10 Lihat PP. No. 9 tahun 1975.tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 7entang Perkawinan.Pasal 41 ayat (b).


11 Lihat PP. No. 9 tahun 1975. tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan.Pasal 41 ayat (c).

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 205
12 Lihat PP. No. 9 tahun 1975. tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan.Pasal 41 ayat (d).


13 Lihat PP. No. 9 tahun 1975. tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan.Pasal 42 ayat (1).


14 Lihat PP. No. 9 tahun 1975. tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 tahun

1974 tentang Perkawinan.Pasal 43.

Hukum Perkawinan di Indonesia


206 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
15 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 55 ayat (1).
16 Lihat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 55 ayat (2).
17 Lihat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 56 ayat (1).
18 Lihat pasal 1 angka 1 UU No 50 tahun 2009 tentang perubahan kedua atas UU No 7

Tahun 1989 tentang Peradilan agama. Dalam kontek payng hukum tentang Peradilan Agama telah
mengalami perubahan yakni UU No 7 tahun 1989, UU no 3 tahun 2006, dan terakhir UU No 50
tahun 2009. Dalam konteks kekinian juga Peradialan Agama menangani perkara ekonomi syariah
hal ini didasarkan kepada pasal 49 No 3 tahun 2006 yang menyatakan bahwa sengketa ekonomi
syariah menjadi kewenangan asolut Peradilan Agama dan hal ini juga diperkuat oleh putusan MK
Nomor 39/PUUX/2012 yang mengahapuskan opsi penyelesain sengeta syraiah melalui Pengadilan
Negeri Lihat, Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Tanggrang Selatan,
Faza Media,2017), h.196-197.
19 Adapun bidang perkawinan yang diatur dalam Undang-undang perkawinan No 1 tahun

1974 yakni: (1), Idzin beristeri lebih dari satu orang; (2), Idzin melangsungkan perkawinan bagi
orang yang belum berusia 21 tahun. Dalam hal ini orang tua atau wali atau keluarga dalam garis
lurus, ada perbedaan pendapat; (3), Dispensasi nikah; (4), Pencegahan perkawinan.(5) Penolakan
perkawinan oleh pegawai pencatat nikah .6. Pembatalan perkawinan; (7), Gugatan kelalaian atas
kewajiban suami dan isteri. 8 penceraian karena talak.9 Gugatan penceraian. (10) Penyelesaian
harta bersama;. (11), Mengenai pengurusan anak-anak; (12), Ibu dapat memikul biaya
pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang seharusnya tanggung jawab tidak
memenuhi; (13), Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas isteri
atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas isteri; (14), Putusan tentang sah atau tidaknya seorang
anak; (15), Putusan tentang pencabuatan kekuasan orang tua; (16), Pencabutan kekuasaan wali;
(17), Menunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali di
cabut; (18), Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18 (delapan
belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya padahal tidak ada menunjukan wali orang tuanya.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 207
20 Lihat Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h.198.
21 Lihat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 56 ayat (2).
22 Lihat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 56 ayat (3).
23 Lihat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 57.
24 Lihat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 58 ayat (1).

Hukum Perkawinan di Indonesia


208 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
25 Lihat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) , Pasal 58 ayat (2).
26 Lihat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), Pasal 59).
27 Lihat Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara pasal 1 ayat

(3), Pengertian PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
28 Baca pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1990 tentang Idzin Perkawinan

dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 209
29 Lihat Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pasal 2
ayat (a).
30 Lihat Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
31 Lihat Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 6.
32 Lihat Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 3

Hurup (b).
33 Lihat Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 5
ayat (1).

Hukum Perkawinan di Indonesia


210 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
34 Lihat Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 5
ayat (2).
35 Lihat Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 82
dan pasal 83.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 211
Hukum Perkawinan di Indonesia
212 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
36 Lihat Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 84.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 213
Hukum Perkawinan di Indonesia
214 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB XI
PENEMUAN HUKUM PERKAWINAN DI
INDONESIA

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 215
1 Fauzan, Kaidah Penemuan Hukum Yurisprudensi Bidang Hukum Perdata, (Jakarta: Prenada

Media Group, 2014), h. 48.


2 Fauzan, Kaidah Penemuan Hukum Yurisprudensi Bidang Hukum Perdata,h. 50.

Hukum Perkawinan di Indonesia


216 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
3 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2001), h. 1.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 217
4 Wirjono Projodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, (Bandung :

Sumur, 1981), h. 11.


5 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1994),h.9

Hukum Perkawinan di Indonesia


218 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
6 Komar Andasasmita, Notaris II Contoh Akta Otentik dan Penjelasannya, Cet. II (Bandung :

Ikatan Notaris Indonesia (INI) Daerah Jawa Barat, 1990),h. 53.


7 Soetojo Prawirohamidjojo dan Asis Safioedin, Hukum Orang dan Keluarga, h. 57.
8 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,h.139.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 219
Hukum Perkawinan di Indonesia
220 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
9 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 107.
10Lihat Undang-undang perkawinan no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan , pasal 29.
11 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam : Suatu Analisis Dari Undang-Undang No.1

Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,cet kelima, 2004), h. 235.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 221
12 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 212.


13 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam

Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 217.

Hukum Perkawinan di Indonesia


222 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
14 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 107.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 223
15 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 108.

Hukum Perkawinan di Indonesia


224 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
16 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer: Analisis

Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah, h. 60-61.


17 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 108.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 225
18Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 109.
19 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer : Analisis
Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah, h.59.

Hukum Perkawinan di Indonesia


226 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
20 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 109.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 227
21Wirjono Prodjodikoro sebagaimana dikutip oleh Abdul Manan, h. 112.
22Lihat KompilasiHukum Islam (KHI), pasal 96, dan lihat pula Undang-undang
perkawinan no.1 tahun 1974, pasal 37.

Hukum Perkawinan di Indonesia


228 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.129.
23

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.129. dan lihat juga
24

KHI. Pasal 229.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 229
‫ نسبا‬- ‫ ينسب‬- ‫نسب‬ ‫نسب الرجل‬
‫وصفه وذكر نسبه‬

‫النسب‬ ‫الصهر‬

‫النسب‬ ‫الصهر‬

25 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 276.
26 Nurul Irfan, Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam, (Jakarta : Amzah, Edisi Kedua,
2013), h. 22.
27 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 609.
28 Ensiklopedi Islam, h. 13.
29 Ensiklopedi Indonesia, h. 2337.

Hukum Perkawinan di Indonesia


230 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
30 Nurul Irfan, Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam, h. 23.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 231
31 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 76.
32 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 76.

Hukum Perkawinan di Indonesia


232 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
33 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 78.
34 Lihat Undang-undang no.1 tahun 1974 tahun 1974 tentqng Perkawinan, pasal 42.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 233
35 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 79.

Hukum Perkawinan di Indonesia


234 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
36 LihatKompilasi Hukum Islam , pasal 99.
37 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, h. 79-80.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 235
38 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 80-81.

Hukum Perkawinan di Indonesia


236 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
39 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 81.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 237
Hukum Perkawinan di Indonesia
238 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
40 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,h.284.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 239
41 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,h.284.
42 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.77.

Hukum Perkawinan di Indonesia


240 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
a.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 241
b.

Hukum Perkawinan di Indonesia


242 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB XII
KONSEP HADHANAH

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 243
1 Muhammad bin Ismail al-Amir, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram, Penterjemah Ali

Nur Medan, (Jakarta: Darus Sunnah, 2012), cet. ke-7, Jilid III, h. 191.
2 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wadzurya,

1989),,cet. ke-2, h. 104..


3 Muhammad bin Ismail al-Amir, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram, h.191.
4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 2, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,2007),h 37..
5 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,h. 293..

Hukum Perkawinan di Indonesia


244 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
6 Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 114.


7 Zainudin ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 64.
8 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 294.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 245
9 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 294.

Hukum Perkawinan di Indonesia


246 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
10Kewajiban Mengasuh,mendidik anak dengan baik hal ini bertujuan untuk
menghilangkan Kekhawatiran anak terjerumus dalam keburukan sebagaimana nabi sabda nabi

ْ ْ‫ض َّمه َماْإِلَي ْهِْ َوقَالَْْإِ َّْنْال َولَ َْدْ َمب َخلَةْْ ََمبَ نَة‬
َ َ‫اّللْعَلَي ْهِْ َو َسلَّ َْمْف‬
َّْ ْ‫صلَّى‬ ِْ َ‫سيْْيَسعَي‬
ِْ ِ‫انْإِلَْْالن‬
َ ْ‫َّب‬ َ ‫سنْْ َواْل‬ ِْ ‫عَنْْيَعلَىْالعَ ِام ِر‬
َْ ‫يْأَنَّهْْقَالَْْ َج‬
َ َ‫اءْاْل‬

2972-3733. Dari Ya'la Al 'Amiri bahwa ia berkata, "Hasan dan Husein datang berusaha mencapai
Nabi Saw, maka beliau memeluk mereka berdua dan bersabda, 'Sesungguhnya anak adalah tempat
kebakhilan dan kekhawatiran (Hr Ibnu Majah).
11 Tihami dan Sahari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fiqh Nikah Lengkap, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), cet. ke-7, h.217.


12 Pendapat para ulama’ diantranya Wahbah Az-Zuhaili, Ia berpendapat bahwasnya

hukum hadhanah adalah wajib karena anak yang tidak dipelihara akan terancam keselamatannya.
lihat Wahbah Az Zuaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insane Presss, 2011), terj. Jilid
10 h. 60. Adapun Ibnu Qudamah berkata bahwa hukum hadhanah yaitu hukumnya wajib
sebagaiman juga wajib memeberi nafkah kepadanya. Lihat Ibnu Qudamah, Al mughni, (Kairo:
Darul Manarah, tth), Vol. 3 h. 612.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 247
             

             

              

            

              

 

Hukum Perkawinan di Indonesia


248 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
          

         

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 249
13Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h. 116.
14Al-Kasani. Badai’ al-Shanai’, (Mesir : Maktabah al-Ilmiyah, tth.). Juz VII, h. 234. Lihat
juga Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h. 116.

Hukum Perkawinan di Indonesia


250 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
15 Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h.117.
16 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam
Masyarakat Matrilineal Minangkabau, h. 247.
17 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam : Suatu Studi Perbandingan dalam Kalangan Ahlus-

Sunnah dan Negara-Negara Islam. h. 100-101.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 251
18 Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam wa adillatuhu, h. 60.

Hukum Perkawinan di Indonesia


252 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
19 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer : Analisis

Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah, h. 172.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 253
Hukum Perkawinan di Indonesia
254 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
20 Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h. 126.
21 Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h. 127.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 255
22 Zakariya Ahmad Al Barry, Hukum Anak-Anak dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

1977), h.62.
23 Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h. 122.

Hukum Perkawinan di Indonesia


256 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
24 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer : Analisis
Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah, h. 174.
25 Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h. 131.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 257
26 Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h. 132.
27 Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h.132.

Hukum Perkawinan di Indonesia


258 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
               

  

28 Nasab adalah salah satu fondasi kuat yang menupang berdirinya sebuah keluarga,

karena nasab mengikat antara anggota keluarga dengan pertalian darah. Adapun pertalian nasab
adalah ikatan sebuah keluaga yang tidak mudah diputuskan karena merupakan nikmat Agung yang
Allah berikan kepada manusia. Sedangkan dasar al Qur’an tentang pertalian nasab adalah surat Al-
Furqan ayat 54. Lihat, Wahbah Az-Zuhahili,Ffiqh Islam Wa Adillatuhu,jld 10 h.25.
29 Lihat Abdul Majid Mahmud, Panduan Hukum Keluarga Sakinah, h. 560.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 259
30 Lihat Undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 45 ayat (1).
31 Lihat Undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 45 ayat (2).
32 Lihat Undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 47 Ayat (1).
33 Lihat Undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 47 Ayat (2).
34 Lihat Undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 48.

Hukum Perkawinan di Indonesia


260 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
35 Lihat Undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 46 Ayat (1).
36 Lihat Undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 46 Ayat (2).
37 Lihat Undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 49 Ayat (1).
38 Lihat Undang-undang no.1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 42 Ayat (2).
39 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 99 hurup(a).
40 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 100.
41 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 104 ayat (1).
42 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 104 ayat (2).

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 261
43 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 98 ayat (1).
44 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 98 ayat (2).
45 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 105 huruf (a).
46 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 105 huruf (b).
47 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 105 huruf (c).
48 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 106h ayat (1).
49 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 106 ayat (2).

Hukum Perkawinan di Indonesia


262 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 263
Hukum Perkawinan di Indonesia
264 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB XIII
KONSEP PERCERAIAN DALAM KONTEKS
HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

           

        

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 265
1 Satria Effendi M.Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer : Analisis

Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah. (Jakarta: Kencana, 2004), h. 96.


2 Adapun putusnya perkawinan dapat disebabkan karena; Pertama, kematian, Kedua, cerai,

Ketiga,atas putusan pengadilan. lihat Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
pasal 38. Didalam hukum islam putusnya perkawian itu terjadi karena bebera sebab yakni
kematian, thalak, fasakh, khulu, lian, zihar dan yang terakhir adalah murtad.

Hukum Perkawinan di Indonesia


266 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Lihat Ahmad Warson Al Munawwir, Kamus al-Munawwir, h 861
3

Abdul Majid Mahmud Mathlub, Panduan Hukum Keluarga Sakinah, h.310


4
5 Abdul Majid Mahmud Mathlub, Panduan Hukum Keluarga Sakinah, h.310
6 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan. h. 198.


7 Abdul Majid Mahmud Mathlub, Panduan Hukum Keluarga Sakinah, h.311.
8 Menjatuhkan thalak bukan hal (main-main bercanda) tapi serius dan candanyapun

dianggap serius sebagai mana hadis Rasullah

ُْ ‫النِك‬
ُْ ‫َاحْ َوال طَ ََل‬
ْ‫قْ َوال َرج َع ُة‬ ُ ‫اّللُْ َعلَيهِْْ َو َسلَ َْمْثَََلثْْ ِجد‬
ْ ْْ‫ُّه َْنْ ِجدْْ َو َهزُُلُ َْنْ ِجد‬ َْ ْ ‫صلَى‬ َِْ ُْْ‫ِْْ ُه َري َرَْةْقَالَْْقَالَْْ َر ُسول‬
َ ْ‫اّلل‬ ‫َعنْْأَب‬

Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Tiga perkara yang mana
keseriusannya adalah serius (benar-benar), dan candanya adalah serius; pernikahan, thalak, dan rujuk'." (Hr
Ibnu Majah)
9 Jalal al-mahalli, syarh al jalal mahalli lil manhaaj bi haasyiyah qolyuubi wa umairah (Kairo, ash-

shabih, tth), 321.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 267
‫حل قيد النكاح بلفظ طالق وحنوه‬

10 Terkait perbuatan yang halal tetapi dimurkai Allah adalah cerai sebagaimana sabda Nabi
Saw:
‫ابغض الحال الى هللا عزوجل الطالق‬:‫عن ابن عمر عن النبى صلى هللا عليه وسلم قال‬
Dari Ibnu Umar perbuatan halal yang paling dimurkai Allah azza wa jalla ialah cerai ( Hr.
Abu Daud).

Hukum Perkawinan di Indonesia


268 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
‫اّلل‬
‫ك عُ َم ُر لَر ُسول َّ‬ ‫ت امَرأَت َوه َي َحائض فَ َذ َكَر ذَل َ‬ ‫َعن ابن عُ َمَر قَ َال طَلَّق ُ‬
‫اّللُ َعلَيه َو َسلَّ َم فَ َق َال ُمرهُ فَليَُراجع َها َح َّّت تَط ُهَر ُثَّ ََت َ‬
‫يض ُثَّ تَط ُهَر ُثَّ إن‬ ‫صلَّى َّ‬ ‫َ‬
‫َشاءَ طَلَّ َق َها قَب َل أَن ُُيَام َع َها َوإن َشاءَ أَم َس َك َها فَإن ََّها الع َّدةُ الَّت أ ََمَر َّ‬
‫اّللُ‬

‫السنَّة يُطَل ُق َها عن َد ُكل طُهر تَطلي َقة فَإذَا طَ ُهَرت‬


‫اّلل قَ َال ف طََالق ُّ‬ ‫َعن َعبد َّ‬
‫ضة‬‫ك َحي َ‬ ‫الثَّالثَةَ طَلَّ َق َها َو َعلَي َها بَع َد ذَل َ‬

‫‪11‬‬ ‫‪Lihat, Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan,, h 93.‬‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬ ‫‪269‬‬
12 Lihat, Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan,, h. 93
13 Thalaq Raj’i adalah thalak satu dan dua tanpa adanya penebusan thalak (iwad) dari isteri
untuk suami, dimana dalam masa iddah suami dapat merujuk kembali kepada isteri tanpa akad.
Lihat, Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan,,, h 94
14 Thalaq Bain Shugra yakni thalak satu dan dua, baik yang dijatuhkan sekaligus maupun

berturut-turut, disertai dengan tebusan (iwadl) dari isteri untuk suami dimana suami masih dapat
kembali kepada isterinya tanpa akad. Thalaq bain shugra ada tiga macam yaitu ( a) thalak yang
terjadi qobla dukhul (sebelum berhubungan seksual) (b) thalak degan tebusan khuluk (c) thalak
yang dijatuhkan peigadilan Agama. Lihat, Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan,,, h 94
15Thalaq Bain Khubro yaitu thalak tiga, baik dijatuhkan sekaligus atau berturut-turut, dimana

seorang suami tidak dapat menikah lagi dengan mantan isterinya kecuali mantan isterinya tersebut
telah kawin lagi dengan laki-laki dan kemudian bercerai setelah melakukan hubungan kelamin, dan
telah habis pula masa iddahnya. Lihat, Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan,,, h 95
16 Thalaq Tanziz yaitu thalak yang dijatuhakan suami dengan menggunakan ucapan
langsung, tanpa dikaitkan dengan waktu, baik menggunakan ucapan sharih atau kinayah. Lihat
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang
Perkawinan. h..225..
17 Thalaq ta’lik yaitu thalak yang dijatuhkan suami degan menggunakan ucpan yang

pelaksanaannya digantungkan kepada sesuatu yang terjadi kemudian contoh ” bila ayahmu pulang
dari luar negeri engkau saya thalak’. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara
Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. h. 225 .

Hukum Perkawinan di Indonesia


270 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
18 Lihat Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan. h. 225-226.

19Lihat Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, h. 226.

Lihat, Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan,, h .312.


20

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
21

Undang-undang Perkawinan, h. 202-208.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 271
‫ال طالق اال من بعد نكاح‬

22 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan. h. 2007.


23 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan,. h. 2007.


24 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, h. 200.

Hukum Perkawinan di Indonesia


272 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
      

‫فطلقوهن لعدتهن‬
‫الذين يصلح لعدتهن فطلقوهن فى الزمن‬ ‫فطلقوهن مستقبالت عدتهن‬

25 Dalam kasus, nabi Muhmamad Saw pernah menceraikan isterinya yakni Hafsah,

kemudian beliau rujuk kembali sebagaimana hadist Nabi:

ِ َْ ْ‫اّللِْصْلَى‬
‫اجعَ َها‬ َ ‫اّللُْعَلَي ْهْ َو َسلَ َْمْطَلَ َْقْ َحف‬
َ ‫ص ْةَْ ُْثَْ َر‬ ِْ َ‫عَنْْعُ َم َْرْب ِْنْاْلَط‬
َ َْ َْْ‫ابْأَ َْنْ َر ُسول‬

Dari Umar bin Khaththab, Sesungguhnya Rasulullah Saw pernah mencerai Hafsah,
kemudian beliau merujuknya kembali. (Hr Ibnu Majah).
26 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Thalak, Cerai, Ruju’. h.59.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 273
27 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Thalak, Cerai, Ruju’. h.60.
28 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Thalak, Cerai, Ruju’. h.60.
29 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 225.

Hukum Perkawinan di Indonesia


274 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 275
Hukum Perkawinan di Indonesia
276 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 277
30 Pengadilan yang dimaksud adalah Pengadilan Agama. Lihat Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1989
tentang Peradilan Agama pasal 1 ayat (1) yang berbunyi: Peradilan Agama adalah peradilan bagi
orang-orang yang beragama Islam.
31 Kewajiban mengajukan permohonan ke Pengadilan di daerah tempat tinggalnya, Lihat

Undang- undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawawinan Pasal 4 Ayat (1).
32lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 14.

Hukum Perkawinan di Indonesia


278 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
33 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 19.


34 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang

ntmor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 21 ayat (1).


35 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 21 ayat (3)


36 Lihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9 tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 22 ayat (1).
37 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 23.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 279
38 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 24 ayat 1.


39 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 24 ayat (2).


40 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 22 ayat (2).


41 lihat Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 25..


42 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 15.

Hukum Perkawinan di Indonesia


280 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
43Llihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9 tahun 1975 Ttntang

Pelaksanaan Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 16.


44Llihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9 tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undangn nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 17


45 lihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang

Pelaksanaan Undang-undang nomor 1 tthun 1974 Tentang Perkawinan pasal 18.


46 lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 20 ayat (1),(2) (3).


47Lhat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9 tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 24 ayat 1

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 281
48 lihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 tJnhun 1975 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 24 ayat (2).
49Llihat Peraturan PemerintahnNomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-

undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 25..


50Lhat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tthun 1974t tentang Perkawinan pasal 26 ayat (1)..


51 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 26 ayat (3).


52 lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 26 ayat (4).


53 lihat Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-

undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 26 ayat (5).

Hukum Perkawinan di Indonesia


282 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
54 lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 27ayat (1).


55 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 27ayat (2)..


56 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 27ayat (3).


57 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 27ayat (4).


58 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tthun 1974 tentang Perkawinan pasal 28.


59 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 26 ayat (2).


60 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tthun 1975 tuntang Pelaksanaan Undang-Undang

nomor 1 tthun 1974 tentang Perkawinan pasal 29 ayat (1).

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 283
61 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 29 ayat (2).


62Llihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9 tahun 1975 tentang

pelaksanaan Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 29 ayat (3).
63 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 30.


64Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 31 ayat (1).


65 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 31 ayat (2).


66L ihat Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-

undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 32.


67lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 33.


68Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 34 ayat (1).

Hukum Perkawinan di Indonesia


284 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
69Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 34 ayat (2).


70 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1tTahun 1974 tentang Perkawinan pasal 35 ayat (1).


71 Lihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9 tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 35 ayat (2).
72l Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 35 ayat (3).

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 285
73 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 36 ayat (1).


74Llihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 36 ayat (2).


75 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 36 ayat (2).

76 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI)Pasal 149 hurup (a).

Hukum Perkawinan di Indonesia


286 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
hukum Islam (KHI) pasal 149 hurup (b).
78 Lihat Kompilasi Kompilasi Hkum Islam (KHI) pasal 149 hurup (c)..
79 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 149 hurup (d)..

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 287
80 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan. h.240.

Hukum Perkawinan di Indonesia


288 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB XIV
KONSEP IDDAH

‫ثربص فيها‬
‫المراةمدة‬

1 Lihat Wahbah Az- Zuaili, Fikih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani 2011),

terjemahan, jilid 9 h.534


2 Lihat, Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan,, h. 103
3 Lihat, Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan. h.303.


4 Lihat Wahbah Az- Zuaili, Fikih Islam Wa Adillatuhu, h 534.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 289
      

          

     

5 Lihat Wahbah Az- Zuaili, Fikih Islam Wa Adillatuhu, h 535.

Hukum Perkawinan di Indonesia


290 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
          

          



ُ‫ت ُمعَ ِّو ِّذ اب ِّن َعف َرا َء قَالَ قُلتُ لَ َها َح ِّدثِّينِّي َحدِّيث َ ِّك قَالَت اختَلَعت‬
ِّ ‫الربَيِّعِّ بِّن‬
ُّ ‫عن‬
‫سأَلتُ َماذَا َعلَي ِّمن ال ِّعد ِّة فَقَالَ َل ِّعدة َ َعلَي ِّك ِّإل أَن‬
َ ‫عث َمانَ َف‬ُ ُ‫ِّمن زَ و ِّجي ثُم ِّجئت‬
‫ضة قَالَت َوإِّن َما تَبِّ َع فِّي‬
َ ‫يضينَ َحي‬ ِّ ‫ِّيث َعهد بِّ ِّك فَت َم ُكثِّينَ ِّعندَه ُ َحتى ت َِّح‬
َ ‫يَ ُكونَ َحد‬
َ ‫صلى ّللا ُ َعلَي ِّه َو‬
َ‫سل َم فِّي َمريَ َم ال َمغَا ِّلي ِّة َو َكانَت ت َحت‬ َ ِّ‫سو ِّل ّللا‬ َ َ‫ذَلِّكَ ق‬
ُ ‫ضا َء َر‬
ُ‫ت ب ِّن قَيس فَاختَلَ َعت ِّمنه‬
ِّ ‫ثَا ِّب‬

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 291
‫سل َم ِّعدة ُ أ ُ ِّم ال َولَ ِّد‬
‫علَي ِّه َو َ‬ ‫سنةَ نَ ِّب ِّينَا ُم َحمد َ‬
‫صلى ّللاُ َ‬ ‫علَينَا ُ‬
‫اص قَا َل َل تُف ِّسدُوا َ‬
‫عم ِّرو ب ِّن العَ ِّ‬‫عن َ‬
‫َ‬
‫عشرا‬‫أَربَعَةُ أش ُهر َو َ‬
‫َ‬

‫اءَ‬‫وهَُفَ َج ََ‬ ‫وم َفَ َقتَلُ َ‬ ‫ف َالْ َق ُد َِ‬


‫ب َأ َْع ََلجَ َلََهَُفَأ َْد َرَك ُه َْم َبِطََر َِ‬ ‫ف َطَلَ َِ‬‫ج َ َزْوِجي َِ َ‬ ‫ت َ َخَر ََ‬‫ت َ َمالِكَ َقَالَ َْ‬ ‫الْ ُفَريْ َع َة َبِْن ََ‬
‫اّللُ َ َعلَْي َِهَ‬
‫صلَّى َ ََّ‬ ‫ت َالنِ ََّ‬
‫َّب َ َ‬ ‫اس َعةَ َ َع َْن َ َدا َِر َأ َْهلِي َفَأَتَْي َُ‬ ‫ف َدارَ َ ِم َن َدوَِر َ ْاْلَنْصا َِر َ َش ِ‬
‫َ‬ ‫َن َِ َ َ ْ ُ‬ ‫نَ ْع َُي َ َزَْوِجي َ َوأ ََ‬
‫ت َ َوَلَْ‬ ‫اس َعةَ َ َع َْن َ َدا َِر َأ َْهلِي َ َوَدا َِر َإِ ْخ َوِ َ‬ ‫ف َدارَ َ َش ِ‬
‫َن َِ َ َ‬ ‫اّلل َ َج َاءَ َنَ ْع َُي َ َزْوِجي َ َوأ ََ‬
‫ول َ ََِّ‬
‫ت َ ََي َ َر ُس ََ‬ ‫َو َسلَّ ََم َفَ ُقْل َُ‬
‫َْلَ ََقَبِ َدا َِرَأ َْهلِيَ َوَدا َِرَ‬ ‫لَفَأ ْ‬‫تَأَ َْنَ ََتْذَ َنَِ َ‬ ‫الَ َوِرثْتَُهَُ َوََلَ َد ًاراََيَْلِ ُك َهاَفَإِ َْنَ َرأَيْ ََ‬‫الَيُْن ِف َُقَ َعلَ ََّيَ َوََلَ َم ًَ‬‫عَ َم ًَ‬ ‫َيَ َد َْ‬
‫نَ‬ ‫تَقَ ِر َيرةًََعَْي ِ َ‬ ‫تَفَ َخَر ْج َُ‬ ‫تَقَالَ َْ‬ ‫الَفَافْ َعلِيَإِ َْنَ ِشْئ َِ‬ ‫ضَأ َْم ِريَقَ ََ‬‫فَبَ ْع َِ‬ ‫ل َِ َ‬ ‫َْجَ َُعَِ َ‬ ‫َحبََإِ َََّ‬
‫لَ َوأ ْ‬ ‫تَفَإِن ََّهَُأ َ‬
‫إِ ْخ َوِ َ‬
‫فَ‬ ‫فَالْ َم ْس ِج َِد َأ ََْو َِ َ‬ ‫ت َِ َ‬ ‫ّت َإِ َذا َ ُكْن َُ‬‫اّللَُ َعلَْي َِه َ َو َسلَّ ََم َ َح ََّ‬
‫صلَّى َ ََّ‬ ‫ولَ ََِّ‬
‫اّللَ َ‬ ‫انَ َر ُس َِ‬ ‫ل َ َعلَى َلِ َس َِ‬ ‫اّللَُِ َ‬
‫ضىَ ََّ‬ ‫ل َما َقَ َ‬
‫ِ‬

‫ك َالَّ ِذيَ‬ ‫ف َبَْيتِ َِ‬ ‫ال َ ْام ُكثِي َِ َ‬ ‫ت َ َعلَْي َِه َفَ َق ََ‬ ‫ص َُ‬ ‫صْ‬ ‫ت َفَ َق َ‬ ‫ت َقَالَ َْ‬‫ف َ َز َع ْم َِ‬‫ال َ َكْي ََ‬ ‫ان َفَ َق ََ‬‫اْلُ ْجَرَةِ َ َد َع ِ َ‬‫ضَ ْ‬ ‫بَ ْع َِ‬
‫تَفِ َِيهَأ َْربَ َع َةَأَ ْش ُهرََ َو َع ْشًرا‬
‫اعتَ َد ْد َُ‬‫تَفَ ْ‬ ‫َجلََهَُقَالَ َْ‬
‫ابَأ َ‬‫ّتَيَْب لُ ََغَالْ ِكتَ َُ‬ ‫كَ َح ََّ‬ ‫َج َاءََفِ َِيهَنَ ْع َُيَ َزْوِج َِ‬

‫‪Hukum Perkawinan di Indonesia‬‬


‫‪292‬‬ ‫‪Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil‬‬
6 Lihat Wahbah Az- Zuaili, Fikih Islam Wa Adillatuhu, h 539

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 293
7 Lihat Wahbah Az- Zuaili, Fikih Islam Wa Adillatuhu, h 539
8 Lihat Wahbah Az- Zuaili, Fikih Islam Wa Adillatuhu, h 541-542

Hukum Perkawinan di Indonesia


294 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
9 Bagi seorang wanita hamil yang berasal dari perkawinan yang tidak sah atau akibat

hubungan zina tidak mewajibkan Iddah. Demikian juga seorang suami tidak boleh juga
menyetubuhi istrinya sebelum dia melahirkan hal ini dikarenakan agar jangan sampai dia
menyiramkan air spermanya terhadap janin milik orang lain, dan bertujuan menjaga nasab dan
berkaitan dengan status anak terhadap wali dan warisan.
10 Lihat Wahbah Az- Zuaili, Fikih Islam Wa Adillatuhu, h 555-556.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 295
11 Dikalangan ulama’ timbul perselisihan berapa lama masa iddah bagi wanita hamil yang

ditinggal mati suaminya. Apakah 4 bulan 10 hari atau sampai melahirkan mengingat dua ayat baca
(ath-thalaq ayat 4 dan Albaqarah ayat 234) nampaknya bertentangan. Sayyidia Ali meriwayatkan,
iddahnya memilih yang terpanjang dari keduanya, jika perempuan itu melahirkan sebelum 4 bula 10
hari dari kematian suaminya, maka ia harus menunggu sampai habis masa 4 bulan 10 hari
tersebut.Tetapi jika masa 4 bula 10 hari telah lewat sementara ia belum melahirkan, maka iddahnya
sampai ia melahirkan anak-anaknya. Sedangkan jumhur salaf berpendapat iddah wanita tersebut
hingga anaknya mealahirkan, baik mencapai 4 bulan 10 hari dari kematiannya atau belum. Lihat,
Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, h 104.

Hukum Perkawinan di Indonesia


296 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
12 Lihat, Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 11 Ayat (1).
13 Lihat, Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 11 Ayat (2).

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 297
14 Adapun dasar Hukum keberadaan tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia

adalah Pertama, Intruksi Presiden no 1 tahun 1991 tanggal 10 Juni tahun 1991. Kedua, Keputusan
Mentri Agama Indonesia no 154 tahun 1991 tentang pelaksanaan Intruksi Presiden no 1 tahun
1991 tanggal 22 Juli tahun 1991. Ketiga, Surat edaran Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama
Islam atas nama Direktur Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam tanggal 22 Juli tahun
1991 no. 3694/EV/ HK.003/AZ/ 91 yang ditujukan kepada ketua Pengadilan Tinggi Agama dan
ketua Pengadilan Agama di seluruh Indonesia tentang penyebarluasan Intruksi Presiden no 1
tahun 1991 tanggal 10 Juni tahun 1991.
15 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 pasal 39 ayat (1) hurup (a) (b) (c).

Hukum Perkawinan di Indonesia


298 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
16 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 pasal 39 ayat (2).


17 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang

nomor 1 tahun 1974 pasal 39 ayat (3).


18 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 153 ayat 1.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 299
19 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 153 ayat 2 hurup (a), (b), (c).
20 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 153 ayat (3).
21 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 153 ayat (4).
22 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 153 ayat (5).
23 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 153 ayat (6).

Hukum Perkawinan di Indonesia


300 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
24 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 154.
25 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 154.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 301
Hukum Perkawinan di Indonesia
302 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BAB XV
KONSEP RUJUK DALAM PERKAWINAN

A. Pengertian Rujuk
Rujuk dalam pengertian etimologi adalah kembali. Rujuk
dalam pengertian terninologi adalah kembalinya suami kepada
hubungan nikah dengan isteri yang telah dicerai raj’i, dan
dilaksanakan selama isteri masih dalam masa iddah.1 Ruju’ menurut
Al-Mahalli2 yaitu:

‫الرد اىل النكاح من طالق غري بائن ىف العدة‬


“Kembali kepada hubungan perkawinan dari cerai yang bukan bain
selama dalam masa iddah”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rujuk
adalah kembalinya status perkawinan antara suami dan isteri seperti
sediakala yakni sebelum terjadinya thalak dan kembalinya hak dan
kewajiban seorang suami dan seorang isteri dalam ikatan
perkawinan.

B. Hukum dan Dasar Hukum Rujuk dalam Islam


Pengertian rujuk dalam hukum disebut raj’ah yang berati
“kembali”. Orang yang rujuk terhadap isterinya berarti kembali
kepada isterinya.3

1 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, cet.II, 2007), h.
90.
2 Jalal al-dien al mahalliy, Syarh Minhaj al Thalibin, (mesir, dar ihyai al kutub al-islamiyah,

tth) h. 160.
3 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan. h.240.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 303
Dalam satu sisi rujuk itu adalah membangun kembali
kehidupan perkawinan yang terhenti atau memasuki kembali
kehidupan perkawinan. Kalau membangun kehidupan perkawinan
pertama kali disebut perkawinan, maka melanjutkannya disebut
rujuk. Hukum rujuk dengan demikian sama dengan hukum
perkawinan, dalam mendudukkan hukum asal dari rujuk itu ulama’
berbeda pendapat. Namun Jumhur ulama’ mengatakan bahwa rujuk
itu adalah sunnah.4 Dalil yang dijadikan dasar oleh jumhur ulama’
yaitu firman Allah Swt dalam surat al-Baqarah (2) ayat 229 :

        

“Thalak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.”
Demikian pula firman Allah dalam surat al-Baqarah (2) ayat
228 :

        

“Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,


jika mereka (para suami) menghendaki ishlah.”
Terkait landasannya hadits yang berkaitan dengan rujuk
sebagaimana sabdanya antara lain:

‫ي ُسئِ َل َعن َر ُجل‬ ِ‫ص‬ ِّ ‫ف ب ِن َعب ِد اللَّ ِه ب ِن الش‬


ِ َّ ‫ِّخ ِري أ‬
َ ُ‫َن عمَرا َن ب َن اْل‬
ِ ‫عن مطَِّر‬
ُ َ
َ ‫يُطَلِّ ُق امَرأَتَهُ ُثَّ يَ َق ُع ِِبَا َوَل يُش ِهد َعلَى طََالقِ َها َوَل َعلَى َرج َعتِ َها فَ َق‬
‫ال ِعمَرا ُن‬
‫ت بِغَ ِري ُسنَّة أَش ِهد َعلَى طََالقِ َها َو َعلَى َرج َعتِ َها‬
َ ‫اجع‬ ِ َ ‫طَلَّق‬
َ ‫ت بغَ ِري ُسنَّة َوَر‬

4 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan. h. 339.

Hukum Perkawinan di Indonesia


304 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Dari Mutharrif bin Abdullah bin Asy-Syikhkhir bahwasanya
Imran bin Al Hushain ditanya tentang seorang lelaki yang menthalak
isterinya (namun) kemudian menggaulinya, dan ia tidak menetapkan
bahwa ia menthalaknya atau merujuknya. Maka Imran berkata,
"Engkau telah melakukan thalak yang tidak sesuai dengan Sunnah,
dan merujuk dengan yang tidak sesuai menurut Sunnah,
persaksikanlah (perjelaslah) untuk menthalaknya atau merujuknya."
(Hr. Abu Daud).

‫ُّه َّن ِجد‬ ِ ِ


ُ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَيه َو َسلَّ َم ثََالث جد‬
ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫َعن أَِب ُهَري َرَة ق‬
َّ ‫اح َوالطََّال ُق َو‬
ُ‫الرج َعة‬ ِ
ُ ‫َوَهزُُلُ َّن جد النِّ َك‬
Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah Saw bersabda, 'Tiga
perkara yang mana keseriusannya adalah serius (benar-benar), dan
candanya adalah serius; pernikahan, thalak, dan rujuk."( Hr ibnu
Majah).

C. Syarat dan Rukun Rujuk


Adapun syarat-syarat dan rukun rujuk adalah sebagai berikut:
a. Bekas isteri yang dithalak itu sudah pernah dicampuri.
Sehingga perceraiian yang terjadi dimana isteri belum pernah
dicampuri oleh suami, tidak memberikan hak rujuk bagi
suami. Syarat yang lain perempuan yang dirujuk yakni,
isteri itu diceraikan dalam bentuk thalak raj’i dan masih
berada dalam iddah thalaq raj’i
b. Harus dilakukan dalam masa iddah5.

5Jika terjadi peselisiahan bila suami mendakwa bahwa dia telah melakukan rujuk,

sedangkan isteri berkata bahwa iddahnya telah habis sewaktu suami mengucapkan rujuk itu, maka
yang dibenarkan adalah ucapan isteri selama yang demikian memnungkinkan, dasar pendapat ini
adalah firman Allah Qs al baqoarah 2: 228. yang berbunyi:

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 305
c. Harus dilakukan oleh dua orang saksi6.
d. Persetujuan isteri yang akan di rujuk
Sedangkan rukun atau unsur rujuk antara lain sebagai berikut:
a. Ucapan rujuk
b. Mantan suami yang merujuk
c. Mantan isteri yang dirujuk

D. Cara Melaksanakan Rujuk dalam Konsepsi Hukum Islam


Di dalam kalangan cendikiawan Muslim bahkan ulama’
terdahhulu setidaknya tidak ada perdebataan masalah tata cara rujuk
yakni dengan syighat. Syigat disini bisa dengan perkataan dan bisa
dengan perbuatan. Dengan perkataan contohnya “ aku merujukmu “
atau aku rujuk kepada isteriku. Adapun dengan perbuatan yaitu

                  

                  

      


wanita-wanita yang dithalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru' tidak
boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,
jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan
kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Allah Qs al Baqarah 2:
228.).
Dengan demikian Allah melarang isteri menyembunyikan iddahnya . Lihat, Amir
Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang
Perkawinan. h.334

6 Mengenai ketentuan harus ada saksi Imam Syafi’e menyatakan bahwa: Kehadiran saksi

dalam rujuk hukumnya wajib alasan yang di kemumakan bahwasannya tujuan rujuk sama dengan
tujuan nikah, yaitu menghalalkan hubungan seksual maka seperti halnya nikah wajib menghadirkan
saksi.Lain halnya dengan imam malik yang berpandangan kehadiran saksi merupakan sebuah
anjuran saja karena rujuk tidak memerlukan wali, maka saksipun kehadiranya tidak perlu diwajib
bkan. Lihat umar said, hukum Islam, di Indonesia, (Surabaya, cv cempaka, 2000,) h279 Lihat juga
Ibnu Rus, Maqoorin Majahib

Hukum Perkawinan di Indonesia


306 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
apabila suami mencapuri kembali isterinya, walaupun tidak dengan
perkataan tentu dianggap sah dan rujuknya telah kembali.7

E. Dasar Hukum Rujuk Menurut Hukum Positif Indonesia


Masalah rujuk tidak diatur dalam Undang-undang nomor 1
tahun 1974 tantang perkwainan maupun dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang pelaksanaan Undang-
undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Akan tetapi dalam
KHI XVIII pasal 163,164,165 dan 166.

F. Ketentuan Formil Rujuk dan Syarat - Syarat Rujuk dalam


KHl di Indonesia
Adapaun syarat wajib terkait rujuk dalam perkawinan yang
terjadi di wilayah hukum Indonesia yakni: Pertama, Seorang suami
dapat merujuk isterinya yang dalam masa iddah; Kedua, Putusnya
perkawinan karena thalak, kecuali thalak yang telah jatuh tiga kali
thalak yang dijatuhkan qabla al dukhul; Ketiga, Putusnya
perkawinan berdasarkan putusan pengadilan dengan alasan atau
alasan-alasan selain zina dan khuluk;8 Keempat, Seorang wanita
dalam iddah thalak raj`i berhak mengajukan keberatan atas kehendak
rujuk dari bekas suaminya dihadapan Pegawai Pencatat Nikah
disaksikan dua orang saksi;9 Kelima, Rujuk harus sepengetahuan
isteri, karena Rujuk yang dilakukan tanpa sepengetahuan bekas isteri,
dapat dinyatakan tidak sah dengan putusan Pengadilan Agama:10
Keenam, Adalah rujuk harus dapat dibuktikan dengan Kutipan Buku
Pendaftaran Rujuk dan bila bukti tersebut hilang atau rusak sehingga

7 salah satu yang menganggap sah rujuk dengan perbuatan ini ialah Imam Abu Hanifah

tetapi menurut Imam As Syafi’i belum dianggap sah apabila tidak ditegaskan dengan ucapan. Lihat
Umar Said, Hukum Islam, di Indonesia, h.278, Lihat juga Ibnu Rusd, Maqoorin Majahib.
8 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 163.
9 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 164.
10 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 165.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 307
tidak dapat dipergunakan lagi, dapat dimintakan duplikatnya kepada
instansi yang mengeluarkannya semula.11

G. Mekanisme Rujuk dalam Kompilasi Hukum Islam di


Indonesia
Mekanisme atau tata cara rujuk dalam Kompilsi Hukum Islam
di Indonesia diatur sebagai berikut: Pertama, Seorang suami yang
hendak merujuk isterinya harus datang bersama-sama isterinya ke
Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah
yang mewilayahi tempat tinggal suami isteri dengan membawa
penetapan tentang terjadinya thalak dan surat keterangan lain yang
diperlukan;12 Kedua, Rujuk dilakukan dengan persetujuan isteri
dihadapan Pegawaii Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat
Nikah;13 Ketiga, Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai
Pencatat Nikah memeriksa dan meyelidiki apakah suami yang akan
merujuk itu memenuhi syarat-syarat merujuk menurut hukum
munakahat, apakah rujuk yang akan dilakukan masih dalam iddah
thalak raj`i, apakah perempuan yang akan dirujuk itu adalah
isterinya.14 Setelah itu, suami mengucapkan rujuknya dan masing-
masing yang bersangkutan beserta saksi-saksi menandatangani Buku
Pendaftaran Rujuk; Keempat, Setelah rujuk itu dilaksanakan,
Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah
menasehati suami isteri tentang hukum-hukum dan kewajiban
mereka yang berhubungan dengan rujuk.15
Kemudian secara tehknis, dalam hal rujuk dilakukan
dihadapan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah daftar rujuk dibuat
rangkap 2 (dua), diisi dan ditandatangani oleh masing-masing yang
bersangkutan beserta saksi-saksi, sehelai dikirim kepada Pegawai

11 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 166.


12 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 167 Ayat (1).
13 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 167 Ayat (2).
14 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 167 Ayat (3).
15 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 167 Ayat (5).

Hukum Perkawinan di Indonesia


308 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Pencatat Nikah yang mewilayahinya, disertai surat-surat keterengan
yang diperlukan untuk dicatat dalam buku Pendaftaran Rujuk dan
yang lain disimpan.16 Pengiriman lembar pertama dari daftar rujuk
oleh Pembantu Pegawai Pencatat Nikah dilakukan selambat-
lambatnya 15 (lima belas) hari sesudah rujuk dilakukan. Lain halnya
apabila lembar pertama dari daftar rujuk itu hilang, maka Pembantu
Pegawai Pencatat Nikah membuatkan salinan dari daftar lembar
kedua, dengan berita acara tentang sebab-sebab hilangnya.17
Kemudian kewajiban Pegawai Pencatat Nikah yaitu membuat
surat keterangan tentang terjadinya rujuk dan mengirimkannya
kepada Pengadilan Agama di tempat berlangsungnya thalak yang
bersangkutan, dan kepada suami dan isteri masing-masing diberikan
Kutipan Buku Pendaftaran Rujuk menurut contoh yang ditetapkan
oleh Menteri Agama.18Suami isteri atau kuasanya dengan membawa
Kutipan Buku Pendaftaran Rujuk tersebut datang ke Pengadilan
Agama di tempat berlangsungnya thalak dahulu untuk mengurus dan
mengambil Kutipan akta Nikah masing-masing yang bersangkutan
setelah diberi catatan oleh Pengadilan Agama dalam ruang yang
telah tersedia pada Kutipan Akta Nikah tersebut, bahwa yang
bersangkutan benar telah rujuk. Hal yang demikian berisi tempat
terjadinya rujuk, tanggal rujuk diikrarkan, nomor dan tanggal
Kutipan Buku Pendaftaran Rujuk dan tanda tangan Panitera.19
Dengan demikiian, prosedur rujuk di Indonesia menurut Zuhdi
Muhdor dapat disimpulkan sebagai berikut:20
a. Pasangan mantan suami-isteri yang akan melakukan rujuk
harus datang menghadapi PPN (Pegawai Pencatat Nikah) atau
kepala kantor urusan agama (KUA) yang mewilayahi tempat

16 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 168 Ayat (1) Dan Pasal 168 Ayat (2).
17 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 168 ayat (3).
18 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 169 ayat (1).
19 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 169 ayat (1) dan pasal 169 ayat (2).
20 Lihat, Zuhdi Muhdlor, M Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 168 ayat (3).
20 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 169 ayat (1).
20 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 169 ayat (1) dan pasal 169 ayat (2).
20emahami Hukum Perkawinan,,, h 103.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 309
tinggal isteri dan membawa surat keterangan untuk rujuk dari
kepala desa atau lurah serta kutipan dari buku pendaftraan
thalak /cerai atau akta thalak/cerai.
b. Dihadapan PPN suami mengikrarkan rujuknya didepan isteri
disaksikan oleh minimal dua orang saksi.
c. PPN mencatatnya dalam buku pendaftaran rujuk, kemudian
membacanya dihadapan suami-isteri tersebut serta saksi-saksi,
dan selanjutnya masing-masing membubuhkan tanda tangan.
d. PPN membuatkan kutipan buku pendaftaran rujuk rangkap dua
dengan nomor dan kode yang sama.
e. Kutipan diberikan kepada suami-isteri yang rujuk.
f. PPN membuat surat keterangan tentang rujuk dan
mengirimkannya ke Pengadilan Agama yang mengeluarkan
akta thalak yang bersangkutan
g. Suami-isteri dengan membawa kutipan Buku pendaftaran
rujuk datang ke Pengadilan Agama tempat terjadinya thalak
untuk mendapatkan kembali Akta Nikahnya masing-masing
h. Pengadilan Agama memberikan kutipan Akta nikah yang
bersangkutan dengan menahan Kutipan Buku Pendaftaran
Rujuk.

Hukum Perkawinan di Indonesia


310 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
DAFTAR PUSTAKA

A. Kitab Suci
Al-Quran al-Karim

B. Buku
Abbas, Ahmad Sudirman, Problematika Pernikahan dan Solusinya, Jakata:
PT. Prima Heza Lestari, 2006.
Abdurrahman Ali Basaam, Ibn, Abdullah, Taisiru al-allam Syah Umdatu
al-Ahkam Edisi Indonesia: Syarah Hadits Pilihan Bukhari-
Muslim Pent: Kathur Suhardi, Jakarta: Darus Sunah, cet.VII,
2008
Ahmad Ibnu Hazm ibn Abû Muhammad `Ali, Al-Muhallâ, Beirût: Dâr
al-Âfâq al-Jadîdah, t.th., Juz IX,.
Al Mahally, Jalal al-dien, Al-Mahalli,juz III, Indonesia: Nur Asia, tth.
------------, Syarh Minhaj al Thalibin, Mesir, Dar Ihyai al Kutub al-
Islamiyah, tth.
Al-Amir, Ismail bin Muhammad, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram,
Penterjemah Ali Nur Medan, Jakarta: Darus Sunnah, 2012, cet.
ke-7,
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
cet.II, 2007
al-Jaziri , Abdurrahman, al-Fiqh 'ala al-Madzahib al-Arb'ah, Beirut : Dar al-
Fikr, 1986
Al-Kasani. Badai’ al-Shanai’, Mesir : Maktabah al-Ilmiyah, tth, Juz VII,.
Al-Muthi’î, Takmilat Al-Majmû’, Jeddah: Maktabah Al-Âdâb, t.th, Juz
XV,

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 311
Al-Rahawi, Syarah al-Manâr wa Hawasyih min `Ilmi al-Ushûl, Mesir: Dâr al-
Sa’âdah, 1315 H.
Al-Syairazi, Ishaq al-Fairuzabadi bin Muhammad, al- Qomus al Muhith.
Mesir:Maktabah Taufiqiyah tth.
Al-Syarbini, Mughnî al-Muhtâj, juz II,
Al-Syâthibî, Abû Ishâk, al-Muwâfaqât Fi Ushûl al-Syarî’ah ,Beirût: Dâr al-
Ma’rifah Li al-Thibâ’ah wa al-Nasyr, 1975 Jilid III.
Al-Zuhailî, Wahbah, al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatuh, Damaskus: Dâr al-
Fikr: 1997, Juz IX,
Andasasmita,Komar, Notaris II Contoh Akta Otentik dan Penjelasannya,
Cet. II Bandung : Ikatan Notaris Indonesia (INI) Daerah Jawa
Barat, 1990.
Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional, t.th,
As-Shiddiqi, Hasbi, Pengantar Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1975, jilid II,
Audah, Abdul Qâdir, al-Tasyri' al-Jinâî al-Islâmî, Kairo: Dâr al-Urûbah,
1964), Juz I,
Az- Zuaili, Wahbah, Fikih Islam Wa Adillatuhu, Terjm, Jakarta, Gema
Insani 2011, jilid 9
Badudu,J.S dan Muhammad Zain, Sutan, Kamus umum bahasa Indonesia,
cet 1 Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2001
Dali, Peunoh, Hukum Perkwainan Islam : Suatu Studi Perbandingan dalam
Kalangan Ahlus-sunah da Negara- Negara Islam, Jakarta : PT Bulan
Bintang, cet. 2, 2005
Departemen Agama RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, Jakarta: Dirjen
Bimbingan masyarkat dan urusan haji, 1994
Djubaidah, Neng, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat :
Menurut Hukum Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, cet. II
,Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Hukum Perkawinan di Indonesia


312 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Ghazali, Nurzulaili Mohd, Nusyuz, Syiqaq dan Hakam, Malaysia: Kolej
Universiti Islam Malaysia, 2007.
Ghozali, Abdul Rahman, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2003.
Hakim,Maman Rahman, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta:
Faza Media, 2017.
Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Talak,
Cerai, Ruju’ Jakarta: Nusantara Damai Press, 2011
Hosen, Ibrahim, Fikih Perbandingan Masalah Pernikahan, Jakarta,:
Pustaka Pirdaus , 2003
Ibnu Qudamah, al Mughni, Kairo: Darul Manarah, tth Vol. 3
------------, al-Mughnî, Juz VI, Kairo: Darul Manarah, tth Vol. 3
Imâm al-Nawawî, Shahîh Muslim, Mesir: Mathba’ah al-Mishriyah wa
Maktabatuhâ, 1924 Juz IX,
Imâm Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî, Kairo: Dâr wa Mathba’ah al-Sya'b,
t.th. Juz VI.
Indra,Hasbi,dkk, Potret Wanita Sholehah, Jakarta: Penamadani,2004
Jawad Mughniyah, Al-Fiqh al-Madhahib al- Khamsah, Masykur,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta:
Balai Pustaka, 2005.
Kemenag, Fondasi keluarga sakinah, bacaan mandiri calon pengantin, Jakarta,
Subdit Bina Keluarga Saakinah, Ditjen Bimas Islam Kemenag,
2017
Khallâf, Abdul Wahâb, Ilmu Ushûl al-Fiqh, Kairo: Dâr al-Kuwaitiyah,
1968..
Kharlie, Ahmad Tholabi, Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: Sinar
Grafika, 2013.
Khuzari, Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan Jakarta, Raja grapindo
persada, 1995.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 313
Kotto, Alaudin, Filsafat Hukum Islam, Jakarta, Rajawali Press, 2012.
Lukito, Ratno, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler : Studi Tentang Konflik
dan Resolusi dalam Sistem Hukum Indonesia, Jakarta :Pustaka
Alvabet, 2008.
Mahmud , Abdul Majid,Panduan Hukum Keluarga Sakinah, Solo:
Eraintermedia, 2005.
Mahmud, Tahir, Personal Law In Islamic Countris, History, Texs and
Comparative Analisis, New Delhi: Akademy of Law and Religion,
1987
Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2006.
Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2016
------------, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011
Muhaimin ,Abdul Wahab, Hukum Islam dan Kedudukan Perempuan dalam
Perkawinan dan Perceraian, Jakarta: Gaung Persada Press, 2013.
Muhammad Husein, Fiqh Perempuan, Yogyakarta: LKIS, 2001
Muhdloor,Zuhdi, Memahami Hukum Perkawinan,Bandung,Albayan,1995
Nasution,Lahmuddin, Pembaharuan Hukum Islam dalam Mazhab Syafi’i,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Nuruddin, Amiur dan Tarigan, Azhari Akmal, Hukum Perdata Islam di
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004
Projodikoro, Wirjono, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan
Tertentu, Bandung : Sumur, 1981
Qodir, Abdul, Pencatatan Pernikahan: Dalam Perspektif Undang-Undang dan
Hukum Islam, Depok : Azza Media, 2014
Rahman, Bakti A dan Sukarja,Ahmad, Hukum Perdata (BW), Jakarta:
Hadi Karya Agung, 1981

Hukum Perkawinan di Indonesia


314 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Ramulyo, Mohd. Idris, Hukum Perkawinan Islam : Suatu Analisis dari
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, cet. I, 1996.
Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Jakarta:Sinar Baru Algesindo, 2002.
Ridhâ, Muhammad Râsyid, Tafsir al-Manâr, Kairo: Al-Manâr, Juz IV,
Sadari, Reorientasi Hukum keluarga Islam, Tanggerang selatan: Excel
Iqralana, 2017
Said al Ghomidi, bin, Ali, fikih muslimah, Saudi Arabia, Daa al Kitab wa
al Sunna, 2011.
Said, Umar, Hukum Islam di Indonesia tentang Perkawinan, Surabaya: CV.
Cempaka, 2000
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Beirut : Dar al-Fikr, 1983
Sholeh,Asrorun Ni’am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga,
Jakarta: Graha Paramuda, 2008.
Sirajuddin M, Legislasi Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
bekerjasama dengan STAIN Bengkulu, cet. I, 2008
Sopyan, Yayan, Islam – Negara : Transformasi Hukum Perkawinan Islam
dalam Hukum Nasional, Jakarta: PT. Wahana Semesta
Intermedia, cet. II, 2012.
Sosroarmodjo,Arso dan Aulawi, A. Wasit, Hukum Perkawinan di
Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, cet. I, 1975.
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 2001.
------------- Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1994
Suma,Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Supriyadi, Dedi dan Mustofa,Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia
Islam, Bandung: Pustaka Al-Fikriis, 2009.
Syamsu, Andi dan Fauzan, M., Hukum Pengangkatan Anak Perspektif
Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 315
Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta:
Kencana,2009
------------, Ushûl Fiqh Jilid 2, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999
Uwaidah, Kamil Muhammad,Al-Jami’ fi Fiqhi An-Nisa’, Beirut: Darul
kutub al- Ilmiyah, 1996,.
Wahid, Abdul dan Mustofa, Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Sinar
Grafika, 2013
Wignjosoebroto Soetandyo, Hukum : Paradigma, Metode dan Dinamika
Masalahnya, Jakarta : Elsam dan HUMA, 2002
Wirawan, Sarlito, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005
Yanggo, Huzaemah Tahido, Problematika Hukum Islam Kontemporer,
Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT Mahmud Yunus
Wadzurya, 1989 cet. ke-2.
Zahrah, Abû, Ushûl al- Fiqh, Kairo: Dâr al-Fikr al-`Arabî, t.th
Zarkasyi, Mukhtar, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, Jakarta: Badan
Kesejahteraan Masjid Pusat
Zein, Satria Effendi M., Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer :
Analisis Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah, Jakarta:
Kencana, 2004.
Zuhdi, Masfuk, Pengantar Hukum Syari’ah, Jakarta: Gunung Agung, 1995
Cet.3

C. Peraturan -Peraturan
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,
Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Hukum Perkawinan di Indonesia


316 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kitab Undang-undang Hukum Perdata ( KUHPer)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelakasanaan
Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1990 tentang Izin Perkawinan
dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil
Impres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 317
Hukum Perkawinan di Indonesia
318 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 319
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


320 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 321
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


322 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 323
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


324 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 325
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


326 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 327
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


328 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 329
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


330 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 331
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


332 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 333
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


334 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 335
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


336 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 337
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


338 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 339
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


340 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 341
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


342 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 343
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


344 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 345
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


346 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 347
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


348 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 349
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


350 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 351
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


352 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 353
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


354 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 355
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


356 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 357
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


358 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 359
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


360 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 361
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


362 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 363
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


364 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 365
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


366 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 367
PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


368 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 369
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


370 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 371
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


372 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 373
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


374 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 375
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


376 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 377
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


378 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 379
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


380 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 381
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


382 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 383
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


384 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 385
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


386 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 387
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


388 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 389
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


390 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 391
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


392 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 393
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


394 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 395
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


396 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 397
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


398 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 399
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


400 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 401
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


402 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 403
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


404 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 405
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


406 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 407
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


408 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 409
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


410 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 411
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


412 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 413
Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Hukum Perkawinan di Indonesia


414 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
BIOGRAFI PENULIS

Hukum Perkawinan di Indonesia


Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 415
Hukum Perkawinan di Indonesia
416 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil
Hukum Perkawinan di Indonesia
Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil 417
Hukum Perkawinan di Indonesia
418 Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil

Anda mungkin juga menyukai