SEMARANG
Skripsi
Oleh
Sista Agastyasti
NIM: 3450401029
2006
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah di setujui oleh Pembimbing untuk diajukan kesidang panitia skripsi
Hari :
Tanggal:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Skripsi ini telah dipertahankan didepan panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial,
Hari :
Tanggal:
Penguji Skripsi
Anggota I Anggota II
Mengetahui
Dekan
Drs. Sunardi
NIP: 130367998
PERNYATAAN
iii
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
Semarang
Waspiah
NIM. 3450401068
insyaf bahwa setiap yang berakal selalu mencari kebenaran. Dan setiap orang selalu
mencari kebenaran, maka dalam hidup dan kehidupannya pasti ia menemui kesulitan.
Jika ia menghadapi kesulitan tentu orang lainpun akan demikian juga halnya. Maka
Sahabat-sahabatku yang setia dalam suka maupun duka ( Yuli dan Sista )
Angkatan 2001
Almamaterku
PRAKATA
v
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat, hidayah,
kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih atas bimbingan, arahan dan
bantuan kepada:
5. Drs. Suhadi, M.Si Dosen pembimbing II yang membantu dan sabar dalam
IIA Semarang
12. Semua pihak yang telah membantu demi selesainya skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi dan bantuan serta bimbingan yang
telah diberikan dalam penulisan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, penulis terbuka
menerima saran dan kritik yang membangun, yang akan memperbaiki skripsi ini
Harapan penulis, semoga skripsi ini berguna bagi para pebaca yang
budiman.
Semarang, 2006
Penyusun
vii
SARI
Waspiah 2006. Pembinaan Narapidana Kaitannya dengan Hak-Hak Narapidana Di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Semarang. Halaman: 92
Kata Kunci: Pola Pembinaan, Narapidana Wanita, Hak-Hak Narapidana
Hak-hak narapidana Wanita sebagai warga Negara Indonesia yang hilang
kemerdekaannya karena melakukan tindak pidana, haruslah dilakukan sesuai dengan
Hak Asasi Manusia. Sering dijumpai dalam Lembaga Pemasyarakatan bahwa hak
narapidana belum diberikan sesuai dengan hak mereka sebagai warga Negara. Hal ini
desebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurang dipahaminya peraturan
mengenai hak-hak narapidana yang tertuang dalam undang-undang oleh petugas
Lembaga Pemasyarakatan atau bahkan oleh para narapidana sendiri.
Permasalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah ( 1 ) bagaimanakah praktek
penyelenggaraan pembinaan narapidana wanita menurut Undang-Undang no. 12
tahun 1995 mengenai Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA
Semarang. (2) Bagaimanakah perlindungan yang diberikan oleh Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Semarang Klas IIA Semarang terhadap narapidana wanita.
Penelitian ini bertujuan ( 1 ) untuk mengetahui informasi tentang pelaksanaan
pembinaan narapidana sesuai dengan undang-undang No.12 tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan. (2) untuk memperoleh informasi tentang pembinaan narapidana
berkaitan dengan hak-haknya di Lembaga Pemasyarakatan wanita Kelas IIA
Semarang. Penelitain ini menggunakan metode penelitian kualitatif . Lokasi dalam
penelitian ini adalah Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Semarang. Alat
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi dan
wawancara. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan metode analisis interaktif
dan disajikan dalam bentuk data yang bersifat deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hak-hak narapidana diberikan dengan
adanya pembatasan-pembatasan pada hak-hak tertentu. Adapun untuk kegiatan
pembinaan dalam lembaga meliputi pendidikan agama, rekreasi, ketrampilan dan olah
raga. Untuk kegiatan diluar lembaga meliputi cuti menjelang bebas dan pembebasan
bersyarat. Secara umum para narapidana merespon kegiatan pembinaan dan
memandang bahwa kegiatan tersebut masih diperlukan agar mereka mempunyai bekal
baik mental, fisik, maupun sosial yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan secara umum praktek
penyelenggaraan pembinaan narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wanita
Klas IIA Semarang sudah sesuai dengan Undang-Undang No.12 tahun 1995 tentang
pemasyarakatan, secara khusus ada beberapa hal yang kurang sesuai antara lain
dibatasinya informasi khususnya dari majalah dan koran. Secara umum perlindungan
hak-hak narapidana yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA
Semarang sudah sesuai dengan Undang-Undang No.12 tahun 1995 tentang
pemasyarakatan secara khusus ada hal-hal yang tertentu yang dalam prakteknya
dibatasi seperti dibatasinya tontonan televisi yang hanya pada acara-acara tertentu
saja, kurangnya bahan bacaan yang tersedia di perpustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan pentingnya mensosialisasikan kegiatan
pembinaan narapidana pada masyarakat, sebagai salah satu unsur partisipasi
masyarakat dengan mengikutsertakan seluruh kemampuan dan dana masyarakat untuk
ikut peduli terhadap kegiatan pembinaan narapidana, misalnya dengan cara
viii
masyarakat berperan sebagai penyelenggara pemeran untuk memasarkan karya
ketrampilan para narapidana. Pentingnya peran kalangan swasta sebagai pihak ketiga
untuk ambil bagian dalam proses pembinaan narapidana dengan mengadakan kerja
sama dalam proses pemasyarakatan narapidana, misalnya pihak swasta membantu
menyediakan sarana ketrampilan dan sebagai timbal baliknya para narapidana
dipekerjakan pihak swasta tersebut.
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ....................................................................................... ii
PERNYATAAN .......................................................................................iv
PRAKATA................................................................................................vi
DAFTAR ISI..............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
B. Sistem Pemasyarakatan.........................................................11
B. Lokasi Penelitian....................................................................26
C. Fokus Penelitian.....................................................................27
B. Pembahasan............................................................................83
A. Kesimpulan ............................................................................89
B. Saran ......................................................................................89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
berdasarkan pada peraturan yang ada dan norma-norma yang berlaku dalam
karena tanpa adanya hukum kita tidak dapat membayangkan akan seperti apa
nantinya negara kita ini. Kejahatan akan terus bertambah dengan cara yang
Kejahatan dapat timbul di mana saja dan kapan saja. Bahkan dapat
dikatakan bahwa kejahatan itu terjadi hampir pada setiap masyarakat. Namun
karena sifatnya yang merugikan, maka adalah wajar pula bilamana setiap
Namun demikian hampir setiap hari masyarakat, dihadapkan pada berita dan
1
2
kejahatan ini telah dicoba oleh negara-negara di dunia, namun demikian usaha
tersebut sampai saat ini baru berhasil mengurangi intensitas dan kualitasnya saja.
(Step Han Hurwits 1986 : 40). Namun demikian kenyataannya tidak selalu yang
dibayangkan orang. Bahkan belakangan ini tidak jarang dijumpai adanya pria
dalam berbagai macam kejahatan. Tidak hanya itu kaum wanita pun yang
lebih rendah daripada yang dilakukan oleh kaum pria. (Step han Hurwitz 1986 :
100).
secara kualitatif maupun kuantitatif lebih rendah daripada yang dilakukan kaum
1. Biologik
Menurut pendapat ini bahwa, wanita secara fisik kurang kuat atau
lemah, dan karena ada kelainan-kelainan psikis yang khas yang berhubung
fungsinya sebagai jenis kelamin lain, sehingga kriminalitas berkurang.
2. Sosiologik lebih realistis
a. Wanita lebih terlindung oleh lingkungan karena tempat bekerja di rumah
dengan tanggung jawab hanya mengenai rumah tangga .
b. Kurang minum-minuman keras.
3
dalam kejahatan ringan dan tidak profesional. serta dilakukan dalam keadaan
terpaksa yang didorong suatu keadaan dan kepentingan yang amat sangat serta
Salah satu kejahatan sering terjadi, dan sangat meresahkan dewasa ini
adalah kejahatan pembunuhan. Biasanya kejahatan ini dilakukan oleh kaum pria,
informasi dari berbagai media, ada juga pembunuhan yang dilakukan oleh wanita
kejahatan yaitu :
“Faktor sosial ekonomi seperti sistem ekonomi, perubahan harga pasar, krisis,
gaji, atau upah, pengangguran dan juga dapat dipengaruhi faktor-faktor mental
(agama), bacaan-bacaan harian, film (termasuk TV), serta faktor pisik seperti
iklim, tidak luput faktor-faktor pribadi (umur), peminum (alkohol)”. (Hurwitz
1986:86-101)
sebagai berikut:
“Dari pengalaman sehari-hari kita ketahui, bahwa orang yang dipidana itu
sebagian besar terdiri dari orang pria. Hanya sebagian kecil saja wanita masuk di
dalam Lembaga Pemasyarakatan. Rumah-rumah penjara, tempat-tempat
penahanan di kantor-kantor polisi dan lain sebagainya sebagian besar dibangun
terutama bagi kaum pria. Adanya Lembaga Pemasyarakatan dan rumah-rumah
tahanan wanita hanya satu dua saja . Kaum wanita lebih kecil kemungkinannyaa
untuk berbuat kejahatan”.(Soesilo 1985:58)
4
dipidana karena melakukan kejahatan jumlahnya lebih kecil dari jumlah orang-
orang terpidana.
Proses penegakan hukum ini dimulai dari proses penyidikan dan penyelidikan di
narapidana yang telah menjalani pidana dapat kembali ke jalan yang benar dan
lembaga ini mereka akan dibina supaya setelah selesai proses pemidanaannya,
keluargannya.
5
pemidanaan.
untuk menjadi warga negara yang baik, bukan sebagai anggota masyarakat yang
memerlukan perhatian yang serius baik fisik maupun non fisik. Sebab wanita
mempunyai rasa tanggung jawab dan berperan aktif terhadap keluarganya (suami
kesegaran jasmani, hal ini sesuai dengan salah satu tujuan lembaga
dengan masyarakat.
6
untuk mengetahui :
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Latar belakang kejahatan terbagi atas dua, yaitu latar belakang biologik
dan latar belakang secara sosiologik, namun yang akan penulis kaji lebih dalam
Dalam hal ini penulis akan mengkaji lebih dalam mengenai proses
C. RUMUSAN MASALAH
Semarang?
1. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan penelitian dapat dibagi menjadi dua tujuan pokok,yaitu:
a. Tujuan Obyektif
Bulu Semarang.
kejahatan pembunuhan.
8
b. Tujuan Subyektif
Pemasyarakatan Wanita.
2. Manfaat Penelitian
kejahatan pembunuhan.
E. PENEGASAN ISTILAH
1. Wanita
dan melahirkan serta memiliki rahim tidak dapat berubah, dipertukarkan, dan
2. Lembaga Pemasyarakatan
ayat 2 adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan
dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
dapat merasakan bahwa sebagai pribadi dan warga negara Indonesia yang
mampu berbuat sesuatu untuk kepentingan bangsa dan negara seperti pribadi
10
dan warga negara Indonesia lainnya serta mereka mampu menciptakan opini
24)
pidana bersyarat.
11
F. SISTEMATIKA SKRIPSI
berikut :
dua sub bab yaitu sub bab pertama menjelaskan mengenai latar
Kemudian sub bab kedua pada bab dua adalah mengenai pembinaan
12
BAB III : Metode penelitian yang terdiri atas lima pokok pembahasan yaitu
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini penulis membagi
menjadi dua sub bab, yaitu yang pertama mengenai hasil penelitian,
BAB V : Penutup adalah merupakan penutup dari skripsi ini. Berisi kesimpulan
dari uraian bab-bab terdahulu. Mengakhiri dari bab ini adalah saran-
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KEJAHATAN PEMBUNUHAN
1. Pengertian Kejahatan
penilaian itu berasal dari alam nilai, maka kejahatan memiliki pengertian
yang disebut kejahatan belum berarti selalu harus diakui oleh pihak-pihak
lain sebagai kejahatan pula. Hal ini sangat erat kaitannya dengan situasi dan
dinamika masyarakat.
Kejahatan dalam “arti Praktis” adalah suatu pengertian yang timbul dari
13
14
dipercayai pula bahwa apa yang disebut kebaikan itu datangnya dari
Allah (Tuhan), sedangkan apa yang disebut kejahatan itu berasal dari roh
Pada bidang peradilan, orang tidak akan puas dengan kepercayaan bahwa
demikian, maka tidak ada seorangpun yang bakal dapat dihukum. Oleh
karena itu, maka di bidang peradilan, yang menjadi dasar adalah Undang-
undang.
dosa. Dan setia dosa terancam dengan hukuman api di neraka terhadap
Kejahatan dalam arti yuridis dapat dibaca misalnya di dalam sistem Kitab
ketentuan dari buku kedua KUHP. Jadi tidak semua perbuatan dapat
dikategorikan kejahatan.
(social injury), atau perilaku yang bertentangan dengan ikatan sosial (anti
sosial), atau perilaku yang tidak sesuai dengan pedoman hidup bermasyarakat
15
dua jenis ini, tidak ditentukan dengan nyata-nyata dalam suatu pasal KUHP
tetapi sudah dianggap demikian adanya, dan ternyata antara lain dari pasal 4,
5, 39, 45 & 53 buku I. Buku II adalah melulu tentang kejahatan dan buku III
tentang pelanggaran.
ditegaskan dalam MVT adalah perbedaan antara delik hukum dan delik
hukum yang hidup di dalam keyakinin manusia dan tidak terlepas dari
merupakan usaha pelanggar untuk hidup dalam suatu situasi ekonomi tidak
menentu yang terbentuk dalam tatanan sosial tertentu. (Mulyana 1982 : 28)
1. Suatu nilai yang dijunjung oleh suatu golongan yang secara politis
mempunyai kedudukan penting ;
2. Anggota-anggota golongan yang cenderung membahayakan nilai
17
tersebut;
3. Untuk melindungi nilai tersebut golongan 1 harus menerapkan
paksaan sampai batas tertentu terhadap golongan 2.
1986:35)
makhluk baru.
c) Lingkungan
lingkungan.
d) Epilepsi
1986: 86-102)
d) Pendidikan;
berikut ini :
atau tindak pidana itu disebabkan oleh berbagai faktor yang saling
berkaitan.
yaitu :
si pelaku.
lingkungan si pelaku.
kejahatan.
yang tidak disukai atau perbuatan jahat. Kejahatan adalah suatu gejala
kenyataan.
23
mempunyai pengaruh,
1. Terlantarnya anak-anak
2. Kesengsaraan
3. Nafsu ingin memiliki
4. Demoralisasi sexuil
5. Alkoholisme
6. Kurangnya peradaban
7. Perang.
dikemukakan oleh Bonger, masih banyak lagi dan juga ada yang
faktor lingkungan, tapi juga faktor biologi yang melekat pada pribadi
kejahatan.
1980:35) yaitu:
individu.
a. Waktu kejahatan
b. Tempat kejahatan
2. Pembunuhan
a. Pengertian Pembunuhan
suatu perbuatan atau tindakan yang tidak manusiawi dan atau suatu
tidak patut.
mengatakan bahwa:
perbuatan tersebut, baik atas kelakuan maupun akibat atau keadaan yang
oleh pelakunya.
b. Jenis-jenis Pembunuhan
Kejahatan ini diatur dalam pasal 340 KUHP, yang pada pokok
”Barang siapa yang dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu
29
dahulu ;
lain.
Dari kedua pasal tersebut, yaitu pasal 338 KUHP dan pasal 340
tersebut.
dalam pasal 338, 340, 341, dan pasal 342 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana.
telah disebut dengan kata “doodslag” itu, diatur dalam pasal 338
ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 338 KUHP ini berbunyi :
“Hij die opzettelijk een ander van het leven beroft, als schulding aan
doodslag, gestraft met gevengenis starf van ten hoogste vijftien
jaren”.(Lamintang 1985:24).
Yang artinya:
“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain
karena bersalah telah melakukan “pembunuhan” dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun “.
pembunuhan yang diatur dalam pasal 338 KUHP diatas, orang dapat
materiil atau “materiil delict”, yaitu suatu tindak pidana yang baru
a) Unsur kesengajaan
adalah:
itu, yaitu hilangnya nyawa orang lain yang dibunuh itu. Akibat
tindak pidananya.
dahulu, dan juga adanya tempo bagi si pelaku untuk dengan tenang
yang penting ialah apakah didalam tempo itu si pelaku dengan tenang
“moord”.
yang diatur dalam pasal 338 KUHP dengan pasal 340 KUHP, bahwa
secara formal perbedaannya terletak pada ada dan tidak adanya unsur
Kehakiman Belanda:
338 dan pasal 340 KUHP, adalah terletak pada unsur direncanakan
dari berzina atau hubungan kelamin yang tidak sah. Seorang wanita
KUHP ini, lebih ringan dari pada pembunuhan dalam bentuk pokok,
Pidana.
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja
merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri,
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa anak yang menjadi obyek
berbunyi :
(4) Pada saat anak dilahirkan atau tiada berapa lama sesudah
(5) Karena takut ketahuan bahwa ia tidak berapa lama lagi akan
melahirkan anak.
pada pasal 341 dan pasal 342 KUHP ini hampir sama, kedua pasal ini
anaknya pada pasal 342 KUHP terjadi atau timbul sebelum anaknya
lahir (tidak berapa lama lagi). Jadi, dalam pasal 342 KUHP ada unsur
anaknya atau tidak berapa lama sesudah itu, keputusan diambil karena
sendiri
dilahirkan,
c) Dengan alasan ibu dari anak itu didorong oleh perasaan takut akan
takut, serta niat untuk melaakukan tindakan itu telah ada sebelum
pasal 342 KUHP, ini pun biasanya anak yang didapat dari berzina
41
kedua pasal ini pun juga mengandung perbedaan, yaitu dalam hal
perbedaan antara pasal 342 KUHP dan pasal 340 KUHP, adalah
sebagai berikut :
orang lain.
pembunuhan yang terdapat dalam pasal 338, 340, 341 dan pasal 342
3. Pengertian Wanita
dan melahirkan serta memiliki rahim tidak dapat berubah, dipertukarkan, dan
kaum pria, dan secara psikologis lebih banyak menggunakan perasaan dan
lemah lembut penuh kasih sayang, oleh karena itu kejahatan yang dilakukan
1. Secara biologik:
Karena wanita secara pisik kurang kuat, dan karena ada kelainan-kelainan
pisikyang khas yang berhubungan fungsi-fungsinya sebagai kelamin
lain,sehingga kriminalitasnya berkurang.
2. Secara sosiologik :
1) Lebih terlindung oleh lingkungan karena tempat bekerja di rumah
dengan tanggung jawab hanya mengenai rumah tangga.
2) Kurang minum,minuman keras. (Hurwitz 1986 :100).
kejahatan.
43
SEMARANG
1. Pembinaan
sebagai misi kemanusiaan dan pekerjaan besar dalam politik kriminal, perlu
menjadi langkah awal dukungan yang diharapkan dari masyarakat dan syarat
narapidana sudah cukup manusiawi, sehat, bersifat realitas dan progresif. Hal
ini sudah tertuang dalam usul rencana kitab undang-undang hukum pidana
baru dari Badan Pembina Hukum Nasional tahun 1987 dalam pasal 47,
masyarakat.
44
1988:33).
a. pengayoman;
c. pendidikan;
d. pembimbingan;
orang tertentu.
mulai periode institusi ( intra mural) dan terus beralih pada periode non
institusi (ekstra mural ) sampai pada akhir proses pembinaan diliputi oleh
kepribadian diarahkan pada pembinaan mental dan watak agar agar Warga
jawab.
pembinaan dapat diterima dengan baik, lengkap dan dapat dipahami secara
hilang rasa susilanya, rasa malunya, rasa halusnya, “sehingga dalam keadaan
apa yang telah dilakukan sehingga akan timbul rasa penyesalan yang dalam
1961:150).
tersebut, diperlukan latihan keahlian yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
hiburan, pelajaran rohani yang diadakan secara berkala dan teratur. Memang
2. Lembaga Pemasyarakatan
dengan demikian kuantitas kejahatan dapat ditekan jumlahnya. Dalam hal ini
perbuatan yang melanggar hukum. Dalam hal ini sangat tergantung dari
masyarakat
baik yang dilakukan seseorang atau bekas narapidana laki-laki atau wanita.
sosial pada umumnya dalam pengertian yang luas. Untuk itulah perlu
menuntut balas (revindicative) dan (2) ajaran hukuman (punitieve). Pola yang
dalam pola yang kedua juga dikembangkan berbagai variasi teori pidana,
antara lain berupa teori prevensi umum, teori prevensi khusus, memperbaiki
yang berjudul Pola Dasar Teori-Asas Umum Hukum Acara Pidana &
internasional untuk terpidana agar terhindar dari bahan tiruan kejahatan yang
harus mengandung tiga dimensi teori tujuan pidana secara terpadu. Dengan
pasal 1 ayat 2 adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembin
dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
narapidana
yaitu:
jasmani;
e. Menyampaikan keluhan;
lainnya;
keluarganya;
mereka dapat merasakan bahwa sebagai pribadi dan warga negara Indonesia
yang mampu berbuat sesuatu untuk kepentingan bangsa dan negara seperti
Kehakiman RI,11)
yang berisi unsur edukatif, korektif, defensif dan yang beraspek pada individu
dan sosial.”
menjadi takut dan jera untuk melakukan kejahatan lagi serta menjadi
peringatan bagi masyarakat lain untuk tidak melakukan kejahatan. Hal ini
1952: 16).
1995 : 80)
keamanan dan faktor psikologi. Cara pembinaan narapidana wanita tidak jauh
keluarganya.
saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan. (Harsono 1995 : 5). Beberapa
peraturan dan tujuan dari pembinaan atas dirinya. Dalam tahap pembinaan,
pidananya atau bila mendapat pelepasan bersyarat, cuti menjelang bebas, atau
menjadi B-I, B-II-a, B-II-b, dan B-III. Klasifikasi narapidana dapat dilihat
diberikan kepada narapidana yang lebih ringan pidananya atau masuk dalam
kategori berat, tetapi telah mendapat pembinaan dan menunjukkan sikap serta
mereka yang masuk kedalam minimum security adalah narapidana yang telah
manusia lain serta harga diri mereka lebih dibangkitkan. Perlakuan dan
pengaturan yang keras dikendorkan dan narapidana dibina, agar kelak setelah
masyarakat.
tersedia di masyarakat.
Pemasyarakatan.
HAM.
a. Pemerintah / petugas
b. Narapidana
c. Masyarakat/ keluarga
1995: 36)
Daerah.
“Unsur masyarakat adalah adalah sesuatu yang rasional dan tepat mengingat
beberapa hal bahwa narapidana adalah anggota masyarakat yang telah
melanggar hukum serta narapidana adalah narapidana juga nantinya setelah
lepas menjalani hukuman akan kembali ke masyarakat. Hali ini berarti bahwa
pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan tidak cukup. Pembinaan
hanyalah sebatas masa hukuman. Oleh karena itu, lanjutan pembinaan ada di
masyarakat. Implikasinya masyarakat bertanggung jawa atas kelangsungan
kehidupan sosial ekonomi bekas narapidana.
sosial.
produksi narapidana.
menjalani hukuman.
60
Latar belakang
Biologik / Sosiologik
Kejahatan Pembunuhan
Wanita secara fisik merupakan kaum yang lemah lembut, begitu pula
perasaan, sehingga wanita merupakan kaum penuh kasih sayang, serta lebih
yang dilakukan wanita, rata-rata masih lebih rendah daripada yang dilakukan
kaum pria. Tentang hal ini tepat kiranya apabila dikemukakan pendapat Step
a. Pendapat Biologik
Menurut pendapat ini, bahwa secara fisik wanita itu kurang kuat,
b. Pendapat Sosiologik
banyak juga wanita yang melakukan kejahatan tersebut bahkan ada yang
mereka memiliki bakat dan ketrampilan, serta menjadi manusia yang bebas
serta bertanggung jawab, dan diterima serta berperan bagi kelurga serta
masyarakat.
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
pemasyarakatan.
B. Responden
Semarang.
Berikut ini daftar nama responden Narapidana serta Petugas LP Wanita kelas IIA
Semarang
64
64
C. Sumber Data
1. Data Primer
juga dengan petugas yang berstatus pegawai biasa dan sebagai pembina di
pembunuhan.
kelas II A Semarang.
2. Data Sekunder
dengan penelitian ini, serta juga putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap.
1. Studi Kepustakaan
a. Bahan Hukum Primer menurut Burhan Ashshofa S.H adalah bahan yang
dan tulisan-tulisan ilmiah populer baik yang dalam surat kabar maupun
2) Kamus hukum
informan,
informan,
1996:54)
96)
antara lain :
melaksanakan penelitian.
68
diharapkan.
ini meliputi :
Semarang.
narapidana.
gejala atau peristiwa masa lalu. Pada penyelidikan ini penulis meneliti
narapidana.
data melalui triangulasi dengan sumber data dapat dicapai dengan jalan:
para responden . Hal ini khusunya terkait dengan proses pembinaan di Lembaga
dan para petugas, serta membandingkan dengan isi suatu dokumen yang
narapidana mengenai identitas pribadi mereka dari hasil wawancara serta isi
kualitatif deskriptif yaitu mulai dari pengumpulan hal ikhwal yang berhubungan
apakah data yang telah dikumpulkan tersebut dapat mendukung teori yang telah
hal tersebut, sehingga dalam penyajian ini para pembaca dengan mudah dapat
Berikut ini adalah bagan metode penelitian seperti yang penulis kutip
Bagan Penelitian :
Reduksi Data
Penarikan
Kesimmpulan
verivikasi
73
BAB IV
A. HASIL
pemasyarakatan yang mulai dikenal pada tahun 1964 ketika dalam konferensi
Seperti telah penulis kemukakan diatas, perubahan nama ini tidaklah sekedar
sebagai obyek, tetapi juga sebagai subyek. Bentuk bangunan pun mengalami
yaitu Pancasila.
terdiri atas perbaikan segi mental dan rohani, pembinaan kesadaran berbangsa
tanah seluas 16.226 m2 dengan luas 13.975 m2 yang terdiri dari : (Data
b. Kantor : 13 ruang
e. Gereja : 1 ruang
g. Mushola : 1 buah
k. Salon : 1 ruang
76
q. Sumur : 11 buah
r. Gudang : 4 ruang
t. Dapur : 1 buah
terawat, dan didukung oleh kondisi tanah yang baik, hal ini sangat
Semarang;
77
KEPALA
KA KPLP
Ka. Sub Bag TU
Ka. Sksi Bimbingan Ka Seksi Kegiatan Ka. Seksi Administrasi
Napi/Anak Didik kerja Keamanan dan Tatip
bagi narapidana.
Bagian ini dipimpin oleh Kasi Kegiatan Kerja, dan memiliki tugas
Sub seksi ini dipimpin oleh seorang Kasubsi Sarana Kerja dan
sarana kerja.
80
harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta
Tatib dan memiliki tugas menerima laporan harian dan berita acara
narapidana.
4. Koordinasi Kerja
Bagian-bagian tersebut masih dibagi ke dalam sub bagian atau sub seksi yang
Pembagian sub seksi atau sub bagian ini berdasarkan kesamaan tugas
serta kewenangannya. Sub bagian Tata Usaha terdiri atas urusan kepegawaian
serta urusan umum. Bagian ini memiliki tugas melaksanakan urusan ke tata
ke dalam sub seksi registrasi serta sub seksi Bimbingan Kemsyarakatan dan
yakni sub seksi bimbingan kerja dan pengolahan kerja serta sub seksi sarana
kerja. Kemudian adalah seksi Administrasi Keamanan dan Tata tertib, yang
dibagi kedalam sub seksi keamanan dan sub seksi pelaporan dan tata tertib.
Serta satu bagian khusus yang memiliki tugas dibidang keamanan, yaitu
82
Kesatuan Pengamanan Lapas, bagian ini berada di bawah kepala Lapas serta
kepada UPT.
4 Januari 2006).
disposisi, sebagai bahan yang akan dibahas dalam sidang TPP tersebut.
Hukum dan HAM untuk memberikan Surat Keputusan (SK) dalam hal izin
kerja bakti, olah raga, upacara dengan masyarakat dan bimbingan latihan di
dengan LSM-LSM serta psikolog, maupun pemuka agama, dan hal ini
Lembaga Pemasyarakatan.
Pihak luar yang juga terlibat dalam proses pembinaan adalah hakim
ditunjuk oleh UPT Pengadilan Negeri. Hakim wasmat memiliki tugas pokok
84
mestinya.
Semarang. Sebelum penulis uraikan satu persatu tentang latar belakang dan
korban dari kejahatan pembunuhan ini meliputi orang dewasa dan anak (anak
kejahatan pembunuhan.
“Dulu saya beragama Nasrani, Kristen, tetapi sekarang agama saya Islam,
karena dulu saya nikah secara Islam” (wawancara penulis dengan L
tanggal 6 Oktober 2005).
b. Faktor Umur
kejahatan pembunuhan :
87
Umur Jumlah
17-27 5
28-38 2
39-49 1
jumlah 8
Sumber : wawancara dengan ke 8 orang narapidana
seseorang pada usia tersebut sangat kuat, sehingga kejahatan itu cenderung
”...saya udah ngga bisa menahan kejengkelan saya yang saya pendam
selama ini melihat suami saya tidak pernah memperhatikan saya, padahal
saya lagi hamil, dia lebih memperhatikan adik kandungnya yang duduk
di kelas 1 SD, karena kejengkelan itulah saya sendiri menjemput adik
ipar saya itu dari sekolah, lalu saya ajak ke sungai, di sungai itulah saya
tenggelamkan kepalanya dengan tangan saya, hingga meninggal...”.
(wawancara penulis dengan C tanggal 6 Oktober 2005).
c. Faktor Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
1. SD 6 orang
2. SMP 2 orang
3 SMA 0
Jumlah 8 orang
dan satu orang diantaranya tidak tamat. Dan tidak ada satupun narapidana
”Saya hanya bersekolah hingga kelas 2 SD, tapi cukup untuk bisa
membaca dan menulis...”
mengaku buta huruf, karena hanya bersekolah hingga bangku kelas 1 SD,
“Saya tidak tahu kalau membunuh orang itu akan dijatuhi hukuman,
tahu-tahu ada polisi yang mencari-cari saya setelah kejadian itu”
(wawancara dengan C tanggal 6 Oktober 2005).
d. Faktor Ekonomi
ekonomi rendah.
pembunuhan
No Pekerjaan Jumlah
1 Pedagang 1
2 Petani 3
3 Kuli bangunan 2
4 Pembantu 1
5 Tidak bekerja 1
Jumlah 8
Sumber : wawancara dengan ke 8 orang narapidana
Berikut ini merupakan petikan wawancara penulis dengan
“Suami saya tidak lagi memperhatikan saya, ia malah pergi, dan tidak
menafkahi saya, sedangkan saya sendiri tidak bekerja, jadi saya nekad
membuang bayi yang baru saya lahirkan”.
dendam.
”...saya nekad membunuh adik ipar saya dikarenakan saya jengkel sama
dia karena suami saya lebih memperhatikan dan menyayanginya...”.
(wawancara penulis dengan C tanggal 6 Oktober 2005).
Oktober 2005 :
”Saya sebal sama suami yang ngga mau peduli pada saya, dia malah
nikah lagi di rumah saya, setelah itu dia lebih peduli sama istri keduanya,
untuk itulah saya menusuk anak saya yang baru lahir hingga
meninggal...” (wawancara penulis dengan S tanggal 6 Oktober 2005)
KUHP.
tidak terikat dalam suatu perkawinan, tentu saja yang dimaksudkan adalah
” ...saya membuang bayi yang baru saya lahirkan, karena anak itu
merupakan anak saya dengan suami kedua saya yang menikah dengan
saya secara siri, apalagi dia ngga pernah memperhatikan saya dan ngga
menafkahi saya lagi...” .(wawancara penulis dengan M tanggal 6 Oktober
2005)
“Mertua saya suka sekali mencampuri urusan keluarga saya dan suami,
selain itu dia juga sangat mudah marah, seperti kejadian malam itu
sebenarnya dia yang menyerang saya terlebih dahulu, saya hanya
membela diri…” (Wawancara penulis dengan MS tanggal 12 Oktober
2005).
i. Faktor Kejiwaan
sendiri.
makhluk sosial dan sekaligus anggota masyarakat. Oleh karena itu harus
dendam, akan tetapi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan
ini, tidak bergantung pada narapidananya saja, akan tetapi disamping itu juga
diperlukan adanya petugas pembina yang cukup dan penuh rasa pengabdian
94
serta dilengkapi dengan sarana-sarana yang memadai. Salah satu hal yang
a. Tahap Pembinaan
Berikut Ini:
96
landasan hukum
1.
2. Pancasila
Pancasila 5. UU. No. 5.
12UU.
1995No. 12 1995 9. Kep Menteri
2.
3. UUD
UUD1945
1945 6. UU. No. 6.
12UU.
1997No. 12 1997 10. Peraturan Menteri
3.
4. KUHP
KUHP 7. Kep. Pemerintah
7. Kep. Pemerintah 11. Kep. Dirjen Pemas
4.
5. KUHAP
KUHAP 8. PP 8. PP
meliputi :
1) Tahap Pertama
wawancara penulis dengan Sri Utami S.st, bahwa tahap pertama yaitu:
yang dimilikinya tersebut. Selain hal tersebut tahap ini juga merupakan
2) Tahap Kedua
Menurut penjelasan dari Sri Utami, staf bagian Bimpas, bahwa tahap
99
kedua yaitu :
“Pada tahap ini atau tahap pembinaan lanjutan, kami akan mengarahkan
para narapidana kepada bidang yang mereka minati serta meningkatkan
ketrampilan sesuai bakat mereka masing-masing, tahap ini pengawasan
mulai memasuki medium security. Ketrampilan terebut misalnya
menjahit, menyulam dan sebagainya. Selain itu kami juga mulai
memberikan tanggung jawab kepada mereka, misalnya ; menjaga
kebersihan ligkungan sekitarnya. (wawancara tanggal 12 Oktober
2005).
aparat atau petugas mulai mengarahkan bakat serta minat yang mereka
miliki pada ketrampilan tertentu. Selain itu mereka juga mulai diberikan
3) Tahap Ketiga
“Tahap ini atau tahap asimilasi diberikan kepada mereka yang telah
menjalani ½ dari masa pemidanaannya, tahap ini seorang narapidana
boleh melewati pintu ketiga tanpa harus dikawal, dan pengawasan
kami lebih longgar dibanding dua tahapan sebelumnya karena mulai
memasuki tahapan minimum security. (wawancara tanggal 12 Oktober
2005).
4) Tahap Keempat
narapidana yang telah menjalani lebih atau diatas 2/3 masa pidana yang
sebenarnya sampai akhir masa pidana. Pada tahap ini narapidana telah
seperti hari raya. Serta pada tahap integrasi ini mereka juga diberikan
tersebut dipegang oleh masing-masing wali napi dan diisi setiap 3 bulan
b. Kegiatan Pembinaan
meliputi:
melaksanakan shalat.
2) Pelaksanaan Misa.
Paskah.
“Sebelum masuk LP Wanita Semarang, saya tidak bisa shalat, jadi saya
tidak pernah melaksanakan shalat 5 waktu. Tetapi setelah masuk LP, dan
diajarkan cara-cara serta bacaan-bacaan shalat, saya jadi bisa
melaksanakan shalat”. (Wawancara tanggal 12 Oktober 2005).
“Sebelum ini, saya tidak bisa mengaji, tetapi setelah berada di LP Wanita
pada Tuhanlah saya selalu berkeluh kesah. Setelah itu hati menjadi
damai”.(Wawancara tanggal 6 Oktober 2005)
psikologi oleh salah satu LSM, yang diadakan setiap hari Rabu pagi di
Semarang meliputi :
“Sebelum masuk LP Semarang ini, saya tidak bisa membaca dan menulis,
karena saya sekolah hanya sampai kelas 2 SD, setelah masuk LP ini,
ternyata diajarkan membaca dan menulis huruf-huruf, sekarang saya
mulai dapat membaca dan menulis”. (wawancara tanggal 3 Oktober
2005).
penulis :
“Sejak masuk LP ini, saya mulai mengenal kegiatan pramuka dan ternyata
sangat menyenangkan” (wawancara tanggal 6 Oktober 2005).
kemampuan intelektualitasnya.
3) Pembinaan Kemandirian
d) Masak memasak.
Jasmani)
Senin sore, Rabu sore, serta Jumat pagi, dan cabang olahraga yang
ini :
“Saya ikut olahraga volley serta dapat berlatih tenis meja, olahraga bisa
mengurangi kejenuhan” (wawancara tanggal 6 Oktober 2005).
yang lain, kegiatan olahraga merupakan suatu hal yang positif bagi
bagi narapidana, juga secara rohani atau kejiwaan dapat menjadi suatu
a) Kegiatan musik, yaitu pelatihan olah vokal (olah suara), paduan suara
hari Kamis.
mendapat kunjungan dari salah satu LSM dari kota Semarang untuk
tersebut.
meliputi pelayanan :
adanya dokter serta perawat supaya narapidana yang jatuh sakit segera
menu.
110
B. PEMBAHASAN
digolongkan sebagai kejahatan atau norma hukum yang ditafsirkan atau patut
wanita, maka perlu mengetahui terlebih dahulu tentang latar belakang dan
pemecahannya.
yang berbeda satu dengan lainnya. Demikian juga dapat dikatakan, bahwa
jumlah pembunuhan yang terjadi ditunjang oleh banyaknya faktor yang saling
mengkait dan berpengaruh pada faktor satu sama lainnya. Misalnya, faktor
faktor pendidikan berpengaruh pada faktor ekonomi, dan masih banyak lagi
Semarang, maka pada berikut ini akan penulis jelaskan dan uraikan satu per
gambaran yang lebih jelas, dan sekaligus dapat dipahami oleh seluruh
kalangan yang tertarik untuk membaca skripsi yang penulis susun ini.
disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, demikian juga dengan
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Seperti pendapat dari Dra. Kartini
menyebabkan, yaitu:
adalah :
sebelumnya, maka penulis akan uraikan satu persatu latar belakang wanita
agamanya.
114
keyakinannya.
kejahatan, hal ini dapat dilihat dari pendapat Hurwits sebagai berikut :
lemah dan imannya akan menjadi mudah goyah. Sehingga, mereka akan
b. Faktor Umur
perubahan ini, maka tiap-tiap masa manusia dapat berbuat jahat, sesuai
fisik seseorang pada usia tersebut sangat kuat, sehingga kejahatan itu
kutip dalam buku kriminologi, karya Step Han Hurwits yang disadur oleh
c. Faktor Pendidikan
sudah dipersiapkan untuk menjadi manusia yang baik, berguna bagi nusa
sekolah.
emosi seseorang.
118
”Ditinjau dari sudut kriminologi, faktor positif dari sekolah adalah: Setiap
sekolah yang baik membuat anak-anak jadi tertib bersekolah sehingga
secara langsung dan tidak langsung membentuk pribadinya”. (Step han
Hurwits 1986:117)
d. Faktor Ekonomi
status ekonomi yang tinggi tidak mungkin seseorang akan bekerja sebagai
tertentu. Oleh karena itu, penulis menilai bahwa status ekonomi cukup
rumah tangga.
oleh pendapat Step Han Hurwitz (Hurwitz 1996 : 112) berikut ini :
tampil sebagai manusia yang lemah, akan tetapi juga sebagai manusia
kesabarannya.
121
”Jiwa yang senantiasa diliputi rasa benci, dendam, iri, curiga, sehingga
jiwanya menjadi gelisah, tegang, penuh ketakutan, lalu menjadi kacau
balau, serta diliputi bayangan fikiran dan perasaan kegilaan. Terjadilah
kemudian desintegrasi dan disorganisasi kepribadian, tanpa memiliki
rasa sosial dan rasa kemanusiaan yang wajar” (Kartini Kartono 2000 :
92).
pembunuhan tersebut.
bersangkutan.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Von Liszt, seperti penulis kutip
karena itu, sebagai insan yang beragama harus bisa menahan diri dan
mengendalikan emosi.
pembunuhan dikarenakan faktor ancaman atau takut pada suami, hal ini
tentu saja tidak dapat dipisahkan dari faktor lain, dimana tidak mungkin
yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan
saja hal ini tidak dapat dilepaskan dari faktor penghayatan agama dimana
KUHP.
tidak terikat dalam suatu perkawinan, tentu saja yang dimaksudkan adalah
124
harga diri.
yang tega membunuh bayi yang baru saja ia lahirkan, karena bayi
wanita untuk menghilangkan nyawa anak yang dilahirkan atau kelak akan
dilahirkan.
tersebut.
Tidak ada seorang pun yang akan menerima begitu saja apabila
berbunyi:
karena ada serangan atau ancaman serangan ketika itu yang melawan
kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain tidak dipidana.
125
yang dilarang, tetapi karena perbuatan tersebut sebagai akibat dari suatu
goncangan rasa yang disebabkan oleh serangan, misal naik darah, maka
bukanlah merupakan membela diri dalam arti yuridis seperti yang penulis
i. Faktor Kejiwaan
jiwa, hal ini terkait dengan pendapat Dr. Kartini Kartono dalam bukunya
dan ia baru sadar saat berada di Rumah Sakit keesokan paginya, dan
bunuh diri.
pendidikan, harga diri, faktor takut akan ancaman suami, umur jyga
adalah saling berhubungan serta tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
faktor satu menyebabkan terjadinya faktor yang lain. Seperti akibat faktor
makhluk sosial dan sekaligus anggota masyarakat. Oleh karena itu harus
ini, tidak bergantung pada narapidananya saja, akan tetapi disamping itu juga
diperlukan adanya petugas pembina yang cukup dan penuh rasa pengabdian
serta dilengkapi dengan sarana-sarana yang memadai. Salah satu hal yang
pembinaan, yaitu :
a. Tahap Pembinaan
1) Tahap Pertama
mereka diarahkan sesuai bakat serta minat yang mereka miliki pada
menjalani lebih atau diatas 2/3 masa pidana yang sebenarnya sampai
akhir masa pidana. Pada tahap ini narapidana telah diizinkan untuk
pembinaan selanjutnya.
b. Kegiatan Pembinaan
para narapidana.
narapidana.
3) Pembinaan Kemandirian
Fisik / Jasmani)
133
fisik bagi narapidana, juga secara rohani atau kejiwaan dapat menjadi
seluruh narapidana adalah sama, dan tidak ada perbedaan, termasuk bagi
masing narapidana.
pekerjaan para narapidana ini, tidak kalah mutu dengan yang dihasilkan
oleh masyarakat.
2) Kurang terlibatnya pihak swasta dalam proses pembinaan. Hal ini terlihat
dari masih minimnya para pengusaha yang menjadi instruktur pada saat
para LSM, dan sangat jarang dari para pengusaha ataupun kalangan yang
narapidana. Bahan baku serta peralatan kerja berasal dari pihak intern
besar.
para narapidana.
136
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semarang seperti yang telah penulis uraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka
pada bagian akhir skripsi ini adalah penutup dari pada penulisan skripsi ini. Pada
bagian akhir dari skripsi ini akan penulis kemukakan beberapa kesimpulan dan
saran-saran.
sebagai berikut :
b. Pengaruh umur ;
c. Faktor pendidikan ;
d. Faktor ekonomi ;
i. Faktor kejiwaan.
136
137
berbagai tahap, yaitu : tahap admisi dan orientasi pada 1/3 masa pidana,
dilanjutkan dengan tahap yang kedua yakni tahap pembinaan lanjutan pada
1/3 sampai dengan ½ masa pidana, tahap ketiga adalah tahap asimlasi yaitu
pada saat menjalani ½ hingga 2/3 masa pidana, serta yang terakhir ialah tahap
integrasi yaitu bagi narapidana yang telah menjalani 2/3 masa pidana hingga
bebas.
Upaya pembinaan bagi narapidana wanita antara satu dengan yang lain
adalah sama sesuai dengan hak-hak narapidana yang telah diatur dalam
meliputi:
Pemasyarakatan.
narapidana.
B. Saran-saran
4. Perlu adanya suatu pengenalan produk atau promosi untuk mengenalkan hasil
SEMARANG
Skripsi
Oleh
Sista Agastyasti
NIM: 3450401029
2006
140
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah di setujui oleh Pembimbing untuk diajukan kesidang panitia skripsi
Hari :
Tanggal:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
ii
141
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan didepan panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Sosial,
Hari :
Tanggal:
Penguji Skripsi
Anggota I Anggota II
Mengetahui
Dekan
Drs. Sunardi
NIP: 130367998
iii
142
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
Semarang
Waspiah
NIM. 3450401068
iv
143
“Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsumu karena ingin menyimpang dari
“Orang yang arif bijaksana itu suka memaafkan kesalahan orang lain. Karena ia
insyaf bahwa setiap yang berakal selalu mencari kebenaran. Dan setiap orang selalu
mencari kebenaran, maka dalam hidup dan kehidupannya pasti ia menemui kesulitan.
Jika ia menghadapi kesulitan tentu orang lainpun akan demikian juga halnya. Maka
Sahabat-sahabatku yang setia dalam suka maupun duka ( Yuli dan Sista )
Angkatan 2001
Almamaterku
v
144
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat,
Selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari peran beberapa pihak. Pada
kesempatan ini, Penulis menyampaikan terima kasih atas bimbingan, arahan dan
bantuan kepada:
5. Drs. Suhadi, M.Si Dosen pembimbing II yang membantu dan sabar dalam
IIA Semarang
vi
145
12. Semua pihak yang telah membantu demi selesainya skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi dan bantuan serta bimbingan yang
telah diberikan dalam penulisan skripsi ini. Dengan kerendahan hati, penulis terbuka
menerima saran dan kritik yang membangun, yang akan memperbaiki skripsi ini
Harapan penulis, semoga skripsi ini berguna bagi para pebaca yang
budiman.
Semarang, 2006
Penyusun
vii
146
SARI
Waspiah 2006. Pembinaan Narapidana Kaitannya dengan Hak-Hak Narapidana Di
Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Semarang. Halaman: 92
Kata Kunci: Pola Pembinaan, Narapidana Wanita, Hak-Hak Narapidana
Hak-hak narapidana Wanita sebagai warga Negara Indonesia yang hilang
kemerdekaannya karena melakukan tindak pidana, haruslah dilakukan sesuai dengan
Hak Asasi Manusia. Sering dijumpai dalam Lembaga Pemasyarakatan bahwa hak
narapidana belum diberikan sesuai dengan hak mereka sebagai warga Negara. Hal ini
desebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurang dipahaminya peraturan
mengenai hak-hak narapidana yang tertuang dalam undang-undang oleh petugas
Lembaga Pemasyarakatan atau bahkan oleh para narapidana sendiri.
Permasalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah ( 1 ) bagaimanakah
praktek penyelenggaraan pembinaan narapidana wanita menurut Undang-Undang no.
12 tahun 1995 mengenai Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas
IIA Semarang. (2) Bagaimanakah perlindungan yang diberikan oleh Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Semarang Klas IIA Semarang terhadap narapidana wanita.
Penelitian ini bertujuan ( 1 ) untuk mengetahui informasi tentang pelaksanaan
pembinaan narapidana sesuai dengan undang-undang No.12 tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan. (2) untuk memperoleh informasi tentang pembinaan narapidana
berkaitan dengan hak-haknya di Lembaga Pemasyarakatan wanita Kelas IIA
Semarang. Penelitain ini menggunakan metode penelitian kualitatif . Lokasi dalam
penelitian ini adalah Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Semarang. Alat
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi dan
wawancara. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan metode analisis interaktif
dan disajikan dalam bentuk data yang bersifat deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hak-hak narapidana diberikan dengan
adanya pembatasan-pembatasan pada hak-hak tertentu. Adapun untuk kegiatan
pembinaan dalam lembaga meliputi pendidikan agama, rekreasi, ketrampilan dan
olah raga. Untuk kegiatan diluar lembaga meliputi cuti menjelang bebas dan
pembebasan bersyarat. Secara umum para narapidana merespon kegiatan pembinaan
dan memandang bahwa kegiatan tersebut masih diperlukan agar mereka mempunyai
bekal baik mental, fisik, maupun sosial yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan secara umum praktek
penyelenggaraan pembinaan narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wanita
Klas IIA Semarang sudah sesuai dengan Undang-Undang No.12 tahun 1995 tentang
pemasyarakatan, secara khusus ada beberapa hal yang kurang sesuai antara lain
dibatasinya informasi khususnya dari majalah dan koran. Secara umum perlindungan
hak-hak narapidana yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA
Semarang sudah sesuai dengan Undang-Undang No.12 tahun 1995 tentang
pemasyarakatan secara khusus ada hal-hal yang tertentu yang dalam prakteknya
dibatasi seperti dibatasinya tontonan televisi yang hanya pada acara-acara tertentu
saja, kurangnya bahan bacaan yang tersedia di perpustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan pentingnya mensosialisasikan
kegiatan pembinaan narapidana pada masyarakat, sebagai salah satu unsur partisipasi
masyarakat dengan mengikutsertakan seluruh kemampuan dan dana masyarakat
viii
147
untuk ikut peduli terhadap kegiatan pembinaan narapidana, misalnya dengan cara
masyarakat berperan sebagai penyelenggara pemeran untuk memasarkan karya
ketrampilan para narapidana. Pentingnya peran kalangan swasta sebagai pihak ketiga
untuk ambil bagian dalam proses pembinaan narapidana dengan mengadakan kerja
sama dalam proses pemasyarakatan narapidana, misalnya pihak swasta membantu
menyediakan sarana ketrampilan dan sebagai timbal baliknya para narapidana
dipekerjakan pihak swasta tersebut.
ix
148
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
PERSETUJUAN ....................................................................................... ii
PERNYATAAN....................................................................................... iv
PRAKATA............................................................................................... vi
SARI....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI............................................................................................. x
B. Sistem Pemasyarakatan........................................................ 11
x
149
B. Lokasi Penelitian................................................................... 26
B. Pembahasan........................................................................... 83
BAB V PENUTUP.................................................................................. 89
A. Kesimpulan ........................................................................... 89
B. Saran...................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
150
DAFTAR GAMBAR
xii
151
DAFTAR LAMPIRAN
Pemasyarakatan.
7. Pedoman Wawancara
xiii