Penulis:
Dr. Moh. Ali Wafa,SH., S.Ag., M.Ag.
Ditebitkan oleh :
YASMI
(Yayasan Asy-Syari’ah Modern Indonesia)
Benda Baru Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan
1 Islam masuk kebumi nusantara itu memang terdapat perbedaan, ada yang berpendapat
abad ke 13, abad ke 7 M atau bertepatan dengan abad ke 1 hijriah bahkan ada yang
berargumentasi Islam masuk ke bumi nusantara pada tahun ke-30 hijriah atau bertepatan dengan
tahun 650 masehi.terlepas perbedaan tersebut bah wasanya mereka sepakat Islam
masuk ke Indonesia dengan cara damai.
2 Yaswirman, Hukum Keluarga : Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam
yaitu hukum kolonial, hukum adat dan hukum Islam. Namun, hukum Islam dan hukum adat
sebagimana yang berlaku di masyarakat waktu itu keduanya digolongkan menjadi hukum pribumi.
17 Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.
104. Almarhum Prof. Raymond Kennedy dari Yale University menamakan politik hukum Hindia
Belanda suatu politik akulturasi. Walaupun politik hukum Hindia Belanda menyebabkan kita
dibiarkan hidup dalam alam hukum asli, yaitu hukum adat, tidak dapat disangkal bahwa hukum
perdata Eropa ternyata telah cukup banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia,
terutama dalam kelangan perdagangan dan usaha. Lihat juga Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum
Islam Kontemporer, h. 104.
18 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam
Indonesia,163.
48 Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler : Studi Tentang Konflik dan Resolusi dalam
Indonesia,165.
berbuah manis yakni lahir Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
نكح زوج
1 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
Perkawinan. h. 36.
3 Ibrahim Hosen, Fikih Perbandingan Masalah Pernikahan, (Jakarta,: Pustaka Pirdaus ,
2003) h. 115.
عقد
بلفظ
االنكاح
عقد يفيد حل العشرة بين الرجل والمراة بما يحقق ما يتقاضاه الطبع
االنسانى مدى الحياة ويجعل لكل منهما حقوق قبل صاحبه وواجبات
عليه
6 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
9-12
islam dapat melayani golongan yang tetap bertahan pada apa yang sudah ada (tradisional), dan
dapat pula melayani golongan yang ingin perubahan (modernis). Adapun yang terkait dengan
watak wassthiyyah yakni menghendaki keselaran dan keseimbangan antara unsur kebendaan dan
unsur kejiwaan.watak harakah membuat hukum Islam mudah bergerak dan berkembang secara
dinamis, senantiasa hidup dan memformulasikan diri seuai dengan perkembangan zaman. Lihat
Alaudin kotto, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta, rajawali press, 2012). h…..
Lihat KHI buku ke 1 tentang perkawinan pasal 2. Kata mitssaqan ghalidzan (janji yang
13
sangat kuat) dalam alqur’an hanya digunakan 3 kali yakni Petama, janji antara allah dan rosulnya (Qs
al ahzab ayat 37) yang berbunyi:
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh,
Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang
teguh (Qs al ahzab 33: 37).
Kedua, janji antara musa dengan umatnya,( Qs An-nisa ayat 134 )yang berbunyi
16 Abdul Qodir, Pencatatan Pernikahan: Dalam Perspektif Undang-undang dan Hukum Islam,
19 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Talak, Cerai, Ruju’
عث َما ُن ّللا بن َمسعُود بمنًى فَخ ََل به ُ عبد َ علقَ َمةَ بن قَيس قَا َل ُكنتُ َم َع َ عن َ َ
ُ
ان هَل لَ َك أَن أزَ و َج َك َجاريَةً بك ًرا تُذَك ُر َك عث َم ُ فَ َجلَستُ قَريبًا منهُ فَقَا َل لَهُ ُ
س لَهُ َحا َجة س َوى ّللا أَنَهُ لَي َ
عبد ُ َضى فَلَ َما َرأَى َ ض َما قَد َم َ من نَفس َك بَع َ
ت ذَل َك لَقَد قَا َل َر ُ
سو ُل ّللاَ ي بيَده فَجئتُ َو ُه َو يَقُو ُل لَئن قُل َ هَذه أَش َ
َار إلَ َ
ع من ُكم البَا َءة َ فَليَت َزَ َوجطا َ شبَاب َمن است َ َ سلَ َم يَا َمعش ََر ال َ علَيه َو َ صلَى َ
ّللاُ َ َ
صوم فَإنَهُ لَهُ ص ُن للفَرج َو َمن لَم يَست َطع فَعَلَيه بال َ َ
صر َوأح َ َ
فَإنَهُ أغَض للبَ َ
و َجاء
23 Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Faza Media,
2017). h. 47.
2003), h. 45.
26 Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat : Menurut Hukum
Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, cet. II,(Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h.92.
27 Abdul Qodir, Pencatatan Pernikahan: Dalam Perspektif Undang-undang dan Hukum Islam, h.
48.
Apabila suami dan isteri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai lagi untuk
kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum,
masing-masing agama dan kepercayaan itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.
33 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 11 yang berbunyi: (1)
Bagi seorang yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu. (2) Tenggang waktu jangka
waktu tunggu tersebut ayat (1) akan diatur dalam Peraturan Pemerintah lebih lanjut.
34 Lihat Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 12 yang berbunyi: Tata
12. Sebagaiman dikutip oleh Ahmad khuzari, Nikah Sebagai Perikatan,(Jakarta: Raja grapindo
persada, 1995), h.. 12.
1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, cet. I, 1996), h. 26-27.
Indonesia : Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim Pent: Kathur Suhardi, (Jakarta: Darus Sunah,
cet.VII, 2008), h.740.
2011), h. 11.
berbunyi “Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-undang ini ialah
perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena
perbedaan kewarga-negaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia”.
16 Sadari, Reorientasi Hukum keluarga Islam, (Tanggerang selatan: Excel Iqralana, 2017)
h. 11
17 Maksud ayat ini Ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang berzina,
18 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta: Graha
berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah
seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika
kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak hendak
memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang baik".(Qs
Al qashash 28: 27)
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itudengan sindiran atau kamu
Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu
akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan
mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf dan
janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan
ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya,
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. ( Qs al-Baqarah 2 : 235).
1 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006),
h. 58.
ول هِ
اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم أَمُّيَا ْامَرأ ٍَة ََلْ يُنْ ِك ْح َها الَْوِلم
صلهى ه اَّلل َ ال َر ُس ُ ت قَ َ ِ
َع ْن َعائ َش َة قَالَ ْ
اب ِمْن َها
َص َ
ِ
َصابَ َها فَلَ َها َم ْهُرَها ِبَا أ َ
ِ
اح َها ََبط ٌل فَِإ ْن أ َ
ِ ِ
اح َها ََبط ٌل فَن َك ُ
ِ ِ
اح َها ََبط ٌل فَن َك ُ
ِ
فَن َك ُ
فَِإ ْن ا ْشتَ َجُروا فَال مسلْطَا ُن َوِلم َم ْن ََل َوِله لَهُ
9 Dedi Supriyadi dan Mustofa,Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Islam, (Bandung:
ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا ا
ا ا ا ا ا ا ا ا اا ا ا ا
ا ا ا ا اا ا ا ا ا ا ا ا ا ا
ااا
اا ا ا ا ا ا ا ا ا ا
اااا اااااااااا
ا اا
sunah da Negara- Negara Islam, ( Jakarta : PT Bulan Bintang, cet. 2, 2005) h. 76.
26 Lihat Kompilasi Hukum Islam Pasal 22
petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu
mengambil keputusan? (Qs Yunus10: 35).
5Lihat Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Di Indonesia,,, h. 159 .
6 Lihat Mustafa ahmad zarka,
7 Ali bin Said Al ghamidi, Fikih Perempuan h, 168.
8 Lihat Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Di Indonesia,,, h 160.
ْْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ
9 Secara khusus dalam hal pemenuhan nafkah merupakan sebagai hak dan kewajiban
seorang suami terhadap isteri dalam mengatur rumah tangga dengan adil dan bijaksana. Hal ini
sejalan dengan pemahaman tafsir QS. An-Nisa’ ayat 34
ان أَح َسنُ ُهم ُخلًُقا َو ِخيَ ُارُكم ِخيَ ُارُكم لِنِ َسائِ ِهم ُخلًُقا
ي إِْيَ ً ِِ
أَك َم ُل ال ُمؤمن َ
َخي ُرُكم َخي ُرُكم ِِلَهلِ ِه َوأ ََن َخي ُرُكم ِِلَهلِي
متفق عليه
َّخ ُذ ال ُقبور مس ِ
الساعةُ وهم أَحياء ،ومن ي ت ِ إِن ِمن ِشَرا ِر الن ِ
اج َد َُ ََ َّاس َمن تُد ِرُكهُ َّ َ َ ُ َ َ َ َ
tentang hak dan kewajiban suami isteri. Adapun tentang pengasuhan anak sebagai kewajiban
suami isteri bisa dilihat pada pasal 45 ayat (1) .
نشز ينشز
نشوزا
1 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
4 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 89.
10 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
lain dengan seikhlas hatinya, Kendatipun demikian, jika isteri melepaskan sebahagian hak-haknya,
maka boleh suami menerimanya.
18 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
22 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
27 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam : Suati Studi Perbandingan dalam Kalangan Ahlus-
32 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Thalak, Cerai, Ruju’. h.39.
صلَى ع َم َر أَ َن َر ُج ًَل َال َعنَ ام َرأَتَه ُ َوانتَفَى ِمن َولَ ِدهَا فَفَ َرقَ َر ُ
سو ُل َ
ّللاِ َ َعن اب ِن ُ
سلَ َم َبينَ ُه َما َوأَل َحقَ ال َولَدَ ِبال َمرأ َ ِة
ّللا ُ َعلَي ِه َو َ
َ
36 Abdul Majid Mahmud ,Panduan Hukum Keluarga Sakinah, Solo , Eraintermedia, 2005 h.
408.
37 Lihat Wahbah Az-Zuahali, Fikih Islama Wa Adillatuhu, terj, jilid 9 h. 481.
cucu mereka yang belum dewasa tanpa minta izdin kepada yang bersangkutan terlebih dahulu.
Pendapat ini didasarkan kepada perkawinan Rasulullah dengan `Âisyah r.a yang waktu itu `Âisyah
belum baligh. Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, hal. 99.
ِ ِ ِ ِ ب لِأل
َُب أَ ْن الَ يَُزِو َج َها َحىت تَْب لُ َغ لت ُك ْو َن م ْن أ َْه ِل اْ ِإل ْذن َو ألَنَّه ُّ تحَ َو يُ ْس
ِ يَْلَزُم َها ابلنِ َك
اح ُح ُق ْوق
4 Wahbah al-Zuhailî, al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatuh, (Damaskus: Dâr al-Fikr: 1997), Juz IX, h.
70.
6 Al-Muthi’î, Takmilat Al-Majmû’, (Jeddah: Maktabah Al-Âdâb, t.th), Juz XV, hal. 58,
8 `Abdurrahmân Al-Jazîrî, al-Fiqh alâ al-Madzhâhib Al-Arba’ah, Juz IV, hal. 4-7. Husein
maka hal ini tidak mungkin tercapai apabila pihak-pihak yang melaksanakan perkawinan belum
dewasa cukup umur dan matang jiwanya. Perkawinan yang dilaksanakan dengan maksud
menyimpang dari tujuan perkawinan yang sebenarnya merupakan perkawinan yang dilarang.
11
12
10 `Abdurrahmân Al-Jazîrî, al-Fiqh `alâ al Madzhâhib Al-Arba’ah, Juz IV, hal. 4-7.
11 `Abdul Wahâb Khallâf, Ilmu Ushûl al-Fiqh, (Kairo: Dâr al-Kuwaitiyah, 1968), hal. 141.
12 Lihat Wahbah az-Zuhaili, Ushûl al Fiqh al-Islami, (Beirût: Dar al-Fikr al-Mu’asir), cet. 1,
hal. 757.
تس ُكنُوا إِ ِِلَْي َها َو َج َع َل بَْي نَ ُك ْم ِ و ِمن آَيتِِه أَ ْن خلَق لَ ُكم ِمن أن ُف ِس ُكم أَزو
ْ اجا ل ً َْ ْ ْ ْ َ َ ْ َ
َّ َآلَيت لَِقوٍم يَت
فك ُرْو َن ٍ موَّدةً و ر ْْحةً إِ َّن ِِف ذلِك
َ َ َ َ ََ
ْ
14
13 Masfuk Zuhdi, Pengantar Hukum Syari’ah, (Jakarta: Gunung Agung, 1995), Cet.3, hal. 83.
14 Lihat Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, hal. 74-76.
16
15 Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, hal. 18. Oleh karena itu sejalan
dengan tujuan perkawinan dan demi kebaikan pihak-pihak yang berkepentingan langsung, maka
perkawinan harus dilaksanakan pada batas umur tertentu, dimana seorang sudah dianggap dewasa
dan matang jiwanya dan perkawinan di bawah umur sudah sepatutnya dilarang. Soemiyati, Hukum
Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, hal. 70.
16 Lihat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai
18
17 Lihat Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 5-
6. Lihat juga Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional, t.th, hal. 15
18 KHI pasal 15 ayat 1, UUP pasal 7 ayat 1. Penentuan umur untuk melangsungkan
perkawinan sangatlah penting sebab perkawinan sebagai suatu perjanjian perikatan antara seorang
pria dan seorang wanita sebagai suami isteri, haruslah dilakukan oleh mereka yang sudah cukup
matang baik dilihat dari segi biologis maupun psikis. Hal ini penting untuk mewujudkan tujuan
perkawinan itu sendiri, juga mencegah terjadinya perkawinan usia muda atau perkawinan anak-
anak, sebab perkawinan yang dilaksanakan pada usia muda banyak mengakibatkan perceraian dan
keturunan yang diperolehnya bukan keturunan yang sehat. Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan
Undang-undang Perkawinan, hal. 71.
آنس ْتم ُر ْش ًدا فَ ْادفَعُوا إلَْي ِه ْم أ َْم َوا ََلُْم ِ وابْتلُوا الْيتامى حىت إ َذا ب لَغُوا النِ َك
ْ اح فَإ ْن
َ َ َ َ َ
19 Umar Said, Hukum Islam di Indonesia tentang Perkawinan, (Surabaya: CV. Cempaka, 2000),
hal. 56-59.
فَِإ ْن آنَ ْستُ ْم ِمْن ُه ْم ُر ْش ًدا فَادفعوا إِلَْي ِه ْم أ َْم َوأ ََل ُم
21
20 Muhammad Râsyid Ridhâ, Tafsir al-Manâr, (Kairo: Al-Manâr), Juz IV, hal. 387.
21 `Abdurrahmân Al-Jazirî, al-Fiqh `alâ Madzâhib al-Arba'ah, Juz II, hal. 350.
Juz IX, hal. 206-207. Imâm Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî, (Kairo: Dâr wa Mathba’ah al-Sya'b, t.th.),
Juz VI, hal. 22.
24
23 Al-Rahawi, Syarah al-Manâr wa Hawasyih min `Ilmi al-Ushûl, (Mesir: Dâr al-Sa’âdah 1315 H),
hal. 930.
24 Syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan perkawinan di antaranya: a. telah baligh
dan mempunyai kecakapan yang sempurna. Jadi kedewasaan di sini selain ditentukan oleh umur
masing-masing pihak juga kematangan jiwanya. Sebab untuk membentuk suatu rumah tangga
sebagai salah satu dari tujuan perkawinan itu sendiri supaya dapat terlaksana seperti yang
diharapkan maka kedua belah pihak yaitu suami isteri harus sudah matang jiwanya dan raganya. b.
berakal sehat, c. tidak karena paksaan, d. wanita yang akan dikawini bukan wanita yang haram
untuk dikawini.Lihat Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, hal. 30.
25
26
25 Abû Zahrah, Ushûl al- Fiqh, (Kairo: Dâr al-Fikr al-`Arabî, t.th.), hal. 336-337.
26 Hamil dan haidh merupakan bukti ke baligh-an seorang wanita. Hamil terjadi karena
terjadinya pembuahan ovum oleh sperma, sedangkan haidh kedudukannya sama dengan
mengeluarkan sperma bagi laki-laki. Lihat Jawad Mughniyah, Al-Fiqh al-Madhahib al- Khamsah,
Masykur, hal. 317.
28
29
tahun. Sedangkan perempuan 9 tahun. Sementara itu, pengalaman membuktikan bahwa kehamilan
bisa terjadi pada anak gadis usia sembilan tahun. Sedangkan kemampuan untuk hamil dipandang
sepenuhnya sama dengan hamil itu sendiri. Jawad Mughniyah, Al-Fiqh al-Madhahib al- Khamsah,
Masykur, hal. 318.
29 Al-Kasânî, Badâ’i al-Shan'âi, Juz VII, hal. 171-172. Al-Syarbini, Mughnî al-Muhtâj, juz II,
hal.166. Lihat pula Ibnu Qadamah, Al-Mughni, Jilid IV, Jawad Mughniyah, Al-Fiqh al-Madhahib al-
Khamsah, Masykur, hal. 319-320.
أشده
ِ ِ
َشدَّهُ َو الَ ت ْقَربُوا َماص اليَتْي ِم إِالَّ ِاب ِلىت ه َى أ ْ
َح َس ُن َحىت يَْب لُغ أ ُ
رشدا
31
32
30 Pendapat Hanafi dalam hal usia baligh (laki-laki 18 tahun dan perempuan 17 tahun)
adalah batas maksimal, sedangkan usia minimalnya adalah adalah 12 tahun anak laki-laki, dan 9
tahun untuk anak perempuan. Sebab pada usia tersebut seorang anak laki-laki dapat mimpi
mengeluarkan sperma, menghamili atau mengeluarkan mani (di luar mimpi), sedangkan pada anak
perempuan dapat mimpi keluar sperma, hamil, atau haidh. Jawad Mughniyah, Al-Fiqh al-Madhahib
al- Khamsah, Masykur, hal. 318.
31 `Abdul Qâdir `Audah, al-Tasyri' al-Jinâî al-Islâmî, (Kairo: Dâr al-Urûbah, 1964), Juz
I, hal. 603.
32 `Abdul Qâdir `Audah, Al-Tasyrî al-Jinâî al-Islâmî, hal. 603.
34
33 Lihat Helmi Karim dalam Huzaemah Tahido Yanggo, Problematika Hukum Islam
240.
36
37
38
35 Lihat Helmi Karim, dalam Huzaemah Tahido Yanggo, Problematika Hukum Islam
41
40 Mashlahah berasal dari kata shalâh dengan penambahan ‘‘Alif’’ di awalnya yang secara arti
kata berarti ‘‘baik’’ lawan dari kata ‘‘buruk’’ atau ‘‘rusak’’. Ia adalah masdar dengan arti kata shalâh
yaitu ‘‘mamfaat’’ atau terlepas dari padanya kerusakan. Pengertian mashlahah dalam bahasa Arab
berarti perbuatan-perbuatan yang mendorong kepada kebaikan manusia. Amir Syarifuddin, Ushûl
Fiqh Jilid 2, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 323. Dengan kata lain Maslahah mursalah
berasal dari bahasa Arab jamaknya Mashalih merupakan sinonim dari kata ”manfaat” dan lawan
dari kata Mafsadah (kerusakan). Arti Maslahah adalah menarik manfaat atau menolak Mudharat.
Lahmuddin Nasution, Pembaharuan Hukum Islam dalam Mazhab Syafi’i, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), hal. 127. Lihat Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam, hal. 15-16.
41 Abû Ishâk Al-Syâthibî, al-Muwâfaqât Fi Ushûl al-Syarî’ah ,(Beirût: Dâr al-Ma’rifah Li al-
43
44
42 Muhammad Amin suma, Hukum keluarga Islam di Dunia Islam, hal. 168.
43 Sebenarnya Pemerintah India telah mengeluarkan Undang-undang yang melarang
menikahkan anak di bawah umur pada tahun 1929. Jika menikahkan anak di bawah umur diancam
hukuman 3 bulan penjara. Namun perkawinan usia muda masih kerap terjadi di sebuah desa di
Provinsi Rajastan, India Barat. Hal ini disebabkan pemerintah kurang tegas dalam memberlakukan
sanksi bagi mereka yang melakukan pelanggaran tersebut. Di samping polisi tidak tidak memiliki
wewenang untuk menahan orang yang terlibat dalam pernikahan itu. Selvy Widuhung, Kartini,
Nasib Anak Perempuan di Desa Terpencil India, Juni, 2008, hal. 97.
44 Lihat Tahir Mahmud, Personal Law In Islamic Countris, History, Texs and Comparative Analisis,
46
47
yang masih perawan, tidak terhadap perempuan yang sudah janda. Lihat Ibnu Qadamah, Al-
Mughnî, Jilid VI, bab al zawaj, dalam Jawad Mughniyah, al-Fiqh `alâ al Madzhâhib al-Khamsah,
Maskur, hal. 347. Menurut Hasan dan Ibrahim An-Nakha’ie, diperbolehkan bagi orang tua
menikahkan puterinya yang belum baligh, baik ia masih gadis maupun sudah janda, meskipun
keduanya tidak menyukainya. Lihat Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Al-Jami’ fi Fiqhi An-Nisa’,
M. Abdul Ghofar, hal. 381.
49
50
48 Abu Hanifah mengatakan bahwa orang tua dibolehkan menikahkan puterinya yang
belum baligh, baik ia masih gadis maupun sudah janda. Karena, jika puterinya sudah mencapai usia
baligh, maka ia boleh menikahi siapa saja yang dikehendaki tanpa harus meminta idzin orang
tuanya. Posisi orang tua pada saat itu sama seperti posisi wali, yaitu tidak boleh menikahkannya
kecuali dengan idzinnya, baik yang masih gadis maupun janda. Lihat Syaikh Kamil Muhammad
Uwaidah, Al-Jami’ fi Fiqhi An-Nisa’, M. Abdul Ghofar, Beirut: Darul kutub al- Ilmiyah, 1996, hal.
381.
49 Menurut Imam Syafi’ie: hanya bapak dan kakeklah yang dibolehkan mengawinkan anak-
anak dan cucu-cucu yang tidak mukallaf, sedang Imam Hanafi membolehkan semua wali
mengawinkan orang-orang yang di bawah perwaliannya yang tidak mukallaf, karena anak kecil itu
dibolehkan memilih: apakah perkawinannya diteruskan atau tidak setelah mereka mukallaf. Kamal
Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, hal. 99.
50 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Jakarta:Sinar Baru Algesindo, 2002), hal. 385.
51
52
51 Dengan kata lain tidak diperbolehkan bagi orang tua menikahkan anak gadisnya yang
masih di bawah umur. Kecuali setelah baligh dan mendapat izdin darinya. Syaikh Kamil
Muhammad Uwaidah, Al-Jami’ fi Fiqhi An-Nisa’, M. Abdul Ghofar, hal. 381.
Demikian pula menurut Ibn Hazm: bapak tidak boleh mengawinkan anak yang belum
baligh (belum dewasa) sekalipun pernah terjadi antara `Âisyah r.a dengan Rasulullah, tetapi hal ini
merupakan kekhususan bagi Rasulullah saw. Pendapat ini sesuai dengan salah satu tujuan
perkawinan yaitu untuk melanjutkan keturunan. Perkawinan antara orang yang belum dewasa tidak
akan menghasilkan keturunan. Dengan perkataan lain bahwa perkawinan tersebut tidak mencapai
tujuannya. Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, hal. 99.
52 Abû Muhammad `Ali bin Ahmad Ibnu Hazm, Al-Muhallâ, (Beirût: Dâr al-Âfâq al-
54 Bakti A Rahman dan Ahmad Sukarja, Hukum Perdata (BW), (Jakarta: Hadi Karya Agung,
56
57
55 Lihat Depag RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: 1994), hal. 14. Mukhtar
Zarkasyi, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: Badan Kesejahteraan Masjid Pusat), hal.13.
56 Undang-undang Perkawinan menganut prinsip bahwa setiap calon suami dan calon isteri
yang hendak melangsungkan akad pernikahan, harus benar-benar telah matang secara fisik maupun
psikis (rohani), atau harus sudah siap secara jasmani maupun rohani. Muhammad Amin Suma,
Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 166.
57 Lihat Depag RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: 1994), hal. 14.
58 Depag RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: 1994), hal. 15. Lihat pula Mukhtar
Zarkasyi, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: Badan Kesejahteraan Masjid Pusat), hal.14.
60
62
63 Lihat Departemen Agama RI, Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: Dirjen Bimbingan
Nasional,h. 139-140.
binti zama’ah bin qois (2) A’isyah binti abu bakar As-Shiddiq, (3) Zainab binti Khuzaimah (4)
Hafshah bin Umar bin Khatab (4) ummu salamah (Hindun binti Abi Umayyah) (5) Zainab binti
Jash bin Rabab (6) Juwairah Binti Alharits (7) ummu Habibah bin Abi Sufyan (8) shafiyah binti
Huway bin akhtab (9) mariah al qibtiah (10) maimunah binti Al- Harist
6 Tampak jelas maksud dari ayat 3 surat an-nisa bahwa alquran melalui ayat ini memang
sangat toleran terhadap aturan pembolehan poligami tetapi memberikan persyaratan yang
ditentukan yakni bersikap adil.
7 al –imam asy-syafe’ii. Juz 5 h, 42. Muntaha al ahyar. Juz 6. h. 136. Nalil al-Authar.juz 6
13 Abdul Rahman ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 136.
tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah, dapat diajukan itsbat nikahnyake Pengadilan Agama”.
10 Lihat Undang-undang nomor 22 tentang Pencatatan Nikah, Nikah, Thalak Dan Rujuk
pasal 6
pasal 1 ayat (1) yang berbunyi “Nikah yang dilakukan menurut agama Islam, selanjutnya disebut
nikah, diawasi oleh pegawai pencatat nikah yang diangkat oleh Menteri Agama atau pegawai yang
ditunjuk olehnya. Talak dan rujuk yang dilakukan menurut Agama Islam, selanjutnya disebut talak
dan rujuk, diberitahukan kepada pegawai pencatat nikah”.
12 Lihat Undang-undang nomor 22 tentang Pencatatan Nikah, Nikah, Talak Dan Rujuk
pasal 3 ayat (1) yang berbunyi“Barang siapa yang melakukan akad nikah atau nikah dengan seorang
perempuan tidak di bawah pengawasan pegawai yang dimaksudkan pada ayat (2) pasal 1 atau
wakilnya, dihukum denda sebanyak-banyaknya R 50,- (Lima puluh rupiah)
16 Lihat Undang-Undang nomor 22 Tentang Pencatatan Nikah, Nikah, Talak Dan Rujuk
Tahun 1989 tentang Peradilan agama. Dalam kontek payng hukum tentang Peradilan Agama telah
mengalami perubahan yakni UU No 7 tahun 1989, UU no 3 tahun 2006, dan terakhir UU No 50
tahun 2009. Dalam konteks kekinian juga Peradialan Agama menangani perkara ekonomi syariah
hal ini didasarkan kepada pasal 49 No 3 tahun 2006 yang menyatakan bahwa sengketa ekonomi
syariah menjadi kewenangan asolut Peradilan Agama dan hal ini juga diperkuat oleh putusan MK
Nomor 39/PUUX/2012 yang mengahapuskan opsi penyelesain sengeta syraiah melalui Pengadilan
Negeri Lihat, Maman Rahman Hakim, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Tanggrang Selatan,
Faza Media,2017), h.196-197.
19 Adapun bidang perkawinan yang diatur dalam Undang-undang perkawinan No 1 tahun
1974 yakni: (1), Idzin beristeri lebih dari satu orang; (2), Idzin melangsungkan perkawinan bagi
orang yang belum berusia 21 tahun. Dalam hal ini orang tua atau wali atau keluarga dalam garis
lurus, ada perbedaan pendapat; (3), Dispensasi nikah; (4), Pencegahan perkawinan.(5) Penolakan
perkawinan oleh pegawai pencatat nikah .6. Pembatalan perkawinan; (7), Gugatan kelalaian atas
kewajiban suami dan isteri. 8 penceraian karena talak.9 Gugatan penceraian. (10) Penyelesaian
harta bersama;. (11), Mengenai pengurusan anak-anak; (12), Ibu dapat memikul biaya
pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang seharusnya tanggung jawab tidak
memenuhi; (13), Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas isteri
atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas isteri; (14), Putusan tentang sah atau tidaknya seorang
anak; (15), Putusan tentang pencabuatan kekuasan orang tua; (16), Pencabutan kekuasaan wali;
(17), Menunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali di
cabut; (18), Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18 (delapan
belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya padahal tidak ada menunjukan wali orang tuanya.
(3), Pengertian PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
28 Baca pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1990 tentang Idzin Perkawinan
Hurup (b).
33 Lihat Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 5
ayat (1).
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,cet kelima, 2004), h. 235.
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.129. dan lihat juga
24
النسب الصهر
النسب الصهر
25 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 276.
26 Nurul Irfan, Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam, (Jakarta : Amzah, Edisi Kedua,
2013), h. 22.
27 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 609.
28 Ensiklopedi Islam, h. 13.
29 Ensiklopedi Indonesia, h. 2337.
Nur Medan, (Jakarta: Darus Sunnah, 2012), cet. ke-7, Jilid III, h. 191.
2 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wadzurya,
ْ ْض َّمه َماْإِلَي ْهِْ َوقَالَْْإِ َّْنْال َولَ َْدْ َمب َخلَةْْ ََمبَ نَة
َ َاّللْعَلَي ْهِْ َو َسلَّ َْمْف
َّْ ْصلَّى ِْ َسيْْيَسعَي
ِْ ِانْإِلَْْالن
َ َّْب َ سنْْ َواْل ِْ عَنْْيَعلَىْالعَ ِام ِر
َْ يْأَنَّهْْقَالَْْ َج
َ َاءْاْل
2972-3733. Dari Ya'la Al 'Amiri bahwa ia berkata, "Hasan dan Husein datang berusaha mencapai
Nabi Saw, maka beliau memeluk mereka berdua dan bersabda, 'Sesungguhnya anak adalah tempat
kebakhilan dan kekhawatiran (Hr Ibnu Majah).
11 Tihami dan Sahari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fiqh Nikah Lengkap, (Jakarta:
hukum hadhanah adalah wajib karena anak yang tidak dipelihara akan terancam keselamatannya.
lihat Wahbah Az Zuaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insane Presss, 2011), terj. Jilid
10 h. 60. Adapun Ibnu Qudamah berkata bahwa hukum hadhanah yaitu hukumnya wajib
sebagaiman juga wajib memeberi nafkah kepadanya. Lihat Ibnu Qudamah, Al mughni, (Kairo:
Darul Manarah, tth), Vol. 3 h. 612.
1977), h.62.
23 Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h. 122.
28 Nasab adalah salah satu fondasi kuat yang menupang berdirinya sebuah keluarga,
karena nasab mengikat antara anggota keluarga dengan pertalian darah. Adapun pertalian nasab
adalah ikatan sebuah keluaga yang tidak mudah diputuskan karena merupakan nikmat Agung yang
Allah berikan kepada manusia. Sedangkan dasar al Qur’an tentang pertalian nasab adalah surat Al-
Furqan ayat 54. Lihat, Wahbah Az-Zuhahili,Ffiqh Islam Wa Adillatuhu,jld 10 h.25.
29 Lihat Abdul Majid Mahmud, Panduan Hukum Keluarga Sakinah, h. 560.
Ketiga,atas putusan pengadilan. lihat Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
pasal 38. Didalam hukum islam putusnya perkawian itu terjadi karena bebera sebab yakni
kematian, thalak, fasakh, khulu, lian, zihar dan yang terakhir adalah murtad.
ُْ النِك
ُْ َاحْ َوال طَ ََل
ْقْ َوال َرج َع ُة ُ اّللُْ َعلَيهِْْ َو َسلَ َْمْثَََلثْْ ِجد
ْ ُّْْه َْنْ ِجدْْ َو َهزُُلُ َْنْ ِجد َْ ْ صلَى َِْ ُِْْْْ ُه َري َرَْةْقَالَْْقَالَْْ َر ُسول
َ ْاّلل َعنْْأَب
Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Tiga perkara yang mana
keseriusannya adalah serius (benar-benar), dan candanya adalah serius; pernikahan, thalak, dan rujuk'." (Hr
Ibnu Majah)
9 Jalal al-mahalli, syarh al jalal mahalli lil manhaaj bi haasyiyah qolyuubi wa umairah (Kairo, ash-
10 Terkait perbuatan yang halal tetapi dimurkai Allah adalah cerai sebagaimana sabda Nabi
Saw:
ابغض الحال الى هللا عزوجل الطالق:عن ابن عمر عن النبى صلى هللا عليه وسلم قال
Dari Ibnu Umar perbuatan halal yang paling dimurkai Allah azza wa jalla ialah cerai ( Hr.
Abu Daud).
berturut-turut, disertai dengan tebusan (iwadl) dari isteri untuk suami dimana suami masih dapat
kembali kepada isterinya tanpa akad. Thalaq bain shugra ada tiga macam yaitu ( a) thalak yang
terjadi qobla dukhul (sebelum berhubungan seksual) (b) thalak degan tebusan khuluk (c) thalak
yang dijatuhkan peigadilan Agama. Lihat, Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan,,, h 94
15Thalaq Bain Khubro yaitu thalak tiga, baik dijatuhkan sekaligus atau berturut-turut, dimana
seorang suami tidak dapat menikah lagi dengan mantan isterinya kecuali mantan isterinya tersebut
telah kawin lagi dengan laki-laki dan kemudian bercerai setelah melakukan hubungan kelamin, dan
telah habis pula masa iddahnya. Lihat, Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan,,, h 95
16 Thalaq Tanziz yaitu thalak yang dijatuhakan suami dengan menggunakan ucapan
langsung, tanpa dikaitkan dengan waktu, baik menggunakan ucapan sharih atau kinayah. Lihat
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang
Perkawinan. h..225..
17 Thalaq ta’lik yaitu thalak yang dijatuhkan suami degan menggunakan ucpan yang
pelaksanaannya digantungkan kepada sesuatu yang terjadi kemudian contoh ” bila ayahmu pulang
dari luar negeri engkau saya thalak’. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara
Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. h. 225 .
19Lihat Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
21
22 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
فطلقوهن لعدتهن
الذين يصلح لعدتهن فطلقوهن فى الزمن فطلقوهن مستقبالت عدتهن
25 Dalam kasus, nabi Muhmamad Saw pernah menceraikan isterinya yakni Hafsah,
ِ َْ ْاّللِْصْلَى
اجعَ َها َ اّللُْعَلَي ْهْ َو َسلَ َْمْطَلَ َْقْ َحف
َ ص ْةَْ ُْثَْ َر ِْ َعَنْْعُ َم َْرْب ِْنْاْلَط
َ َْ َْْابْأَ َْنْ َر ُسول
Dari Umar bin Khaththab, Sesungguhnya Rasulullah Saw pernah mencerai Hafsah,
kemudian beliau merujuknya kembali. (Hr Ibnu Majah).
26 Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran : Nikah, Thalak, Cerai, Ruju’. h.59.
Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1989
tentang Peradilan Agama pasal 1 ayat (1) yang berbunyi: Peradilan Agama adalah peradilan bagi
orang-orang yang beragama Islam.
31 Kewajiban mengajukan permohonan ke Pengadilan di daerah tempat tinggalnya, Lihat
Undang- undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawawinan Pasal 4 Ayat (1).
32lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang
Pelaksanaan Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 22 ayat (1).
37 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 24 ayat (2).
49Llihat Peraturan PemerintahnNomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-
pelaksanaan Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 29 ayat (3).
63 Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang
Pelaksanaan Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 35 ayat (2).
72l Lihat Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang
ثربص فيها
المراةمدة
1 Lihat Wahbah Az- Zuaili, Fikih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani 2011),
ُت ُمعَ ِّو ِّذ اب ِّن َعف َرا َء قَالَ قُلتُ لَ َها َح ِّدثِّينِّي َحدِّيث َ ِّك قَالَت اختَلَعت
ِّ الربَيِّعِّ بِّن
ُّ عن
سأَلتُ َماذَا َعلَي ِّمن ال ِّعد ِّة فَقَالَ َل ِّعدة َ َعلَي ِّك ِّإل أَن
َ عث َمانَ َفُ ُِّمن زَ و ِّجي ثُم ِّجئت
ضة قَالَت َوإِّن َما تَبِّ َع فِّي
َ يضينَ َحي ِّ ِّيث َعهد بِّ ِّك فَت َم ُكثِّينَ ِّعندَه ُ َحتى ت َِّح
َ يَ ُكونَ َحد
َ صلى ّللا ُ َعلَي ِّه َو
َسل َم فِّي َمريَ َم ال َمغَا ِّلي ِّة َو َكانَت ت َحت َ ِّسو ِّل ّللا َ َذَلِّكَ ق
ُ ضا َء َر
ُت ب ِّن قَيس فَاختَلَ َعت ِّمنه
ِّ ثَا ِّب
ك َالَّ ِذيَ ف َبَْيتِ َِ ال َ ْام ُكثِي َِ َ ت َ َعلَْي َِه َفَ َق ََ ص َُ صْ ت َفَ َق َ ت َقَالَ َْف َ َز َع ْم َِال َ َكْي ََ ان َفَ َق ََاْلُ ْجَرَةِ َ َد َع ِ َضَ ْ بَ ْع َِ
تَفِ َِيهَأ َْربَ َع َةَأَ ْش ُهرََ َو َع ْشًرا
اعتَ َد ْد َُتَفَ ْ َجلََهَُقَالَ َْ
ابَأ َّتَيَْب لُ ََغَالْ ِكتَ َُ كَ َح ََّ َج َاءََفِ َِيهَنَ ْع َُيَ َزْوِج َِ
hubungan zina tidak mewajibkan Iddah. Demikian juga seorang suami tidak boleh juga
menyetubuhi istrinya sebelum dia melahirkan hal ini dikarenakan agar jangan sampai dia
menyiramkan air spermanya terhadap janin milik orang lain, dan bertujuan menjaga nasab dan
berkaitan dengan status anak terhadap wali dan warisan.
10 Lihat Wahbah Az- Zuaili, Fikih Islam Wa Adillatuhu, h 555-556.
ditinggal mati suaminya. Apakah 4 bulan 10 hari atau sampai melahirkan mengingat dua ayat baca
(ath-thalaq ayat 4 dan Albaqarah ayat 234) nampaknya bertentangan. Sayyidia Ali meriwayatkan,
iddahnya memilih yang terpanjang dari keduanya, jika perempuan itu melahirkan sebelum 4 bula 10
hari dari kematian suaminya, maka ia harus menunggu sampai habis masa 4 bulan 10 hari
tersebut.Tetapi jika masa 4 bula 10 hari telah lewat sementara ia belum melahirkan, maka iddahnya
sampai ia melahirkan anak-anaknya. Sedangkan jumhur salaf berpendapat iddah wanita tersebut
hingga anaknya mealahirkan, baik mencapai 4 bulan 10 hari dari kematiannya atau belum. Lihat,
Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, h 104.
adalah Pertama, Intruksi Presiden no 1 tahun 1991 tanggal 10 Juni tahun 1991. Kedua, Keputusan
Mentri Agama Indonesia no 154 tahun 1991 tentang pelaksanaan Intruksi Presiden no 1 tahun
1991 tanggal 22 Juli tahun 1991. Ketiga, Surat edaran Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama
Islam atas nama Direktur Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam tanggal 22 Juli tahun
1991 no. 3694/EV/ HK.003/AZ/ 91 yang ditujukan kepada ketua Pengadilan Tinggi Agama dan
ketua Pengadilan Agama di seluruh Indonesia tentang penyebarluasan Intruksi Presiden no 1
tahun 1991 tanggal 10 Juni tahun 1991.
15 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang
nomor 1 tahun 1974 pasal 39 ayat (1) hurup (a) (b) (c).
A. Pengertian Rujuk
Rujuk dalam pengertian etimologi adalah kembali. Rujuk
dalam pengertian terninologi adalah kembalinya suami kepada
hubungan nikah dengan isteri yang telah dicerai raj’i, dan
dilaksanakan selama isteri masih dalam masa iddah.1 Ruju’ menurut
Al-Mahalli2 yaitu:
1 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, cet.II, 2007), h.
90.
2 Jalal al-dien al mahalliy, Syarh Minhaj al Thalibin, (mesir, dar ihyai al kutub al-islamiyah,
tth) h. 160.
3 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan
“Thalak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.”
Demikian pula firman Allah dalam surat al-Baqarah (2) ayat
228 :
4 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan
5Jika terjadi peselisiahan bila suami mendakwa bahwa dia telah melakukan rujuk,
sedangkan isteri berkata bahwa iddahnya telah habis sewaktu suami mengucapkan rujuk itu, maka
yang dibenarkan adalah ucapan isteri selama yang demikian memnungkinkan, dasar pendapat ini
adalah firman Allah Qs al baqoarah 2: 228. yang berbunyi:
6 Mengenai ketentuan harus ada saksi Imam Syafi’e menyatakan bahwa: Kehadiran saksi
dalam rujuk hukumnya wajib alasan yang di kemumakan bahwasannya tujuan rujuk sama dengan
tujuan nikah, yaitu menghalalkan hubungan seksual maka seperti halnya nikah wajib menghadirkan
saksi.Lain halnya dengan imam malik yang berpandangan kehadiran saksi merupakan sebuah
anjuran saja karena rujuk tidak memerlukan wali, maka saksipun kehadiranya tidak perlu diwajib
bkan. Lihat umar said, hukum Islam, di Indonesia, (Surabaya, cv cempaka, 2000,) h279 Lihat juga
Ibnu Rus, Maqoorin Majahib
7 salah satu yang menganggap sah rujuk dengan perbuatan ini ialah Imam Abu Hanifah
tetapi menurut Imam As Syafi’i belum dianggap sah apabila tidak ditegaskan dengan ucapan. Lihat
Umar Said, Hukum Islam, di Indonesia, h.278, Lihat juga Ibnu Rusd, Maqoorin Majahib.
8 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 163.
9 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 164.
10 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 165.
16 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 168 Ayat (1) Dan Pasal 168 Ayat (2).
17 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 168 ayat (3).
18 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 169 ayat (1).
19 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 169 ayat (1) dan pasal 169 ayat (2).
20 Lihat, Zuhdi Muhdlor, M Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 168 ayat (3).
20 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 169 ayat (1).
20 Lihat Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 169 ayat (1) dan pasal 169 ayat (2).
20emahami Hukum Perkawinan,,, h 103.
A. Kitab Suci
Al-Quran al-Karim
B. Buku
Abbas, Ahmad Sudirman, Problematika Pernikahan dan Solusinya, Jakata:
PT. Prima Heza Lestari, 2006.
Abdurrahman Ali Basaam, Ibn, Abdullah, Taisiru al-allam Syah Umdatu
al-Ahkam Edisi Indonesia: Syarah Hadits Pilihan Bukhari-
Muslim Pent: Kathur Suhardi, Jakarta: Darus Sunah, cet.VII,
2008
Ahmad Ibnu Hazm ibn Abû Muhammad `Ali, Al-Muhallâ, Beirût: Dâr
al-Âfâq al-Jadîdah, t.th., Juz IX,.
Al Mahally, Jalal al-dien, Al-Mahalli,juz III, Indonesia: Nur Asia, tth.
------------, Syarh Minhaj al Thalibin, Mesir, Dar Ihyai al Kutub al-
Islamiyah, tth.
Al-Amir, Ismail bin Muhammad, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram,
Penterjemah Ali Nur Medan, Jakarta: Darus Sunnah, 2012, cet.
ke-7,
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
cet.II, 2007
al-Jaziri , Abdurrahman, al-Fiqh 'ala al-Madzahib al-Arb'ah, Beirut : Dar al-
Fikr, 1986
Al-Kasani. Badai’ al-Shanai’, Mesir : Maktabah al-Ilmiyah, tth, Juz VII,.
Al-Muthi’î, Takmilat Al-Majmû’, Jeddah: Maktabah Al-Âdâb, t.th, Juz
XV,
C. Peraturan -Peraturan
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,
Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara