Skripsi
diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada
Universitas Negeri Semarang
oleh
Adhita Anggun Sestyo Putri
3450406584
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal :
Semarang,
Yang Mengajukan
ADHITA ANGGUN S. P
NIM. 3450406584
Mengetahui,
Pembantu Dekan Bidang Akademik
ii
PENGESAHAN
Adhita Anggun Sistyo Putri, telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian
2011.
Panitia:
Ketua, Sekretaris,
Penguji Utama,
Penguji 1, Penguji 2,
iii
PERNYATAA
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
iv
MOTTO DAN
MOTTO :
PERSEMBAHAN :
dukungan
v
PRAKAT
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan semesta alam yang
telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul ”Pemeliharaan Anak (Hadlonah) Akibat Perceraian dan
Penyelesaiannya Pada Pengadilan Kota Semarang”. Maksud dan tujuan penulisan
Skripsi ini adalah untuk melengkapi syarat kelulusan di Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang dan memperoleh gelar Sarjana Hukum.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh bantuan, bimbingan serta
pengarahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dengan segenap kerendahan hati
mengucapkan terima kasih kepada:
vi
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini belum sempurna, maka dari itu
saran dan kritik sangat diharapkan. Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
vii
ABSTRA
Anggun, Adhita. 2011. Pemeliharaan anak (hadlonah)akibat perceraian dan
penyelesaiannya di pengadilan agama kota semarang. Bagian Hukum Perdata
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Drs. Sugito, S.H,. M.H dan
Baidhowi,S.Ag, M.Ag
viii
DAFTAR
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ii
PENGESAHAN KELULUSAN...........................................................................iii
PERNYATAAN.....................................................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.........................................................................v
PRAKATA.............................................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah...............................................................7
1.3 Perumusan Masalah..........................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian..............................................................................................8
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................................9
1.5.1 Kegunaan Teoritis...................................................................................9
1.5.2 Kegunaan Praktis....................................................................................9
1.6 Sistematika Penelitian.....................................................................................10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12
2.1 Pengertian Perkawinan....................................................................................12
2.1.1 Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata.................................13
2.1.2 Menurut Hukum Adat............................................................................13
2.1.3 Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.......13
ix
2.1.4 Menurut Kompilasi Hukum Islam.........................................................14
2.2 Pengertian anak dan kedudukannya dalam Perkawinan.................................14
2.2.1 Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata..................................14
2.2.2 Menurut Hukum adat............................................................................14
2.2.3 Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.......15
ix
2.3 Kekuasaan Orang Tua Terhadap Anak Dalam Perkawinan ....................... 16
2.3.1 Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ............................ 16
2.3.2 Kekuasaan Orang Tua Terhadap Anak Menurut Hukum Adat ........ 17
2.3.3 Kekuasaan Orang Tua Terhadap Anak Menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan .......... 18
2.3.4 Kekuasaan Orang Tua Terhadap Anak Menurut Kompilasi
Hukum Islam ................................................................................. 19
2.4 Putusnya Perkawinan Akibat Perceraian .................................................. 20
2.4.1 Alasan Terjadinya Perceraian ......................................................... 21
2.4.2 Tata cara Dan Proses Perceraian ..................................................... 22
2.5 Pemeliharaan Terhadap Anak Sebagai Akibat Perceraian ........................ 24
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 30
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 30
3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 31
3.3 Fokus Penelitian ..................................................................................... 31
3.4 Sumber Data ........................................................................................... 31
3.4.1 Sumber Data Primer ....................................................................... 31
3.4.2 Sumber Data Sekunder ................................................................... 32
3.5 Metode Pengumpulan Data 33
x
........... ..........................................................
3.6 Keabsahan Data ...................................................................................... 35
3.7 Metode Analisa Data ............................................................................... 37
3.8 Prosedur Penelitian ................................................................................. 39
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 41
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 41
4.1.1 Pelaksanaan Pemeliharaan Anak Sebagai Akibat Perceraian .......... 42
4.1.2 Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Pemeliharaan Terhadap
Anak Sebagai Akibat Perceraian .................................................... 53
4.1.3 Penyelesaian tentang pemeliharaan anak, apabila orang tua
yang diserahi pemeliharaan anak melalaikan kewajibanya .............. 61
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 76
4.2.1 Pelaksanaan Pemeliharaan Anak Sebagai Akibat Perceraian .......... 64
x
4.2.2 Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Pemeliharaan Terhadap
Anak Sebagai Akibat Perceraian...........................................................66
4.2.3 Penyelesaian tentang pemeliharaan anak, apabila orang tua
yang diserahi pemeliharaan anak melalaikan kewajibanya...................74
BAB 5 PENUTUP ....................................................................................... 7
5.1 Simpulan.........................................................................................................77
5.1.1 Pelaksanaan Pemeliharaan Anak Sebagai Akibat Perceraian................77
5.1.2 Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Pemeliharaan Terhadap
Anak Sebagai Akibat Perceraian...........................................................77
5.1.3 Penyelesaian tentang pemeliharaan anak, apabila orang tua
yang diserahi pemeliharaan anak melalaikan kewajibanya...................78
5.2 Saran................................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................80
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
keadilan dan kebenaran. Tujuan nasional adalah yang berkedaulatan rakyat dan
demokratis. Salah satu misi yang akan diraih salah satu hukum nasional yang
menyatakan: “ Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan dapat melanjutkan generasi serta
tujuan tersebut dengan baik. Ada perkawinan yang mengalami masalah yang
perceraian.
dan seorang wanita untuk hidup bersama sebagai suami istri, dan ikatan batin
1
2
Yang Maha Esa, diperlukan adanya peraturan yang menentukan persyaratan yang
menjelaskan bahwa seorang anak yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan yang dilahirkan hidup sehingga anak tersebut
mempunyai hak yang paling mendasar, tak seorangpun dapat merampas hak anak
itu. Hubungan anak dengan orang tuanya menurut hukum adat sangat dipengarui
dari struktur geneologis atau menurut asas keturunan yang dianut oleh
dengan wajar.
prinsip bahwa anak yang dilahirkan dari suatu perkawinan yang sah adalah anak
yang diakui oleh Negara dan terdaftar sebagai anak yang lahir dari perkawinan
yang sah.
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan dapat melanjutkan generasi serta
yang putus karena terjadinya perceraian. Pasangan suami isteri terkadang harus
persoalan yang dihadapi tergantung dari pandangan mereka dan cara mereka
menyelesaikan persoalan tesebut, tidak sedikit dari pasangan suami isteri merasa
bahwa perkawinan mereka sudah tidak dapat dipertahankan lagi dan kemudian
jalan perceraian.
Perceraian hanya mungkin dilakukan dengan salah satu alasan yang seperti
pengadilan agama yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Kekuatan hukum
dikemukakan bahwa apabila orang tua tidak ada atau tidak dapat diketahui
keberadaanya, atau karena suatu sebab tidak dapat melaksanakan kewajiban dan
tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dapat beralih
menyebutkan bahwa yang termasuk hak asuh anak adalah mengenai hak asuh
orang tua terhadap anak saja dan tidak berhubungan dengan harta kekayaan yang
merupakan hak si anak. Hal ini berbeda dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata mengenai istilah kekuasaan orang tua yang mempunyai arti lebih luas,
dimana kekuasaan orang tua mencakup hak dan kewajiban anak yang
berhubungan dengan harta kekayaan atau warisan, jadi disini mencakup tidak
anak saja menyangkut hak asuh orang tua, tetapi juga pemeliharaan orang tua
terhadap si anak.
Islam mengenai pemeliharaan anak yang masih dibawah umur atau belum dewasa
bahwa jika terjadi perceraian orang tua maka harus ditentukan kepada siapa
5
pemeliharaan anak yang berusia 21 tahun atau belum pernah menikah harus
yang sebelum perceraian berupa kekuasaan orang tua, harus beralih ke dalam
bentuk perwalian dan dilakukan oleh seorang dari orang tua si anak yang tidak di
pecat atau dibebaskan dari kekuasaan orang tua. Kemudian Pasal 230 b kitab
sebagai wali masih tetap diwajibkan untuk memberikan biaya pemeliharaan dan
pendidikan.
dibawah umur dalam arti belum dewasa, karena anak-anak yang masih dibawah
umur tidak cakap melakukan tindakan hukum dalam arti belum dapat
membedakan antara perbuatan baik dan yang buruk. oleh karena anak-anak yang
belum dewasa dianggap tidak cakap melakukan perbuatan hukum, maka untuk
melakukan tindakan hukum anak-anak tersebut harus diwakili oleh seorang yang
dewasa.
tua yang dicabut kuasa asuhnya ternyata tidak mau menjalankan kewajibannya.
mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh pihak isteri maupun suami setelah
putusan.
6
satu pihak yang memperoleh kuasa asuh tersebut kemudian ternyata tidak
hak anak itu, karena anak-anak yang masih di bawah umur (belum
antara perbuatan baik dan buruk. Maka untuk melakukan tindakan hukum
yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak yang lahir dari suatu
perkawinan, maka berdasarkan hal tersebut, masalah yang akan dikaji adalah :
perceraian di PA Semarang?
kewajibannya.
penelitian adalah:\
penelitian yang lebih lanjut pada masa yang akan datang serta menambah
dengan hak dan kedudukan anak yang dilahirkan dari suatu perkawinan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu bagian awal
1.6.1 Bagian awal skripsi yang memuat halaman judul, pengesahan, abstrak,
skripsi.
perceraian.
skripsi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dari ayah, ibu dan anak. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah
Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
seluruh rakyat Indonesia dan di seluruh wilayah Indonesia, maka sejak itulah
perkawinan yang telah diatur dalam Undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku
lagi. Perkawinan merupakan peristiwa penting yang akan menjadi inti sosial di
kerabat, urusan keluarga, urusan masyarakat, urusan derajat dan urusan pribadi
menurut:
11
1
Hukum Perdata adalah pertalian yang sah antara seorang pria dengan
seorang wanita untuk waktu yang lama atau suatu hubungan hukum
antara seorang pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama dengan
hukum adat, maka perkawinan itu adalah urusan kerabat, urusan keluarga,
urusan masyarakat, urusan derajat, dan urusan pribadi, satu sama lain
Undang Nomor 1 Tahun 1974, adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
Maha Esa.
1
esa.
didasarkan atas suatu perkawinan yang sah. Hal ini ditegaskan dalam Pasal
250 yang menyatakan bahwa tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan
dimana rumah tangga dari suatu ikatan petkawinan tidak saja terdapat anak
kandung, tetapi juga terdapat anak tiri, anak angkat, anak asuh, anak akuan
dan sebagainya. Semua anak-anak itu ada sangkut pautnya dengan hak dan
sebaliknya.
dalam waktu yang amat singkat sesudah pernikahan ibunya, maka suami
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini
telah menikah adalah memperoleh anak, yaitu dalam garis keturunan yang
suatu perkawinan yang sah adalah anak yang sah yang diakui oleh negara
dan terdaftar sebagai anak yang lahir dari perkawinan yang sah dengan
mengenal dua macam status anak, yaitu anak sah dan anak luar kawin.
Tahun 1974, bahwa anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau
sahnya seorang anak, seperti halnya dalam hukum adat, tetapi di dalam
seorang anak.
dengan melahirkan anak maka akan menimbulkan kekuasaan orang tua terhadap
anaknya.
salah satu dari orang tua meninggal dunia, maka orang tua yang hidup
tentang kekuasaan orang tua terhadap pribadi anak dalam KUHPerdata ini
kekuasaan tersebut.
orang tua mempunyai hak menikmati atas benda atau kekayaan anaknya
tidak saja terbatas sampai si anak kawin dan dapat hidup mandiri tetapi
juga kalau diperlukan, walaupun mereka sudah kawin dan hidup mandiri
masih tetap diberikan bimbingan dan pengawasan orang tua dan anggota
kerabat kedua pihak orang tua. Hukum adat tidak mengenal lembaga
orang tua yang lain menurut urutan kedudukan orang tua dan hubungan
orang tua yang berlangsung sepanjang anak itu hidup, sampai anak itu
berakhir.
tidak akan berakhir oleh putusnya perkawinan kedua orang tua dan akan
terus berlangsung sampai si anak dewasa dan mampu untuk berdiri sendiri.
ini akan terus berlangsung anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri dan
tidak akan berhenti meskipun perkawinan kedua orang tuanya telah putus
karena perceraian.
jawab tersebut. Kewajiban ini akan terus berlangsung sampai si anak telah
Islam
pemeliharaan anak-anak yang sudah besar, tapi belum dapat menjaga keselamatan
jasmani dan mendidik rohaniah agar ia mampu untuk mandiri. Pemeliharaan anak
merupakan kewajiban orang tua. setiap orang tua tidak dapat melepaskan
tanggung jawwabnya begitu saja, sebab baik atau buruknya sifat dan kelakuan
yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa serta dapat
perceraian sebagaimana yang diatur dalam hukum Islam, tetapi diatur lebih lanjut
berikut:
2. Perceraian
Putusnya hubungan perkawinan karena kematian dari suami atau istri tidak
dalam perkawinan, tetapi juga mengenai tanggung jawab orang tua dalam
an-
2
tertentu.
suatu persetujuan kedua belah pihak saja, akan tetapi harus dilakukan di
depan Sidang Pengadilan agar perceraian tersebut menjadi sah secara hukum
permohonan tersebut.
yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri bagi yang bukan beragama
1. Cerai Talak
Pengadilan. Cerai Talak ini hanya khusus untuk yang beragama Islam,
2. Cerai Gugat
perkawinan menurut agama Islam, dan oleh seorang suami atau isteri yang
rujuk, yaitu untuk hidup rukun kembali selaku suami isteri. Baik talak
nikah, yang diangkat oleh Menteri Agama atau seorang pegawai lain yang
ditunjuk olehnya.
tata cara yang berlaku menurut agama masing-masing dan tidak ada
2002 tentang perlindungan anak bahwa yang dimaksud dengan anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) Tahun, termasuk anak yang
2002 adalah ayah dan ibu kandung atau ayah dan ibu tiri, atau ayah dan ibu
angkat. Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya
kesejahteraan anak, baik secara jasmani maupun rohani. Tanggung jawab ini
sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi orang yang cerdas, sehat,
berbudi perketi luhur, berbakti kepada orang tua, bertaqwa kepada tuhan yang
2
2002 disebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
minatnya,
dikemukakan bahwa apabila orang tua tidak ada, atau tidak dapat diketahui
keberadaan atau karena suatu sebab tidak dapat melakasanakan kewajiban dan
dalam ayat (1) dapat beralih kepada keluarga, yang di laksanakan sesuai dengan
dapat dilakukan tindakan pengawasan atas kuasa asuh orang tua dapat dicabut dan
minatnya
dalam Pasal 237 dan ayat terakhir Pasal 319 e. Setiap pemangku
kekuasaan orang tua terhadap seorang anak yang belum dewasa harus
atas dapat menunjuk orang perseorangan, misalnya salah satu orang tua,
yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tuanya lagi dari serta
seorang anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau
tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuaanya sebagai orang tua.
Salah satu atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaanya terhadap
2
seorang anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang
tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus keatas dan saudara kandung
ditegaskan. jika tejadi perceraian orang tua maka harus ditentukan kepada
siapa pemeliharaan anak yang belum berusia 21 tahun atau belum pernah
orang tua. Harus beralih kedalam bentuk perwalian dan dilakukan oleh
seorang dari orang tua si anak yang tidak dipecat atau di bebaskan dari
perdata menetapkan bahwa pihak yang tidak di angkat sebagai wali masih
masih dibawah umur dalam arti belum dewasa, karena anak-anak yang
masih di bawah umur tidak cakap melakukan tindakan hukum dalam arti
belum dapat membedakan antar perbuatan baik dan yang buruk. anak-
Akan tetapi, dalam kenyataanya, orang tua yang dicabut kuasa asuhnya
2
putusannya.
istri
mana salah satu pihak yang memperoleh kuasa asuh tersebut kemudian
Hak- hak yang dimiliki oleh seorang anak tidak saja terdapat di
berkembang secara sehat dan wajar dalam keadaan dan sesuai dengan
METODE PENELITIAN
penelitian dan agar data-data yang diperoleh lengkap, relevan, akurat dan reliabel,
deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain
itu, semua yang dikumpulkan mungkin menjadi kunci terhadap apa yang sudah di
teliti. Dengan menggunakan jenis penelitian ini, penulis ingin memberi gambaran
semarang.
29
3
Tujuan ditetapkannya lokasi penelitian yaitu agar diketahui secara jelas obyek
dan yang menjadi obyek penelitian adalah pemeliharaan anak (hadlonah) akibat
perceraian.
melalaikan kewajibannya.
Sumber data penelitian adalah obyek dan dari mana data dapat
1. Responden
2.Informan
yang tanpa ikut campur didalamnya, yang dimaksud informan disini dapat
sumber data dilihat dari segi sumber data. Menurut Moleong (2004:159)
bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber
buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan
dokumen resmi.
3
3.5.1. Wawancara
itu.
2004:189).
evaluasi.
3.5.2. Observasi
3.5.3. Dokumentasi
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda
yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
berkaitan.
Pengamatan
Sumber Data
Wawancara
berkaitan.
Wawancara
Sumber Data
Dokumen
dokumen. Tujuannya adalah agar didapati hasil penelitian yang diharapkan sesuai
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku,
Dalam hal ini peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya
dan diverivikasi.
deretan dan kolom dalam sebuah metrik data kualitatif dan menentukan
kesimpulan dapat di tinjau sebagaimana yang muncul dari data yang harus
direduksi kemudian diadakan penyajian data, selain itu pengumpulan data juga
digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga hal tersebut dilakukan, maka
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
3
perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan taylor dalam moleong, 1990: 3).
menyimak pada tulisan bogdan dan biklen, nana sidjana dan ibrahim, dan
diperbandingkan:
1. Penelitian Kualitatif
2. Penelitian kuantitatif
statistik
BAB 4
Perceraian
Salah satu isu heboh yang menjadi masalah adalah hak asuh terhadap
anak. Proses penentuan hak asuh tidak hanya menimbulan efek stres besar
bagi orang tua, tetapi juga tromatis bagi anak-anak, yang nantinya akan
negatif terhadap masa depan anak, apalagi anak yang pada masa kecilnya
sudah tidak merasakan kasih sayang dari kedua orang tua yang telah
11 Desember 2010)
perceraian suami istri sudah memasuki tingkat yang tidak mungkin dicabut
yakni anak-anak yang belum berakal. Siapakah diantara suami dan istri
39
4
ini yang lebih berhak memelihara anak tesebut. dalam perkara ini yang
lebih berhak memlihara anak tersebut adalah istri (ibu) sebagai dalil
bahwa ibu lebih berhak dari ayah atah hadlonah si anak jika aada sengketa
tentang hak tersebut. Anak boleh di serahkan kepada ibu walaupun ibu
bersuamikan orang lain maka ayahnya lebih patut memelihara anak itu.
Jadi ibu lebih berhak memelihara selama hukum masih memandang belum
Seringkali dalam kenyataannya salah satu orang tua dan wali yang
terhadap anak menjadi tidak jelas. Di dalam Pasal 48 dan 49 tahun 1974
kekuasaan orang tua terhadap anak dapat dijalankan oleh seorang dari
kedua orang tua si anak. Hak asuh anak ada apabila terhadap seorang atau
beberapa orang anak tidak berada di bawah kekuasaan orang tuanya sama
sekali. Hal ini sesuai dengan ketentuan di dalam Pasal 50 ayat (1) yang
4
dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan kembangnya secara wajar, anak
Negara dan untuk berbagai daerah sejauh telah diatur dalam Undang-
pihak lain, termasuk perceraian, yang berlaku untuk semua Warga Negara
perceraian petrkawinan.
menyatakan:
4
tidak pernah di ungkap oleh kedua belah pihak, baik Tergugat maupun
Penggugat termasuk oleh para saksi yang saat itu diajukan oleh
anak di beri nama Keysa Vega Terania di Rumah Sakit Panti Wilasa
Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) yang dibayarkan setiap bulan
kelahiran anak tersebut serta biaya hadlanah. Hal ini sesuai dengan
pengobatan bagi istri dan anak”. Pasal 149 huruf d Kompilasi Hukum
sebagai berikut:
335/Pdt.G/2010/PA.S
dan trias yuanita, secara subsider ialah bahwa Pengadilan Agama telah
berhasil, karena kedua belah pihak sudah tidak lagi mau untuk
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Hal ini
bahwa:
Bernandita Novita lahir 9 Juli 2002, yang saat anak tersebut dikuasai
secara paksa oleh Tergugat bersama istrinya yang baru padahal anak
sebagai ibunya.
istrinya yang baru, padahal anak tersebut masih kecil dan memerlukan
sebagai berikut:
1. Pengugat dan Tergugat semula adalah suami istri yang sah dan
tersebut lahir pada tanggal 9 juli 2002 belum berusia 12 tahun (belum
pun terkena imbasnya. Baik suami (bapak) maupun istri (ibu), masing-
sebagai orang tua yang tidak memiliki cukup kasih sayang bagi
anaknya sendiri dan bisa jadi penista yang hanya akan menghancurkan
hidup anak. Watak egois di atas bertitik tolak dari prinsip tunggal
asuhnya kepada salah satu orang tua dan pihak ketiga sering ikut
berikut:
5
penerapan hak asuh bersama. Bapak dan ibu memiliki hak serta
orang tua serta wali atas permohonan orang tua yang lain, keluarga
anak dalam garis lurus ke atas dan saudara kandung yang telah dewasa
Pengertian anak yang menjadi hak asuh dari wali adalah anak yang
sudah tidak mempunyai kedua orang tua kandungnya, dan tidak dapat
yang diolah oleh penulis dengan penjabaran dalam bahasa hukum dengan
utama dari penggugat dalam hal melakukan gugatan tersebut adalah kedua
Penggugat andai kata proses perceraian yang diajukan diterima oleh pihak
ayahnya sebagai Tergugat dalam kasus perceraian ini. Hal ini yang terus
ini menurut penggugat ia sedikit lebih merasa lega karena telah terlepas
satu penyebab ketakutannya akan hilangnya hak asuh anak terhadap kedua
suatu proses perceraian harus secara spesifik dicermati dan di pahami oleh
para hakim sebelum memutuskan perkara tersebut. Tak lepas juga dari
tinggal istri disertai dengan alasan meminta agar diadakan sidang untuk
kedua belah pihak dan ternyata cukup alasan untuk menjatuhkan talak
serta yang bersangkutan tidak mampu lagi hidup rukun dalam rumah
hukum yang tetap, maka hak suami untuk mengikrarkan talak gugur dan
empat yang merupakan bukti perceraian bagi berkas suami dan istri.
karena alasan tersebut dalam Pasal 116 huruf b, dapat diajukan setelah
perceraiana karena alasan tersebut dalam Pasal 116 huruf f, dapat diterima
10 Desember 2010)
hak asuh atas anak atau perwalian anak, yang selalu di jadikan bahan
2010). Hakim dapat menetapkan hak asuh jatuh kepada bapak, apabila ibu
dari anak tersebut berkelakuan buruk dan tidak dapat menjadi orangtua
ibu terhadap anak. Ibu akan tetap bertangung jawab untuk ikut serta
jawabnya, sedangkan orang tua yang lain yang tidak mendapatkan kuasa
terbaik bagi anak yang masih di bawah umur, hakim dapat mencabut
kekuasaan orang tua terhadap anak dan mengangkat seorang wali bagi
anak yang masih di bawah umur. Hakim dapat menunjuk saudara kandung
yang telah dewasa atau keluarga sampai dengan derajat ketiga serta
hubungan darah antara anak dan orang tua kandungnya serta tidak
6
2003 juga dikemukakan bahwa orang tua tidak ada atau tidak diketahui
dan tangung jawabnya, maka kewajiban dan tangung jawab dalam ayat ( 2
2002 menyatakan bahwa orang tua yang di maksud dalam Pasal 26 ayat (
lakukan tindakan pengawasan atau kuasa asuh orang tua dapat di cabut
pengadilan.
termasuk hak asuh adalah mengenai hak asuh orang tua terhadap anak dan
kekuasaan orang tua yang mempunyai arti yang lebih luas, kekuasaan
orang tua mencakup hak dan kewajiban anak yang berhubungan dengan
6
harta kekayaan atau warisan, tidak saja menyangkut hak asuh orang tua,
kandungnya.
anaknya.
berbunyi:
4.2 PEMBAHASAN
Perceraian.
hidup dalam kenyataan, dalam kasus ini adalah hukum Indonesia, karena
dipenuhi terlebih dahulu syarat materiil yang diatur dalam Pasal 16AB,
Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan PP Nomor 9 Tahun 1975. Karena itu
Undang Nomor 1 Tahun 1974, dalam hal ini diatur dalam Pasal
berlaku sampai anak itu kawin dan dapat berdiri sendiri, dan kewajiban itu
berlaku terus walaupun perkawinan antara kedua orang tua putus. Anak
yang pada Pasal 29 ayat (2) menyatakan bahwa “dalam hal terjadi
anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
1979 tentang kesejahteraan anak yang dalam Pasal 2 ayat (1) menyatakan
6
asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. Selain itu
2. Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingan hak anak
sandang, pangan dan papan telah terpenuhi, maka hak anak akan
sesama manusia. Kondisi fisik, mental dan sosial seorang anak sering kali
apapun baik secara legal maupun ilegal, baik secara lansung maupun
2000:5)
sebagai berikut:
bahwa setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau
meninggal dunia atau kerena sebab yang sah tidak dapat menjalankan
2. Di dalam Pasal 7 ayat (1), ditegaskan bahwa setiap anak berhak untuk
menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya
sendiri, kecuali jika ada alasan dan aturan hukum yang sah
anak dengan memperthatikan hak dan kewajiban orang tua, wali atau
berbakti kepada orang tua, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
orang tua hanya terhadap diri pribadi sianak dan tidak mencabut mengenai
minatnya.
ditegaskan bahwa dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui
pengadilan
7
1. Salah satu orang tua, saudara kandung, atau keluarga sampai derajat
2. Salah satu orang tua, saudara kandung, atau keluarga sampai dengan
kuasa asuh orang tua yang di maksut dalam ayat (1) dapat diajukan
dimaksud dalam ayat (3) harus seagama yang dianut oleh anak yang
akan diasuhnya.
kandungan
hidup anaknya
kekuasaan tersebut digantikan oleh orang tua yang lain, dengan ketentuan
sepanjang kekuasaan orang tua yang lain tersebut juga tidak dicabut.
laki-laki (ayah) tersebut untuk memberikan biaya nafkah anak. Ibu dapat
melalaikan kewajiban nafkah anak hanya bisa dilakukan jika orang tua
Persoalan biaya nafkah ini tidak juga dapat diatasi melalui upaya
hukum jika ternyata harta benda orang tuanya tidak ada. Dilihat dari
bapak dan apabila tidak mampu, pengadilan akan memetukan bahwa ibu
juga dikemukakan bahwa apabila orang tua tidak ada atau tidak dapat
Tahun 2002 menyatakan bahwa apabila orang tua yang dimaksud dalam
dilakukan tindakan pengawasan atau kuasa asuh orang tua dapat dicabut
7
pengadilan.
permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus
Pasal 41 berbunyi:
1) Baik ibu atau bapak berkewajiban memelihara dan mendidik anak-
anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana
ada perselisishan mengenai penguasaan anak-anak, pengadilan
memeberi putusanya.
2) Biaya pemeliharaan dan pendidikan anak-anak menjadi tanggung
jawab bapak kecuali dalam kenyataanya pihak bapak tidak
mampu melakukan kewajibannya, maka pengadilan dapat
menentukan istri ikut memikul biaya tersebut.
3) Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk
memberikan biaya penghidupan atau menentukan suatu
kewajiban bagi bekas istri.
Pasal 26 berbunyi:
1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
(1). Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak;
(2). Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan,
bakat, dan minatnya;
(3). Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
2) Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak dapat diketahui
keberadaanya, atau karena suatu sebab tidak dapat melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawabnya, maka kewajiban dan tanggung
jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat beralih pada
keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
berbunyi:
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
kasus perceraian seringkali salah persepsi suami istri akan diri mereka.
7
pengasuhan.
perwalian kepada salah satu orang tua dan pihak ketiga sehingga sering
5.1.3 Penyelesaian tentang pemeliharaan anak, apabila orang tua yang diserahi
Hakim dapat menetapkan hak asuh jatuh kepada bapak, apabila ibu
dari anak tersebut berkelakuan buruk dan tidak dapat menjadi orang tua
yang baik bagi anaknya. Hal tersebut tidak menghilangkan tanggung jawab
ibu terhadap anak. Ibu akan tetap bertanggung jawab untuk ikut serta
5.2 Saran-saran
bahwa hak perwalian anak jatuh kesalahan satu pihak. Itupun kurang
perwalian bersama. Dengan hak tersebut bapak dan ibu memiliki hak
kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya, yang dapat
yang terlah mendapat kekuatan hokum yang tetap dan pejabat yang
8
tersebut.
78
DAFTAR PUSTAKA
Idris, Moh Ramulyo. 1996. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
PERUNDANG-UNDANGAN