Anda di halaman 1dari 113

   

 
 
 
 
 
 
PERAN DAN FUNGSI KANTOR WILAYAH
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH
DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN DAN
PENINDAKAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG
ASING DI INDONESIA (STUDI DI KANTOR WILAYAH
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH)

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Universitas Negeri


Semarang

Oleh
Eka Rendytia Faizal
8150408069

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
  ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan

Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia (Studi di Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah)” yang ditulis oleh Eka Rendytia

Faizal telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian

Skripsi Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada:

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Sartono Sahlan, M.H Arif Hidayat, S.H.I., M.H

NIP. 19530825 198203 1 003 NIP. 19790722 200801 1 008

Mengetahui,

Pembantu Dekan Bidang Akademik

Drs. Suhadi, S.H., M.Si.

NIP. 19671116 199309 1 001

  ii
  iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Hukum, Universitas Negeri Semarang pada tanggal

Panita :

Ketua Sekretaris

Drs. Sartono Sahlan, M.H. Drs. Suhadi, S.H., M.Si.

NIP. 19530825 198203 1 003 NIP. 19671116 199309 1 001

Penguji Utama

Tri Sulistiyono, S.H., M.H

NIP. 19750524 200003 1 002

Penguji I Penguji II

Drs. Sartono Sahlan M.H. Arif Hidayat, S.H.I., M.H

NIP. 19530825 198203 1 003 NIP. 19790722 200801 1 008

  iii
  iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini yang berjudul “Peran dan

Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam

Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing

di Indonesia (Studi di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah)” benar-benar hasil karya sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak

menjiplak karya ilmiah orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Semarang, 5 Februari 2013

Penulis,

Eka Rendytia Faizal

8150408069

  iv
  v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

(1) “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah

dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi

Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” (Qs. At-Taubah,

9:20).

(2) “Tiada seorangpun yang keluar dari rumahnya dalam rangka mencari ilmu,

kecuali Allah memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Ath Thabrani).

(3) “Hidup pasti akan mengalami perpindahan, berpindahlah dari kehidupan yang

dulu kurang baik menjadi yang lebih baik lagi” (Eka Rendytia F).

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

(1) Kedua orang tuaku (Bapak Moh. Taufik, BA dan

Ibu Endang Supriyatni, S.Pd) yang menjadi

penyemangat dan motivasi hidupku.

(2) My Brother Ricko Dwi Pambudi.

(3) Seluruh Keluarga Besarku.

(4) Temen Kost Dewi Sartika 83A Koplak.

(5) Sahabat-sahabatku “JALANG”.

(6) Seluruh temen-temen FH UNNES 2008.

  v
  vi

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, anugerah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan

dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia (Studi di

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah)”. Dengan

selesainya skripsi ini dalam menempuh studi strata 1 di Fakultas Hukum. Penulis

menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas

Negeri Semarang.

2. Bapak Drs. Sartono Sahlan, M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang dan sebagai Dosen Pembimbing I yang dengan

kesabaran, ketelitian dan kebijaksanaannya telah memberikan bimbingan,

masukan dan saran dalam menyusun skripsi ini.

3. Bapak Drs. Suhadi, S.H., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang.

4. Bapak Tri Sulistiyono, S.H., M.H. sebagai Ketua Bagian Hukum Tata

Negara.

5. Bapak Arif Hidayat, S.H.I, M.H., sebagai Dosen Pembimbing II yang

dengan kesabaran, ketelitian dan kebijaksanaannya telah memberikan

bimbingan, masukan dan saran dalam menyusun skripsi ini.

  vi
  vii

6. Ibu Anis Widyawati, S.H., M.H. sebagai Dosen Wali yang juga turut

memberikan pengarahan dan perhatiannya selama menempuh pendidikan

di Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

yang memberikan ilmu yang sangat berharga selama pendidikan.

8. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Bapak Jusuf Perdana, S.H., MH., Kepala Bidang Intelijen, Penindakan

Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah yang telah bersedia diwawancarai.

10. Ibu Sri Warnati, S.H., Kepala Sub Bidang Sistem Informasi Keimigrasian

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah yang telah

bersedia diwawancarai.

11. Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kepala Sub Seksi Penindakan

Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang yang telah bersedia

diwawancarai.

12. Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., Kepala Sub Seksi Pengawasan

pada Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang yang telah bersedia

diwawancarai.

13. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Moh. Taufik, BA dan Ibu Endang

Supriyatni, S.Pd, serta adiku Ricko Dwi Pambudi yang selalu mendoakan

dan memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi..

  vii
  viii

14. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan dorongan dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

15. Teman-teman dan sahabat-sahabat seperjuanganku di Fakultas Hukum

UNNES terimakasih untuk kebersamaan dan dukungannya.

16. Almamaterku, Universitas Negeri Semarang serta semua pihak yang

telah berperan hingga terwujud skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Semoga amal baiknya mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T

dan akhirnya sebagai harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memenuhi

persyaratan di dalam menyelesaikan pendidikan sarjana dan bermanfaat bagi

semua yang membutuhkan.

Semarang, 5 Februari 2013

Penulis

Eka Rendytia Faizal

8150408069

  viii
  ix

ABSTRAK
Faizal, Eka Rendytia. 2012. Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Melaksanakan Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Di Indonesia (Studi di Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah). Skripsi, Program Studi
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs.
Sartono Sahlan, S.H., M.H., Pembimbing II: Arif Hidayat, S.H.I., M.H.
Kata Kunci: Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, Orang Asing, Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.

Mobilitas orang asing di Indonesia, khususnya Wilayah Jawa Tengah sangat


banyak dan bermacam-macam. Untuk itu diperlukan pengawasan dan penindakan
keimigrasian terhadap orang asing. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah mempunyai peran dan fungsi dalam pengawasan dan
penindakan terhadap orang asing, sebagaimana telah diatur di Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M-
01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Masalah yang diteliti
meliputi: (1) Apa saja peran dan fungsi Kantor Wilayah kementerian hukum dan
HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap
orang asing di Indonesia?; (2) Apa saja yang menjadi kendala Kantor Wilayah
kementerian hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan
dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?; dan (3) Bagaimana upaya
Kantor Wilayah kementerian hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi
kendala tersebut?. Data diperoleh melalui wawancara, dan dokumentasi.
Sedangkan proses pengabsahan data menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan
data triangulasi dengan analisis data melalui kegiatan pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi data. Dalam penelitian ini
dapat diketahui bahwa (1) Peran Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah yaitu
sebagai koordinator dalam pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program
kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing;
Pembina kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang
asing; dan Penegak hukum di bidang keimigrasian. (2) Kendala Kanwil
Kemenkumham Jawa Tengah dalam melaksanakan peran tersebut antara lain
kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia para pegawai; dan
Anggaran kerja untuk kegiatan pengawasan dan penindakan orang asing tidak
aplikatif dengan rencana kerja. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
efektifitas pelaksanaan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang
asing oleh Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah masih kurang. Hal tersebut
disebabkan oleh kurangnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia
pegawai, serta terbatasnya anggaran. Saran agar lebih mengutamakan dan
meningkatkan kedisiplinan, integritas dan kinerja secara optimal dalam
melaksanakan peran dan fungsi dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan
terhadap orang asing, serta lebih memperhatikan terjaminnya penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia.

  ix
  x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................ iii

PERNYATAAN ................................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................

............................................................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah .............................................................. 9

1.2.1 Pembatasan Masalah ........................................................................ 9

1.2.2 Batasan Masalah ............................................................................... 10

1.3 Rumusan Masalah...................................................................................... 11

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11

  x
  xi

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 12

1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 16

2.2 Landasan Teori .......................................................................................... 19

2.2.1 Pengertian peran dan fungsi ............................................................. 19

2.2.2 Pejabat Imigrasi ................................................................................ 21

2.2.2.1 Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah ................................................................................ 20

2.2.2.2 Kantor Imigrasi .................................................................... 25

2.2.3 Pengawasan dan penindakan keimigrasian dari sudut Hukum

Administrasi Negara ...................................................................... 26

2.2.2.1 Pengawasan keimigrasian .................................................... 26

2.2.2.2 Penindakan keimigrasian ..................................................... 28

2.2.4 Orang asing ....................................................................................... 29

2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Dasar Penelitian ......................................................................................... 34

3.2 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 35

3.3 Spesifikasi Penelitian ................................................................................. 35

3.4 Fokus Penelitian ........................................................................................ 36

3.5 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 36

3.6 Sumber Data Penelitian ............................................................................. 37

  xi
  xii

3.6.1 Data Primer ....................................................................................... 37

3.6.2 Data Skunder .................................................................................... 38

3.7 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 40

3.8 Uji Keabsahan Data ................................................................................... 42

3.9 Teknik Analisis Data ................................................................................. 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 47

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah .......................................................................... 47

4.1.2 Mobilitas Orang Asing di Wilayah Jawa Tengah ............................. 57

4.1.3 Mekanisme Pengawasan dan penindakan Keimigrasian .................. 62

4.1.4 Peran dan Fungsi Kantor Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan

Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia .......................... 67

4.1.5 Kendala Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian

Terhadap Orang Asing di Indonesia ................................................ 73

4.1.6 Upaya Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

mengatasi kendala tersebut .............................................................. 76

4.2 Pembahasan ............................................................................................... 79

4.2.1 Peran dan Fungsi Kantor Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan

Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia .......................... 79

  xii
  xiii

4.2.2 Kendala Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian

Terhadap Orang Asing di Indonesia ................................................ 85

4.2.3 Upaya Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

mengatasi kendala tersebut .............................................................. 87

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan .................................................................................................... 90

5.2 Saran .......................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 95

  xiii
  xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Daftar Unit Pelaksana Teknis Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah ........... 51

4.2 Jumlah orang asing di Wilayah Jawa Tengah periode Januari s/d Juli

Tahun 2012 .................................................................................................... 59

4.3 Jumlah orang asing di Wilayah Kantor Imigrasi Kelas I Semarang periode

Januari s/d Juli Tahun 2012 ........................................................................... 60

4.4 Jumlah orang asing di Wilayah Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang periode

Januari s/d Juli Tahun 2012 ........................................................................... 60

4.5 Data penindakan keimigrasian di Wilayah Jawa Tengah Tahun 2012 .......... 61

  xiv
  xv

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Kerangka berpikir ........................................................................................ 31

3.1 Perbandingan Triangulasi ............................................................................ 42

3.2 Komponen-komponen dan alur data kualitatif............................................. 45

4.1 Struktur organisasi Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah................................................................... 56

4.2 Alur dan bentuk pengawasan orang asing.................................................... 64

  xv
  xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Logo Kementerian Hukum dan HAM............................................................. 47

  xvi
  xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Struktur Organisasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah;

2. Struktur Kantor Imigrasi Se-Jawa Tengah;

3. SK Penetapan Dosen Pembimbing;

4. Surat Ijin Penelitian di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah;

5. Surat Ijin Penelitian di Kantor Imigrasi Kelas I Semarang;

6. Surat Ijin Penelitian di Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang;

7. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

8. Laporan Selesai Bimbingan Skripsi;

9. Kartu Bimbingan Skripsi;

10. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M-

01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia

  xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara yang memiliki posisi strategis dalam

pergaulan internasional, baik dari aspek geografis maupun potensi sumber

daya alam dan sumber daya manusia, mengakibatkan arus lalu lintas orang

masuk dan keluar wilayah Indonesia semakin meningkat. Kehadiran orang

asing di Indonesia, di samping telah memberikan pengaruh positif, juga

telah memberikan pengaruh negatif berupa timbulnya ancaman terhadap

pembangunan itu sendiri. Banyaknya terjadi arus imigran gelap,

penyelundupan orang, perdagangan anak dan wanita yang berdimensi

internasional dan meningkatnya sindikat-sindikat internasional di bidang

terorisme, narkotika, pencucian uang, penyelundupan dan lain-lain.

Menurut Wahyudin Ukun dalam bukunya Deportasi Sebagai

Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan Negara di Bidang

Keimigrasian (2004 : 31),

Hukum Internasional memberikan hak dan wewenang kepada


semua negara untuk menjalankan yurisdiksi atas orang dan
benda serta perbuatan yang terjadi di dalam wilayah negara
tersebut. Hal ini juga berarti bahwa setiap negara berhak untuk
merumuskan hal ikhwal lalu lintas antar negara baik orang,
benda maupun perbuatan yang terjadi di wilayahnya. Pengaturan
terhadap lalu lintas antar negara yang menyangkut orang di
suatu wilayah negara, adalah berkaitan dengan aspek
keimigrasian yang berlaku di setiap negara memiliki sifat

1
  2

universal maupun kekhususan masing-masing negara sesuai


dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya.

Untuk mengatur hal tersebut, di Indonesia telah di atur dalam

peraturan perundang-undangan yang mengaturnya yaitu, Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Undang-undang tersebut

merupakan peraturan yang mengatur hal ihwal lalu lintas orang yang masuk

atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan terhadap

orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia.

Semua aspek keimigrasian juga didasarkan pada apa yang telah

digariskan dalam UUD 1945 sebagai hukum dasar untuk operasionalisasi

dan pengaturan tugas-tugas pemerintahan di bidang keimigrasian. Di dalam

dasar-dasar pertimbangan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian disebutkan antara lain, bahwa pengaturan dan pelayanan di

bidang keimigrasian merupakan hak dan kedaulatan Negara Republik

Indonesia sebagai Negara hukum berdasarkan UUD 1945. Pengaturan

keimigrasian ini tertuang dalam Undang – undang Dasar tahun 1945 Bab X

pasal 26 yang memuat Warga Negara dan penduduk, dimana Warga Negara

dan penduduk adalah subjek daripada keimigrasian itu sendiri.

Menurut JG Starke dalam bukunya Pengantar Hukum Internasional,

(Jakarta: Sinar Grafik, 2000), “Pelaksanan pengaturan lalu lintas orang

tersebut merupakan derivasi dari Negara untuk memberi izin atau melarang

orang asing masuk ke dalam wilayahnya dan merupakan atribut esensial dari

pemerintahan Negara yang berdaulat. Oleh karena itu seorang asing yang

 
  3

memasuki wilayah Indonesia harus tunduk pada keimigrasian Indonesia”

(Ratna, Tesis; 2009).

Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian, “Pengertian keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang

yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasanya dalam

rangka menjaga tegaknya kedaulatan Negara”. Ada dua hal yang sangat

mendasar dalam hal pengertian keimigrasian Indonesia yaitu pertama adalah

aspek lalu lintas orang antar negara, sedang yang kedua adalah menyangkut

pengawasan orang asing yang meliputi pengawasan terhadap masuk dan

keluar, pengawasan keberadaan serta pengawasan terhadap kegiatan orang

asing di Indonesia.

Menurut Muhammad Indra (Disertasi, 2008 : 3), “Pengertian

pengawasan dalam fungsi keimigrasian adalah keseluruhan proses kegiatan

untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah

sesuai dengan aturan yang telah ditentukan”. Pada awalnya pelaksanaan

pengawasan hanya dilakukan terhadap orang asing saja, akan tetapi

mengingat perkembangan dan dinamika masyarakat yang semakin

kompleks, hal tersebut dilakukan secara menyeluruh, termasuk juga

terhadap Warga Negara Indonesia, khususnya dalam hal penyalahgunaan

dan pemalsuan dokumen perjalanan. Pengawasan orang asing dilakukan

mulai saat memasuki, berada dan sampai meninggalkan Indonesia. Aspek

pelayanan dan pengawasan ini tidak terlepas dari sifat wilayah Indonesia

yang berpulau-pulau, dengan luas yang terbentang dari Sabang sampai

 
  4

Marauke, terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan Australia, serta

mempunyai jarak yang dekat bahkan berbatasan dengan beberapa Negara

tetangga. Pengawasan keimigrasian mencakup penindakan keimigrasian

atau penegakan hukum keimigrasian baik yang bersifat administratif

maupun tindak pidana keimigrasian.

Dewasa ini luas lingkup dari keimigrasian tidak lagi mencakup

pengaturan, penyelenggaraan keluar-masuk orang dari dan ke dalam

wilayah Indonesia, serta pengawasan orang asing yang berada di wilayah

Indonesia, akan tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar

wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia demi

kepentingan umum, penyidikan atas dugaan terjadinya tindak pidana

keimigrasian, serta pengaturan prosedur keimigrasian dan mekanisme

pemberian izin keimigrasian.

Fungsi keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan

administrasi Negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan, oleh

karena itu sebagai bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu

fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka hukum keimigrasian

dapat dikatakan bagian dari bidang hukum administrasi Negara (Bagir

Manan, 2000; 7).

Menurut Muhammad Indra (Disertasi, 2008: 4), “di lihat dari sudut

fungsi hukum keimigrasian tersebut, hukum keimigrasian tidak hanya

otonom bergerak dalam lingkup hukum administrasi negara, namun juga

 
  5

bersinggungan dan bertalian erat dengan hukum yang lain, seperti hukum

ekonomi, hukum internasional dan hukum pidana.”

Proses penegakan hukum keimigrasian, pandangan tersebut sangat

penting karena penentuan suatu kasus pelanggaran diselesaikan dengan

proses hukum pidana atau administratif diletakkan pada kewenangan

(diskresi) pejabat imigrasi. Untuk itu perlu ada batasan dan kategorisasi

yang tegas dalam proses penegakan hukum yang dapat ditempuh yaitu

antara tindakan hukum pidana dengan tindakan hukum administratif,

sehingga tidak lagi digantungkan pada penilaian pejabat imigrasi tetapi

didasarkan sistem atau peraturan perundang-undangan dengan

memperhatikan proses penyelesaian perkara keimigrasian secara cepat,

efektif dan efisien.

Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian, “Penindakan keimigrasian adalah suatu tindakan administratif

dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan”. Dalam

pelaksanaannya, Tindakan Keimigrasian dapat dilakukan terhadap orang

asing yang berada di wilayah Indonesia karena alasan-alasan bahwa orang

asing itu:

(a) Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi

keamanan dan ketertiban umum;

(b) Tidak menghormati atau mentaati peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

 
  6

Menurut Website Direktorat Jenderal Imigrasi

(http://www.imigrasi.go.id) yang diakses pada tanggal 13 Desember 2011,

Keimigrasian di Indonesia sudah ada sejak jaman kolonial


Belanda namun secara historis pada tanggal 26 Januari 1950
untuk pertama kalinya diatur langsung oleh pemerintah Republik
Indonesia dan diangkat Mr. Yusuf Adiwinata sebagai Kepala
Jawatan Imigrasi berdasarkan Surat Penetapan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia Serikat No. JZ/30/16 tanggal 28
Januari 1950 yang berlaku surut sejak tanggal 26 Januari 1950.
Momentum tersebut hingga saat itu diperingati sebagai Hari
Ulang Tahun Imigrasi oleh setiap jajaran Imigrasi Indonesia.
Organisasi Imigrasi sebagai lembaga dalam struktur kenegaraan
merupakan organisasi vital sesuai dengan sasanti “Bhumi Pura
Purna Wibawa” yang berarti penjaga pintu gerbang negara yang
berwibawa. Sejak ditetapkannya Penetapan Menteri Kehakiman
Republik Indonesia, maka sejak saat itu tugas dan fungsi
keimigrasian di Indonesia dijalankan oleh Jawatan Imigrasi atau
sekarang Direktorat Jenderal Imigrasi dan berada langsung di
bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

adalah salah satu lembaga negara yang membidangi urusan hukum dan hak

asasi manusia dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara. Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia dipimpin oleh seorang Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia (Menkumham). Nomenklatur kementerian ini telah mengalami

beberapa kali perubahan. Mulai dari Departemen Kehakiman (1945-1999),

Departemen Hukum dan Perundang-undangan (1999-2001), Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (2001-2004), dan Departemen Hukum

dan Hak Asasi Manusia (2004-2009). Kemudian berdasarkan Undang-

Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan

Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi

 
  7

Kementerian Negara, nomenklatur Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia berubah lagi menjadi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

hingga sekarang.

Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tanggal 30

Desember 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik


Indonesia adalah unsur pelaksana pemerintah yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan di bidang hukum dan hak asasi
manusia dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
menyelenggarakan fungsi:
(a) perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
hukum dan hak asasi manusia;
(b) pengelolaan barang milik kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
(c) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
(d) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas
pelaksanaan urusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia di daerah;
(e) pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan
(f) pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi-fungsinya tersebut, dalam

rangka asas dekonsentrasi, Kementerian Hukum dan HAM membagi dan

atau melimpahkan kewenangannya kepada suatu instansi vertikal. Instansi

vertikal di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM adalah Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM di Provinsi yang berada di bawah

 
  8

dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan HAM Republik

Indonesia. Nomenklatur Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia ini juga mengalami beberapa kali perubahan mengikuti

pusatnya, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04-PR.07.10 Tahun

1982 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen

Kehakiman, maka dibentuklah Kantor Wilayah Departemen Kehakiman

Jawa Tengah. Kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri

Kehakiman Nomor M.03-PR.07.10 Tahun 1992 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman. Pada tahun 2005

dikeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia, dan sekarang ini Kantor Wilayah Departemen Hukum

dan Hak Asasi Manusia menggunakan nomeklatur Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Untuk melaksanakan tugasnya, yaitu pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing, Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT),

yaitu Kantor Imigrasi (Kanim). Kantor Imigrasi di propinsi Jawa Tengah

terdiri dari 6 (enam) Kanim, diantaranya Kanim Semarang, Kanim

Surakarta, Kanim Cilacap, Kanim Pemalang, Kanim Pati, Kanim

Wonosobo. Tiap-tiap Kanim mewakili beberapa Kabupaten dan Kota.

 
  9

Apabila kita melihat fakta yang terjadi dalam beberapa bulan

terakhir terhitung dari bulan januari sampai bulan juli, mobilitas orang asing

di Jawa Tengah semakin banyak. Berdasarkan data yang berada di Divisi

Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

tercatat sebanyak 3216 orang asing.

Berdasarkan data di atas, kita dapat melihat banyaknya jumlah orang

asing yang ada di Indonesia khususnya di Jawa Tengah, untuk itu perlu

dilakukan suatu pengawasan dan penindakan terhadap orang asing tersebut.

Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Peran dan Fungsi

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam

Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap

Orang Asing Di Indonesia”.

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengangkat dan mendeskripsikan Peran dan fungsi

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dalam melaksanakan

pengawasan dan penindakan Keimigrasian terhadap orang asing di

Indonesia, maka tentu banyak masalah-masalah yang perlu diidentifikasi,

di antaranya yaitu:

(1) Adanya mobilitas orang asing dan pelanggarannya serta penindakan

terhadap orang asing yang berada di wilayah Jawa Tengah;

 
  10

(2) Bentuk dan mekanisme pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing di Indonesia;

(3) Tugas ndan kewenangan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

terhadap orang asing di Indonesia;

(4) Adanya kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap

orang asing di Indonesia;

(5) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

untuk mengatasi kendala dalam melaksanakan pengawasan dan

penindakan terhadap orang asing di Indonesia.

1.2.2 Batasan Masalah

Agar arah penelitian ini lebih terfokus, tidak kabur dan sesuai

dengan tujuan penelitian, maka penulis merasa perlu untuk membatasi

masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah tersebut adalah :

(1) Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

terhadap orang asing di Indonesia;

(2) Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap

orang asing di Indonesia;

 
  11

(3) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dalam mengatasi kendala tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

(1) Apa saja peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

terhadap orang asing di Indonesia?

(2) Apa saja yang menjadi kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan

penindakan terhadap orang asing di Indonesia?

(3) Bagaimana upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

(1) Mengetahui peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

terhadap orang asing di Indonesia;

 
  12

(2) Mengetahui kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

terhadap orang asing di Indonesia;

(3) Mengetahui upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis.

(1) Sebagai media pembelajaran metode penelitian hukum sehingga dapat

menunjang kemampuan individu mahasiswa dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

(2) Menambah pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan bagi peneliti

khususnya mengenai Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah dalam pelaksanaan Pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia;

(3) Menambah sumber khasanah pengetahuan tentang Peran dan fungsi

Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang

asing di Indonesia;

(4) Dapat dijadikan acuan atau referensi untuk penelitian berikutnya.

 
  13

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Bagi Peneliti

Peneliti dapat menemukan berbagai persoalan yang dihadapi

tentang Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing di Indonesia. Dan menambah wawasan peneliti

dalam bidang hukum khususnya hukum tata negara.

1.5.2.2 Bagi Masyarakat

Dapat memberikan pandangan terhadap masyarakat mengenai

Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dalam pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap

orang asing di Indonesia.

1.5.2.3 Bagi Pemerintah

Dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah Indonesia

khususnya dalam Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap

orang asing di Indonesia.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yang mencakup 5

(lima) Bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :

1.6.1 Bagian Awal Skripsi

Bagian awal skripsi terdiri atas sampul, lembar kosong berlogo

Universitas Negeri Semarang bergaris tengah 3 cm, lembar judul, lembar

 
  14

pengesahan, lembar pernyataan, lembar motto dan persembahan, kata

pengantar, lembar abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar

lampiran.

1.6.2 Bagian Pokok Skripsi

Bagian pokok skripsi terdiri atas bab pendahuluan, teori yang

digunakan untuk landasan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian dan

pembahasan, dan penutup. Adapun bab-bab dalam bagian pokok skripsi

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi mengenai teori-teori yang digunakan untuk landasan

penelitian, diantaranya yaitu otoritas keimigrasian, pengawasan dan

penindakan keimigrasian dari sudut HAN, serta orang asing.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi mengenai metode yang digunakan, yaitu meliputi dasar

penelitian, pendekatan penelitian, spesifikasi penelitian, lokasi penelitian,

metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi mengenai hasil penelitian yang meliputi peran dan fungsi

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

 
  15

melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang

asing di Indonesia, kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia, dan upaya Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala

tersebut.

BAB V PENUTUP

Berisi mengenai simpulan dan saran.

1.6.3 Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir skripsi yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-

lampiran.

 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah

penulis baca diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Sunu Tedy Maranto, ST dalam

tesisnya di Fakultas Hukum UNDIP tahun 2008, dengan judul “Tugas

Pokok dan Fungsi Departemen Hukum dan HAM RI di Bidang Pelayanan

Hukum Pasca Amandemen UUD 1945” (Studi Kasus di Kantor Wilayah

Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah). Kesimpulan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

(1) Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah


Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia
(sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia) di
bidang pelayanan hukum meliputi pelayanan jasa hukum,
pelayanan keimigrasian, pelayanan terhadap narapidana dan
warga binaan pemasyarakatan, pelayanan penyuluhan
hukum serta pelayanan hak asasi manusia.
(2) Di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan
HAM Jawa Tengah (sekarang menggunakan nomenklatur
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah) pelaksanaan tugas pelayanan jasa hukum
dilaksanakan di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan
HAM Jawa Tengah dan Balai Harta Peninggalan Semarang.
(3) Pelayanan keimigrasian dilaksanakan di Kantor-Kantor
Imigrasi yang ada di Jawa Tengah.

16
  17

(4) Pelayanan terhadap narapidana, tahanan dan warga binaan


pemasyarakatan dilaksanakan di Lembaga
Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara di Jawa Tengah.
(5) Pelayanan penyuluhan hukum dan pelayanan HAM
dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum dan
HAM Jawa Tengah.
(6) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang sebagian
besar di bidang pelayanan hukum, Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah menghadapi
berbagai permasalahan/kendala yuridis, seperti masalah
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, kurangnya
anggaran, sarana dan prasarana, organisasi, kewenangan,
tidak adanya standar pelayanan dan standar biaya, integritas
dan profesionalisme pegawai yang kurang, kesadaran
hukum masyarakat yang kurang dan kurangnya kualitas
mutu pelayanan hukum (Maranto, Tesis FH UNDIP;2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Wilis dalam tesisnya di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2009, dengan

judul “Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Izin Tinggal

Orang Asing di Indonesia” (Studi wilayah Kantor Imigrasi kelas I khusus

Medan). Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Pengaturan izin tinggal orang asing di Indonesia


berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang
Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui batas waktu
izin tinggal dilaksanakan dalam dualisme sistem penegakan
hukum yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum
administratif.
(2) Sistem pengawasan keimigrasian oleh Kantor Imigrasi
Kelas I Khusus Medan dilakukan yang Pertama,
Pengawasan administrasi, diatur dalam Pasal 40 huruf a, b,
d dan e Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992. Kedua,
Pengawasan operasional, diatur dalam Pasal 40 huruf c dan
e Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1992.
(3) Penindakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1992 tentang Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui
batas waktu izin tinggal (overstay) dilaksanakan dalam
dualisme sistem penegakan hukum yaitu didasarkan pada
hukum pidana dan hukum administratif, pelaksanaan
penegakan hukum yang demikian itu mengakibatkan

 
  18

terjadinya ketidakpastian hukum dalam penindakan


pelanggaran melampaui batas waktu izin tinggal.
Pengaturan dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang menyebutkan
perbuatan overstay sebagai suatu perbuatan kriminal adalah
tidak lazim di dunia internasional dan di dalam
pelaksanaannya hampir sebagian besar dilaksanakan secara
hukum administratif (Wilis, Tesis FH USUM;2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Lucky Agung Binarto dalam tesisnya

di Fakultas Hukum UNDIP tahun 2006, dengan judul “Pelaksanaan

Penyidikan Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal

Imigrasi Dalam Rangka Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Undang-

Undang Keimigrasian”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

(1) Pelaksanaan penyidikan pelanggaran undang-undang


keimigrasian yang dilakukan oleh PPNS Keimigrasian
dilakukan berdasarkan ketentuan yang diatur KUHAP,
dengan berbagai pengecualian sebagaimana yang diatur
secara khusus oleh undang-undang keimigrasian.
Berdasarkan hasil penegakan hukum terhadap pelanggaran
undang-undang keimigrasian oleh PPNS Keimigrasian
Direktorat Jenderal Imigrasi, diketahui bahwa sebagian
besar pelaku pelanggaran undangundang keimigrasian
dikenakan sanksi yang bersifat tindakan administratif oleh
Pejabat Keimigrasian.
(2) Kendala-kendala yang muncul atau dihadapi oleh aparat
penyidik pegawai negeri sipil imigrasi dalam melaksanakan
tugasnya adalah :
(a) Pengalokasian anggaran yang masih belum memadai
dalam menunjang kelancaran operasional tugas
penyidikan pelanggaran keimigrasian. Modus operandi
kejahatan yang makin canggih, menimbulkan kesulitan
dalam upaya melacak pelaku dan barang bukti.
Keadaan tersebut harus didukung oleh cost operasional
yang mencukupi.
(b) Sumber daya manusia yang masih belum memadai,
baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat
mempengaruhi kinerja dalam penegakan hukum

 
  19

pelanggaran keimigrasian. Sampai saat ini belum ada


standar tentang pendidikan PPNS, baik menyangkut
kurikulum, jangka waktu pendidikan maupun
penyelenggaraan pendidikan.
(c) Selama ini PPNS masih merupakan suatu pekerjaan
yang dilekatkan pada bidang atau kegiatan yang ada,
sehingga tugas penyidikan yang menjadi tanggung
jawab PPNS belum sepenuhnya dapat ditangani.
(d) Koordinasi yang belum baik antara kepolisian dengan
kejaksaan, sehingga berakibat terjadinya pengembalian
berkas perkara pelanggaran keimigrasian oleh
kejaksaan sampai beberapa kali.
(3) Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan
formulatif tentang kewenangan penyidikan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil agar penegakan hukum terhadap
pelanggaran keimigrasian lebih optimal adalah :
(a) Cakupan wewenang PPNS keimigrasian perlu
diperluas, setidak-tidaknya sama dengan kewenangan
penyidik Polri.
(b) Pemberian penjelasan yang lebih rinci terhadap
kewenangan PPNS berupa “melakukan tindakan
lainnya menurut hukum”.
(c) Mekanisme penyelesaian permasalahan berkas yang
berlarut-larut dalam pemeriksaannya oleh kejaksaan.
(d) Perumusan secara tegas dan jelas pejabat mana yang
bertanggung jawab sebagai pengendali, khususnya
dalam penegakan hukum undang-undang keimigrasian
(Binarto, Tesis FH UNDIP;2006).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Peran dan Fungsi

Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut

sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat dari peran-peran ini,

hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang

langka di antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang

berbeda merumuskan, mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward)

 
  20

terhadap aktivitas-aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga

setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang

diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang

dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang

sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran

mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan.

Makna peran menurut Suhardono, yaitu pertama penjelasan


historis. Dalam hal ini, peran berarti katakter yang disandang
atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan
lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial.
Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan
seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial
tertentu. Dengan menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat
memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut.
(http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-peran.html)

Pengertian fungsi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

merupakan “kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang

dilakukan”. Sedangkan dalam ilmu administrasi negara, fungsi adalah

“sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan

sifat atau pelaksanaannya”.

Berdasarkan pengertian masing-masing dari kata peran dan fungsi

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi peran dan fungsi adalah

kesatuan pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh para pegawai

serta kedudukannya yang memiliki aspek khusus serta saling berkaitan

satu sama lain menurut sifat atau pelaksanaannya untuk mencapai tujuan

tertentu dalam sebuah organisasi.

 
  21

2.2.2 Pejabat Imigrasi

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian, pejabat imigrasi adalah “pegawai yang telah melalui

pendidikan khusus keimigrasian dan memiliki keahlian teknis

keimigrasian serta memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas dan

tanggung jawab berdasarkan undang-undang ini”.

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994

tentang Pengawasan Orang Asing dan Penindakan Keimigrasian, pejabat

imigrasi adalah “pejabat teknis keimigrasian atau pejabat lain yang karena

status atau kedudukannya mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung

jawab di bidang keimigrasian”.

Dalam hal pelaksanaan kegiatan pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing di wilayah Jawa Tengah, pejabat

imigrasi yang mempunyai kewenangan untuk bertindak adalah Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) yang dalam hal mengenai keimigrasian yaitu kantor

imigrasi.

2.2.2.1 Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia merupakan instansi vertikal Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang berkedudukan di

setiap propinsi, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Kantor

 
  22

Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dikepalai

oleh seorang Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia.

Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor

M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

(sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia), Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari beberapa divisi,

yaitu :

(1) Divisi Administrasi, yang bertugas membantu Kepala


Kantor Wilayah dalam melaksanakan pembinaan teknis di
wilayah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Sekretaris Jenderal. Dalam melaksanakan tugas dimaksud,
Divisi Administrasi melaksanakan fungsi :
(a) Koordinasi penyusunan pelaksanaan kebijakan teknis,
rencana dan program serta laporan;
(b) Pelaksanaan urusan keuangan dan perlengkapan; dan
(c) Pengelolaan urusan kepegawaian, hubungan
masyarakat, tata usaha dan rumah tangga di lingkungan
Kantor Wilayah.
(2) Divisi Pemasyarakatan, yang bertugas membantu Kepala
Kantor Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas Kantor
Wilayah di Bidang Pemasyarakatan berdasarkan kebijakan
teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud,
Divisi Pemasyarakatan melaksanakan fungsi :
(a) Pembinaan dan bimbingan teknis di bidang
pemasyarakatan;
(b) Pengkoordinasian pelaksanaan teknis di bidang
pemasyarakatan; dan
(c) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan teknis di
bidang pemasyarakatan.
(3) Divisi Keimigrasian, yang bertugas membantu Kepala
Kantor Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas Kantor

 
  23

Wilayah di Bidang Keimigrasian berdasarkan kebijakan


yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Dalam
melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Keimigrasian
melaksanakan fungsi :
(a) Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
pengamanan teknis operasional di bidang keimigrasian;
(b) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis
pelaksanaan tugas di bidang lalu lintas keimigrasian,
izin tinggal dan status keimigrasian;
(c) pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis
pelaksanaan tugas di bidang penindakan keimigrasian
dan rumah detensi imigrasi;
(d) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis
pelaksanaan tugas di bidang sistem informasi
keimigrasian; dan
(e) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis
pelaksanaan tugas di bidang intelijen keimigrasian dan
tempat pemeriksaan imigrasi.
(4) Divisi Pelayanan Hukum dan HAM, yang bertugas
membantu Kepala Kantor Wilayah dalam melaksanakan
sebagian tugas Kantor Wilayah di bidang Pelayanan Hukum
dan HAM berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi
Pelayanan Hukum dan HAM melaksanakan fungsi :
(a) Pembinaan dan bimbingan teknis di bidang hukum;
(b) Pengkoordinasian pelayanan teknis di bidang hukum;
(c) Pelayanan administrasi hukum umum dan jasa hukum
lainnya;
(d) Pelayanan penerimaan permohonan pendaftaran di
bidang hak kekayaan intelektual;
(e) Pelaksanaan litigasi dan sosialisasi di bidang hak
kekayaan intelektual;
(f) Pelaksanaan pemenuhan, pemajuan, perlindungan dan
penghormatan hak asasi manusia;
(g) Pengembangan budaya hukum, pemberian informasi
hukum, penyuluhan hukum dan desiminasi hak asasi
manusia;
(h) Pengkoordinasian program legislasi daerah;
(i) Pelaksanaan pengkoordinasian jaringan dokumentasi
dan informasi hukum; dan
(j) Pengawasan pelaksanaan teknis di bidang hukum (Pasal
5 Permenkumham No. M-01.PR.07.10 Tahun 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia).

 
  24

Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia (sekarang menggunakan nomenklatur Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia) menyatakan bahwa Kantor Wilayah mempunyai tugas

melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia dalam wilayah Provinsi berdasarkan

kebijakan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas

tersebut, Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi :

(1) Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program, dan


pengawasan;
(2) Pembinaan di bidang hukum dan hak asasi manusia;
(3) Penegakan hukum di bidang pemasyarakatan, keimigrasian,
administrasi hukum umum, dan hak kekayaan intelektual;
(4) Perlindungan, pemajuan, pemenuhan, penegakan dan
penghormatan hak asasi manusia;
(5) Pelayanan hukum;
(6) Pengembangan budaya hukum dan pemberian informasi
hukum, penyuluhan hukum, dan diseminasi hak asasi
manusia; dan
(7) Pelaksanaan kebijakan dan pembinaan teknis di bidang
administrasi di lingkungan Kantor Wilayah (Pasal 3
Permenkumham No. M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia).

Untuk melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia dibidangnya di wilayah masing-masing ada pada

Unit Pelaksana Teknis (UPT). Unit Pelaksana Teknis bertanggungjawab

dan wajib menyampaikan laporannya kepada Kepala Kantor Wilayah

 
  25

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Unit Pelaksana Teknis

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari :

(1) Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS);


(2) Rumah Tahanan Negara (RUTAN);
(3) Cabang Rumah Tahanan Negara (CABRUTAN);
(4) Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN);
(5) Balai Pemasyarakatan (BAPAS);
(6) Kantor Imigrasi (KANIM);
(7) Rumah Detensi Imigrasi (RUDENIM); dan
(8) Balai Harta Peninggalan (BHP) (Pasal 56 Permenkumham
No. M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia).

2.2.2.2 Kantor Imigrasi

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian, kantor imigrasi adalah “unit pelaksana teknis yang

menjalankan fungsi keimigrasian di daerah kabupaten, kota, atau

kecamatan”.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR

07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi

mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :

(1) Kantor Imigrasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian


tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan HAM di
Bidang Keimigrasian wilayah yang bersangkutan;
(2) Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kantor Imigrasi
mempunyai fungsi:
(a) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Informasi dan
Sarana Komunikasi Keimigrasian;
(b) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Lalu Lintas
Keimigrasian;
(c) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Status
Keimigrasian;
(d) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Pengawasan
dan Penindakan.

 
  26

2.2.3 Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Dari Sudut

Hukum Administrasi Negara

2.2.3.1 Pengawasan Keimigrasian

Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengawasan berasal dari

kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat

sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali

memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang

diawasi”.

Menurut Sondang P. Siagian, “pengawasan adalah proses

pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk

menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan

sesuai dengan rencana yang ditetapkan”. Fungsi pengawasan adalah

mencegah dan menindak segala bentuk penyimpangan tugas-tugas

pemerintah dari yang telah digariskan; dan menghindari/ mengoreksi

kekeliruan baik yang disengaja atau tidak dalam rangka administrasi

negara. Sedangkan tujuan pengawasan adalah untuk mengetahui apakah

tujuan negara itu tercapai atau tidak (Arif Hidayat, 2009;73).

Sedangkan menurut pasal 66 (2) Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pengawasan

keimigrasian meliputi:

(1) Pengawasan terhadap Warga Negara Indonesia yang


memohon dokumen perjalanan, keluar atau masuk Wilayah
Indonesia, dan yang berada di luar Wilayah Indonesia; dan

 
  27

(2) Pengawasan terhadap lalu lintas orang asing yang masuk


atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap
keberadaan dan kegiatan orang asing di Wilayah Indonesia.

Dalam hal ini, menurut pasal 68 Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, pengawasan

keimigrasian terhadap orang asing dilaksanakan pada saat permohonan

Visa, masuk atau keluar, dan pemberian izin tinggal dilakukan dengan:

(1) Pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan


informasi;
(2) Penyusunan daftar nama orang asing yang dikenai
penangkalan dan pencegahan;
(3) Pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing
di Wilayah Indonesia;
(4) Pengambilan foto dan sidik jari; dan
(5) Kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum.

Menurut Lucky Agung Binarto (Tesis FH UNDIP; 2006),

menjelaskan bahwa Pengawasan orang asing terdapat 2 (dua) macam,

yaitu pengawasan administratif dan pengawasan operasional,

Pengawasan administratif, yaitu pengawasan yang dilakukan


melalui penelitian surat-surat atau dokumen, berupa pencatatan,
pengumpulan data dan penyajian maupun penyebaran informasi
secara manual dan elektronik tentang lalu lintas keberadaan dan
kegiatan orang asing . Sedangkan pengawasan operasional, yaitu
pengawasan lapangan yang dilakukan berupa pemantauan,
patroli, razia dengan mengumpulkan bahan keterangan,
pencarian orang dan alat bukti yang berhubungan dengan tindak
pidana keimigrasian. (Lucky, Tesis FH UNDIP; 2006).

Pelaksanaan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing

yang berada di wilayah Indonesia dilakukan secara koordinasi.

Pelaksanaan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing


yang berada di wilayah Indonesia dilakukan dengan koordinasi
Menteri Hukum dan HAM bersama Badan atau Instansi
Pemerintah yang terkait. Yang dimaksud koordinasi bersama

 
  28

Badan atau Instansi yang terkait adalah bahwa pada dasarnya


pengawasan orang asing menjadi tanggung jawab Menteri
Hukum dan HAM dan Pejabat Imigrasi (Abdullah, 1993;89).

2.2.3.2 Penindakan Keimigrasian

Menurut Lucky Agung Binarto (Tesis FH UNDIP; 2006),

“Penindakan adalah melakukan suatu tindakan hukum administrasi

terhadap orang yang tidak mentaati peraturan dan atau melakukan kegiatan

yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum”.

Sedangkan menurut Arif Hidayat dalam bukunya Hukum

Administrasi Negara Lanjut, (Semarang: FH UNNES, 2009;35), yang

dimaksud tindakan hukum pemerintahan adalah “ pernyataan kehendak

sepihak dari organ pemerintah dan membawa akibat pada hubungan

hukum atau keadaan hukum yang ada, maka kehendak organ tersebut tidak

boleh mengandung cacat seperti kekhilafan, penipuan, paksaan, dan lain-

lain yang menyebabkan akibat-akibat hukum yang tidak sah”.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian, tindakan keimigrasian adalah “tindakan

administrarif atau sanksi administratif dalam bidang keimigrasian di luar

proses peradilan”. Dalam pelaksanaannya, tindakan keimigrasian dapat

dilakukan terhadap orang asing yang berada di Wilayah Indonesia karena

alasan-alasan bahwa orang asing itu:

(1) Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi

keamanan dan ketertiban umum;

 
  29

(2) Tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Dalam hal ini, tindakan administratif keimigrasian yang

sebagaimana telah diatur di dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011

pasal 75 ayat (2), dapat berupa diantaranya yaitu:

(1) Pencantuman dalam daftar pencegahan atau penangkalan;


(2) Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin tinggal;
(3) Larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu
di Wilayah Indonesia;
(4) Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu
di Wilayah Indonesia;
(5) Pengenaan biaya beban; dan/ atau
(6) Deportasi dari Wilayah Indonesia.

2.2.3 Orang Asing

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian, yang dimaksud orang asing adalah “orang yang

bukan warga negara Indonesia”. Sedangkan menurut Austin Ranney, orang

asing adalah “orang yang untuk sementara atau tempat bertempat tinggal

di negara tertentu, tetapi tidak berkedudukan sebagai warga negara”.

Orang asing disebut juga dengan Warga Negara Asing (WNA).

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda

Jasa, Dan Tanda Kehormatan, yang dimaksud Warga Negara Asing yang

selanjutnya disingkat WNA adalah “orang-orang bangsa lain yang

disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara asing”.

Dalam Undang – undang Keimigrasian ditentukan, bahwa Setiap

orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin

 
  30

keimigrasian. Izin Keimigrasian tersebut dalam prakteknya adalah berupa

izin masuk, yang diatur menurut kepentingan atapun tujuan masuknya

orang asing ke wilayah Indonesia dan dari izin masuk diberikan izin

tinggalnya.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian, izin tinggal adalah “izin yang diberikan kepada

orang asing oleh pejabat imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk

berada di Wilayah Indonesia”. Izin tersebut terdiri dari:

(1) Izin Singgah, diberikan kepada Orang Asing yang


memerlukannya singgah di wilayah Indonesia untuk
meneruskan perjalanan ke negara;
(2) Izin Kunjungan, diberikan kepada Orang Asing berkunjung
ke wilayah Indonesia untuk waktu yang singkat dan dalam
rangka tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial
budaya atau usaha;
(3) Izin Tinggal Terbatas, diberikan kepada Orang Asing untuk
tinggal di wilayah Indonesia dalam jangka waktu terbatas;
(4) Izin Tinggal Tetap, diberikan kepada Orang Asing yang
untuk tinggal menetap di wilayah Indonesia.

Dalam Undang-undang Keimigrasian juga ditentukan, bahwa untuk

mendapatkan izin keimigrasian, setiap orang asing harus:

(1) Memiliki surat perjalanan yang sah;


(2) Memiliki visa;
(3) Sehat, tidak menderita gangguan jiwaatau penyakit menular
yang membahayakan kesehatan umum;
(4) Memiliki izin masuk kembali (reentry permit);
(5) Mempunyai izin untuk masuk ke negara lain;
(6) Memberikan keterangan yang benar dalam memperoleh
surat perjalanan dan atau visa (Syahriful, Abdullah,
1993;84).

 
  31

2.3 Kerangka Berpikir

Secara umum kerangka berpikir yang hendak di bangun dilihat

dapat dalam bagan sebagai berikut:

2.3.1 Bagan

Bagan 2.1
Kerangka Berpikir Penelitian
UUD 1945
Pasal 26 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945

(1) Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara;


(2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;
(3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :
M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
(4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-
01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Landasan Teori:
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia; Yuridis empiris :
1. Teori peran dan fungsi;
(5) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang pengawasan orang asing dan 1. Wawancara
2. Pejabat Imigrasi
tindakan keimigrasian; 2. Dokumentasi
3. Pengawasan dan penindakan
(6) keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun 1991 tentang
keimigrasian dari sudut
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi. 3. Studi Pustaka
HAN
4. Orang asing
Lembaga Negara:
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

Peran dan fungsi Kantor Kendala Kantor Wilayah Upaya Kantor Wilayah
Wilayah kementrian hukum kementrian hukum dan HAM Jawa kementrian hukum dan HAM
dan HAM Jawa tengah dalam tengah dalam melaksanakan Jawa tengah dalam mengatasi
melaksanakan pengawasan pengawasan dan penindakan kendala tersebut 
dan penindakan terhadap terhadap orang asing di Indonesia 
orang asing di Indonesia 

Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum


dan HAM dalam pelaksanaan pengawasan Pengawasan
dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia

Mengetahui Peran dan fungsi Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah
dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia,
mengetahui hambatan Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam
melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia, serta upaya
untuk mengatasi hambatan tersebut.

Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian hukum selanjutnya mengenai Peran dan
fungsi Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan
pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia 

Sumber: Analisis Peneliti 2013

 
  32

2.3.2 Penjelasan:

2.3.2.1 Input (input)

Peneliti mendasarkan penelitian ini pada dasar-dasar hukum yaitu:

Pasal 26 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara;

Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Organisasi Kementerian Negara; Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian; Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia; Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia; Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994

tentang pengawasan orang asing dan tindakan keimigrasian.

2.3.2.2 Procees (proses)

Dasar-dasar hukum tersebut yang akan menjadi landasan sebagai

fokus penelitian yang akan dilakukan mengenai 3 (tiga) permasalahan

tentang Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap

orang asing di Indonesia, dan mengkaji beberapa permasalahan yaitu :

 
  33

(1) Bagaimanakah peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan

dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?

(2) Apa saja yang menjadi kendala Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan

dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?

(3) Bagaimana upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah untuk mengatasi kendala tersebut?

2.3.2.3 Output (tujuan)

Tujuan dari penelitian adalah Untuk mengetahui Peran dan fungsi

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di

Indonesia, mengetahui kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

terhadap orang asing di Indonesia, serta mengetahui upaya untuk

mengatasi kendala tersebut.

2.3.2.4 Outcome (manfaat)

Kerangka berfikir diatas merupakan sarana untuk mencapai hasil

akhir dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai referensi bagi

penelitian hukum selanjutnya dan memberi sumbangan pemikiran bagi

ilmu pengetahuan terkait dengan Peran dan fungsi Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan

pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia.

 
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Dasar Penelitian

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam skripsi ini yaitu

metode penelitian kualitatif. Metodologi kualitatif adalah “Penelitian yang

menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis

statistik atau cara kuantifikasi lainnya” (Moleong, 2009: 6). Sedangkan

menurut Afifudin dan Saebani (2009: 57) metode penelitian kualitatif

diartikan sebagai “Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi

objek yang alamiah, (lawannya eksperimen) dimana peneliti merupakan

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna daripada generalisasi”.

Sesuai dasar penelitian tersebut maka penelitian ini diharapkan

mampu mendeskripsikan tentang Peran dan fungsi Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan

pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di

Indonesia.

34
  35

3.2 Pendekatan Penelitian

Dilihat dari segi pendekatan penelitiannya, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan yuridis empiris atau juga bisa disebut yuridis

sosiologis. Pendekatan yuridis empiris adalah “penelitian yang melihat dari

kenyataan atau data yang ada dalam praktik yang selanjutnya dihubungkan

dengan ketentuan hukum yang berlaku” (Soemitro, 1985:9).

Metode ini bertujuan untuk mengerti atau memahami gejala hukum

yang akan diteliti dengan menekankan pemahaman permasalahan,

khususnya pada peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia.

3.3 Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya “Hasil penelitian ini

berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang

suatu keadaan atau gejala yang diteliti” (Soerjono Soekanto, 1985: 10).

Sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran secara rinci,

sistematis dan menyeluruh mengenai segala hal yang berkaitan dengan

peran dan fungsi Kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing di Indonesia.

 
  36

3.4 Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan tahapan yang sangat menentukan dalam

penelitian kualitatif walaupun sifatnya masih tentatif (dapat diubah sesuai

dengan latar penelitian). Fokus penelitian pada dasarnya adalah “Masalah

pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan

yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan

lainnya” (Moleong, 2009: 97).

Sesuai dengan pokok permasalahan, maka fokus dari penelitian ini

yaitu :

(1) Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap

orang asing di Indonesia;

(2) Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing

di Indonesia;

(3) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dalam mengatasi kendala tersebut.

3.5 Lokasi Penelitian

Untuk menunjang informasi tentang Peran dan Fungsi Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan

Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Di

Indonesia, maka penulis melakukan penelitian secara langsung ke Instansi

 
  37

atau badan yang berwenang dengan masalah yang diteliti. Lokasi yang

ditentukan penulis yaitu Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian di Kantor

Imigrasi kelas I Semarang dan Kantor Imigrasi kelas II Pemalang yang

mana adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.

3.6 Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah “Sumber dari mana data dapat

diperoleh” (Meloeng, 2000: 114). Sumber data merupakan masalah yang

perlu diperhatikan dalam setiap penelitian ilmiah, agar diperoleh data yang

lengkap, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.6.1 Data Primer

Data primer adalah “Kata-kata dan tindakan orang-orang yang

diamati atau diwawancarai” (Moleong, 2009: 157). Sumber data ini dicatat

melalui catatan tertulis yang dilakukan melalui wawancara yang diperoleh

peneliti dari :

3.6.1.1 Informan

Informan adalah “Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian” (Moleong, 2009: 132).

Informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 
  38

(1) Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., selaku Kepala Bidang (Kabid)

Intelijen, penindakan dan sistem informasi keimigrasian Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

(2) Ibu Sri Warnati, S.H., selaku Kepala Subbidang (Kasubbid) Sistem

Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah.

3.6.1.2 Responden

Responden adalah “Orang yang diminta memberikan keterangan

tentang suatu fakta atau pendapat” (Arikunto, 2002: 122). Responden dalam

penelitian ini yaitu:

(1) Bapak Afif Nur Anshari , S.H., selaku Staf Divisi Keimigrasian Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

(2) Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,selaku Kepala Sub Seksi

Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang;

(3) Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., selaku Kepala Sub Seksi

Pengawasan Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang; dan

(4) Emmy Hutapea, S.H., selaku pihak sponsor orang asing.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data dari penelitian kepustakaan dimana

dalam data sekunder terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum, yaitu bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, yaitu sebagai

berikut :

 
  39

3.6.2.1 Bahan Hukum Primer

Adalah bahan hukum yang sifatnya mengikat. Berupa peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan

permasalahan yang dibahas, yaitu meliputi :

(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

(2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;

(3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia;

(4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia;

(5) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang pengawasan

orang asing dan tindakan keimigrasian; dan

(6) keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun

1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi.

3.6.2.2 Bahan Hukum Sekunder

Adalah bahan hukum yang sifatnya menjelaskan bahan hukum

primer, dimana bahan hukum sekunder berupa buku literatur, hasil karya

sarjana. Literatur tersebut antara lain:

(1) Buku-buku tentang penelitian hukum;

 
  40

(2) Buku-buku tentang Keimigrasian, Khususnya tentang pengawasan

dan penindakan keimigrasian.

(3) Website-website tentang Keimigrasian, Khususnya tentang

pengawasan dan penindakan keimigrasian.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan masalah yang perlu

diperhatikan dalam setiap pelaksanaan penelitian ilmiah untuk

memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Adapun metode pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

3.7.1 Wawancara (Interview)

Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu.

Wawancara/percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu” (Meleong,

2006: 186).

Wawancara ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui

jawaban. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan

informan dan responden, yaitu:

(1) Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., selaku Kepala Bidang (Kabid)

Intelijen, penindakan dan sistem informasi keimigrasian Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

 
  41

(2) Ibu Sri Warnati, S.H., selaku Kepala Subbidang (Kasubbid) Sistem

Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah;

(3) Bapak Afif Nur Anshari , S.H., selaku Staf Divisi Keimigrasian

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

(4) Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,selaku Kepala Sub Seksi

Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang;

(5) Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., selaku Kepala Sub Seksi

Pengawasan Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang; dan

(6) Emmy Hutapea, S.H., pihak sponsor orang asing.

3.7.2 Dokumentasi

Dokumentasi yaitu “Metode yang digunakan untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan lain sebagainya”

(Arikunto, 1998: 236).

Metode dokumentasi adalah data pendukung yang digunakan oleh

peneliti dalam melakukan kegiatan pencatatan terhadap data-data yang ada

di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dan

Kantor Imigrasi.

 
  42

3.8 Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan keabsahan data yang

digunakan yaitu triangulasi. Triangulasi adalah “Teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap data itu”

(Moleong, 2002: 178).

Teknik triangulasi dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut :

(1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil


wawancara.
(2) Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di
depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi.
(3) Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang
sewaktu diteliti dengan sepanjang waktu.
(4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pandangan orang seperti orang yang
berpendidikan.
(5) Membandingkan suatu wawancara dengan suatu dokumen
yang berkaitan (Moleong, 2002: 178).
Bagan 3.1
Perbandingan Triangulasi

Sumber yang berbeda

Data Sama Teknik yang berbeda Data Valid

Waktu yang berbeda

Sumber: Moleong, 2002: 178

Berdasarkan pendapat Moleong diatas, maka peneliti melakukan

perbandingan data yang telah diperoleh. Yaitu data-data sekunder hasil

kajian pustaka akan dibandingkan dengan data-data primer yang diperoleh

 
  43

di fakta-fakta yang ditemui lapangan. Sehingga kebenaran dari data yang

diperoleh dapat dipercaya dan meyakinkan.

Peneliti melakukan validasi sendiri dengan memperhatikan hal-hal,

diantaranya :

(1) Pemahaman peneliti terhadap metode penelitian kualitatif;

(2) Kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian secara akademik

maupun logistik.

3.9 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan data, maka diadakan

suatu analisis data untuk mengolah data yang ada. Analisa data adalah

“Proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,

dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan ditemukan

hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data” (Moleong, 2002: 103).

Menurut Milles dan Huberman dalam Rachman (1999: 20), tahapan

analisis data adalah sebagai berikut :

(1) Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilakukan berkaitan dengan data

penelitian yang ada di lapangan yaitu peneliti melakukan wawancara

dengan Pimpinan dan Staff di Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah dan Kantor Imigrasi. Adapun langkah-

langkahnya adalah (a) mengurus surat ijin penelitian; (b) melakukan

 
  44

penelitian; (c) penelitian di lapangan; (d) mendapatkan hasil

wawancara; dan (d) dokumentasi.

(2) Reduksi Data

Yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

penelitian. Dimana reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasi. Data-data yang telah direduksi memberikan

gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan

mempermudah peneliti untuk mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.

Reduksi data yang peneliti lakukan antara lain dengan menajamkan

hasil penelitian mengenai peran dan fungsi Kantor wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan

pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di

Indonesia, mengarahkan hasil penelitian sesuai dengan permasalahan

peneliti dan membuang data yang tidak perlu. Pada tahap ini peneliti

memilih data yang paling tepat yang disederhanakan dan

diklasifikasikan atau dasar tema, memadukan data yang tersebar,

menelusuri tema untuk data tambahan, dan membuat simpulan

menjadi uraian singkat.

(3) Penyajian Data

Data-data yang diperoleh peneliti baik data primer maupun

data sekunder kemudian dikumpulkan untuk diteliti kembali dengan

menggunakan metode editing untuk menjamin data-data yang

 
  45

diperoleh itu dapat dipertanggungjawabkan sesuai kenyataan yang

ada, selanjutnya dilakukan pembetulan terhadap data yang keliru,

dengan demikian dapat dilakukan penambahan data yang kurang

lengkap yang kemudian disusun secara sistematis.

(4) Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Menarik simpulan yaitu suatu kegiatan utuh, simpulan yang

diverifikasi selama penelitian berlangsung, simpulan final mungkin

tidak muncul sampai pengumpulan data akhir, tergantung pada

besarnya kumpulan-kumpulan catatan yang ada di lapangan,

penyimpanan dan metode pencarian ulang yang digunakan untuk

catatan penelitian.

Bagan 3.2
Komponen-komponen dan Alur Data Kualitatif
Pengumpulan Penyajian
Data Data 

Reduksi Data

Penarikan
kesimpulan/
Verifikasi

Sumber: Milles dan Huberman dalam Rachman (1999: 120)

Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi dan terkait.

Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan

menggunakan wawancara atau observasi yang disebut tahap pengumpulan

 
  46

data. Karena data yang dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data,

setelah direduksi kemudian diadakan sajian data. Selain itu pengumpulan data

juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut selesai

dilakukan, maka diambil kesimpulan.

 
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM


Jawa Tengah

4.1.1.1 Logo Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Logo Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah

lambang atau simbol yang terdiri dari gambar dan tulisan yang

merupakan identitas resmi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Logo ini berbentuk segi empat dengan warna dasar biru tua, memuat

gambar dan tulisan PENGAYOMAN di bawah berwarna kuning emas

terang, sebagai berikut:

Gambar 4.1
Logo Kementerian Hukum dan HAM

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia


Nomor M.HH-05.UM.01.01 Tahun 2011 tentang Logo Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia

47
  48

Sesuai dengan Pasal 6 dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Nomor M.HH-05.UM.01.01 Tahun 2011 tentang Logo

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 433) diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

(1) Logo menggambarkan tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia yang memuat:

a. Tulisan : PENGAYOMAN;

b. Gambar : 1. 5 (lima) garis busur;

2. 2 (dua) garis tegak lurus sejajar; dan

3. Garis siku kanan dan garis siku kiri;

c. Tata Warna : 1. Warna biru tua sebagai dasar; dan

2. Warna emas pada garis lukisan logo dan

tulisan PENGAYOMAN.

(2) Makna tulisan PENGAYOMAN sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a berarti mengayomi dan melindungi seluruh rakyat

Indonesia di bidang hukum dan hak asasi manusia.

(3) Makna gambar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

sebagai berikut:

a. 5 (lima) garis busur melambangkan Pancasila yang merupakan

falsafah negara;

 
  49

b. 2 (dua) garis tegak lurus sejajar yang mempunyai makna

demokrasi dan keadilan untuk mewujudkan kesejahteraan

bangsa Indonesia; dan

c. Garis siku kanan bermakna hukum dan garis siku kiri

bermakna hak asasi manusia yang menjunjung tinggi agama dan

moral.

(4) Makna warna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c sebagai

berikut:

a. Warna biru tua sebagai dasar yang mempunyai makna amanah,

keamanan, keteraturan, kedalaman makna jati diri bangsa,

percaya diri, ketertiban, dan inovasi teknologi; dan

b. Warna emas bermakna keagungan, keluhuran, dan kewibawaan.

4.1.1.2. Profil Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah merupakan instansi vertikal Kementerian Hukum dan HAM

Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham). Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah terletak di Jl. Dr. Cipto No.

64 Semarang. Sekarang ini selaku Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil)

adalah Bapak Muqowimul Aman, Bc.IP, SH.

Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah yang semula menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah

Departemen Kehakiman Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Keputusan

 
  50

Menteri Kehakiman Nomor M.04-PR.07.10 Tahun 1982 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman.

Wilayah kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Jawa Tengah

pada saat itu meliputi Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY). Namun berdasarkan Keputusan Menteri

Kehakiman Nomor M.06-PR.07.02 Tahun 1985, untuk Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) dibentuk Kantor Wilayah Departemen

Kehakiman tersendiri sehingga Kantor Wilayah Departemen Kehakiman

Jawa Tengah tidak lagi meliputi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY). Kemudian Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04-PR.07.10

Tahun 1982 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah

Departemen Kehakiman disempurnakan dengan Keputusan Menteri

Kehakiman Nomor M.03-PR.07.10 Tahun 1992 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman. Pada tahun 2005

dikeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia. Kemudian pada tahun 2009 nomenklatur

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia berubah menjadi

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga nomenklatur

Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia berubah

menjadi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Jawa Tengah.

 
  51

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

mempunyai wilayah kerja seluas Provinsi Jawa Tengah, meliputi 67

satuan kerja/Unit Pelaksana Teknis, yaitu:

Tabel 4.1
Daftar Unit Pelaksana Teknis Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah

No. Unit Pelaksana Teknis


1. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah
2. Balai Harta Peninggalan Semarang
3. Lapas Klas I Semarang
4. Lapas Klas I Batu Nusakambangan
5. Lapas Klas II A Wanita Semarang
6. Lapas Klas II A Kendal
7. Lapas Klas II A Ambarawa
8. Lapas Klas II A Sragen
9. Lapas Klas II A Pekalongan
10. Lapas Klas II A Magelang
11. Lapas Klas II A Anak Kutoarjo
12. Lapas Klas II A Permisan Nusakambangan
13. Lapas Klas II A Kembangkuning Nusakambangan
14. Lapas Klas II A Besi Nusakambangan
15. Lapas Klas II A Narkotika Nusakambangan
16. Lapas Klas II A Purwokerto
17. Lapas Klas II B Terbuka Nusakambangan
18. Lapas Klas II B Terbuka Kendal
19. Lapas Klas II B Pemuda Plantungan
20. Lapas Klas II B Klaten
21. Lapas Klas II B Pati
22. Lapas Klas II B Tegal
23. Lapas Klas II B Brebes
24. Lapas Klas II B Cilacap
25. Lapas Klas II Pasir Putih Nusakambangan
26. Lapas Klas II Slawi
27. Rutan Klas I Surakarta
28. Rutan Klas II A Pekalongan
29. Rutan Klas II B Salatiga
30. Rutan Klas II B Demak
31. Rutan Klas II B Wonogiri
32. Rutan Klas II B Boyolali
33. Rutan Klas II B Jepara
34. Rutan Klas II B Kudus
35. Rutan Klas II B Blora

 
  52

36. Rutan Klas II B Rembang


37. Rutan Klas II B Pemalang
38. Rutan Klas II B Purwodadi
39. Rutan Klas II B Temanggung
40. Rutan Klas II B Wonosobo
41. Rutan Klas II B Purworejo
42. Rutan Klas II B Kebumen
43. Rutan Klas II B Banyumas
44. Rutan Klas II B Purbalingga
45. Rutan Klas II B Banjarnegara
46. Rutan Klas II B Batang
47. Bapas Klas I Semarang
48. Bapas Klas II Surakarta
49. Bapas Klas II Pati
50. Bapas Klas II Pekalongan
51. Bapas Klas II Magelang
52. Bapas Klas II Purwokerto
53. Rupbasan Klas I Semarang
54. Rupbasan Klas I Surakarta
55. Rupbasan Klas I Pekalongan
56. Rupbasan Klas II Sragen
57. Rupbasan Klas II Wonogiri
58. Rupbasan Klas II Purwokerto
59. Rupbasan Klas II Cilacap
60. Rupbasan Klas II Purbalingga
61. Kanim Klas I Semarang
62. Kanim Klas II Surakarta
63. Kanim Klas II Pati
64. Kanim Klas II Pemalang
65. Kanim Klas II Wonosobo
66. Kanim Klas II Cilacap
67. Rudenim Semarang
Sumber: Dokumentasi Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah tahun 2009

4.1.1.3. Tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah

Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam

wilayah Provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Hukum dan Hak Asasi

 
  53

Manusia Republik Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kantor Wilayah

menyelenggarakan fungsi :

(1) Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program, dan

pengawasan;

(2) Pembinaan di bidang hukum dan hak asasi manusia;

(3) Penegakan hukum di bidang pemasyarakatan, keimigrasian,

administrasi hukum umum, dan hak kekayaan intelektual;

(4) Perlindungan, pemajuan, pemenuhan, penegakan dan penghormatan

hak asasi manusia;

(5) Pelayanan hukum;

(6) Pengembangan budaya hukum dan pemberian informasi hukum,

penyuluhan hukum, dan diseminasi hak asasi manusia; dan

(7) Pelaksanaan kebijakan dan pembinaan teknis di bidang administrasi

di lingkungan Kantor Wilayah.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Wilayah. Kepala Kantor Wilayah

dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh para Kepala Divisi yang

berada di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

mempunyai 4 Divisi yang terdiri dari: Divisi Administrasi; Divisi

Pemasyarakatan; Divisi Keimigrasian; dan Divisi Pelayanan Hukum dan

HAM. (lihat lampiran 1).

 
  54

4.1.1.4. Divisi Keimigrasian pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah

Divisi Keimigrasian dikepalai oleh Kepala Divisi (Kadiv),

mempunyai tugas membantu Kepala Kantor Wilayah dalam

melaksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah dibidang keimigrasian

berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Imigrasi. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Keimigrasian

melaksanakan fungsi :

(1) Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengamanan teknis

operasional dibidang keimigrasian;

(2) pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis pelaksanaan tugas

dibidang lalu lintas keimigrasian, izin tinggal dan status

keimigrasian;

(3) pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis pelaksnaan tugas

dibidang penindakan keimigrasian dan rumah detensi imigrasi;

(4) pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis pelaksanaan tugas

dibidang sistem informasi keimigrasian;

(5) pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis pelaksanaan tugas

dibidang intelijen keimigrasian dan tempat pemeriksaan imigrasi.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Divisi

(Kadiv) dibantu oleh Kepala Bidang (Kabid) yaitu terdiri dari Bidang

Lalu lintas, izin tinggal dan status keimigrasian; dan Bidang Intelijen,

penindakan dan sistem informasi keimigrasian.

 
  55

Bidang Lalu Lintas, Izin Tinggal dan Status Keimigrasian

mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang lalu lintas dan

fasilitas keimigrasian, izin tinggal orang asing dan status

kewarganegaraan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Bidang Intelijen, Penindakan dan Sistem Informasi

Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang

intelijen dan Tempat Pemeriksaan Imigrasi, penindakan keimigrasian

serta sistem informasi keimigrasian sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Struktur Organisasi Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

 
  56

Bagan 4.1.
Struktur organisasi Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah

KEPALA DIVISI KEIMIGRASIAN


NASRUL NGABDIMASA, S.H.
NIP.195512251979031004
 

  KEPALA BIDANG LALU LINTAS, KEPALA BIDANG INTELIJEN, PENINDAKAN


IZIN TINGGAL DAN STATUS KEIMIGRASIAN DAN SISTEM INFORMASI KEIMIGRASIAN
 
I MADE, S. Sos. JUSUF PERDANA, S.H.,M.H
NIP.195710291983031013 NIP.195710291983031001
 

 
KEPALA SUB BIDANG LALU KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG KEPALA SUB BIDANG
LINTAS KEIMIGRASIAN INTALTUS KEIMIGRASIAN INTELDAK KEIMIGRASIAN SISINFO KEIMIGRASIAN
 
SUDARIO S.H SITI SOFIAH, B.Sc RIYANTO HADISANTOSO, S.E, MM. SRI WARNATI, SH.
NIP.195704031981021001 NIP.195905251984032001 195804021980031001  NIP.196107301981032001
 

 
STAF STAF STAF STAF

BASORI BRIGITA RINA YULIA PUSPITASARI RETNO PUJIWATI


NIP.195907141985031003 NIP.198411062009012006 NIP.197907032005012001 NIP.196009011981032001

RETNO DWI W. RINA DESY A. PETERA PANDJI AFIF NUR ANSHARI


NIP.195809181989032001 NIP.197712162003122002 NIP.198007132000031001 NIP.198904262008011001

Sumber: Dokumentasi Divisi Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah Tahun 2012

Dalam melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsinya di

bidang Keimigrasian, Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah berkoordinasi dengan

Unit Pelaksana Teknis (UPT). Unit Pelaksana Teknis adalah unit yang

melaksanakan sebagian tugas pokok Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia di bidangnya di wilayah masing-

masing. Unit Pelaksana Teknis bertanggungjawab dan wajib

menyampaikan laporannya kepada Kantor Wilayah Kementerian

 
  57

Hukum dan Hak Asasi Manusia. Unit Pelaksana Teknis Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah

dibidang Keimigrasian terdiri dari 6 (enam) Kantor Imigrasi dan 1

(satu) Rumah Detensi Imigrasi. (lihat lampiran 2).

Kantor Imigrasi adalah unit pelaksana teknis yang

menjalankan fungsi keimigrasian dengan wilayah kerja yang meliputi

seluruh Kabupaten dan Kota eks Karesidenan. Berdasarkan keputusan

Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun 1991 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi mempunyai tugas dan

fungsi sebagai berikut :

(1) Kantor Imigrasi mempunyai tugas melaksanakan


sebagian tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum
dan HAM di Bidang Keimigrasian wilayah yang
bersangkutan;
(2) Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kantor
Imigrasi mempunyai fungsi:
(a) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang
Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian;
(b) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Lalu
Lintas Keimigrasian;
(c) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang
Status Keimigrasian;
(d) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang
Pengawasan dan Penindakan.

4.1.2 Mobilitas Orang Asing di Wilayah Indonesia Khususnya Wilayah

Jawa Tengah

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah Indonesia

yang memiliki posisi strategis dan potensial dikunjungi orang asing, maka

dari itu mobilitas orang asing di wilayah Jawa Tengah selalu meningkat

 
  58

setiap tahunnya. Mobilitas orang asing di Indonesia bisa dilihat dari izin

tinggalnya sesuai yang tertera di visa orang asing tersebut.

Menurut pasal 1 ayat (21) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian, “Izin tinggal adalah izin yang diberikan kepada

orang asing oleh pejabat imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk

berada di wilayah Indonesia”. Izin tinggal ada beberapa macamnya,

diantaranya terdiri dari:

(a) Izin Tinggal Kunjungan, diberikan kepada Orang


Asing berkunjung ke wilayah Indonesia untuk waktu
yang singkat dan dalam rangka tugas pemerintahan,
pariwisata, kegiatan sosial budaya atau usaha;
(b) Izin Tinggal Terbatas, diberikan kepada Orang Asing
untuk tinggal di wilayah Indonesia dalam jangka
waktu terbatas;
(c) Izin Tinggal Tetap, diberikan kepada Orang Asing
yang untuk tinggal menetap di wilayah Indonesia
(Ratna, Tesis FH USUM; 2009).

Jumlah orang asing di Jawa Tengah selalu meningkat tiap

tahunnya. Hal tersebut dsampaikan oleh Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid

Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah, sebagai berikut:

“.....jumlah orang asing di wilayah Jawa Tengah selalu


meningkat tiap tahunnya. Mobilitasnya juga bermacam-
macam, ada yang dalam rangka pariwisata, pendidikan,
kegiatan sosial budaya atau usaha, bahkan ada juga yang
tinggal sementara dan menetap.....” (Hasil wawancara
dengan Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi
Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah pada tanggal 13 Agustus 2012 jam 10.00
WIB).

Apabila kita melihat fakta dalam beberapa bulan terakhir dari

bulan Januari sampai Juli, cukup banyak jumlah orang asing yang berada

 
  59

di wilayah Jawa Tengah. Berikut data jumlah orang asing yang tercatat di

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah:

Tabel 4.2
Jumlah Orang asing di Wilayah Jawa Tengah periode Januari s/d Juli
Tahun 2012
No Kantor Imigrasi ITK ITAS ITAP Jumlah
1 Semarang 519 768 15 1302
2 Pemalang 60 55 11 126
3 Cilacap 35 565 22 622
4 Surakarta 28 592 14 634
5 Pati 11 266 13 290
6 Wonosobo 10 220 12 242
Jumlah Orang Asing 3216
Sumber: Dokumentasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah 2012

Data di atas merupakan data jumlah orang asing di Seluruh

Wilayah Jawa Tengah berdasarkan izin tinggalnya yang terinput di Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah. Data jumlah orang

asing tersebut diperoleh dari seluruh Kantor Imigrasi yang berada di

Wilayah Jawa Tengah. Setiap 1 (satu) bulan sekali Kantor Imigrasi

melaporkan hasil kerjanya kepada Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah. Dan untuk memperkuat keabsahan data tersebut,

penulis juga melakukan survey ke 2 (dua) Kantor Imigrasi yang berada di

Wilayah Jawa Tengah.

Berikut data jumlah orang asing yang tercatat di Kantor Imigrasi

Kelas I Semarang:

 
  60

Tabel 4.3
Jumlah Orang asing di Wilayah Kantor Imigrasi Kelas I
Semarang periode Januari s/d Juli Tahun 2012
ITK 519
ITAS 768
ITAP 15
Jumlah 1302
Sumber : Dokumentasi Kantor Imigrasi Kelas I Semarang 2012

Berikut data jumlah orang asing yang tercatat di Kantor Imigrasi

Kelas II Pemalang:

Tabel 4.4
Jumlah Orang asing di Wilayah Kantor Imigrasi Kelas II
Pemalang periode Januari s/d Juli Tahun 2012
ITK 60
ITAS 55
ITAP 11
Jumlah 126
Sumber : Dokumentasi Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang 2012

Dengan melihat banyaknya jumlah orang asing di atas, tentunya

banyak pula pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh orang asing

tersebut. Jenis pelanggaran izin keimigrasian tersebut bervariasi mulai

dari penyalahgunaan visa, pemalsuan paspor, sampai pemalsuan izin

tinggal. Hal ini dapat memberikan dampak negatif bagi pendapatan negara.

Menurut Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi

Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah,

bahwa meningkatnya penyalahgunaan perizinan oleh orang asing sangat

signifikan karena banyaknya peluang-peluang dan kemudahan-

kemudahan untuk memasuki wilayah Indonesia. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Bidang Intelijen, Penindakan dan Sistem Informasi

 
  61

Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah, jumlah orang asing yang terkena penindakan sepanjang tahun

2012 sebanyak 267 WNA. Pelanggaran yang dilakukan bermacam-macam,

ada yang pelanggaran overstay atau melebihi waktu izin tinggal, dan ada

yang pelanggaran penyalahgunaan izin, misalnya visa mereka visa kunjungan

tetapi disini mereka bekerja. Tindakan Keimigrasian yang dikenakan mereka

yaitu dengan pengenaan biaya beban untuk yang melakukan pelanggaran

overstay, dan deportasi untuk yang melakukan pelanggaran penyalahgunaan

izin tinggal atau pelanggaran-pelanggaran lainnya yang membahayakan

keamanan negara kita. Berikut data jumlah penindakan keimigrasian

terhadap orang asing yang tercatat di Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah:

Tabel 4.5
Data penindakan keimigrasian di Wilayah Jawa Tengah Tahun 2012
TINDAKAN KEIMIGRASIAN
BULAN BIAYA DEPORTASI TOTAL
BEBAN
JANUARI 15 - 15
FEBRUARI 17 1 18
MARET 20 - 20
APRIL 26 2 28
MEI 28 3 31
JUNI 30 7 37
JULI 28 5 33
AGUSTUS 17 1 18
SEPTEMBER 20 - 20
OKTOBER 20 2 22
NOVEMBER 11 3 14
DESEMBER 9 2 11
TOTAL 267
Sumber: Dokumentasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah 2012

 
  62

Berdasarkan data-data diatas, kita dapat mengetahui mobilitas

orang asing serta pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh orang

asing tersebut. Maka dari itu, diperlukan adanya pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing yang berada di wilayah

Jawa Tengah.

4.1.3 Mekanisme Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap

Orang Asing

Melihat banyaknya jumlah dan mobilitas orang asing yang

berada di wilayah Indonesia khususnya di Jawa Tengah, pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing merupakan upaya

pemerintah yang sekaligus merupakan ruang lingkup keimigrasian untuk

menciptakan keamanan dan ketertiban umum. Disamping itu, fungsi

pengawasan dan penindakan orang asing secara garis besar dapat

dirumuskan dalam tri fungsi imigrasi, yaitu sebagai aparatur pelayanan

masyarakat dan pengamanan negara, penegakan hukum keimigrasian dan

sebagai fasilitator ekonomi nasional.

Pengawasan keimigrasian terhadap orang asing merupakan

upaya yang dilakukan pihak keimigrasian untuk mengawasi orang asing

mulai dari saat memasuki, berada dan sampai meninggalkan Indonesia.

Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan Sistem

Informasi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah,

menyatakan bahwa:

 
  63

“.....pengawasan keimigrasian terhadap orang asing telah


diatur di dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian. Pada dasarnya, pengawasan orang
asing mencakup pengawasan yang bersifat administratif
dan bersifat operasional. Pengawasan yang bersifat
administratif yaitu termasuk di dalam hal pengumpulan
dan pengolahan data keluar masuk orang asing di wilayah
Indonesia. Kemudian, pengawasan yang bersifat
operasional yaitu pelaksanaan pengawasan terhadap orang
asing yang berada di wilayah Indonesia dilakukan secara
terkoordinasi. Ada dua hal yang menjadi sasaran
pengawasan terhadap orang asing di Indonesia yaitu
pengawasan terhadap keberadaaannya (secara
immigratoir) dan pengawasan terhadap kegiatan orang
asing selama berada di Indonesia.....” (Hasil wawancara
dengan Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen,
Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal
17 September 2012 jam 13.00 WIB).

Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian

Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, menjelaskan lebih lanjut:

“.....pengawasan keimigrasian terhadap orang asing


dilakukan mulai dari orang asing tersebut permohonan ijin
masuk dan tinggal di Indonesia, keberadaan dan kegiatan
orang asing di Indonesia, sampai orang asing tersebut
keluar dari wilayah Indonesia. Bentuk dari pengawasan
tersebut berupa pengumpulan, pengolahan, penyajian data
dan informasi tentang keberadaan dan kegiatan orang
asing selama di wilayah Indonesia.....” (Hasil wawancara
dengan Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi
Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah pada tanggal 13 Agustus 2012 jam 10.00
WIB).

Dari penjelasan di atas, dapat digambarkan dalam bagan alur

dan bentuk pengawasan terhadap orang asing, sebagai berikut:

 
  64

Bagan 4.2
Alur dan bentuk pengawasan orang asing
Orang Berupa:
Asing
- Pengumpulan, pengolahan, serta penyajian
data dan informasi;
Masuk ke - Penyusunan daftar nama Orang asing yang
Indonesia dikenai penangkalan atau pencegahan;
- Pengawasan terhadap keberadaan dan
Berada di kegiatan orang asing di wilayah Indonesia;
Indonesia - Pengambilan foto dan sidik jari; dan
- Kegiatan lain yang dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.
Keluar dari
Indonesia

Sumber: Dokumentasi Divisi Imigrasi Kanwil Kemenkumham Jateng

Pengawasan keimigrasian terhadap orang asing dilakukan sejak

orang asing tersebut mengajukan permohonan visa di perwakilan Republik

Indonesia di luar negeri, kemudian memasuki wilayah Indonesia melalui

Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI). Bentuknya dengan melakukan

pemeriksaan dokumen perjalanan, daftar cekal, pemotretan, pengambilan

sidik jari dan pengolahan data keimigrasian daripada orang asing.

Pemeriksaan dilakukan sewaktu memberikan atau menolak memberikan

perizinan keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI), Kantor

Imigrasi, Divisi Keimigrasian pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM, maupun Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dan

Direktorat Jenderal Imigrasi.

Selanjutnya pengawasan keimigrasian terhadap orang asing

dilakukan pada saat orang asing berada di wilayah Indonesia, yaitu dengan

melakukan kegiatan rutin dan operasi di lapangan dengan melakukan

 
  65

serangkaian pemantauan atau penyelidikan berupa wawancara,

pengamatan dan penggambaran, pengintaian, penyadapan, pemotretan,

penyurupan, penjejakan, penyusupan, penggunaan informan dan kegiatan

lain dalam hal mengawasai setiap orang asing yang masuk dan keluar

wilayah Indonesia, mengawasai keberadaan dan kegiatan orang asing yang

melanggar atau tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Sedangkan mengenai penindakan keimigrasian terhadap orang

asing merupakan kegiatan lanjutan yang dilakukan pihak keimigrasian

setelah melakukan pengawasan keimigrasian terhadap orang asing.

Tindakan keimigrasian adalah tindakan administrarif atau sanksi

administratif dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan.

Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan

Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah,

menjelaskan bahwa:

“.....setelah dilakukan pengawasan keimigrasian akan


ditemukan semacam pelanggaran-pelanggaran
keimigrasian yang dilakukan oleh orang asing tersebut.
Kemudian langkah yang dilakukan selanjutnya yaitu
menindak orang asing tersebut yang melakukan
pelanggaran keimigrasian.....” (Hasil wawancara dengan
Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan
Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal 17
September 2012 jam 13.00 WIB).

Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian

Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, menjelaskan lebih lanjut:

 
  66

“.....penindakan terhadap orang asing ada 2 (dua) macam,


yaitu tindakan yang bersifat administratif (non justicial)
dan tindakan melalui proses peradilan (pro justisia).
Tindakan yang bersifat administratif (non justicial) dapat
berupa denda biaya beban, larangan terhadap orang asing
untuk berada di wilayah Indonesia, bahkan deportasi dari
wilayah Indonesia. Sedangkan tindakan melalui proses
peradilan (pro justisia) berupa pengajuan ke sidang
pengadilan.....” (Hasil wawancara dengan Sri Warnati,
S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal
13 Agustus 2012 jam 10.00 WIB).

Untuk melakukan pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing, mekanisme pelaksanaannya dilakukan dengan cara

berkoordinasi dengan badan atau instansi pemerintah yang dibidangnya

menyangkut orang asing. Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen,

Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham

Jawa Tengah, menjelaskan bahwa:

“.....mekanisme pelaksanaan pengawasan dan penindakan


keimigrasian terhadap orang asing yang berada di wilayah
Indonesia dilakukan dengan mengadakan koordinasi
dengan badan atau instansi pemerintah yang dibidang
tugasnya menyangkut orang asing. Di tingkat pusat,
pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dilakukan
oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Sedangkan di tingkat
provinsi, pelaksanaan koordinasi dilakukan oleh Kantor
Wilayah dan Kantor Imigrasi untuk wilayah Kabupaten
dan kota.....” (Hasil wawancara dengan Sri Warnati, S.H.,
Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal
13 Agustus 2012 jam 10.00 WIB).

 
  67

4.1.4 Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah Dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan

Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia

Kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap

orang asing merupakan bagian dari pelaksanaan tugas Bidang Intelijen,

Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian pada Divisi Keimigrasian.

Tugas tersebut sejalan dengan Permenkumham Nomor M-01.PR.07.10

Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, dimana Divisi

Keimigrasian bertugas membantu sebagian tugas Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah di bidang keimigrasian.

Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan

Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah,

menyatakan bahwa:

“.....Kanwil juga ikut serta dalam pelaksanaan tugas


pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang
asing. Hal tersebut juga telah diatur di dalam
Pemenkumham Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
Selain itu juga diatur dalam Undang-undang Nomor 6
Tahun 2011 tentang keimigrasian.....” (Hasil wawancara
dengan Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen,
Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal
17 September 2012 jam 13.00 WIB).

Dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah melakukan koordinasi dengan badan atau instansi pemerintah

 
  68

yang tugasnya menyangkut orang asing. Hal tersebut juga dijelaskan oleh

Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan Sistem

Informasi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, bahwa:

“.....Kanwil dalam melaksanakan tugas pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing berkoordinasi dengan Kantor Imigrasi

sebagai UPT kami.....” (Hasil wawancara dengan Bapak Jusuf Perdana,

S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan Sistem Informasi

Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada

tanggal 17 September 2012 jam 13.00 WIB).

Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kasubsi Penindakan

Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang, juga membenarkan

tentang adanya koordinasi tersebut. “.....ya memang benar bahwa kanwil

berkoordinasi dengan kantor imigrasi sebagai UPT-nya dalam

melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang

asing.....” (Hasil wawancara dengan Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,

Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I

Semarang, pada tanggal 20 Desember jam 09.00 WIB).

Dalam pengkoordinasian pelaksanaan tugas pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing, Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah mempunyai peran sebagai

koordinator. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

mengkoordinasikan, mengendalikan, serta mengawasi kegiatan teknis

pengawasan dan penindakan keimigrasian yang dilakukan oleh Kantor

 
  69

Imigrasi sesuai wilayah kerjanya yaitu di Kabupaten dan Kota. Semua

kegiatan Kantor Imigrasi dalam melaksanakan pengawasan dan

penindakan terhadap orang asing diawasi dan dikendalikan oleh Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah. Hasil dari kegiatan

tersebut pun dilaporkan kepada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah setiap 1 (satu) bulan sekali.

Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan

Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah,

menyatakan bahwa:

“.....Peran Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah dalam


melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian
terhadap orang asing yaitu sebagai koordinator dalam
pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan pengawasan dan
penidakan orang asing. Pengkoordinasian tersebut
dilakukan dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) imigrasi
dari Kanwil Kemenkumham di bidang keimigrasian, yaitu
Kantor Imigrasi.....” (Hasil wawancara dengan Bapak
Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan
Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal 17
September 2012 jam 13.00 WIB).

Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian

Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, menambahkan:

“.....Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa


Tengah bertugas mengawasi dan mengendalikan apa saja
kegiatan yang dilakukan Kantor Imigrasi dalam
pelaksanaan pengawasan dan penindakan keimigrasian
terhadap orang asing di wilayah kerjanya yaitu Kabupaten
dan Kota. Dan hasil dari kegiatan tersebut juga dilaporkan
kepada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah.....” (Hasil wawancara dengan Ibu Sri
Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian
Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada
tanggal 13 Agustus 2012 jam 10.00 WIB).

 
  70

Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., Kasubsi Pengawasan pada

Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang, juga menyatakan hal yang sama, yaitu:

“.....dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap

orang asing, kanwil berperan sebagai koordinator dalam

pengkoordinasiannya dengan kantor imigrasi. Tugas Kantor Imigrasi juga

diawasi dan dikendalikan oleh kanwil, dan hasilnya juga dilaporkan pada

kanwil.....” (Hasil wawancara dengan Bapak A. Anton H, S.E., S.H.,

M.M., Kasubsi Pengawasan Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang pada

tanggal 11 Oktober jam 13.30 WIB).

Tugas dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam pengkoordinasian pelaksanaan pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing yaitu sebagai berikut:

(a) Menyiapkan program kerja mengenai pengawasan dan


penindakan keimigrasian terhadap orang asing;
(b) Memberikan bimbingan teknis mengenai tugas
pengawasan dan penindakan terhadap orang asing;
(c) Melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan kinerja
Kantor Imigrasi dalam melakukan pengawasan dan
penindakan keimigrasian terhadap orang asing;
(d) Melaksanakan pengolahan data hasil kegiatan
pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap
orang asing;
(e) Memberikan bimbingan dan kebijakan atas penegakan
hukum keimigrasian (Hasil wawancara dengan Ibu Sri
Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi
Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah pada tanggal 13 Agustus 2012 jam 10.00
WIB).

Selain melakukan pengkoordinasian dengan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) yaitu Kantor Imigrasi atau yang disebut dengan pengawasan

 
  71

gabungan, dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah juga melakukan pengawasan mandiri, yang artinya Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah melakukan

pemantauan atau survey langsung ke lapangan atas keberadaan dan

kegiatan orang asing di Wilayah Jawa Tengah. Caranya dengan

mendatangi tempat-tempat yang sekiranya dapat ditemukan bahan

keterangan mengenai keberadaan dan kegiatan orang asing.

Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian

Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, menjelaskan:

“....Kanwil juga melakukan pemantauan langsung ke


lapangan guna mengawasi keberadaan dan kegiatan orang
asing. Misalnya dengan mencari informasi tentang
keberadaan dan kegiatan orang asing, serta mendatangi
tempat penginapan. Kanwil meminta keterangan kepada
sponsor atau penjamin si orang asing, atau kepada setiap
orang yang memberi kesempatan menginap kepada orang
asing, atau juga kepada pemilik atau pengurus tempat
penginapan, dan mereka wajib memberikan data mengenai
orang asing yang menginap di tempat penginapannya.....”
(Hasil wawancara dengan Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid
Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal 13 Agustus
2012 jam 10.00 WIB).

Sementara itu, Emmy Hutapea, S.H., sponsor orang asing yang

diwawancarai pada tanggal 2 September 2012, memberikan tanggapan,

“.....Memang betul Kanwil kadang meminta keterangan kepada kami para

pihak sponsor mengenai informasi tentang keberadaan dan kegiatan orang

asing yang kami sponsori. Kadang juga Kanwil mendatangi tempat

penginapan yang ditempati orang asing guna memantaunya lebih

 
  72

lanjut.....” (Hasil wawancara dengan Emmy Hutapea, S.H., sponsor orang

asing pada tanggal 2 September 2012 jam 10.00 WIB).

Jadi dapat disimpulkan bahwa peran Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan

pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing bisa

dikatakan sebagai supervisor Kantor Imigrasi. Kanwil bertugas

melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang

asing di seluruh Wilayah Jawa Tengah, serta bertugas mengawasi serta

mengendalikan tugas Kantor Imigrasi dalam pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing di Wilayah Kabupaten dan Kota.

Menurut Bapak Afif Nur Anshari, S.H., staf Bidang Intelijen,

Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian yang diwawancarai pada

tanggal 26 September 2012 menyatakan:

“.....peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian


Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam pelaksanaan
pengawasan dan penindakan orang asing yaitu sebagai
pelaksana kegiatan pengawasan dan penindakan orang
asing sekaligus supervisor Kantor Imigrasi dalam kegiatan
pengawasan dan penindakan orang asing. (Hasil
wawancara dengan Afif Nur Anshari, S.H., Staf Bidang
Intelijen, Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian
Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada
tanggal 26 September 2012 jam 11.00 WIB).

Hal serupa juga dinyatakan oleh Bapak Bagus Aditya NS, S.H.,

M.H., Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I

Semarang, “.....jadi bisa dibilang kanwil itu sebagai supervisor kanim

dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian dan orang

asing.....” (Hasil wawancara dengan Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,

 
  73

Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang

pada tanggal 20 Desember jam 09.00 WIB).

4.1.5 Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Terhadap

Orang Asing di Indonesia

Dalam melaksanakan tugas pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing, tentunya Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah menemukan berbagai

kendala dalam melaksanakan tugas tersebut.

Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian

Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, menyatakan bahwa:

“.....salah satu kendala kami dalam melaksanakan tugas


pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang
asing yaitu ada pada kualitas sumber daya manusia para
pegawai/staf. Masih ada pegawai/staf yang kurang
menguasai pengetahuan mengenai keimigrasian, baik itu
di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah maupun di unit pelaksana teknis kami,
yaitu Kantor Imigrasi.....” (Hasil wawancara dengan Sri
Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian
Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada
tanggal 13 Agustus 2012 jam 10.00 WIB).

Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kasubsi Penindakan

Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang, juga

membenarkan pernyataan dari Ibu Sri Warnati, S.H., beliau menyatakan:

“.....memang benar yang menjadi kendala dalam


melaksanakan tugas pengawasan dan penindakan
keimigrasian terhadap orang asing adalah kualitas pegawai

 
  74

yang masih kurang. Hal tersebut juga dialami oleh Kantor


Imigrasi. Dikarenakan para staf di Kantor Imigrasi
Semarang bukan termasuk dari golongan penyidik
pegawai negeri sipil keimigrasian atau yang disebut
dengan PPNS Keimigrasian, yang mana PPNS
keimigrasian itu adalah pejabat imigrasi yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk melakukan tindak
pidana keimigrasian. Melainkan staf di kantor imigrasi
terdiri dari golongan setingkat Sarjana biasa....” (Hasil
wawancara dengan Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kasubsi
Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I
Semarang pada tanggal 20 Desember jam 09.00 WIB).

Selain kualitas sumber daya manusia para pegawai yang masih

kurang, kuantitas sumber daya manusia juga menjadi kendala Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah. Hal tersebut

diungkapkan oleh Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen,

Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham

Jawa Tengah, menyatakan bahwa:

“.....Kalau bicara mengenai kendala, kendala dalam


melaksanakan tugas pengawasan dan penindakan
keimigrasian terhadap orang asing yaitu kurangnya
pegawai baik di lingkungan kanwil atau di lingkungan
UPT. Jumlah pegawai masih belum seimbang dengan
beban kerja tentunya berpengaruh terhadap kinerja dan
profesionalisme pegawai dalam melaksanakan
tugasnya.....” (Hasil wawancara dengan Bapak Jusuf
Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan
Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal 17
September 2012 jam 13.00 WIB).

Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., Kasubsi Pengawasan

Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang , juga meyatakan hal yang sama,

yakni “.....dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan orang asing,

kami mendapatkan kendala pada jumlah pegawai. Jumlah pegawai

 
  75

dengan beban kerja masih belum seimbang, baik itu di Kantor Imigrasi

maupun di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah....” (Hasil wawancara dengan A. Anton H, S.E., S.H., M.M.,

Kasubsi Pengawasan Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang pada tanggal 11

Oktober jam 13.30 WIB).

Bapak Afif Nur Anshari, S.H., staf Bidang Intelijen, Penindakan

Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah, juga membenarkannya, “.....kami kekurangan

personil untuk melaksanakan tugas keimigrasian, terutama mengenai

pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing....”

(Hasil wawancara dengan Afif Nur Anshari, S.H., Staf Bidang Intelijen,

Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal 26 September 2012 jam

11.00 WIB).

Selain masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, ada

lagi yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing yaitu terbatasnya

anggaran kerja. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Afif Nur Anshari,

S.H., staf Bidang Intelijen, Penindakan Dan Sistem Informasi

Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah,

beliau menyatakan: “.....sebenarnya anggaran yang kami peroleh dari

pusat sangat terbatas, sehingga anggaran tersebut tidak aplikatif dengan

rencana kerja kita.....” (Hasil wawancara dengan Afif Nur Anshari, S.H.,

 
  76

Staf Bidang Intelijen, Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian

Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal 26

September 2012 jam 11.00 WIB).

Hal serupa juga dinyatakan oleh Bapak Bagus Aditya NS, S.H.,

M.H., Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I

Semarang, “.....sebenarnya anggaran yang kami dapat untuk

melaksanakan tugas pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap

orang asing jumlahnya masih terbatas, tetapi sebisa mungkin kami

menggunakannya semaksimal mungkin.....” (Hasil wawancara dengan

Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada

Kantor Imigrasi Kelas I Semarang pada tanggal 20 Desember jam 09.00

WIB).

4.1.6 Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

Dalam Mengatasi Kendala Tersebut

Dalam melaksanakan tugas pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing, Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah membutuhkan kualitas dan kuantitas sumber

daya manusia pegawai yang memadai agar tercipta kinerja yang baik dan

profesional. Maka dari itu, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah berusaha meningkatkan kualitas sumber daya

manusia para pegawainya.

 
  77

Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian

Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, menyatakan bahwa:

“.....upaya yang dilakukan dengan mengadakan pelatihan-


pelatihan, bimbingan teknis serta penyuluhan materi
tentang keimigrasian kepada pegawai baik dilingkungan
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah maupun di jajaran unit pelaksana teknis
imigrasi.....” (Hasil wawancara dengan Sri Warnati, S.H.,
Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal
13 Agustus 2012 jam 10.00 WIB).

Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kasubsi Penindakan

Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang, juga menyatakan

hal yang sama, “.....upayanya yaitu dengan mengadakan bimbingan-

bimbingan teknis kepada pegawai, Kanwil juga membantu dalam

mengadakan pelatihan-pelatihan serta penyuluhan kepada Kantor

Imigrasi....” (Hasil wawancara dengan Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,

Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I

Semarang pada tanggal 20 Desember jam 09.00 WIB).

Mengenai masalah kurangnya kuantitas sumber daya manusia

pegawai, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

berusaha mengatasinya dengan cara peningkatan jumlah pegawai, yaitu

dengan mengadakan penerimaan CPNS setiap tahunnya.

Jusuf Perdana, S.H., M.H., Kabid Intelijen, Penindakan Dan

Sistem Informasi Keimigrasian yang diwasancarai pada tanggal 17

September 2012 menyatakan:

 
  78

Untuk mengatasi kendala mengenai kurangnya jumlah


personil atau pegawai di lingkup Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah,
Kementerian Hukum dan HAM RI melalui Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM mengadakan
penerimaan CPNS untuk setiap tahunnya. Dari Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM mengusulkan
jumlah pegawai yang dibutuhkan ke Menteri Hukum dan
HAM RI dan Sekretaris Jenderal. Setelah berkoordinasi
dengan instansi terkait seperti Badan Kepegawaian Negara
dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, maka
dalam setiap penerimaan CPNS dialokasikan kebutuhan
CPNS bagi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah. (Hasil wawancara dengan Jusuf
Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan
Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal 17
September jam 13.00 WIB).

Selain kendala mengenai kualitas dan kuantitas sumber daya

manusia pegawai, kendala lain yang menghambat kinerja Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang

asing yaitu pada terbatasnya anggaran yang diterima dari pusat, sehingga

anggaran tersebut tidak aplikatif dengan rencana kerja awal. Cara yang

dilakukan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan cara menggunakan

anggaran tersebut dengan sebaik-baiknya agar anggaran tersebut dapat

mencukupi kegiatan yang dilakukan.

Bapak Afif Nur Anshari, S.H., staf Bidang Intelijen, Penindakan

Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah, beliau menyatakan:

 
  79

“.....cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan


anggaran tersebut dengan sebaik-baiknya, mau tidak mau
kita harus bisa mencukupi anggaran tersebut untuk
kegiatan kita dalam pengawasan dan penindakan
keimigrasian tergadap orang asing. Karena dari dulu juga
kita dari kanwil sudah mengajukan penambahan
rancangan anggaran kepada pusat tetapi yang dikeluarkan
tetap terbatas dengan alasan penghematan anggaran.....”
(Hasil wawancara dengan Afif Nur Anshari, S.H., Staf
Bidang Intelijen, Penindakan Dan Sistem Informasi
Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah pada tanggal 26 September 2012 jam 11.00
WIB).

Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kasubsi Penindakan

Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang, juga

membenarkan hal tersebut, “.....ya memang benar baik dari kanwil

maupun kanim sudah mengajukan ke pusat untuk penambahan anggaran,

tetapi hasilnya nihil, alasannya untuk penghematan. Jadi ya mau tidak

mau kita harus menggunakan anggaran tersebut dengan semaksimal

mungkin.....” (Hasil wawancara dengan Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,

Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I

Semarang pada tanggal 20 Desember jam 09.00 WIB).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah Dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan

Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia

Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing

merupakan upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan pembangunan

 
  80

ekonomi, nasional sekaligus memelihara ketahanan nasional yang

seimbang. Hal tersebut juga termasuk dalam tri fungsi keimigrasian yang

telah diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011, yaitu

memberikan pelayanan pemerintahan negara dalam memberikan

pelayanan keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara, dan

fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat.

Materi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2012, khususnya di

bidang Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian (Wasdakim), secara

substansi ada 3 (tiga) kegiatan pokok keimgrasian, yaitu:

(1) Pengawasan kemigrasian;

(2) Penyidikan keimgrasian; dan

(3) Tindakan keimigrasian.

Menurut Menurut Lucky Agung Binarto (Tesis; 2006),

menjelaskan bahwa Pengawasan orang asing terdapat 2 (dua) macam,

yaitu pengawasan administratif dan pengawasan operasional,

Pengawasan administratif, yaitu pengawasan yang


dilakukan melalui penelitian surat-surat atau dokumen,
berupa pencatatan, pengumpulan data dan penyajian
maupun penyebaran informasi secara manual dan
elektronik tentang lalu lintas keberadaan dan kegiatan
orang asing . Sedangkan pengawasan operasional, yaitu
pengawasan lapangan yang dilakukan berupa pemantauan,
patroli, razia dengan mengumpulkan bahan keterangan,
pencarian orang dan alat bukti yang berhubungan dengan
tindak pidana keimigrasian. (Lucky, Tesis; 2006).

Sedangkan mengenai penindakan, Lucky Agung Binarto dalam

Tesisnya menjelaskan bahwa “Penindakan adalah melakukan suatu

 
  81

tindakan hukum administrasi terhadap orang yang tidak mentaati peraturan

dan atau melakukan kegiatan yang berbahaya bagi keamanan dan

ketertiban umum”.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun

2011 tentang Keimigrasian, tindakan keimigrasian adalah “tindakan

administrarif atau sanksi administratif dalam bidang keimigrasian di luar

proses peradilan”. Dalam pelaksanaannya, tindakan keimigrasian dapat

dilakukan terhadap orang asing yang berada di Wilayah Indonesia karena

alasan-alasan bahwa orang asing itu:

(1) Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi

keamanan dan ketertiban umum;

(2) Tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pelaksanaan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing

yang berada di wilayah Indonesia dilakukan secara koordinasi.

Pelaksanaan pengawasan dan penindakan terhadap orang


asing yang berada di wilayah Indonesia dilakukan dengan
koordinasi Menteri Hukum dan HAM bersama Badan atau
Instansi Pemerintah yang terkait. Yang dimaksud
koordinasi bersama Badan atau Instansi yang terkait
adalah bahwa pada dasarnya pengawasan orang asing
menjadi tanggung jawab Menteri Hukum dan HAM dan
Pejabat Imigrasi. (Abdullah, 1993;89)

Kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap

orang asing merupakan bagian dari pelaksanaan tugas Bidang Intelijen,

Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian pada Divisi Keimigrasian.

 
  82

Tugas tersebut sejalan dengan Pemenkumham Nomor M-01.PR.07.10

Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, dimana Divisi

Keimigrasian bertugas membantu sebagian tugas Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah di bidang keimigrasian.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

sebagai perangkat Kementerian Hukum dan HAM di daerah (instansi

vertikal) mempunyai tugas pokok dan fungsi yang termuat dalam Pasal 2

dan 3 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia, yang berbunyi :

Pasal 2
Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan tugas
pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dalam wilayah Provinsi
berdasarkan kebijakan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia R.I dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi :
(a) Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian
program, dan pengawasan;
(b) Pembinaan di bidang hukum dan hak asasi manusia;
(c) Penegakan hukum di bidang pemasyarakatan,
keimigrasian, administrasi hukum umum, dan hak
kekayaan intelektual;
(d) Perlindungan, pemajuan, pemenuhan, penegakan dan
penghormatan hak asasi manusia;
(e) Pelayanan hukum;

 
  83

(f) Pengembangan budaya hukum dan pemberian


informasi hukum, penyuluhan hukum, dan diseminasi
hak asasi manusia;
(g) Pelaksanaan kebijakan dan pembinaan teknis di bidang
administrasi di lingkungan Kantor Wilayah.

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi tersebut, Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah menyelenggarakan fungsi

pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program dan pengawasan,

serta penegakan hukum di bidang keimigrasian, yang termuat dalam Pasal

35 dan 36 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia, yang berbunyi :

Pasal 35
Bidang Intelijen, Penindakan dan Sistem Informasi
Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di
bidang intelijen dan Tempat Pemeriksaan Imigrasi,
penindakan keimigrasian serta sistem informasi
keimigrasian sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 36
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35, Bidang Intelijen, Penindakan dan Sistem
Informasi Keimigrasian menyelenggarakan fungsi :
(a) pelaksanaan kebijakan, bimbingan, pengaturan dan
pengamanan teknis pelaksanaan tugas di bidang
intelijen dan tempat pemeriksaan imigrasi, penindakan
keimigrasian dan rumah detensi imigrasi;
(b) pelaksanaan kebijakan, bimbingan, pengaturan, dan
pengamanan teknis pelaksanaan tugas di bidang sistem
informasi keimigrasian.

Peran yang dilakukan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan

 
  84

terhadap orang asing adalah melakukan pengkoordinasian dengan Unit

Pelaksana Teknis yaitu Kantor Imigrasi. Dalam pengkoordinasian tersebut,

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah menerima

laporan dan menindaklanjuti setiap adanya laporan dari Kantor Imigrasi,

baik itu adanya orang asing yang berada di Wilayah Jawa Tengah sampai

pada adanya pelanggaran dan penindakannya terhadap orang asing

tersebut. Selain itu, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah melakukan pengolahan data yang diterimanya dari Unit Pelaksana

Teknis, dan memberikan bimbingan teknis mengenai pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing, serta memberikan

kebijakan atas penegakan hukum keimigrasian terhadap pelanggaran yang

dilakukan oleh orang asing.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing. Peran dan fungsi tersebut

tidak berjalan dengan sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya

Peraturan Perundang-undanganyang sesuai, Sumber daya manusia yang

sesuai baik kualitas maupun kuantitas, serta sarana yang memadai.

 
  85

4.2.2 Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Terhadap

Orang Asing di Indonesia

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

sebagai instansi vertikal dari Kementerian Hukum dan HAM Republik

Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia di Propinsi Jawa

Tengah harus mampu sebagai ujung tombak fungsi pusat hukum (law

center) di daerah. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Jawa Tengah mempunyai peran yang strategis pula di daerah

untuk mengaktualisasikan fungsi pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing. Untuk penyelenggaraan tersebut,

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa

Tengah harus melakukan kerja sama atau berkoordinasi dengan instansi

terkait baik di provinsi maupun di kabupaten/kota. Namun dengan luasnya

tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah, banyak kendala yang menghambat tugas pokok dan fungsi

tersebut.

Berdasarkan penelitian di atas, kendala Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan

pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing, yaitu:

(1) Kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pegawai

 
  86

Pelaksanaan pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing terhambat oleh kurangnya kualitas dan kuantitas

sumber daya manusia para pegawai, baik itu di Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah maupun di jajaran unit

pelaksana teknis. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap

kinerja dan profesionalisme staff/pegawai dalam melaksanakan

tugasnya.

(a) Segi kualitas sumber daya manusia

Kurangnya pengetahuan/ keahlian mengenai keimigrasian pada

pegawai/staf baik di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah maupun di lingkungan Kantor

Imigrasi.

(b) Segi kuantitas sumber daya manusia

Jumlah pegawai baik di lingkungan Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah maupun di

lingkungan Kantor Imigrasi masih belum seimbang dengan

beban kerja.

(2) Terbatasnya anggaran kerja

Anggaran yang turun dari pusat jumlahnya terbatas atau

tidak sesuai dengan yang Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah ajukan, sehingga anggaran tersebut tidak aplikatif

dengan rencana kerja. Sebenarnya kendala ini bukan kendala pokok.

Artinya walaupun ada keterbatasan dalam anggaran, mau tidak mau

 
  87

harus dapat mengoptimalkan anggaran tersebut sebaik-baiknya agar

tugas dapat dijalankan dengan baik pula. Karena sudah sejak lama

terdapat kendala semacam ini. Kendala tersebut juga tidak hanya

terjadi di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah, tetapi juga terjadi di jajaran unit pelaksana teknis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala yang terjadi

dalam peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing disebabkan kurangnya

Sumber Daya Manusia para pegawai baik secara kualitas dan

kuantitas, serta anggaran yang diterima tidak aplikatif dengan

rancangan kerja. Maka dari itu, pelaksanaan peran dan fungsi Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing masih

kurang efektif.

4.2.3 Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

Dalam Mengatasi Kendala Tersebut

Beberapa kendala yang ada di Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah secara langsung akan menghambat

pelaksanaan tugas dan fungsinya terutama dalam hal pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing. Maka dari itu, Kantor

 
  88

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah terus berupaya

untuk mengatasi kendala tersebut.

Upaya yang dilakukan berdasarkan penelitian di atas antara lain:

(1) Terkait masalah kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya

manusia para pegawai/staf

(a) Segi kualitas sumber daya manusia

Mengadakan pendidikan rintisan gelar untuk para pegawai dengan

bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah dan

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan HAM RI untuk pemberian beasiswa

Strata 2 dan Strata 3. Selain itu, Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah juga melakukan pelatihan-

pelatihan serta penyuluhan untuk meningkatkan sumber daya

manusia para pegawai, baik di lingkungan Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah maupun Kantor

Imigrasi.

(b) Segi kuantitas sumber daya manusia

Mengadakan penerimaan CPNS untuk setiap tahunnya. Dari

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM mengusulkan

jumlah pegawai yang dibutuhkan ke Menteri Hukum dan HAM

RI dan Sekretaris Jenderal. Setelah berkoordinasi dengan instansi

terkait seperti Badan Kepegawaian Negara dan Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara, maka dalam setiap penerimaan

 
  89

CPNS dialokasikan kebutuhan CPNS bagi Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.

(2) Terkait masalah terbatasnya anggaran

Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya yaitu dengan

menggunakan anggaran tersebut secara optimal sesuai dengan

kegiatan agar anggaran tersebut dapat mencukupi kegiatan yang

dilakukan.

 
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing yaitu sebagai berikut:

(1) Koordinator dalam pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian

program kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing;

(2) Pembina kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing; dan

(3) Penegak hukum di bidang keimigrasian.

2. Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing diantaranya yaitu:

(1) Kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pegawai

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dan

jajaran unit pelaksana teknis; dan

(2) Anggaran kerja untuk kegiatan pengawasan dan penindakan orang

asing tidak aplikatif dengan rencana kerja.

90
  91

3. Upaya yang dilakukan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah untuk mengatasi kendala tersebut yaitu sebagai berikut:

(1) Upaya terhadap kendala kurangnya kualitas dan kuantitas sumber

daya manusia pegawai, yaitu dengan cara:

- Mengadakan pendidikan rintisan gelar untuk para pegawai

dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri di Jawa

Tengah dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI untuk

pemberian beasiswa Strata 2 dan Strata 3. Selain itu, Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah juga

melakukan pelatihan-pelatihan serta penyuluhan untuk

meningkatkan sumber daya manusia para pegawai, baik di

lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah maupun Kantor Imigrasi.

- Mengadakan penerimaan CPNS untuk setiap tahunnya. Dari

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM mengusulkan

jumlah pegawai yang dibutuhkan ke Menteri Hukum dan

HAM RI dan Sekretaris Jenderal. Setelah berkoordinasi

dengan instansi terkait seperti Badan Kepegawaian Negara dan

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, maka dalam

setiap penerimaan CPNS dialokasikan kebutuhan CPNS bagi

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.

 
  92

(2) Upaya terhadap kendala anggaran kerja yang tidak aplikatif yaitu

dengan cara menggunakan anggaran tersebut secara optimal sesuai

dengan kegiatan agar anggaran tersebut dapat mencukupi kegiatan

yang dilakukan.

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada Kantor Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah untuk lebih mengutamakan dan meningkatkan kedisiplinan,

integritas dan kinerja secara optimal dalam melaksanakan peran dan

fungsi dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan terhadap orang

asing, serta lebih memperhatikan terjaminnya penghormatan terhadap

Hak Asasi Manusia;

2. Diharapkan koordinasi dengan instansi terkait lebih ditingkatkan lagi

agar tercipta suatu hasil kinerja yang maksimal;

3. Diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi membantu pemerintah untuk

menjaga atau menjamin keamanan negara dengan melaporkan apabila

mengetahui keberadaan dan kegiatan orang asing sera pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan.

 
  93

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Afifudin, dan B.A. Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


CV. Pustaka Setia.

Fakultas Hukum UNNES. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum.


Semarang: Fakutas Hukum UNNES.

Hidayat, Arif. 2009. Buku Ajar Hukum Administrasi Negara Lanjut. Semarang:
Fakultas Hukum UNNES.

Kusumaatmadja, Mochtar. 1997. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Bina


Cipta.

Manan, Bagir. 2000. Hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional,


Jakarta.

Moleong, Lexy J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Saleh, John Sarodja. 2008. Sekuriti dan Intelijen Keimigrasian. Jakarta:


Direktorat Jenderal Imigrasi.

Sjahriful, Abdullah H. 1993. Memperkenalkan Hukum Keimigrasian. Jakarta:


Ghalia Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 1985. Pengantar Penulisan Hukum. Jakarta: UI Press.

Ukun, Wahyudin. 2004. Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan


Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian. Jakarta: PT. Adi Kencana
Aji.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

  93
  94

Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 1994 tentang pengawasan orang asing


dan tindakan keimigrasian.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:
M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun 1991 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi.

 
C. Sumber Non Buku

Artikel sejarah keimigrasian, diakses pada


http://www.imigrasi.go.id/sejarah.html pada tanggal 13 Desember 2011.

Binarto, Lucky Agung. 2006. Pelaksanaan Penyidikan Oleh Penyidik Pegawai


Negeri Sipil Direktorat Jenderal Imigrasi Dalam Rangka Penegakan
Hukum Terhadap Pelanggaran Undang-Undang Keimigrasian. Tesis.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Indra, Muhammad. 2008. Perspektif Penegakan Hukum dalam Sistem


Keimigrasian Indonesia. Disertasi. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Tedy Maranto, Sunu. 2008. Tugas pokok dan fungsi Departemen Hukum dan
HAM RI di Bidang Pelayanan Hukum pasca Amandemen UUD 1945.
Tesis. Semarang; Universitas Diponegoro.

Utami, Muji. 2009. Mekanisme Pengawasan dan penindakan keimigrasian di


Kantor Imigrasi Surakarta. Tugas Akhir. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.

Wilis, Ratna. 2009. Pengawasan dan penindakan Keimigrasian terhadap izin


tinggal orang asing di Indonesia. Tesis. Medan: Universitas Sumatera
Utara.

 
  95

LAMPIRAN

 
  96

Unit Pelaksana Teknis Imigrasi Di Wilayah Jawa Tengah

Divisi Imigrasi

Kantor Imigrasi Kantor Imigrasi Kantor Imigrasi Kantor Imigrasi Kantor Imigrasi Kantor Imigrasi Rumah Detensi
Kelas I Kelas I Kelas II Kelas II Kelas II Kelas II Imigrasi
Semarang  Surakarta  Cilacap  Pemalang  Pati  Wonosobo  Semarang 

5 Kabupaten 6 Kabupaten 5 Kabupaten 5 Kabupaten 4 Kabupaten 5 Kabupaten


Kab Semarang Kab SSurakarta Kab Cilacap Kab Pemalang Kab Pati Kab Wonosobo
Kab Kendal Kab Sragen Kab Banyumas Kab Pekalongan Kab Rembang Kab Purworejo
Kab Kudus Kab Sukoharjo Kab Purbalingga Kab Batang Kab Blora Kab Temanggung
Kab Purwodadi Kab Klaten Kab Banjarnegara Kab Tegal Kab Jepara Kab Magelang
Kab Demak Kab Boyolali Kab Kebumen Kab Brebes
Kab Karanganyar

2 Kota 1 Kota 2 Kota 1 Kota


Kota Semarang Kota Surakarta Kota Pekalongan Kota Magelang
Kota Salatiga Kota Tegal

Anda mungkin juga menyukai