TUGAS AKHIR
Oleh
Nama :Wahyuningsih
NIM : 4201401016
Prodi : Pendidikan Fisika
Jurusan : Fisika
i
MENINGKATKAN LOGIKA BERPIKIR POKOK BAHASAN SUHU
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
INSTRUCTION (PBI) PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1
SMP NEGERI 1 JUWANA TAHUN PELAJARAN 2005/2006
SKRIPSI
Oleh:
Wahyuningsih
NIM.4201401016
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia ujian Skripsi Jurusan
Semarang pada:
Hari : Senin
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Pembimbing I Penguji I
Pembimbing II Penguji II
Penguji III
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
Wahyuningsih
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
PERSEMBAHAN
Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai prasyarat dalam
Dalam menyelesaikan skripsi ini tak lepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, sehingga tak lupa bagi penulis untuk mengucapkan banyak
Negeri Semarang.
ini.
ini.
vi
5. Bapak dan Ibu dosen Fisika FMIPA UNNES, yang telah memberikan
7. Bapak Mulyono, S.pd selaku guru mitra serta seluruh Bapak/Ibu guru
SMP 1 Juwana yang turut dan telah berbaik hati membantu selama
penelitian.
8. Eli, Erna, Aulia, Ani, Rina yang selalu memotivasiku untuk terus maju,
dan tak ketinggalan juga Yuli yang sudah menemaniku selama 2,5 tahun di
9. Mbak Erni yang selalu menemani dan mengajakku bertukar pikiran, mbak
10. Adik-adikku di Betha kos yang selalu menemaniku ketika aku sedang
Yuyun, Ari dan lainnya yang tidak bisa kusebut namanya satu persatu.
vii
SARI
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
PERNYATAAN............................................................................................ iv
SARI.............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi
ix
viii
A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 9
D. Prosedur Penelitian................................................................. 36
3. Refleksi................................................................................ 58
B. Pembahasan ............................................................................ 59
BAB V PENUTUP................................................................................... 64
x
A. Simpulan ................................................................................ 64
B. Saran....................................................................................... 65
LAMPIRAN.................................................................................................. 68
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Titik Tetap Atas dan Titik tetap bawah termometer ..................... 24
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Dari Tiap Aspek Berpikir Kritis Siswa
Pada Tiap Pertemuan ........................................................................ 57
ix
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1. Hierarki dari Berpikir................................................................... 14
xiii
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ........................................................................................ 68
Lampiran 14. Analisis Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa .................. 133
xiv
xi
Lampiran 15. Analisis Postes Kemampuan Proses Berpikir Kritis Siswa ....... 135
Lampiran 16. Analisis Kemampuan Proses Berpikir Kritis siswa Pada Pertemuan
1, 2 dan 3 ................................................................................... 132
Rekapitulasi Hasil Kemampuan Proses Berpikir Kritis Siswa... 143
xv
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… .i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….1
B. Penegasan Istilah…………………………………………………... 4
C. Permasalahan………………………………………………………. 5
E. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 7
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………… 9
2. Logika berpikir…………………………………………………..13
D. Prosedur Penelitian…………………………………………………..36
G. Indikator Keberhasilan……………………………………………… 46
A. Hasil Penelitian……………………………………………………….47
3. Refleksi……………………………………………………….58
B. Pembahasan………………………………………………………… 59
A. Kesimpulan………………………………………………………… 64
B. Saran……………………………………………………………… . 65
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..66
HALAMAN LAMPIRAN………………………………………………………………..
1
BAB I
PENDAHULUAN
Abad XXI dikenal dengan abad globalisasi dan abad teknologi informasi.
Perubahan yang sangat cepat dan dramatis dalam bidang ini merupakan fakta
siswa perlu dibekali dengan kompetensi yang memadai agar menjadi peserta aktif
dalam masyarakat.
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat
tentang alam sekitar. Oleh karena itu pendekatan yang diterapkan dalam
sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk hand-on activity. Hal ini sesuai
1
2
dengan tingkat perkembangan mental siswa SMP yang berada dalam tahap
Pada tahap operasi konkret anak mulai mengatur data kedalam hubungan-
sementara. Orang muda ini mampu berpikir logis tentang data yang abstrak,
mampu menilai data menurut kriteria yang diterima, mampu menyusun hipotesis
dan mencari akibat-akibat yang mungkin bisa terjadi dari hipotesis-hipotesis itu,
Pada masa transisi siswa mulai dapat dilatih untuk berpikir hipotesis,
konsep secara abstrak dan jika dilihat dari perkembangan mental tersebut usia
SMP sudah mulai mampu untuk diajak berpikir ke tingkat penalaran yang lebih
tinggi yaitu kearah berpikir kritis bukan hanya di tingkat berpikir dasar saja,
hanya untuk membuktikan materi yang telah diterima dari guru atau teori yang
ada di buku/LKS dengan kata lain siswa hanya memahami apa yang pernah ia
terima. Pembelajaran yang kurang melibatkan mental siswa secara aktif akan
dimiliki siswa hanya bersifat hafalan dan paling tinggi hanya sebatas tingkat
berpikir dasar yaitu hanya memahami materi pembelajaran. Padahal jika dilihat
dari kemampuan siswa SMP, mereka mampu untuk diajak berpikir kritis.
diharapkan mampu mengajak siswa untuk berpikir kritis. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajak siswa berpikir kritis adalah
PBI dimana tujuan utama dari PBI adalah untuk membantu siswa
peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
B. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman istilah dalam skripsi ini maka perlu
1. Logika berpikir
serta bentuk dan pola pikiran yang masuk akal /syah (Bagus, 1996 : 528).
Sedangkan dalam arti luas, logika meliputi setiap penelaahan yang teratur
berbagai bahan bukti dalam lapangan apapun (Liang Gie, 1998: 150).
penalaran yang tepat, serta bentuk dan pola pikiran yang masuk akal/syah
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks untuk belajar tentang cara berpikir
109 ).
C. Identifikasi masalah
negeri1 juwana tidak disesuaikan dengan taraf berpikir siswa. Siswa kurang
berlangsung satu arah, aktivitas siswa hanya mendengar dan mencatat, siswa
membuktikan materi yang telah diterima dari guru atau teori yang ada di
buku/LKS dengan kata lain siswa hanya memahami apa yang pernah ia terima.
dimiliki siswa hanya bersifat hafalan dan paling tinggi hanya sebatas tingkat
berpikir dasar yaitu hanya memahami materi pembelajaran. Padahal jika dilihat
D. Rumusan Masalah
bahasan suhu dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
7
Manfaat penelitian ini bagi guru adalah diharapkan dengan penerapan PBI
2. Bagi siswa
1. Bagian Awal
Pada bagian ini memuat beberapa halaman yang terdiri dari halaman judul,
2. Bagian Isi
Bab I Pendahuluan
hipotesis tindakan.
3. Bagian Akhir
BAB II
A.Tinjauan Pustaka
pikiran pembelajar yang dilandasi oleh struktur kognitif yang ada pada diri
penalaran tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini,
9
10
secara tidak langsung. Hal ini terjadi karena simulus baru tidak dapat
diasimilasi, karena tidak ada skema yang sesuai yang telah dimilikinya.
yang diperolehnya.
berikut:
masa transisi dari tahap operasi konkret menuju tahap operasi formal
imajinasinya. Pada masa transisi siswa SMP mulai dapat dilatih untuk
lain anak telah mulai memasuki tahap operasi formal. Di mana pada tahap
ini mampu berfikir logis tentang data yang abstrak, mampu menilai data
ini, peran bahasa dan interaksi verbal dalam lingkungan kelas akan
lingkungan dan kehidupan sosialnya berbeda satu sama lain, maka tahap
secara aktif dalam di dalam proses belajar. Hal ini berarti siswa harus
belajar melalui kegiatan nyata dan tentu saja dengan bimbingan guru.
2. Logika berpikir
kritis, dan berpikir kreatif. Dibawah ini adalah bagan dari tingkatan
penalaran :
Keterangan:
4
1. Mengingat
penalaran 2. Berpikir dasar
3
3. Berpikir kritis
4. Berpikir kreatif
2
a. Berpikir dasar
1) Memahami konsep-konsep
b. Berpikir kritis
kesenjangan informasi.
terseleksi.
membuat keputusan.
1) Mengajukan pertanyaan
atau prediksi.
berikut :
pengamatan.
2) Mengasumsi
standar tertentu.
alat.
2004:65).
c. Berpikir kreatif
2) Ide-ide sintesis
3) Ide-ide perumuman
4) Ide-ide menerapkan
dunia nyata.
(2000) model ini dikenal dengan nama lain seperti : project based teaching
c. Penyelidikan autentik
e. Kerja sama
ketrampilan berpikir.
yang dibutuhkan.
22
pemecahan masalah.
tersebut.
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan
Pada tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
mereka gunakan.
panas atau dingin suatu benda. Ketika kita menyentuh dua benda
misalnya ember berisi air hangat dan ember berisi air es dengan telapak
23
yang suhunya lebih tinggi. Tentu saja air yang suhunya lebih tinggi
terbatas. Tangan tidak tahan menyentuh benda yang sangat panas atau
sebagai alat pengukur suhu, sehingga diperlukan suatu alat yang dapat
yaitu termometer.
d. Memperluas skala di bagian titik tetap bawah dan di atas titik tetap
atas.
Pada saat sebuah termometer raksa dalam pipa kaca diberi skala
celcius. Panjang kolom raksa dalam pipa dicatat pada titik lebur es dan
titik didih air. Panjang kolom raksa berubah terhadap suhu raksa di
mana jika panjang kolom raksa pada suhu θ, 0°C, dan 100°C masing-
θ Xθ − X 0
=
100 X 100 − X 0
farenheit dan termometer Reamur. Dimana titik tetap atas dan titik tetap
Tabel 2.1 Titik tetap atas dan titik tetap bawah termometer
No Jenis Titik tetap Selisih
thermometer Bawah Atas (jumlah skala)
1 Celcius(tC) 0°C 100°C 100
2 Reamur( tR) 0°R 80°C 80
3 Farenheit(tF) 32°F 212°F 180
4 Kelvin(T) 273K 373K 100
a. tC : tR : (tF - 32) = 5 : 4 : 9
Keterangan :
5 4
a. tC = tR atau tR = tC
4 5
5 9
b. tC = (tF – 32) atau tC = tC + 32
9 5
4 9
c. tR = (tF - 32 ) atau tF = tR + 32
9 4
daerah kutub) karena titik beku alkohol sangat rendah, yaitu -112°C.
berikut :
pada kaca, dan ini akan mempersulit membaca ketinggian air pada
tabung
berikut :
27
b. Pentolan pipa dibuat dari kaca tipis agar kalor segera dikonduksikan
melalui eksperimen atau tinjauan pustaka. Hal ini dapat diterapkan pada
ini dirancang dalam satu siklus yang terdiri dari tiga pertemuan dengan
PBI terdiri dari lima tahap utama yang dimulai dengan guru
dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Secara umum tahapan-
sebagai berikut:
masalah yang muncul dari cerita yang dikemukakan oleh guru pada
B. Kerangka Berpikir
berpikir dasar, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Dilihat dari perkembangan
mentalnya, usia SMP merupakan usia dimana siswa berada pada masa transisi
30
antara tahap operasi konkret menuju ke tahap formal. Pada masa transisi ini
analitis, sintesis dan logis serta mampu memahami konsep secara abstrak dan
jika dilihat dari perkembangan mental tersebut usia SMP sudah mulai mampu
untuk diajak berpikir ke tingkat penalaran yang lebih tinggi yaitu kearah
berpikir kritis bukan hanya di tingkat berpikir dasar saja, sehingga alangkah
taraf berpikir siswa. Siswa diajak untuk merumuskan konsep secara induktif di
lapangan.
terhadap perkembangan mental siswa yang pada akhirnya siswa kurang mampu
berlangsung satu arah dan kurang melibatkan mental siswa secara aktif akan
dimiliki siswa hanya bersifat hafalan dan paling tinggi hanya sebatas tingkat
membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi dengan kata lain berpikir kritis
berpikir kritis yang dikemukakan oleh Carin dan Sund menggambarkan secara
urut bagaimana proses berpikir kritis siswa dari awal sampai diperolehnya suatu
kesimpulan, maka yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan proses
berpikir kritis siswa menurut Carin dan Sund. Menurut peneliti jika siswa sudah
menguasai kemampuan proses berpikir kritis menurut Carin dan Sund berarti
dalam suasana kelas interaktif dan yang terfokus pada pembelajaran inkuiri,
untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah.
dalam pengalaman nyata atau simulasi, menjadi pembelajar yang otonom dan
mandiri.
32
sehingga model pembelajaran ini sesuai untuk kemampuan berpikir kritis yang
siswa.
Juwana.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
2005/2006. Kelas yang diteliti adalah kelas VIIIA. Jumlah siswa kelas VIIIA
adalah 40 orang yang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa
perempuan. Peneliti memilih kelas VIIIA karena jumlah siswa kelas VIIIA lebih
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor siswa yaitu
kemampuan berpikir kritis siswa yang dilihat dari kinerja siswa selama proses
berpikir kritis siswa yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan proses
berpikir kritis siswa menurut Carin dan Sund yaitu kemampuan mengamati,
33
34
C. Rancangan Penelitian
sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran. Setiap daur/ siklus terdiri
1. Perencanaan tindakan
dan menganalisis data mengenai proses dan hasil analisis tindakan perbaikan.
2. Pelaksanaan tindakan
perbaikan yang telah direncanakan itu dilaksanakan dalam situasi yang aktual.
dalam siklus PTK, dan pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan ini
3. Observasi
sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran. Efek terhadap suatu
tindakan terus dimonitor secara reflektif. Pada tahap ini peneliti menguraikan
jenis-jenis data yang dikumpulkan, cara pengumpulan data, dan alat koleksi
dikumpulkan dari catatan reflektif tentang fenomena kelas yang dibuat oleh
4. Refleksi
terjadi: pada siswa, suasana kelas dan guru. Pada tahap ini guru sebagai
berkaitan dengan masalah itu. Ada suatu penelitian yang cukup hanya dilakukan
dalam satu siklus, karena masalahnya dapat terselesaikan namun ada juga yang
penelitian ini, maka penelitian harus dilanjutkan pada siklus kedua dengan
prosedur yang sama seperti pada siklus 1 dan melakukan perbaikan berdasarkan
refleksi yang telah dilakukan. Secara lebih rinci pelaksanaan PTK dapat dilihat
D. Prosedur Penelitian
1. Persiapan penelitian
Pada tahap persiapan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
c. Berkolaborasi dengan guru bidang studi untuk menyusun silabus, LKS, dan
pembelajaran PBI
d. Menyiapkan alat evaluasi berupa soal pretes dan postes beserta kisi-kisinya.
g. Melaksanakan uji coba dan analisis soal penelitian yang akan digunakan
diluar sampel (di kelas VIIIB) untuk mendapat perangkat tes yang valid,
reliabel dan mempunyai taraf kesukaran serta daya pembeda yang baik.
Y = Skor total
dengan taraf signifikan 5%. Jika rxy > r tabel, maka item soal tersebut
valid.
Dari analisis validitas butir soal yang telah dilakukan didapatkan soal
yang valid adalah butir soal nomor 1, 2a, 2b, 2c, 3a, 3b, 3c, 4, 6a, 6b, 8a,
8b, 10, 11a, 11b, 12, 13, 15, 16 dan 17. Sedangkan soal yang tidak valid
38
adalah butir soal nomor 5a, 5b, 7, 9a, 9b dan nomor 14 (Hasil perhitungan
2) Reliabilitas
⎛ n ⎞ ⎛⎜ ∑ σ i ⎞
2
r 11 = ⎜ ⎟ 1− ⎟
⎝ n −1 ⎠ ⎜⎝ σt2 ⎟
⎠
(∑ X ) 2
∑X2 −
Dengan σ 2 = N
N
Keterangan:
n = jumlah soal
N = jumlah sampel
Soal dikatakan reliabel jika r11 > r tabel, dengan taraf signifikansi 5%.
Dari analisis reliabilitas soal didapatkan r11 = 0,798 > rtabel sehingga soal
3) Taraf kesukaran
39
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
B
P=
JS
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
Dari analisis tingkat kesukaran butir soal didapatkan butir soal yang tergolong
mudah adalah soal nomor 2b, 3c, 6a, 6b, 8b, 11a, 11b. Butir soal yang
tergolong sedang adalah soal nomor 1, 2a, 2c, 3a, 3b, 4, 5a, 8a, 12, 13, 14, 15,
16. Butir soal yang tergolong sukar adalah soal nomor 5b, 7, 9a, 9b, 10 dan
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
MH − ML
t=
2 2
∑ X1 + ∑ X 2
n1 (n1 − 1)
Keterangan :
2
∑ X 1 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
2
∑ X 2 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
n 1 = 27% x N
Jika t hitung > t tabel maka soal signifikan (Arifin, 1991: 141)
Dari hasil analisis daya pembeda didapatkan semua butir soal mempunyai
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Perencanaan Tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Pengamatan
lembar observasi.
d. Refleksi
Yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah menganalisa data yang
telah terkumpul berupa : data hasil observasi, angket, jawaban pretes dan
postes siswa. Hasil dari analisis dan refleksi ini akan menentukan apakah
memicu penyelenggaraan PTK atau belum. jika masalah yang diteliti belum
tuntas atau belum memenuhi indikator yang telah ditentukan, maka PTK
harus dilanjutkan pada siklus ke-2 dengan prosedur yang sama seperti pada
Observasi I
Refleksi I Analisis Data I: Melakukan observasi thd
Mengevaluasi hasil analisis Menganalisis semua data kemampuan berpikir kritis
data utk melihat apakah hasil yang telah terkumpul siswa, psikomotorik &
tsb sdh memenuhi indikator afektif siswa, membuat
keberhasilan atau belum jurnal harian
42
43
1. Sumber data
Sumber data penelitian adalah siswa SMP Negeri 1 Juwana kelas VIIIA dan
2. Jenis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data kuantitatif dan data
observasi dan tes kemampuan proses berpikir kritis siswa di akhir siklus.
lembar observasi.
d. Data tentang interaksi dan suasana di kelas diperoleh dari jurnal harian.
Analisa data dalam penelitian ini terbagi atas 2 jenis: 1)Analisa data
untuk data kuantitatif berupa nilai hasil pretes dan postes serta nilai hasil
44
b. Memberikan skor pada hasil pekerjaan pretes dan postes siswa. Skor yang
Data hasil observasi meliputi data kemampuan berpikir kritis siswa, data
rumus:
∑ skor perolehan
Nilai = × 100
∑ skor maksimal
(Depdiknas 2003:15)
sebagai berikut :
n
%= × 100 %
N
% = Prosentase
Ada beberapa aspek yang diungkap dalam kuisioner pada penelitian ini yaitu:
sikap, minat dan hal-hal yang menghambat proses berpikir kritis siswa. Data
Jika siswa menjawab a diberi skor 4, skor 3 untuk jawaban b, skor 2 untuk
jawaban c dan skor 1 untuk jawaban d. Kategorisasi sikap atau minat siswa
∑X
X= (Sudarsono, 1998:63)
N
Keterangan:
X = Nilai rerata
N = Banyaknya siswa
G. Indikator Keberhasilan
keberhasilan dalam penelitian ini menggunakan syarat batas tuntas nilai kognitif
siswa yaitu sekurang-kurangnya 85 % dari siswa mendapat nilai rerata ≥ 6,5 baik
DAFTAR PUSTAKA
Carin & Sund. 1989. Teaching Science Trough Discovery. Toronto: Merrll Publishing
Company
Hassaobah, Zaleha Izhab. 2004. Developing Creative & Critical Thinking Skills.
Bandung: Nuansa
Krulik, Stephen & Rudnick. Jesse A. 1995. The New Source Book For Teaching
Reasoning and Problem Solving In Elementary School. Boston: Allyn and
Bacon.
Soekadijo, R.G. 1994. Logika Dasar: Tradisional Simbolik Dan Induktif. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Tim Pelatihan Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Tim Peneliti Program Pasca Sarjana UNY. 2003-2004. Pedoman Penilaian Afektif.
Jakarta: Depdiknas dan Dirjen Dikdasmen
Tim Penyusun. 2003. Penilaian Berbasis Kelas. Semarang: Dinas Pendidikan Kota
Semarang
Wijaya Cece. 1996. Pendidikan Remidial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya
manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
LEMBAR PENGESAHAN
Wahyuningsih
NIM 4201401016
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan
50
Drs. M. Sukisno, M. Si
NIP. 130529522
bahan pengetahuan dan ingatan. Dalam situasi yang demikian, biasanya peserta
didik dituntut untuk menerima apa-apa yang dianggap penting oleh guru dan
itu tidak dilatih terus menerus dalam kegiatan belajar, dapat dipastikan
a. Pengetahuan
lain.
b. Pemahaman
Kegiatan yang diperlukan untuk bisa sampai pada tahap ini ialah
c. Penerapan
d. Analisis
e. Sintesis
lain:
f. Evaluasi
BAB IV
A. Hasil Penelitian
tersebut diambil beberapa soal yang valid untuk digunakan sebagai alat
siklus tersebut dibagi menjadi tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam
pelajaran setiap pertemuan. Pada akhir siklus siswa diberi postes untuk
penelitian ini selesai, peneliti menganalisis data yang diperoleh dan kemudian
berikut:
47
48
Berdasarkan analisis hasil pretes dan postes (dapat dilihat pada lampiran 14 &
15) diperoleh hasil nilai rata-rata pretes dan postes serta jumlah siswa yang
Tabel 4.2 Rekapitulasi hasil analisis tiap kemampuan proses berpikir kritis
No Kemampuan proses berpikir kritis Prosentase rata-rata tiap
kemampuan
Pretes Postes
1 Mengamati 80% 89%
2 Mengklasifikasi 51% 69,5%
3 Mengasumsi 45% 79%
4 Memprediksi 70% 82,8%
5 Mengukur 45% 75,4%
6 Menginterpretasi data 77% 87,5%
7 Menghipotesis 34% 57%
8 Menganalisis 36% 59,2%
9 Menyedikitkan kesalahan percobaan 32% 61,5%
10 Membuat grafik 26% 84%
11 Menyimpulkan 62% 87%
12 Mengevaluasi 47% 64%
Rata-rata 50% 73,7%
49
Dari hasil analisis pretes dan postes yang disajikan pada tabel 3, dapat
diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dari 5% menjadi
kemampuan proses berpikir kritis siswa dari mulai mengamati sampai dengan
kritis siswa. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa penerapan model
Berdasarkan data dari jurnal harian dan analisis hasil observasi siswa
a. Pertemuan pertama
suhu.
digunakan sebagai sensor suhu. Pada tahap ini, siswa masih kesulitan
dalam mendefinisikan masalah dan masih perlu banyak bantuan dari guru,
pancingan. Dalam curah pendapat siswa kurang aktif, hanya siswa yang
orang.
interaksi antara guru dan siswa pada awalnya memang kurang sehingga
siswa takut bertanya waktu mengalami kesulitan maka siswa banyak yang
51
panas dengan air dingin siswa kurang mengikuti langkah kerja yang ada di
penuntun siswa tadi ditulis pada selembar kertas untuk dilaporkan kepada
yang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 16 diperoleh nilai rata-
rata kemampuan proses berpikir kritis siswa sebesar 68. Sedangkan hasil
nilai kemampuan psikomotorik siswa sebesar 74,6 dan nilai afektif siswa
sebesar 77,4 dimana nilai afektif siswa tersebut dalam kategori baik. Nilai
b. Pertemuan kedua
guru. Saat guru mengadakan curah pendapat siswa tampak lebih aktif
dan menjawab pertanyaan lebih banyak. Dalam curah pendapat siswa yang
siswa dengan baik pada saat melakukan percobaan dan guru lebih banyak
siswa sudah baik sehingga siswa tidak takut lagi untuk bertanya dan
Pada saat diskusi kelas berlangsung (pada tahap akhir PBI) dapat
yang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 16 diperoleh nilai rata-
rata kemampuan proses berpikir kritis siswa sebesar 73. Sedangkan hasil
54
sebesar 80,35 dimana nilai afektif siswa tersebut dalam kategori baik.
c. Pertemuan ketiga
kesulitan sehingga hanya memerlukan sedikit bantuan dari guru. Saat guru
55
Sementara itu saat diskusi kelas pada tahap akhir PBI dapat
dengan baik dan juga lebih banyak mendorong siswa untuk mengajukan
mengemukakan pendapat.
mengevaluasi.
56
yang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 16 diperoleh nilai rata-
rata kemampuan proses berpikir kritis siswa sebesar 81. Sedangkan hasil
sebesar 80,2 dimana nilai afektif siswa tersebut dalam kategori baik. Nilai
Pada lampiran 16 dapat dilihat juga bahwa jumlah siswa yang tuntas
masing-masing aspek dari berpikir kritis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil analisis dari tiap aspek berpikir kritis siswa
No Kemampuan proses Prosentase penguasaan kemampuan
berpikir kritis berpikir kritis pada pertemuan ke-
I II III
1 Mengamati 76,3% 90,3% 100%
2 Mengklasifikasi - - 80%
3 Mengasumsi 67,5% 62,5% -
4 Memprediksi 53% 92,5% -
5 Mengukur 78% 75,3% 81,5%
6 Menginterpretasi data 63,8% 72,8% 83%
7 Menghipotesis 62,5% 84,5% -
8 Menganalisis 60% 71,3% 70,25%
9 Menyedikitkan kesalahan 75,3% 80% -
percobaan
10 Membuat grafik - 35% -
11 Menyimpulkan 66,3% 87,8% 77,75%
12 Mengevaluasi 63,5% 65% 67,5%
3. Refleksi
kemampuan proses berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari nilai pretes
dan postes semula nilai rata-rata pretes siswa sebesar 50 meningkat menjadi
73,7. Dari segi proses, peningkatan kemampuan proses berpikir kritis dapat
dilihat dari nilai hasil siswa pada setiap pertemuannya. Pada pertemuan 1 nilai
kemampuan proses berpikir kritis siswa sebesar 68, pada pertemuan kedua
melakukan analisis terhadap postes siswa, didapatkan hasil bahwa siswa yang
lebih dari 65. Dengan demikian penelitian ini dikatakan berhasil sehingga
Dari hasil analisis kuisioner tanggapan siswa secara lengkap dapat dilihat pada
bahwa dari 40 siswa sebanyak 22,5% siswa menunjukkan sikap dan minat
59
yang sangat positif, 77,5% menunjukkan sikap dan minat yang positif serta tak
ada satupun siswa yang menunjukkan sikap dan minat negatif. Secara
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa melalui
dengan melakukan tugas yang ada di LKS dan menjawab pertanyaan penuntun
sub materi yang dipelajari, sehingga model pembelajaran PBI yang dirancang
semua pertemuan dalam satu siklus semua kemampuan proses berpikir kritis
hasil postes dan peningkatan kemampuan proses berpikir kritis siswa pada
setiap pertemuan. Dari hasil pretes dan postes terdapat peningkatan nilai rata-
rata kemampuan proses berpikir kritis siswa dari 50 menjadi 74, Sedangkan
pada pretes dan postes (tabel 4.2) dapat dilihat bahwa semua kemampuan
Dari segi proses, nilai kemampuan proses berpikir kritis siswa meningkat
memuaskan, siswa hanya menguasai 60% dari indikator menganalisis hal ini
diterapkan.
di LKS, mereka cukup kesulitan, namun tidak berani bertanya pada guru
kelompok lain.
5. Masih kurangnya keaktifan dalam kelompok, kondisi ini dapat dilihat dari
lebih baik yaitu sebesar 73 dan hal-hal yang menjadi faktor penghambat pada
siswa yang mengalami kesulitan, siswa yang mengalami kesulitan sudah tidak
62
takut lagi bertanya, kerjasama antar siswapun semakin baik. Pada pertemuan
terhadap indikator membuat grafik sebesar 35%. Hal ini disebabkan siswa
lurus diajarkan di tengah bab pada pelajaran matematika, sehingga guru harus
proses berpikir kritis siswa kurang maksimal, terutama keaktifan siswa dalam
berpikir kritis pada pretes dan postes (tabel 4.2) dihubungkan dengan hasil
menghipotesis siswa pada postes paling rendah 57% padahal hasil analisis
bagus hal ini mungkin disebabkan soal postes bagian menghipotesis terlalu
siswa, pada prosesnya (tabel 4.4) rendah namun pada hasil postesnya (tabel
4.2) tinggi hal ini dikarenakan siswa sudah memahami bagaimana cara
Dari hasil tanggapan siswa dapat diungkap bahwa siswa yang tidak
menjawab takut bila dianggap temannya tidak setia kawan; 62,5% siswa
sebanyak 36 orang atau 90% dari seluruh siswa, dan dari segi proses siswa
yang mendapat nilai rata-rata ≥65 sebanyak 40 orang maka penelitian ini
dalam hal ini adalah kemampuan proses berpikir kritis siswa menurut Carin
dan Sund model pembelajaran PBI dapat diterapkan pada pokok bahasan suhu.
Dari model pembelajaran PBI yang telah diterapkan mendorong siswa untuk
berinkuiri dan berdiskusi bebas dengan teman yang lain dan hal ini sesuai
kritis siswa dapat dikembangkan dalam situasi suasana kelas interaktif yang
kritis siswa dilatih dan dikembangkan melalui pembelajaran PBI yang telah
diterapkan maka kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lanwright dkk beberapa cara
tahu mendorong siswa untuk terlibat aktif didalam pemecahan masalah. Dari
tanggapan siswa dapat diketahui bahwa dari 40 siswa yang menjawab sangat
95% siswa.
Selain itu dari jurnal harian, dapat diketahui bahwa semakin hari
BAB V
A. Simpulan
berpikir kritis menurut Carin dan Sund. Pada setiap pertemuan, kemampuan
proses berpikir kritis siswa tersebut tidak semuanya muncul, namun dalam
satu siklus semua kemampuan proses berpikir kritis siswa dapat teramati.
dilihat dari nilai pretes dan postes semula nilai rata-rata pretes siswa sebesar
berpikir kritis dapat dilihat dari nilai hasil siswa pada setiap pertemuannya.
Pada pertemuan 1 nilai kemampuan proses berpikir kritis siswa sebesar 68,
Karena dari hasil postes, siswa yang mendapatkan nilai ≥65 sebanyak
90% dari keseluruhan jumlah siswa dan juga dari hasil observasi kemampuan
B. Saran
mental siswa.