Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA ASURANSI UMUM DAN ASURANSI


SYARIAH

Nama Anggota Kelompok

1. Annisa Adelita Azzahra (2112011486)

2. Reni Nurviona Ar Vairuz (2162011003)

3. Vanessa Sasi Kirana (2112011409)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
A. Persamaan ............................................................................................................................... 6
1. Dari aspek prinsip dasar ...................................................................................................... 6
2. Dari aspek akad ................................................................................................................... 6
B. Perbedaan................................................................................................................................ 7
1. Perbedaan mengenai konsep ................................................................................................ 7
2. Pebedaan mengenai sumber hukum .................................................................................... 7
3. Perbedaan mengenai Dewan Pengawas Syariah ................................................................. 8
4. Perbedaan mengenai Akad Perjanjian ................................................................................. 9
5. Perbedaan mengenai kepemilikan dan pengelolaan dana.................................................... 9
6. Perbedaan mengenai Premi dan sumber Pembiayaan Klaim ............................................ 10
7. Perbedaan mengenai investasi dana dan keuntungan ........................................................ 10
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan........................................................................................................................... 12
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-NYA tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini di buat untuk
menambah wawasan mengenai delik terhadap ketertiban umum.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan Terima kasih kepada Bapak DR. Sunaryo S.H.,
M,Hum. Dan Ibu Nenny Dwi Ariani S.H., M.H. Selaku dosen pengampu mata kuliah hukum
asuransi dan pengangkutan niaga yang telah membimbing kami dalam mata kuliah tersebut.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat dari makalah ini, kami memohon maaf.

Bandar Lampung, 14 Maret 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini membuat manusia tampak mengalami
kemajuan dalam menjalani kehidupan baik secara ekonomi maupun dimensi kehidupan yang
lainnya.1Dalam menjalani kehidupan selalu dihadapkan pada berbagai risiko yang tidak
disenangi dan bersifat merugikan. Asuransi merupakan salah satu bentuk pengendalian atas
risiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan risiko dari pihak tertanggung ke pihak
penanggung. Risiko dalam asuransi adalah ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa
yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis.2

Segala sesuatu selalu mengandung risiko. Kita tidak akan tahu kapan kita akan terlibat
dengan keadaan yang tidak diinginkan. Risiko bisa terjadi tanpa diduga sebelumnya. Oleh
karena itu, dibutuhkan asuransi untuk mempersiapkan diri apabila risiko yang tidak disenangi
dan merugikan terjadi. Hal tersebut yang dimanfaatkan oleh perusahaan asuransi dalam
menjalankan usahanya. 3

Perkembangan saat ini terdapat dua jenis asuransi yaitu asuransi konvensional dan asuransi
syariah. Sebenarnya kedua jenis asuransi tersebut tidak terlalu berbeda jauh. Hanya saja ada
beberapa hal yang memang bertolak belakang sehingga perlu adanya penyesuaian yang
dilakukan. 4

Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Pasal 1, yang dimaksud dengan asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

1
Slamet Heri Winarno, Analisis Perbandingan Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvensional,
Moneter Jurnal Asuransi dan Keuangan. Vol. II No. 1 April 2015;
2
Nur Hidayati Rosidah, Asuransi Konvensional Dan Asuransi Syariah: Perbedaan Dalam
Lingkup Akuntansi;
3
Ibid;
4
Ibid;
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupya seseorang yang
dipertanggungkan.

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 21/DSN-MUI/X/2001
tentang pedoman umum asuransi syariah, asuransi syariah adalah usaha saling melindungi
dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah. Asuransi syariah bersifat saling melindungi dan
tolong menolong yang dikenal dengan istilah ta’awun, yaitu prinsip hidup saling melindungi
dan saling menolong atas dasar ukhuwah islamiyah antara sesama anggota peserta asuransi
syariah dalam menghadapi malapetaka.

Masalah asuransi ini menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan para ahli hukum Islam.
Sebagian ada yang membolehkan, sebagian ada yangmengharamkan dan sebagian juga ada
yang melarang dalam suatu praktek akan tetapi membolehkan pada praktek yang lain. Semua
ini membuat kebimbangan di tengah-tengah masyarakat. Indonesia sebagai Negara mayoritas
pemeluk agama Islam, sangat membutuhkan kejelasan dari hukum asuransi tersebut.5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini
adalah:

1. Bagaimanakah persamaan asuransi umum dan asuransi syariah?


2. Bagaimanakah perbedaan antara asuransi umum dan asuransi syariah?

5
Imaniar Mahmuda, Studi Komparasi Asuransi Syariah Dengan Asuransi Konvensional,
Jurnal Al-Yasini. Vol 04, No. 01 Mei 2019;
BAB II

PEMBAHASAN

A. Persamaan

Menurut Novi Puspitasari persamaan konsep dasar asuransi kerugian pada asuransi syariah
dan asuransi konvensional sebagai berikut :

1. Dari aspek prinsip dasar

Asuransi syariah dan asuransi konvensional dari sisi prinsip dasar bahwa sama – sama
bertugas dalam mengelola dan menanggulangi risiko yang terjadi nantinya sehingga
memberikan jaminan rasa aman dan perlindungan dari risiko atau kerugian yang mungkin
timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut benar – benar terjadi, pihak tertanggung (insured)
berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara
tertanggung dan penanggung.6

2. Dari aspek akad

Asuransi syariah dan asuransi konvensional dari sisi akad bahwa kedua- duanya memilki
kontrak jangka panjang yang sudah dipahami dan disetujui oleh kedua belah pihak. Apabila
nasabah tersebut melanggarnya, maka akan diberikan pinalti maka dari itu kedua jenis
asuransi syariah dan asuransi konvensional ini memiliki akad yang sama, yaitu mustamir
yang artinya terus menerus. Ketika nasabah menyetujui dengan apa yang diberikan oleh
perusahaan asuransi, maka nasabah telah ridho menerima asuransi yang akan digunakan.7

6
Widya Yuliarti S.ST., M.M., CFP. “Apa Persamaan Dan Perbedaan Asuransi Syariah Dan
Konvensional?” (Perencana Keuangan Pertama Yang Tercatat OJK, September 3, 2021)
https://www.finansialku.com/asuransi-syariah-dan-konvensional/;
7
Galih Saputra, Studi Komparatif Konsep Dasar Asuransi Kerugian Pada Asuransi Syariah
Dan Asuransi Konvensional, Skripsi. Metro: Jurusan Ekonomi Syari’ah IAIN Metro.
B. Perbedaan

Perbedaan sistem yang paling mendasar antara asuransi syariah dengan sistem asuransi
konvensional meliputi hal-hal berikut:

1. Perbedaan mengenai konsep

Asuransi syariah, mempunyai 3 pengertian seperti yang telah dikemukakan, diantaranya at-
ta’min. Mu’ammin adalah penangung dan mun-ta’min diartikan tertanggung. Dalam
AlQur’an Surat Quraisy ayat :4 terdapat kata aman dari rasa takut, memberi rasa aman. Jadi
istilah at-ta’min, yaitu antara menta’minkan sesuatu yang berarti seseorang membayar atau
menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang
sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang
hilang, sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang mempertanggungkan atau
mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau kendaraannya. Dewan Syari’ah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN MUI) mengeluarkan fatwa tentang pedoman umum asuransi syariah.
Menurutnya, asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau tabarru’ yang
memberikan pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai
dengan syariah.

Sedangkan asuransi konvensional secara bahasa adalah “pertanggungan”. Istilah


pertanggungan di kalangan orang Belanda disebut verzekering. Hal dimaksud melahirkan
istilah assuradeur, assurantie bagi penanggung dan geassureeder bagi tertanggung. Selain itu,
ada definisi yang mengungkapkan bahwa sebenarnya assuransi itu merupakan alat atau
institusi belaka yang bertujuan untuk mengurangi resiko dengan mengabungkan sejumlah
unit-unit yang beresiko agar kerugian individu secara olektif dapat diprediksi. Kerugian yang
dapat diprediksi terebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proporsional diantara
semua unit-unit dalam gabungan tersebut. Dalam UU RI Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian meupakan petanggungan yang di dalamnya ada perjanjian antara 2 pihak atau
lebih, yaiut pihak penanggung mengikatkan diri kepada tettanggung, dengan menerima premi
asuransi,untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan,
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan.

2. Pebedaan mengenai sumber hukum


Sumber hukum asuransi syariah adalah AlQur’an, sunnah, ijma, qiyas dan fatwa DSN MUI,
hal ini menjadikan modus operandi asuransi syariah selalu sejalan dengan prinsip-prinsip
syariah. Dalam menetapkan prinsip-prinsip, praktik dan operasional dari asuransi syariah,
parameter yang senantiasa menjadi rujukan adalah syariah Islam yang bersumber dari Al-
Qur’an, hadits, dan fiqh Islam, hal ini menjadikan asuransi syariah mendasarkan diri pada
prinsip kejelasan dan kepastian, sehingga kejelasan yang meyakinkan kepada peserta asuransi
dengan akad secara syariah antara perusahaan dengan peserta asuransi, baik yang akadnya
jual beli ataupun tolong-menolong.

Asuransi konvensional mempunyai sumber hukum yang didasari oleh pikiran manusia,
falsafah, dan kebudayaan, sementara modus operandinya didasarkan atas hukum positif. Hal
ini menjadikan asuransi konvensional tidak memiliki sumber hukum yang jelas, bahkan
cenderung membuat transaksi yang tidak memiliki kepastian dan kejelasan kedepan. Seperti
halnya dalam akadnya sesuatu yang di akadkan terjadi cacat secara syariah karena tidak jelas
berapa yang akan dibayar oleh peserta asuransi yang meliputi berapa sesuatu yang akan
diperoleh. Tidak diketahui berapa lama seseorang peserta asuransi harus membayar premi.

3. Perbedaan mengenai Dewan Pengawas Syariah

Asuransi syariah mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan bagian yang
tak terpisahkan dengan asuransi syariah. DPS mengawasi jalannya operasional sehari-hari
agar selalu berjalan sesuai dengan prinsip syariah. Artinya, menghindari adanya
penyimpangan secara hukum Islam yang dapat merugikan orang lain. DPS berfungsi untuk:
a. Melakukan pengawasan secara periodic pada Lembaga Keuangan Syariah yang berada
dibawah pengawasannya. b. Berkewajiban mengajukan unsur-unsur pengembangan Lembaga
Keuangan Syariah kepada pemimpin lembaga yang bersangkutan dan dari Dewan Syariah
Nasional. c. Melaporkan Perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah
yang mengawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun anggaran. d.
Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan-pembahasan DSN.

Sedangkan asuransi konvensional tidak mempunyai dewan pengawas dalam melaksanakan


perencanaan, proses, dan praktiknya. Asuransi konvensional tidak memiliki sebuah wadah
control yang independen yang tugasnya mengawasi perjalanan asuransi tersebut sehingga
mudah timbul penyimpangan-penyimpangan, baik penyimpangan administrasi maupun
penyimpangan hukum secara syariah.
4. Perbedaan mengenai Akad Perjanjian

Asuransi syariah mempunyai akad yang di dalamnya dikenal dengan istilah tabarru’ yang
bertujuan kebaikan untuk menolong diantara sesama manusia, bukan semata-mata untuk
komersial dan akad tijarah. Akad tijarah adalah akad atau transaksi yang bertujuan komersial,
misalnya akad mudharabah, wadiah, wakalah dan sebagainya. Dalam bentuk akad tabarru’
mutabari mewujudkan usaha untuk membantu seseorang dan hal ini di anjurkan oleh syariat
Islam, penderma yang ikhlas akan mendapatkan ganjaran pahala yang besar. Selain itu, akad
transaksi asuransi syariah mengandung kepastian dan kejelasan sehingga peserta asuransi
menerima polis asuransi sesuai dengan apa yang dibayarkan (yang masuk ke rekening
peserta) ditambah dengan dana tabarru’ dari setiap peserta asuransi. Hal ini menjadikan setiap
peserta asuransi yang mendapat musibah atau kerugian akan menerima bantuan dalam bentuk
ganti rugi terhadap musibah yang dihadapinya. Bantuan dimaksud bersumber dari dana akad
tabarru’.

Sedangkan akad pada asuransi konvensional adalah pihak perusahaan asuransi dengan pihak
peserta asuransi melakukan akad mufawadhah, yaitu masing-masing dari kedua belah pihak
yang berakad di satu pihak sebagai penaggung dan di pihak lainnya sebagai tertanggung.
Pihak penanggung memperoleh premi-premi asuransi sebagai pengganti dari uang
pertanggungan yang telah dijanjikan pembayarannya. Sedangkan tertangung, memperoleh
uang pertanggungan jika terjadi peristiwa atau bencana sebagai pengganti dari premi-premi
yang dibayarkannya. Sistem kontrak dimaksud, mengandung unsur untung-untungan, yaitu
keuntungan yang diperoleh tergantung bila terjadi musibah dan penanggung mendapat
keuntungan bila tidak terjadi musibah dan dipandang sebagai hasil dari mengambil resiko,
bahkan sebagai hasil kerja yang nihil.

5. Perbedaan mengenai kepemilikan dan pengelolaan dana

Asuransi syariah menganut sistem kepemilikan bersama. Hal itu berarti dana yang terkumpul
dari setiap peserta asuransi dalam bentuk iuran atau kontribusi merupakan milik peserta
(shohibul maal). Pihak perusahaan asuransi syariah hanya sebagai penyangga aman dalam
pengelolaannya. Dana tersebut, kecuali tabarru’ dapat diambil kapan saja dan tanpa dibebani
bunga. Di sinilah letak pebedaan mendasar pada life insurance apabila seorang peserta karena
kebutuhan yang sangat mendesak boleh mengambil sebagian dari akumulasi dananya yang
ada. Selain itu, perlu diungkapkan bahwa pengelolaannaya untuk produkproduk yang
mengandung unsur saving (tabungan), dana yag dibayarkan oleh peserta langsung dibagi
dalam 2 rekening, yaitu rekening peserta dan rekening tabarru’.

Sedangkan kepemilikan harta dalam asuransi konvensional adalah milik perusahaan, bebas
menggunakan dan menginvestasikan pengelolaanya, bersifat tidak ada pemisahan dana
peserta dengan dana tabarru’ sehingga semua dana bercampur menjadi satu. Status hak
kepemilikan dana dimaksud adalah dana perusahaan, sehingga bebas mengelola dan
menginvestasikan yang ada pembatasan halal dan haram dalam melakukan pemindahan,
bahkan ada kecenderungan yang selalu di praktikkan dalam asuransi konvensional untuk
menginvstasikan dananya ke sistem bunga. Selain itu, dana yang terkumpul pada sistem
asuransi konvensional dikelola oleh badan pengelola dan keuntungannya hanya untuk
kepentingan badan pengelola dan membayar polis peserta, pengelola menganngap
mempunyai pertambahan keuntungan sebagai usaha yang dikelolanya.

6. Perbedaan mengenai Premi dan sumber Pembiayaan Klaim

Unsur-unsur premi pada asuransi syariah terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan (untuk
asuransi jiwa). Selain itu, sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru’, yaitu
rekening dana tolongmenolong bagi seluruh peserta, yang sejak awal sudah diakadkan
dengan ikhlas oleh setiap peserta untuk keperluan saudarasaudaranya yang meninggal dunia
atau tertimpa musibah materi seperti, kebakaran, gempa, banjir dan lain-lain. Selain itu,
sumber pembiayaan dalam asuransi syariah adalah dari rekening perusahaan murni bisnis dan
tertentu diperuntukkan sebagai dana tolong-menolong. Asuransi konvensional memiliki
unsur-unsur premi sebagai berikut :

a. Mortality table yaitu daftar tabel kematian berguna untuk mengetahui besarnya klaim
yang kemungkinan timbul kerugian yang di karenakan kematian, serta meramalkan
berapa lama batas umur seseorang bisa hidup.
b. Penerimaan Bunga untuk menetapkan tarif, perhitungan bunga harus dikalkulasi di
dalamnya.
c. Biaya-biaya asuransi terdiri dari biaya komisi, biaya luar dinas, biaya reklame, sale
promotion, biaya pembuatan polis, dan biaya pemeliharaan.

7. Perbedaan mengenai investasi dana dan keuntungan

Asuransi dalam menginvestasikan dana yang hanya kepada bank syariah, BPRS (Bank
Perkreditan Rakyat Syariah), Obligasi syariah, dan kegiatan lainnya yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Sementara profit (laba) untuk asuransi kerugian yang di peroleh dari
surplus underwriting bukan menjadi milik perusahaan sebagaimana mekanisme dalam
asuransi konvensional. Berinvestasi pada industri perusahaan asuransi syariah, memiliki
keunggulan yang memberi semangat pada pesertanya. Sebab, sistem dimaksud tidak
mengenal sistem dana hangus. Peserta yang baru masuk pun yang karena sesuatu dan lain hal
sehingga mengundurkan diri maka dana / premi yang sebelumnya dimasukkan dapat diambil
kembali kecuali sebagian kecil saja dana yang sudah diniatkan untuk dana tabarru’ sehingga
tidak dapat ditarik kembali. Begitu juga dengan asuransi takaful umum (asuransi kerugian),
jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka takaful membagikan sebagian dana
premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai kesepakatan ketika terjadi di
akad. Sedangkan pada asuransi konvensional, berdasarkan peraturan pemerintah, investasi
wajib dilakukan oleh asuransi konvensional pada jenis investasi yang akan menguntung – kan
serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan.
Selain itu, harus memperhatikan ketentuan investasi yang tertuang dalam keputusan Menteri
Keuangan RI No. 424/KMK.6/2003.

Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting menjadi milik perusahaan
yang telah terdahulu. Di dalam sistem asuransi konvensional memiliki sistem dana hangus,
yaitu peserta asuransi yang tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin
mengundurkan diri sebelum akhir periode, maka dana peserta itu hangus. Begitu juga untuk
asuransi non saving jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayar
oleh pihak peserta asuransi kepada pihak perusahaan akan hangus atau menjadi milik
perusahaan asuransi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuransi merupakan salah satu bentuk pengendalian atas risiko yang dilakukan dengan cara
mengalihkan risiko dari pihak tertanggung ke pihak penanggung. Menurut Novi Puspitasari
persamaan konsep dasar asuransi kerugian pada asuransi syariah dan asuransi konvensional
sebagai berikut :
1. Dari aspek prinsip dasar
2. Dari aspek akad

Adapun perbedaan sistem yang paling mendasar antara asuransi syariah dengan sistem
asuransi konvensional meliputi hal-hal berikut:
1. Perbedaan mengenai konsep
2. Perbedaan mengenai sumber hukum
3. Perbedaan mengenai Dewan Pengawas Syariah
4. Perbedaan mengenai Akad Perjanjian
5. Perbedaan mengenai kepemilikan dan pengelolaan dana
6. Perbedaan mengenai Premi dan sumber Pembiayaan Klaim
7. Perbedaan mengenai investasi dana dan keuntungan
Daftar Pustaka

Mahmuda, Imaniar dkk. 2019. Studi Komparasi Asuransi Syariah dengan Asuransi
Konvensional. Jurnal Al-Yasini. Vol 04, No. 01 Mei 2019

Saputra, Galih. 2018. Studi Komparatif Konsep Dasar Asuransi Kerugian Pada Asuransi
Konvensional dan Asuransi Syariah. Skripsi. Metro: Jurusan Ekonomi Syari’ah IAIN
Metro

Winarno, Slamet Heri. 2015. Analisis Perbandingan Asuransi Syariah dan Asuransi
Konvensional. Moneter Jurnal Asuransi dan Keuangan. Vol. II No. 1 April 2015

Yuliarti, Widya. 2021. Apa Persamaan dan Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional?
(Online). https://www.finansialku.com/asuransi-syariah-dan-konvensional/ Diakses
14 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai