Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

MENGATASI MONEY POLITIK (10)

Ditulis Oleh :

YEGA BAGAS ADE K 1201819054

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS SURAKARTA
2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas makalah ini merupakan salah satu syarat akademis Mata Kuliah
Kewarganegaraan di Program Studi Teknik Mesin (S-1), Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Surakarta.
Disetujui dan disahkan tanggal : ……………………………….

Disetujui dan disahkan oleh :

Dosen Pengampu
Mata Kuliah Kewarganegaraan

Achmad Nurhidayat, S.T., M.T., M.Pd


NIPY.: 19720226 061024 1 118

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Penulis bersyukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kewarganegaraan yang berjudul “Mengatasi
Money Politik” ini dapat terselesaikan. Tujuan makalah ini untuk mengetahui penyebab dan
solusi korupsi di Indonesia dan secara khusus untuk memperoleh nilai tugas akademis di
semester II khususnya pada Mata Kuliah Kewarganegaraan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung berupa
moral dan spiritual, secara khusus kepada :
1. Dr. Arya Surendra, S.Sos., S.E.,M.M., Rektor Universitas Surakarta beserta Staf
Rektor yang telah memberikan kesempatan untuk belajar hingga selesai di Universitas
Surakarta.
2. Ir. F.A. Luky Primantari, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, yang telah
memberikan pengarahan di tingkat Fakultas dalam berbagai kegiatan akademis selama
perkulihan di Universitas Surakarta.
3. Sugiyanto, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin dan Pembimbing
Akademik Teknik Mesin Angkatan 2019.
4. Achmad Nurhidayat, S.T., M.T., M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah Kewarganegaraan.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan serupa
dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap agar makalah ini, memberikan manfaat
bagi pembaca secara umum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Karanganyar, 12 Juni 2019

Yega Bagas Ade Kurniawan

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
A. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A.1. Latar Belakang ...............................................................................................................1
A.2. Tujuan Penulisan ............................................................................................................2
B. PEMBAHASAN ...............................................................................................................3
B.1. Landasan Teori ...............................................................................................................3
B.2. Pandangan Umum ..........................................................................................................4
B.3. Pandangan Khusus .......................................................................................................10
C. PENUTUP ...................................................................................................................... 10
C.1. Kesimpulan ...................................................................................................................10
C.2. Saran .............................................................................................................................10
D. DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................11

iii
iv
A. PENDAHULUAN
Money politics diantaranya berupa tindakan membagi-bagi uang (entah berupa uang
milik partai atau pribadi). Publik memahami money politisc sebagai praktik pemberian uang
atau barang atau iming-iming sesuatu kepada masa (voters) secara berkelompok atau
individual, untuk mendapatkan keuntungan politis (political again). Artinya tindakan money
politics itu dilakukan secara sadar oleh pelakunya. Praktik money politics dapat disamakan
dengan uang sogok alias suap, tapi tidak semua kalangan berani secara tegas menyatakan
haram praktik money politics tidak berbeda dengan suap, karena itu haram hukumnya
( Rusdjdi Hamka, 2005)
Menurut Dwi Wulandari, 2014, Money Politics atau yang bisa dikatakan politik uang
merupakan tindakan yang dilakukan para calon legislatif dengan cara memberi uang kepada
pemilih agar mau memilih calon legislatif tersebut. Calon para legislatif sekarang sudah
banyak yang menggunakan politik uang. Politik uang bisa dikatakan sudah lumrah dilakukan
oleh para calon legislatif. Calon legislatif sudah tidak memikirkan lagi dampaknya, yang dia
pikirkan hanya bagaimana dia bisa menang dalam pemilu tersebut.
Pemilihan umum yang dilaksanakan secara langsung sebaiknya dapat menekan
praktek Money Politic tetapi kenyataan yang terjadi dilapangan itu malah sebaliknya. Orang-
orang malah lebih suka jika diberi uang. Sudah jelas Politik Uang itu dilarang dan jika
terbukti ada politik uang maka akan diberi sanksi oleh Komisi Pemilihan Umum. Kita sebagai
masyarakat Indonesia sudah seharusnya memberantas praktek politik uang. Masyarakat
jangan sampai mau dirayu dengan uang oleh para calon Legislatif agar mau memilihnya. Kita
memilih calon Legislatif karena berdasarkan visi dan misinya bukan berdasarkan uang yang
diberikan oleh mereka.
Menurut Susno, 2018, politik uang pertama adalah membeli kursi, dalam bentuk
mahar terhadap partai politik. Kedua, membeli kesempatan dan kekebalan hukum, agar
penyelenggara pemilu, saksi dan penegak hukum tidak menyalahkan kegiatan praktik uang
yang dilakukannya. Ketiga, membeli suara rakyat. Dia menegaskan penanggulangan praktik
politik uang harus dilandasi adanya kemauan baik dari seluruh pihak untuk
menghapuskannya. Dia mencontohkan, seringkali ada laporan masyarakat kepada panwas
soal dugaan politik uang. Namun Panwas kerap mempertanyakan bukti yang dimiliki pelapor.
A.1. Latar Belakang
Money politic dalam Bahasa Indonesia adalah suap, arti suap dalam buku kamus besar
Bahasa Indonesia adalah uang sogok. Suap dalam bahasa arab adalah rishwah atau

1
rushwah,yang berasal dari kata al-risywah yang artinya sebuah tali yang menyambungkan
sesuatu ke air.
Menurut pakar hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Yusril Ihza Mahendra,
2014, definisi money politic sangat jelas, yakni mempengaruhi massa pemilu dengan imbalan
materi. Yusril mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Indra Ismawan kalau kasus money
politic bisa di buktikan, pelakunya dapat dijerat dengan pasal tindak pidana biasa, yakni
penyuapan. Tapi kalau penyambung adalah figur anonim (merahasiakan diri) sehingga
kasusnya sulit dilacak, tindak lanjut secara hukum pun jadi kabur.
Sesuai yang telah dikutip diatas dan menurut pendapat para ahli bahwa Money Politic
adalah salah satu tindakan penyuapan berupa uang atau barang yang ditukar dengan posisi
atau jabatan yang bertujuan untuk memperoleh suara dari para pemilih yaitu masyarakat yang
mengikuti Pemilu , agar dapat terpilih dan menduduki posisi jabatan yang diinginkan. Money
politic dapat dilakukan oleh Individu atau kelompok baik partai atau independent dengan
memiliki berbagai maksud dan tujuan, dilakukan dengan sadar dan terencana dengan baik.
Banyak sekali dampak atau pengaruh yang dirasakan ketika suatu hal negative
dilakukan, begitupun tentang bagaimana praktek money politic berjalan. Bukan rahasia
umum lagi tentunya, bagi sebagian orang hal seperti itu merupakan hal yang biasa, padahal
mereka mengetahui hal itu salah dan menyimpang, dampak yang dirasakan bukan saja jangka
pendek namun jangka panjang, hal yang paling inti adalah ketika ketidak jujuran berjalan dan
diketahui oleh halayak ramai dan tidak ada sama sekali penindak lanjutan seperti sanksi dan
hukum yang ditegakan, sepertinya memang karena uang seseorang bisa melakukan apa saja
sesuai yang ia kehendaki. Dampak yang buruk bagi generasi penerus bangsa, jika
pemimpinnya saja memberikan contoh tidak baik, bukan tidak mungkin generasi mendatang
akan melakukan hal yang sama. Seseorang jika melakukan tindak penyimpangan pada awal
biasanya mereka akan melakukan hal yang sama, sesuai dengan cara pengorbanan mereka
pada awal memperolehnya, dengan kata lain jika seseorang pemimpin mendapatkan
kekuasaannya dengan cara-cara yang tidak baik, bukan tidak mungkin mereka akan
menjalankan kewajiban dan wewenangnya dengan tidak baik pula.
A.2. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penyebab terjadinya Money Politic.
2. Mengetahui UU atau hukum tentang money politic.
3. Mengetahui cara mengatasi dampak money politic.

2
B. PEMBAHASAN
B.1. Landasan Teori
Money politic dalam Bahasa Indonesia adalah suap, arti suap dalam buku kamus besar
Bahasa Indonesia adalah uang sogok. Politik uang atau politik perut adalah suatu bentuk
pemberian atau janji menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya
untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat
pemilihan umum. Pembelian bisa dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang
adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye.
Politik uang umumnya dilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai
politik menjelang pada hari pemilihan umum. Praktik politik uang dilakukan dengan cara
pemberian berbentuk uang, sembako antara lain beras, minyak dan gula kepada masyarakat
dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk
partai yang bersangkutan.
Menurut pakar hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Yusril Ihza Mahendra,
2007, definisi money politic sangat jelas, yakni mempengaruhi massa pemilu dengan imbalan
materi. Yusril mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Indra Ismawan kalau kasus money
politic bisa di buktikan, pelakunya dapat dijerat dengan pasal tindak pidana biasa, yakni
penyuapan. Penyambung adalah figur anonim (merahasiakan diri) sehingga kasusnya sulit
dilacak, tindak lanjut secara hukum pun jadi kabur.
Secara umum money politic biasa diartikan sebagai upaya untuk mempengaruhi
perilaku orang dengan menggunakan imbalan tertentu. Seperti yang telah dikutip di atas dan
menurut pendapat para ahli bahwa Money Politic adalah salah satu tindakan penyuapan
berupa uang atau barang yang ditukar dengan posisi atau jabatan yang bertujuan untuk
memperoleh suara dari para pemilih yaitu masyarakat yang mengikuti Pemilu, agar dapat
terpilih dan menduduki posisi jabatan yang diinginkan. Money politic dapat dilakukan oleh
Individu atau kelompok baik partai atau independent dengan memiliki berbagai maksud dan
tujuan, dilakukan dengan sadar dan terencana dengan baik. Money politic berdampak pada
lunturnya nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Berkembangya money politic dianggap sebagai suatu praktik yang mencederai demokrasi
dimana masyarakat sebagai pelaku utama demokrasi harus benar-benar berkedudukan
merdeka, yaitu orang yang berhak menentukan pilihannya secara bebas termasuk dalam
memilih wakil atau pemimpinnya, dengan adanya money politic maka kebebasan yang
menjadi ruh dan tujuan utama demokrasi menjadi terancam ( Ismail Maulana, 2018).

3
Money politic hari ini telah dijadikan ajang mencari penghasilan, masyarakat awam
tidak lagi mempedulikan nilai-nilai demokrasi, yang terpenting baginya adalah mereka telah
mendapatkan uang atau bentuk penyuapan lainnya. Dampak lainnya ialah masyarakat merasa
berhutang budi kepada mereka yang telah memberikan uang agar masyarakat memilih
mereka, dan dalam hal inilah hak asasi seseorang dalam menentukan pilihan tidak
diperhatikan.

B.2. Pandangan Umum


Pengertian Money Politic dan Pemilu Istilah money politic (politik uang) ialah
menggunakan uang untuk memengaruhi keputusan tertentu, dalam hal ini uang dijadikan alat
untuk memengaruhi seseorang dalam menentukan keputusan. Adanya politik uang ini, maka
putusan yang dihasilkan tidaklah lagi berdasarkan idealita mengenai baik tidaknya keputusan
tersebut, melainkan semata-mata didasarkan oleh kehendak si pemberi uang, karena yang
bersangkutan sudah merasa teruntungkan. Mengartikan money politic pengertiannya adalah
suatu upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga
diartikan jual beli suara pada proses politik dan kekuasaan dan tindakan membagi-bagikan
uang baik milik pribadi atau partai untuk mempengaruhi suara pemilih (voters). Adapun yang
dimaksud dengan Pemilihan umum adalah salah satu ciri yang harus ada pada negara
demokrasi. Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam
kehidupan negara, yaitu dengan jalan memilih wakil-wakilnya yang pada gilirannya akan
mengendalikan roda pemerintahan. ( Ebin Danius, 1999).
Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan
kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan agak
akurat mencerminkan aspirasi dan partisipasi masyarakat. Walaupun demikian pemilihan
umum bukan satu-satunya tolak ukur dan disamping itu harus dilengkapi juga dengan
pengukuran kegiatan lainnya yang lebih bersifat berkesinambungan, seperti kegiatan partai,
lobbying dan sebagainya. Berbeda dengan apa yang disampaikan di atas, politik uang yang
dilaksanakan dalam pemilu juga merupakan upaya untuk memengaruhi putusan para pemilih
agar menentukan pilihannya pada kontestan tertentu dengan memberikan sesuatu dalam
bentuk janji, imbalan atau pemberian materi agar orang yang bersangkutan dalam pemilu
untuk beberapa hal yakni tidak menggunakan hak pilihnya, memilih peserta pemilu tertentu
dengan cara tertentu, memilih parpol peserta pemilu tertentu dan memilih pasangan calon
tertentu, melaksanakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah.
Politik uang tergolong ke dalam modus korupsi pemilu. Empat model korupsi pemilu yang

4
money politic berhubungan dengan politik uang, yaitu beli suara (vote buying), beli kandidat
(candidacy buying), manipulasi pendanaan kampanye, manipulasi administrasi dan perolehan
suara (administrative electoral corruption) (Miriam Budirdjo2008).
Menurut pakar hukum tata tegara Universitas Indonesia, Yusril Ihza Mahendra, 2014,
definisi money politic atau risywah sangat jelas, yakni mempengaruhi massa pemilu dengan
imbalan materi. Yusril mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Indra Ismawan kalau
kasus money politic biasa di buktikan, pelakunya dapat dijerat dengan pasal tindak pidana
biasa, yakni penyuapan. Penyambung adalah figur anonim (merahasiakan diri) sehingga
kasusnya sulit dilacak, ditindak lanjut secara hukum pun jadi kabur. Pengertian ini secara
umum ada kesamaan dengan pemberian uang atau barang kepada seseorang karena memiliki
maksud politik yang tersembunyi dibalik pemberian itu. Praktik semacam itu jelas bersifat
ilegal dan merupakan kejahatan. Dasar larangan praktek Money Politic dalam pemilu ada
beberapa penjelasan dasar larangan money politic, berikut penjelasan larangan dalam pemilu
menurut undang-undang: Didalam Undang Undang No. 3 tahun 1999 Pasal 73 Ayat (3)
Tentang Pemilihan Umum berbunyi: 25 "Barang siapa pada waktu diselenggarakannya
pemilihan umum menurut undang-undang ini dengan pemberian atau janji menyuap
seseorang, baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu, dipidana dengan pidana hukuman penjara paling
lama tiga tahun. Pidana itu dikenakan juga kepada pemilih yang menerima suap berupa
pemberian atau janji berbuat sesuatu." Secara hukum praktek ini jelas dinyatakan ilegal
namun dalam kenyataannya modus money politic tetaplah menjamur, hal ini dikarenakan
seseorang atau sekelompok masyarakat yang sudah menerima uang atau barang tidak
mungkin melaporkan adanya sebuah upaya atau kegiatan money politic. Sebab secara moral
dia telah berhutang budi pada si pemberi dan secara hukum dia pasti kena jeratan hukum juga.
Telah dijelaskan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 Pasal 84.
Politik uang money politic merupakan tindakan yang sering dilakukan calon legislatif
maupun eksekutif dengan cara memberi materi kepada masyarakat agar memberikan suaranya
pada para calon tersebut. Indonesia sendiri tidak luput dari jerat praktik kotor tersebut demi
mendapat jabatan yang diinginkan. Mulai dari lingkungkan Pilkada, Pemilu DPR, DPRD,
DPD hingga Pilpres bisa saja dijangkiti oleh penyakit yang sudah lama akut di berbagai
negara. Money politic dapat terjadi karena dari hulu hingga ke hilir, praktik tersebut tidak
dapat ditolak bahkan diamini di hulu, terdapat partai politik yang siap memberikan dana
sementara dari sisi hilir, terdapat banyak masyarakat yang siap menampung uang tersebut dan
rela mengorbankan hak pilihnya tanpa memikirkan dampak kedepannya.

5
Money politic cenderung sulit dihentikan karena sulit dibuktikan. Politik uang sering
kali dimainkan dalam ruangan abu-abu antara norma benar dan salah. Baik modus dan
variasinya pun berbeda-beda. Misalnya memberi fasilitas akomodasi tambahan di luar yang
sudah disediakan oleh kongres, memberikan fasilitas umroh, memberikan kredit usaha kecil,
memberikan sumbangan terhadap rumah ibadah, hingga bantuan-bantuan sosial lainnya yang
dianggap tidak salah tetapi justru bertujuan untuk menukarkan materi dengan hak suara.
Tindakan money politic kerap dikemas dengan susunan-susunan cara yang terlihat baik di
mata masyarakat. Tentu, kondisi ini membuat politik uang tidak akan dilaporkan oleh
masyarakat yang merasakan di samping itu, faktor yang membuat money politic berjalan
langgeng di Indonesia ialah keinginan dan niat dari masyarakat sendiri. Terdapat anggapan
bahwa politik uang adalah wajar dilakukan dengan alasan masyarakat tidak akan langsung
terpengaruh dengan kebijakan yang akan diterapkan kandidat terpilih. Apalagi, mereka
mendapatkan keuntungan ekonomis secara langsung. Pandangan ini agaknya terlalu umum
dan tidak memikirkan dampak panjang. Money politic membutuhkan dana yang besar agar
dapat dari pasangan calon atau kandidat yang mendaftarkan diri. Dapat dikatakan dana money
politic adalah modal yang digunakan para kandidat tersebut untuk menang dalam Pemilu.
Tentu, jika terpilih, ia akan berkeinginan untuk mengembalikan modal tersebut dengan
berbagai cara yang bisa dilakukan dalam kapasitasnya sebagai pejabat.
Kondisi ini akan membuka keran korupsi besar-besaran di kepemimpinan kandidat
yang terpilih. Kalau kondisinya sudah sedemikian rupa, maka tidak ada alasan bagi
masyarakat untuk mengatakan bahwa money politic tidak akan membawa dampak signifikan
bagi masyarakat. Masyarakat yang menukarkan hak suara dengan sejumlah materi untuk
keuntungan sendiri dapat dikatakan sebagai penghancur bangsa. Bagaimana tidak dengan
menerima uang tersebut, secara tidak langsung pemilih menyetujui dan menandatangani keran
korupsi akan dibuka secara besar-besaran oleh kandidat terpilih oleh karenanya, masyarakat
harus melihat money politic bukan sebagai praktik menguntungkan baginya pribadi tetapi
sebagai praktik yang merugikan negara secara keseluruhan. Menolak politik uang, berarti
masyarakat telah berkontribusi menjaga negara dari ancaman korupsi, kolusi dan nepotisme
pejabat yang bersangkutan. Mustahil bila seorang kandidat yang memainkan politik uang
tidak akan berupaya untuk melakukan korupsi maupun tindakan lain yang menguntungkan
dirinya. Ibarat pengusaha, politisi yang memainkan politik uang tentu akan memikirkan
untung rugi terhadap dirinya. Waspada terhadap politik uang untuk menjaga Indonesia adalah
langkah wajib yang harus dilakukan seluruh rakyat Indonesia.

6
Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD yang berisi bahwa dalam hal terbukti
dalam pelaksanaan kampanye menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai
imbalan kepada peserta kampanye secara langsung agar memilih calon Anggota DPR, DPRD
Provinsi, DPRD Kabupaten/kota tertentu atau memilih calon anggota DPD tertentu, dikenai
sanksi sebagaimana diatur dalam undang-undang ini (H. Nursyahid HN, 1999).
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pilkada juga mengatur larangan money
politic, misalnya dipasal 117 ayat (2) yang berisi, setiap orang yang dengan sengaja memberi
atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak
pilihnya, atau memilih pasangan calon tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara
tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak sah, diancam dengan pidana penjara paling
singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan atau denda paling sedikit
(1juta rupiah) dan paling banyak (10 juta rupiah). Unsur-Unsur Praktek Money Politic
Dalam Pemilu Adapun yang menjadi unsur-unsur dalam praktek money politic dalam pemilu
adalah: Penerima uang atau harta (suap) yaitu orang yang menerima sesuatu dari orang lain
berupa harta atau uang maupun jasa supaya mereka melaksanakan permintaan penyuap,
padahal tidak dibenarkan oleh syarat, baik berupa perbuatan atau justru tidak berbuat apa-apa.
Umumnya orang yang menerima suap adalah para pejabat yang memiliki keterkaitan terhadap
masalah yang dihadapi oleh pemberi suap, akan tetapi juga tidak menutup kemungkinan
penerima suap adalah bukan para pejabat, seperti teman atau mungkin kepada orang yang
berstatus dibawahnya (Gema Insani, 2001).
Melalui pilkada yang ada maupun pemilu secara umum maka asas ini (JURDIL serta
LUBER) hanyalah sebuah slogan belaka, karena pada dasarnya Money Politics merupakan
sebuah sistem yang tidak akan pernah hilang dalam proses demokrasi Indonesia dan hal ini
akan terus menerus terjadi dan dilakukan oleh para calon dan Jurkam serta Timses masing-
masing calon dalam pilkada dan pemilu guna mencari perhatian serta suara dari para calon
pemilih untuk memenangkan mereka dalam PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) dan
PEMILU (Pemilihan Umum). Walaupun adanya partai politik yang berasaskan Islam akan
tetapi praktek Money Politics ini tetap ada walau dikemas dalam agenda yang sangat rapi.
Akan tetapi juga ada juga partai politik yang memang benar-benar mereka tidak melakukan
politik uang (Money Politics). Serta merebaknya Money Politics membawa implikasi yang
sangat berbahaya bagi demokrasi dan penguatan negara bangsa. Melalui Money Politics
kedaulatan bukan ada pada tangan rakyat akan tetapi kedaulatan berada ditangan uang, oleh
karena itu, pemegang kedaulatan adalah “pemilik uang”, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri dan bukan lagi rakyat mayoritas. Di tengah gelombang demokratisasi yang gencar

7
belakangan ini, maraknya Money Politics bisa mempermudah masuknya penetrasi politik
melalui uang. Maka dengan demikian, Pilkada dengan sistem Money Politics akan terus
terjadi kejadian yang paling umum dalam praktek politik uang (Money Politics) adalah
pembelian suara menjelang hari pemilihan. Artinya, masing-masing calon mengadakan
pendekatan kepada para anggota DPRD.
Pemberi uang atau harta suap yaitu orang yang menyerahkan harta atau uang atau jasa
untuk mencapai tujuannya. Pemberi suap ini pada umumnya adalah mereka yang memiliki
kepentingan terhadap penerima suap. Kepentingan-kepentingan tersebut bisa karena masalah
hukum, untuk pemenangan pemilu dan lain-lain. Pemberi suap ini melakukan suap
dikarenakan dia ingin menjadi pihak yang menang, sehingga cenderung melakukan segala
cara untuk dapat menang. Suapan berupa uang atau harta yang diberikan. Harta yang
dijadikan sebagai obyek suap beranekaragam, mulai dari uang, mobil, rumah, motor dan lain-
lain. Pelaksana kampanye pemilu yang dengan sengaja menjanjikan atau memberikan uang
atau materi lain untuk memengaruhi pilihan atau mempengaruhi masyarakat untuk
memilihnya. 27 Perbuatan tersebut dilakukan oleh pelaksana, peserta atau petugas kampanye
pemilu, dilihat secara substantif, regulasi tentang politik uang ini memang sarat kelemahan
baik dalam UU Parpol, UU Pemilu, UU Pilpres dan UU Pemda (Pilkada), di dalamnya masih
terbuka celah untuk disiasati karena terkadang pemberian-pemberian tersebut dikemas dalam
bentuk sumbangan masjid, pesantren, dan bantuan infrastruktur (Jeremy Pope, 2002).
Penyebab praktek Money Politic dalam pemilu penyebab terlaksananya praktek money
politic (politik uang), yaitu peserta pemilu (calon anggota legislatif) dan masyarakat sebagai
pemilih. Alasan mengapa para caleg melakukan politik uang adalah mereka takut kalah
bersaing dengan caleg lain. Caleg yang baru bersaing masih mencari bentuk serangan fajar,
mereka berpotensi melakukan politik uang. Caleg yang pernah mencalonkan diri pada pemilu
sebelumnya tentu lebih ahli dalam politik uang dan dipastikan akan mengulangi hal yang
sama. Beberapa penyebab mengapa banyak rakyat yang terlibat dalam money politic, antara
lain:
1. Sudah tradisi Money politic bukanlah nilai-nilai yang diajarkan nenek moyang kita, tapi
money politic seakan sudah mendarah daging dan jadi tradisi terutama bagi kelompok orang-
orang yang banyak uang. Menengok dari sejarah, budaya money politic sudah sering ditemui
sejak zaman kolonialisme dulu. Penjajah menyuap pejabat-pejabat pribumi untuk
mendapatkan apa yang mereka mau. Kebiasaan buruk itu ternyata ditiru. Parahnya, malah
keterusan hingga saat ini ( Indra Ismawan, 2009).

8
2. Haus kejayaan manusia bisa saja silau dengan kejayaan mulai dari kekayaan, kekuasaan
bahkan jabatan. Mendapatkannya orang-orang rela melakukan apa saja bahkan menempuh
jalan belakang jika perlu, yaitu dengan memberikan sesuatu bisa berupa uang atau benda-
benda lain agar niatnya dapat dilaksanakan. Paling kecil dan sering kita temui adalah praktik
suap dilakukan oleh para pelanggar lalu lintas pada polisi yang menangkapnya agar kasusnya
tak jatuh ke meja pengadilan. Contoh lainnya adalah soal mendapatkan kedudukan. Jarang
para calon kepala daerah sampai rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli suara rakyat.
3. Lingkungan yang mendukung bukan sebuah rahasia lagi jika praktik money politic atau
risywah (suap-menyuap) mulai dari institusi kecil sampai ke kalangan pejabat-pejabat tinggi
negara adalah sebuah jaringan yang terorganisir. Lingkungan yang paling rentan terhadap
kasus suap adalah pengadilan, tentu saja yang menjadi target suap adalah para hakim.
Terkadang jika terdakwa tidak ada inisiatif untuk memberi suap, justru oknum-oknum hakim
yang tidak bersih malah menawari si terdakwa, bahkan tak jarang ada terdakwa yang justru
takut hukumannya akan tambah berat jika tidak menerima tawaran tersebut.
4. Hukum yang bisa dibeli di Indonesia adalah hukum yang bisa dibeli dengan uang, bukan
berarti hukumnya yang salah, tapi oknum-oknum penegaknya yang membuat hukum jadi
tidak mempan bagi orang-orang yang banyak uang. Menyuap para hakim atau bahkan para
penjaga tentara dengan iming-iming sejumlah uang, maka para terdakwa bisa menikmati
hidup mewah bahkan dipenjara sekalipun. Masa hukuman dapat dipersingkat dan segera
menghirup udara bebas.
5. Masyarakat miskin sebagaimana kita ketahui angka kemiskinan di Indonesia cukup tinggi.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi-memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun
sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjan. Kondisi miskin tersebut seperti memaksa
dan menekan sebagian masyarakat untuk segera mendapat uang. Money politic pun menjadi
ajang para rakyat untuk berebut uang. Mereka yang menerima uang terkadang tidak
memikirkan konsekuensi yang akan diterima, yaitu tindakan suap dan jual beli suara yang
jelas melanggar hukum, paling terpenting adalah mereka mendapat uang dan dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
6. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang politik. Serta apa yang ditimbulkan dari
politik, semua itu biasa disebabkan karena tidak ada pembelajaran tentang politik di sekolah-
sekolah atau masyarakatnya sendiri yang memang acuh terhadap politik di Indonesia,

9
sehingga ketika ada pesta politik seperti pemilu, masyarakat tersebut akan bersikap acuh
dengan pemilu.(Amrullah Ahmad, 1999).
B.3. Pandangan Khusus
Menurut pandangan penulis pengertian money politic adalah tindakan menyimpang
yang dilakukan setiap orang untuk menyuap atau memberikan uang kepada suatu pihak untuk
memperoleh suatu tujuan yang ingin diraih tanpa susah payah. Penyebab terjadinya money
politic adalah hilangnya sifat amanah dalam setiap individu masyarakat, lemahnya iman
seseorang terhadap suap menyuap, sudah menjadi tradisi dalam pemilu maupun pilkada,
rendahnya kesadaran politik dalam masyarakat. Jenis money politik antara lain penyuapan
secara langsung maupun tidak langsung. Cara mengatasi perilaku menyimpang money politic
adalah meningkatkan iman dan takwa kepada tuhan, membangun rasa cinta terhadap negara,
memberikan sanksi hukum yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. PENUTUP
C.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari penjelasan diatas, akan menjawab tujuan
mengenai pembuatan makalah kewarganegaraan yang bertemakan money politik antara lain:
1. Menuurut pandangan penulis atau pandangan khusus penyebab terjadinya money politic
terjadi karena lemahnya iman, kurangnya kesadaran diri.
2. Adapun Didalam Undang Undang No. 3 tahun 1999 Pasal 73 Ayat (3) Tentang Pemilihan
Umum berbunyi: 25 "Barang siapa pada waktu diselenggarakannya pemilihan umum
menurut undang-undang ini dengan pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya
orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya
dengan cara tertentu, dipidana dengan pidana hukuman penjara paling lama tiga tahun.
3. Mengatasi perilaku money politic pada intinya yaitu dengan memberikan sanksi hukum
terhadap pihak pidana money politik, meningkatkan iman dan takwa seseorang,
menumbuhkan rasa cinta tanah air.
C.2. Saran-saran
1. Kegiatan sosialisasi tentang pentingnya mengetahui bahaya money politik bisa dilakukan
dalam tingkat keluarga sejak dini dan kemudian mengamalkannya.
2. Pengembangan bahaya money politik harus di terapkan pada masyarakat luas dan harus
selalu berkelanjutan.

10
D. DAFTAR PUSTAKA
Ebin Danius, (2009), Politik Uang dan Uang Rakyat, Universitas Halmahera,
https://nasdemspg.wordpress.com/2014/04/30/politik-uang-dan-uang-rakyat/.
(Diakses Tanggal 5 Juni 2019 Jam 20.00 WIB).
Miriam Budirdjo, (2008), Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
https://books.google.co.id/books/about/Dasar_Dasar_Ilmu_Politik.html?hl=id&id...
(Diakses Tanggal 5 Juni 2019 Jam 20:30 WIB)
Elza Faiz (2005), Urgensi Calon Independen Dalam Pemilihan Presiden dan Pemilihan
Kepala Daerah, Pusat Studi Hukum Konstitusi FH UII Yogyakarta, t.t.

https://journal.uii.ac.id/IUSTUM/article/download/4725/4160.
(Diakses tanggal 5 Juni 2019, jam 19:00 WIB)
H. Nursyahid HN, (1999), Tentang Parpol dan Pemilu (cet. ke-1) (Jakarta: Panca Usaha,
1999), halaman 20, https://docplayer.info/amp/70103550-Money-politic-dalam-
pemilu-menurut-pandangan-hukum-islam-dan-undang-undang.html.
Abdullah Bin Abdul Muhsin, (2001), Jariimatur-Rasyati Fisy-Syarii atil Islamiyyati (terj.
Muchotob Hamzah dan Subakir Saerozi) (Jakarta: Gema Insani, 2001), halaman 11,
https://digilib.uinsuka.ac.id/4463/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR
%20PUSTAKA.pdf.
Dwi Wulandari, (2014). Praktek Money Politik Dalam Pemilu,
https://www.kompasiana.com/dwiwulandari/54f7447ea33311d9138b46bc/praktek-
money-politic-dalam-pemilu. (Diakses pada tanggal 5 Juni 2019, jam 20:45)
Susno, (2018) Money Politi http://www.klikberita.co.id/peristiwa/peristiwa-ibu-kota/ini-kata-
susno-duadji-terkait-money-politik-di-pilkada-2018.htmlk Dalam Pemilu
Rusdjdi Hamka, (2005) Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Money Politik
http://eprints.ums.ac.id/32104/8/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Yusril Ihza Mahendra, (2014) Money Politik Dalamm Pemilihan Legislatif Di Kota
https://media.neliti.com/.../1097-ID-money-politics-dalam-pemilihan-legislatif-di-kota
Ismail Maulana, (2018), Pengertian Money Politik
https://medium.com/@ismailmaulana1991/pengertian-money-politik-b8cfff82f751
Indra Ismawan, (2009) Persepsi Pengaruh Money Politik https://media.neliti.com/.../111204-ID-
persepsi-pengaruh-money-politic-dan-jari.pdf
Gema Insani (2001), Money Politic Dalam Hukum Islam https://docplayer.info/70103550-Money-
politic-dalam-pemilu-menurut-pandangan-hukum-islam-dan-undang-undang.html

11
Jeremy Pope, (2002) Money Politik Dalam Pemilu https://docplayer.info/70103550-Money-politic-
dalam-pemilu-menurut-pandangan-hukum-islam-dan-undang-undang.html
Amrullah Ahmad, (1999) Money Politik Dalam Pemilu Menurut Hukum Islam
https://docplayer.info/70103550-Money-politic-dalam-pemilu-menurut-pandangan-hukum-
islam-dan-undang-undang.html

Partanto dan Bahri, (1994: 293-294) Kaderisasi Partai Politik dan Pengaruhnya Terhadap
Kepemimpinan Nasional http://repository.bakrie.ac.id/1246/1/01.%20Kaderisasi%20Parpol
%20dan%20Pengaruhnya%20thd%20Kepemimpinan%20Nasional%20%28Jurnal%20Politik
%20LIPI%29.pdf
Rivai,(2006) Pengaruh Pola Kaderisasi Politik http://repository.bakrie.ac.id/1246/1/01.%20Kaderisasi
%20Parpol%20dan%20Pengaruhnya%20thd%20Kepemimpinan%20Nasional%20%28Jurnal
%20Politik%20LIPI%29.pdf

Hanta Yuda, (2001) Mahar Politik Dan Kaderisasi Parpol


https://kaltim.antaranews.com/berita/.../mahar-politik-dan-kegagalan-kaderisasi-parpol
Aswar, (2008) Pengaruh Kaderisasi Politik

http://repository.bakrie.ac.id/.../01.%20Kaderisasi%20Parpol%20dan%20Pengaruhnya
%20t...
Fatah, (2000:54-56)

12

Anda mungkin juga menyukai