Nama
NIM
Bidang
: Hukum Perdata
Pembimbing II
Mengetahui,
Pembantu Dekan I,
Jhon Terson, S.H., M.Hum
NIP. 1971407072200501 1 002
Mengesahkan,
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Fakultas Hukum
Dekan
Lodi H. Inoh, S.H., M.H
NIP. 19540517 198603 1 002
NIM
Bidang
: Hukum Perdata
Ketua
2.
Anggota
2..................................
NIP.
3.
Anggota
3..................................
NIP.
Nomor Registrasi
Tanggal :
Disahkan Oleh :
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Fakultas Hukum
Dekan,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunia-Nya, sehingga Proposal Skripsi ini dapat penulis
selesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Proposal
Skripis
ini
menengahkan
judul,
PELAKSANAAN
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI..............................i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI..............................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................v
PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1
Latar Belakang............................................................................1
1.2
1.3
Tujuan Penulisan.........................................................................7
1.5
Tinjauan Pustaka.........................................................................7
Metodologi Penelitian...............................................................43
Sistematika Penulisan...............................................................44
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan makin lama semakin pesat, kecanggihan teknologi dan
informasi sudah merajai di berbagai bidang kehidupan manusia. Pelaksanaan
pembangunan jangka panjang sebagaimana dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara adalah terciptanya landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk
tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan 1945. Hal tersebut sangatlah berpengaruh
dalam kehidupan manusia mendatang, tidak hanya di Indonesia namun secara
global pengaruhnya akan semakin terasa. Pengaruh yang paling menonjol adalah
meningkatnya kebutuhan manusia. Dahulu manusia hanyalah ingin memenuhi
tiga kebutuhan saja, yaitu sandang, pangan dan papan. Namun dengan pesatnya
perkembangan zaman, kini manusia tidak hanya ingin memenuhi ketiga
kebutuhan tersebut melainkan semua kebutuhan yang lain juga ingin dipenuhi.
Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Seperti
telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, manusia
selalu
dihadapkan
menguntungkan,
kepada
tetapi
sesuatu
mungkin
yang
pula
tidak
pasti,
sebaliknya.Manusia
yang
mungkin
mengharapkan
usaha
perasuransian
mengikuti
perkembangan
ekonomi
Dr. A. Junaedy Ganie, S.E, S.H, M.H., Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Hal 1
Dr. Sri Rejeki Hartono, S.H., Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, hal 3
sadar akan pentingnya asuransi jiwa dan bahkan menjadi pemegang asuransi jiwa
dapat menghimpun modal besar kepada perusahaan asuransi dan juga memegang
peranan penting dalam usaha terlaksananya pembangunan nasional. Faktor kedua,
dengan meningkatnya sosial ekonomi masyarakat maka diharapkan pula akan
semakin sadar dan mengikuti program asuransi jiwa. Apabila kesadaran
berasuransi jiwa bertambah pada sebagian besar penduduk Indonesia dan
penghasilan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat, maka jumlah
peserta asuransi jiwa di Indonesia akan meningkat pula, dimana kedua hal diatas
saling berkaitan. Faktor ketiga, dengan semakin ketatnya pengawasan pemerintah
terhadap tingkat kesehatan perusahaan berarti hak-hak pemegang polis atau
peserta akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Keempat, yaitu dengan terus
menerus diadakan peningkatan sistem kerja, kualitas sumber daya manusia dan
dukungan teknologi informasi.3
Manusia disadari ataupun tidak telah berhubungan dengan risiko dalam
menjalankan kegiatan hidup sehari-harinya, sebab manusia tidak mengetahui apa
dan begaimana peristiwa yang merugikan dapat menimpa sewaktu-waktu. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka manusia mencari cara untuk mengalihkan risiko
tersebut, karena itu manusia mengalihkan risiko kepada pihak yang dapat
menerima pengalihan risiko sebagai pihak penanggung, yaitu perusahaan asuransi.
Adapun pihak yang mengalihkan risiko disebut tertanggung. Untuk memperoleh
perlindungan jiwa yang menjadi objeknya, maka tertanggung membayar uang
dalam bentuk premi kepada penanggung dengan syarat-syarat yang telah
3
Info Bank, 136 Tahun PT. (Persero) Asuransi Jiwasraya Terpecaya dan Tegar dalam Tempaan
Zaman. Majalah, Nomor 194 (Edisi Februari, 1996), Vol. XIX, hal 35.
disepakati kedua belah pihak. Fungsi asuransi adalah untuk meminimalisir risikorisiko yang mungkin timbul, contohnya apabila menyangkut nyawa manusia dan
memiliki risiko kematian, maka jiwa seseorang ditanggungkan kepada perusahaan
asuransi jiwa sebagai penanggung. Sedangkan yang dimaksud dengan risiko
adalah suatu ketidaktentuan yang berarti kemungkinan terjadi suatu kerugian
dimasa yang akan datang. Jadi asuransi menjadikan suatu ketidakpastian menjadi
suatu kepastian yaitu dalam hal terjadi kerugian, maka akan memperoleh ganti
rugi.
Tertulis dalam Pasal 255 KUHD pertanggungan harus diadakan secara
tertulis dengan sepucuk akta yang dinamakan polis, sehingga pemegang polis
asuransi adalah orang yang memiliki dan menguasai akta asuransi yaitu pihak
tertanggung.Didalam perjanjian asuransi jiwa, pihak tertanggung sebagai
pemegang polis, diharuskan membayar sejumlah uang yang disebut sebagai premi
tertentu yang dibayarkan sesuai waktu yang telah disepakati bersama. Namun
apabila premi tidak dibayar, pertanggungan dapat dibatalkan atau setidaknya
pertanggungan itu berjalan, karena itu premi harus dibayar sesuai waktunya.
Konsekuensi dari pembayaran premi oleh tertanggung itu adalah pihak
penanggung berkewajiban untuk melakukan pembayaran klaim yangg akan
dilakukan bila risiko yang diperjanjikan benar-benar terjadi yaitu tertanggung
telah meninggal dunia. Orang yang berhak untuk menerima santunan ini adalah
orang yang telah ditunjuk dalam polis asuransi oleh tertanggung, selain itu
pembayaran dapat dilakukan pada saat berakhirnya perjanjian asuransi jiwa
tersebut, yaitu dimana tertanggung masih hidup tapi jangka waktu perjanjian telah
berakhir.
Namun ada kalanya pihak penanggung menolak untuk membayar klaim
tersebut. Hal ini dapat terjadi apabila pihak tertanggung wanprestasi/ingkar janji
atau perjanjian itu berdasarkan atas asas itikad yang baik, yang akan
menyebabkan perjanjian menjadi batal, karena sebagimana tertulis dalam Pasal
1338 ayat (3) KUHPerdata, bahwa persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan
dengan itikad baik.
Hak dan kewajiban dari pihak penanggung dan pihak tertanggung dalam
perjanjian asuransi jiwa dicantumkan dalam polis asuransi jiwa, dimana perjanjian
atau kontrak asuransi jiwa ini merupakan suatu perjanjian timbal balik antara
pihak penanggung dan pihak tertanggung. Karena itu apabila salah salah satu
pihak tidak dapat berbuat sebagaimana mestinya, maka dapat dikatakan perjanjian
itu tidak sah atau batal, apabila yang melakukan kesalahan itu adalah pihak
tertanggung maka hal ini yang menyebabkan pihak penanggung membayar klaim
sebagaimana mestinya dalam perjanjian asuransi jiwa tersebut.
Akibat penolakan ini banyak pihak tertanggung menuntut pihak
penanggung untuk tetap memenuhi kewajibannya membayar klaim saat terjadi hal
tersebut, sehingga juga berakibat berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan asuransi jiwa. Hal ini disebabkan karena kurang pahamnya pihak
tertanggung akan isi dari perjanjian yang telah tertuang dalam polis asuransi jiwa
tersebut secara khusus dan kurang pahamnya masyarakat tentang apa dan
bagaimana asuransi jiwa itu sebenarnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas yang mendorong penulis untuk
melakukan penelitian dengan masalah dalam pelaksanaan pembayaran klaim oleh
pihak asuransi terkait meninggalnya pihak pemegang polis.
1.2
belakang
masalah
diatas,
maka
dirumuskan
pelaksanaan
pembayaran
klaim
asuransi
terkait
Tujuan Penulisan
Penulisan proposal skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan pembayaran klaim
asuransi jiwa terkait meninggalnya pemegang polis?
6
Tinjauan Pustaka
1.5.1
Pengertian Asuransi
Pengertian asuransi dapat ditemui dalam pasal 246 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang sebagai berikut :
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan
nama
seorang
penanggung
mengikatkan
diri
kepada
seorang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan
Pengertian asuransi menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun
1992 Pasal 1 angka (1) ternyata lebih luas jika dibandingkan dengan
rumusan pengertian Pasal 246 KUHD, karena tidak hanya melingkupi
asuransi kerugian melainkan juga asuransi jiwa. Hal ini dapat diketahui
dari kata-kata bagian akhir rumusan yaitu Untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal dan hidupnya seseorang
yang dapat dipertanggungkan. Dengan demikian objek asuransi tidak
hanya meliputi harga kekayaan melainkan juga jiwa/raga manusia.
Dari definisi-definisi yang diberikan tentang asuransi tersebut di
atas diketahui bahwa inti dari tujuan suatu asuransi adalah mengalihkan
risiko dari tertanggung yang mempunyai kepentingan terhadap obyek
asuransi kepada penanggung yang timbul sebagai akibat adanya ancaman
bahaya terhadap harta kekayaan atau terhadap jiwanya.
Sifat-sifat perjanjian asuransi berdasarkan batasan dari pasal 246
KUHD, adalah sebagai berikut : 4
1. Perjanjian asuransi pada dasarnya adalah suatu perjanjian
penggantian kerugian. Penanggung mengikatkan diri untuk
menggantikan kerugian karena pihak tertanggung menderita
4
Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001),
hal 84
Fungsi Asuransi
Terdapat dua fungsi dari asuransi yaitu : 5
1. Asuransi sebagai lembaga pelimpahan risiko.
Dalam keadaan wajar biasanya seseorang atau suatu
badan usaha itu secara pribadi selalu harus menanggung semua
kemungkinan
yang
dideritanya
yang
disebabkan karena
berakibat
sangat
fatal
atau
tidak.
Apakah
akan
Sri
Redjeki
Hartono,
Asuransi
dan
Hukum
press,1985),hal16
10
Asuransi
(Semarang:IKIP
Semarang
menderita
kerugian
(lazim
disebut
tertanggung)
itu
lain
setiap
kemungkinan
risiko
itu
selalu
11
1.5.3
Pengaturan Asuransi
Pengaturan asuransi atau pertanggungan terdapat di dalam
KUHD dan di luar KUHD.
a. Pengaturan asuransi atau pertanggungan didalam KUHD : 6
1. Buku I Bab IX tentang pertanggungan pada umumnya (Pasal
246-268)
2. Buku II Bab X tentang pertanggungan kebakaran dan bahaya
hasil panen dan pertanggungan jiwa (Pasal 287-308)
3. Buku II Bab IX tentang pertanggungan terhadap bahaya laut
(Pasal 592-685)
4. Buku Bab X tentang terhadap bahaya pengangkutan darat dan
perairan darat (Pasal 686-695)
b. Peraturan asuransi atau pertanggungan di luar KUHD :
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian
2. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelesaian Usaha Perasuransian
12
Negeri
dan
Penerima
Pensiunan
Beserta
Keluarganya
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (Askep)
5. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (Askel)
6. Undang-undnag Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Astek)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang
Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil
8. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 tentang
Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI)
9. Undang-undang Nomor 89 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
1.5.4
Perjanjian Asuransi
a. Syarat Umum mengadakan perjanjian asuransi
13
Syarat sah perjanjian asuransi haruslah memenuhi semua syaratsyarat yang disebut untuk suatu perjanjian sebagai mana terdapat didalam
Pasal 1320 KUHPerdata yaitu ada empat syarat: 7
1. Sepakat mereka yang mengingatkan diri;
2. Kecapakan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
b. Syarat khusus bagi perjanjian asuransi harus memenuhi ketentuan
dalam Buku I Bab IX KUHD yaitu :
1. Asas Idemnitas (principle of idemnity) 8
Asas idemnitas adalah satu asas utama dalam perjanjian
asuransi, karena merupakan asas yang mendasari mekanisme
kerja dan memberi arah tujuan dari perjanjian asuransi itu
sendiri (khusus untuk asuransi kerugian). Perjanjian asuransi
mempunyai tujuan utama yang spesifik ialah untuk memberi
suatu ganti kerugian kepada pihak tertanggung oleh pihak
penanggung. Pengertian kerugian itu tidak boleh menyebabkan
posisi keuangan pihak tertanggung menjadi lebih diuntungkan
dari posisi sebelum menderita kerugian.
7
Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan perusahaan Asuransi, (Jakarta:Sinar Grafika,2001),
hal 97
8
Ibid, hal 98
14
ialah
bahwa
pihak
tertanggung
mempunyai
sebagaimana
makna
dari
keseluruhan
10
15
Polis Asuransi
Menurut ketentuan Pasal 255 KUHD, perjanjian pertanggungan
harus dibuat secara tertulis didalam sebuah akta yang disebut polis. Polis
ini sebagai alat bukti tertulis bahwa telah terjadi pertanggungan antara
penanggung dengan tertanggung. Di dalam polis tersebut disebutkan
bahwa semua ketentuan dan persyaratan tentang pertanggungan yang
telah dibuat.11
Secara
material,
perjanjian
asuransi
atau
perjanjian
16
mempunyai arti yang besar bagi pihak tertanggung. Sebab polis itu
merupakan bukti yang sempurna tentang apa yang mereka perjanjikan di
dalam perjanjian pertanggungan itu. Tanpa polis maka pembuktian akan
menjadi sulit dan terbatas. 13
Sedang syarat-syarat formal polis diatur lebih lanjut pada Pasal
256 KUHD. Di dalam pasal tersebut diatur mengenai syarat-syarat umum
yang harus dipenuhi agar suatu akta dapat disebut sebagai polis. Menurut
ketentuan Pasal 256 KUHD, dalam setiap polis, kecuali mengenai
pertanggungan jiwa harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Hari ditutupnya pertanggungan;
b. Nama orang yang menutup pertanggungan, atas pertanggungan
sendiri atau atas tanggungan orang ketiga;
c. Suatu uraian yang cukup jelas mengenai barang yang
dipertanggungkan
d. Jumlah uang untuk berapa diadakan pertanggungan
e. Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh si penanggung dan saat
berakhirnya itu;
f. Premi pertanggungan tersebut; dan
g. Pada umumnya, semua keadaan yang kiranya penting bagi si
penanggung untuk
13
17
Premi
Dalam Pasal 246 KUHD terdapat kalimat dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung
dengan menerima suatu premi. Dari kalimat ini dapat diketahui bahwa
premi adalah salah satu unsur penting dalam pertanggungan karena premi
adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh tertanggung kepada
penanggung. 14
Dalam hubungan hukun pertanggungan, penanggung menerima
peralihan risiko dari tertanggung dan tertanggung membayar sejumlah
premi sebagai imbalannya. Apabila premi tidak dibayar, pertanggungan
dapat diputuskan, atau setidak-tidaknya pertanggungan itu tidak berjalan.
Sebagai suatu perjanjian timbale balik, perjanjian pertanggungan bersifat
konsensual, artinya sejak terjadinya kata sepakat, timbullah hak dan
kewajiban diantara para pihak. Tetapi pertanggungan itu berjalan. Jika
premi belum dibayar, pertanggungan tidak berjalan. Karena itu premi
peril dilunasi pada saat pertanggungan itu diadakan atau pada saat bahaya
mulai berjalan. Pada pertanggungan yang diadakan untuk jangka waktu
tertentu atau untuk suatu perjalanan, premi dibayar lebih dahulu pada saat
bahaya mulai berjalan. Tetapi pada pertanggungan yang diadakan untuk
jangka waktu yang panjang, pembayaran premi dapat ditentukan secara
14
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal
101
18
1.5.6
15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal
75
16
Ibid, Hal 125
19
berdasarkan
perjalanan
ini
umumnya
penanggung
tertanggung
akan
mempunyai
menyelidiki
kepentingan
atas
apakah
benar
benda
yang
pemenuhan
ganti
kerugian
berdasarkan
klaim
20
18
untuk
memberikan
Loc, cit
21
suatu
pembayaran
yang
22
Polis
KUHD, yang menyebutkan beberapa hal yang menjadi isi dari polis,
yaitu :
a. Hari ditutupnya pertanggungan;
b. Nama si tertanggung;
c. Nama orang yang jiwanya dipertanggungkan;
d. Saat mulai berlaku dan berakhirnya bagi penanggung;
e. Jumlah uang untuk mana diadakan pertanggungan;
f. Premi pertanggungan tersebut.
1.5.9
ia
menawarkan
jasa
proteksi
kepada
yang
23
19
24
26
27
pada
waktu
diadakan
perjanjian
maupun
selama
perjanjian
asuransi
batal.
Ketentuan
ini
ditutupnya
perjanjian
Asuransi
antara
28
29
catatan
penanggung,
nota
penutupan
dan
sebagainya.24
4. Pasal 269 KUHD yang mengatur bahwa dalam perjanjian
Asuransi dianut peristiwa yang belum pasti terjadi secara
subyektif Maksudnya bahwa apabila Asuransi ketika ditutup,
peristiwanya sudah terjadi adalah batal jika tertanggung atau
orang yang atau tanpa pemberian kuasa telah mengadakan
perjanjian Asuransi, telah mengetahui bahwa kerugian atau
peristiwa tersebut telah terjadi. Dengan demikian apabila
tertanggung belum mengetahui bahwa kerugian/peristiwa telah
terjadi, maka perjanjian tersebut tidak menjadi batal.25
5. Peraturan perundang-undangan lainnya
a) Undang-undang No 2 Tahun 1992 tentang usaha
perasuransian, yaitu pasal 1 tentang Asuransi pada
umumnya dan Pasal 6 tentang Asuransi Jiwa
24
25
30
b) Keputusan
Menteri
Keuangan
RI
No
31
4. Hak
penanggung
untuk
menutup
kembali
(Reasuransi)
melindungi
melaksanakan
penanggung
kewajibannya,
juga
pertama
secara
dari
kesulitan
tidak
langsung
M. Suparman S dan Endang, Hukum Asuransi, Op. Cit. Tahun 1993, hal 25
32
1.5.12
27
Hukum Dagang: Tentang Aspek-aspek Hukum Asuransi Udara, Asuransi Jiwa, dan
Perkembangan Perseroan Terbatas, (Bandung:Remadja Karya, 1986), hal 226
28 Ibid, hal 227
33
29
34
berlaku
seumur
hidup
tertanggung,
artinya
selama
hanya
dibayarkan
apabila
tertanggung
35
36
1.5.13
ini
hanya
satu,
yaitu
ketidakpastian
kapan
31
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal
174
37
jumlahnya
telah ditetapkan
berdasarkan
perjanjian.32
1.5.14
Loc, cit
38
Loc,cit
39
Metodologi Penelitian
1.6.1
Metode Pendekataan
Dalam melakukan pengkajian terhadap isu hukum yang ada dalam
penulisan ini, menggunakan penelitian empiris yaitu menekankan pada fakta yang
ada disekitar yang dapat memperkuat data yang dihimpun.
1.6.2
Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian dalam lingkup perusahaan Asuransi Jiwa
karena mempunyai hubungan dengan masalah yang dibahas terbagi menjadi dua
jenis, yaitu :
Sumber data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan
pihak-pihak
35
40
Sumber data sekunder yang diperoleh melalui mengumpulkan bahanbahan kepustakaan hukum yaitu Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, Undang-undang No 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
1.6.4
Lapangan
dengan
observasi
dan
wawancara
dengan
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan dan
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan uraian pengertian , fungsi dan unsur-unsur pokok dalam
pertanggungan atau asuransi yang menjadi acuan dalam membahas permasalahan.
BAB III PEMBAHASAN
41
42