Anda di halaman 1dari 18

TES KEMAMPUAN KREATIVITAS

A. Pendahuluan

Kreativitas dapat hadir secara individu atau kelompok dalam bentuk


diberbagai bidang seperti bidang seni, teknologi, politik, ekonomi, pendidikan dan
sebagainya, jadi kreativitas tidak hanya terdapat dalam bidang seni namun
kreativitas hadir dalam semua sendi kehidupan, namun memang kreativitas sangat
erat dengan bidang-bidang seni. Kreativitas merupakan kegiatan yang dilakukan
orang setiap hari, hal ini dapat ditandai dengan adanya perkembangan, perubahan,
dari waktu ke waktu dalam segala sendi kehidupan, namun demikian istilah
kreativitas umumnya dianggap orang suatu aktivitas yang selalu berhubungan
dengan bidang seni, meski anggapan itu dapat dibenarkan karena aktivitas bidang
seni lekat dengan kreasi, atau kreativitas selalu dihubungkan dengan sesuatu
penemuan yang luar biasa. Bahkan ada yang memandang suatu hal yang aneh-
aneh, yang berkaitan dengan bawaan sejak lahir.

Penggunaan istilah kreatifbanyak digunakan dalam berbagai konteks yang


berkenaan dengan tingkah laku terlebih dalam bidang pendidikan seni.Jadi unsur
kebaruan menjadi ciri khas dalam suatu aktivitas yang berkategori kreatif.
Suryahadi (1994) berpandangan bahwa kreatif berarti memiliki kemampuan
mencipta. Menurut pandangan ini kreatif diartikan sebagai daya kemahiran
seseorang membuat sesuatu sebagai hasil ciptaan, kreatif menggambar berarti
memiliki kemampuan menciptakan suatu gambar.Soenarjo (1996) memberikan
pandangannya bahwa anak berkreasi berarti membiasakan anak memecahkan
masalah dengan cara yang bersifat baru.Unsur kebaruan menjadi ciri khas dalam
suatu aktivitas yang berkategori kreatif.Sedangkan Semiawan (1987)
mengartikannya sebagai kemampuan untuk mencipta suatu produk baru, dan
ditegaskannya bahwa ciptaan itu tidak harus seluruhnya produk baru, tetapi boleh
jadi hasil dari penggabungan, pengkombinasian yang unsur-unsurnya sudah ada
sebelumnya.
Kreatif ditekankan pada adanya hasil (produk) dan baru (lain dari yang
lain), tetapi bisa saja hasil ciptaan idenya bersumber dari sesuatu yang sudah ada,
namun telah dimodifikasi misalnya dengan cara menggabungkan,
mengkombinasikan atau menguranginya. Secara implisit perbuatan kreatif dapat
saja dengan cara meniru, namun dengan tidak meninggalkan unsur-unsur yang
menjadi karakteristik produk yang ditiru sehingga menghasilkan sesuatu yang
baru lagi. Sebagaimana yang diutarakan McFee (1970)Creativity as the behaviour
of a person in inventing new patterns,forms or ideas or organization. Kemampuan
menghasilkan sesuatu yang baru tidak hanya kemampuan membuat sesuatu yang
benar-benar asli, tetapi boleh jadi kemampuan mengembangkan sesuatu yang
sudah ada dengan merombak dan menyusun kembali menjadi bentuk yang baru.

Kreativitas dicirikan sebagai kemampuan untuk melahirkan ide yang


banyak, kemampuan menyesuaikan cara berfikir dengan cara yang lain, berani
mengambil resiko, mampu bekerja secara mendetail dan rumit, mampu
mengembangkan ide yang sederhana sehingga menjadi jelas, menyerap informasi
dengan cepat dan menjadikannya sebagai gagasan yang orang lain tak melihatnya.
Pendapat yang sama tentang ciri kreatif disampaikan oleh Field dalam Badiran
(1994) bahwa yang membedakan kreativitas setiap individu faktor yang menjadi
perhatian adalah sensitivitas terhadap permasalahan, kelancaran berasosiasi,
kelancaran gagasan, kelancaran bahasa, kelancaran mengungkapkan/mewujudkan
gagasan, unsur orisinalitas, fleksibelitas dan kerincian.

Kreativitas dicirikan melalui kemampuan yang menggambarkan


sensitivitas, kelancaran berfikir dan keluwesan berfikir, orisinalitas dan kerincian
seseorang dalam mewujudkan suatu gagasan dalam bentuk produk/karya,dengan
demikian maka faktor-faktor tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam
mengukurkreativitas, yaitu kesensitivitasan, kelancaran, keluwesan, keaslian dan
kerincian.
B. Pembahasan
1) Konsep Kreatifitas
a. Definisi Kreatifitas

Kreativitas didefinisikan tergantung dari orang memandangnya. Hal ini


karena dua alasan, pertama karena kreativitas “konstruk hipotetis” dan yang kedua
definisi kreativitas tergantung pada dasar teori yang menjadi acuan pembuat
definisi. Berdasarkan penekanannya definisi kreativitas dibedakan ke dalam empat
dimensi; person, proses, produk dan press. Rhodes (1961) menyebutnya “the four
p’s of creativity”, berdasarkan analisis faktor Guilford menemukan lima sifat yang
menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu: kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusan
kembali (redefinition). Selain itu definisi kreativitas juga dibedakan ke dalam
definisi konsensual dan konseptual. Definisi konsensual menekankan segi produk
kreatif yang dinilai derajat kreativitasnya oleh pengamat yang ahli. Menurut
Amabile (1983: 33) mengemukakan bahwa suatu produk atau respons seseorang
dikatakan kreatif apabila menurut penilaian orang yang ahli atau pengamat yang
mempunyai kewenangan dalam bidang itu bahwa itu kreatif. Dengan demikian,
kretaivitas merupakan kualitas suatu produk atau respons yang dinilai kreatif oleh
pengamat yang ahli.

Definisi konsensual didasari asumsi-asumsi sebagai berikut: a) produk


kreatif atau respons-respons yang dapat diamati merupakan manifestasi dari
puncak kreativitas, b) kreativitas adalah sesuatu yang dapat dikenali oleh
pengamat luar dan mereka dapat sepakat bahwa sesuatu itu adalah produk kreatif,
c) kreativitas berbeda derajatnya, dan para pengamat dapat sampai pada
kesepakatan bahwa suatu produk lebih kreatif dari pada yang lainnya. Definisi ini
sering digunakan dalam bidang keilmuan dan kesenian, baik yang menyangkut
produk, orang, proses maupun lingkungan tempat orang-orang kreatif
mengembangkan kreativitasnya.

Definisi konseptual bertolak dari konsep tertentu tentang kreativitas yang


dijabarkan ke dalam kriteria tentang apa yang disebut kreatif. Walaupun sama-
sama menekankan pada produk, tetapi definisi ini tidak mengandalkan semata-
mata pada konsensus pengamat dalam menilai kreativitas, tetapi pada kriteria
tertentu. Menurut Amabile dalam Dedi Supriadi (1994: 9) sesuatu produk dinilai
kreatif apabila: a) produk tersebut bersifat baru, unik, berguna, benar, atau bernilai
dilihat dari segi kebutuhan tertentu, b) lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan
metode yang masih belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain
sebelumnya. Jadi definisi ini lebih didasarkan atas pertimbangan penilai yang
biasanya lebih dari satu orang, dalam definisi ini pertimbangan subyektif sangat
besar.

Definisi kreativitas yang mewakili definisi konsensual dan definisi


konseptual dikemukakan oleh Stein (1967) yaitu “ The creative work is a novel
work that is accepted as tenable or useful or satisfying by a group in some point in
time”. Dimensi kreativitas menurut definisi ini tercermin pada kriteria kreativitas,
yaitu novel, tenable, useful, dan satisfying. Di pihak lain, dimensi konsensual
dinyatakan melalui kata-kata that is accepted by a group in some point in time.

Pengertian-pengertian setiap istilah diuraikan sebagai berikut:

Kata novel (baru) berarti bahwa suatu produk yang dinilai kreatif bersifat
orisional. Meskipun tidak baru, produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi
baru atau reintegrasi dari hal-hal yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu
yang baru. Kalimat that the creative work in tenable or useful or satisfying
mengandung arti bahwa suatu produk kreatif harus berlaku, berguna, dan
memuaskan sejauh dinilai oleh orang lain. Ketiga istilah tersebut menekankan
bahwa hasil dari proses kreatif haruslah dikomunikasikan kepada orang lain,
sehingga produk tersebut mengalami validasi konsensual. Oleh sebab itu,
pengakuan orang lain, khususnya para ahli, sangatlah penting.

b. Kriteria Kreativitas
Penentuan kreativitas menyangkut tiga dimensi, yaitu: dimensi proses,
person dan produk kreatif. Proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka segala
produk yang dihasilkan dari proses kreatif dianggap sebagai produk kreatif, dan
orangnya disebut sebagai orang kreatif. Menurut Rothernberg (1976) proses
kreatif identik dengan berpikir Janusian (Dedi Supriadi, 1994), yaitu suatu tipe
berpikir divergen yang berusaha melihat berbagai dimensi yang beragam atau
bahkan bertentangan menjadi suatu pemikiran yang baru.

Dimensi person sebagai kriteria kreativitas identik dengan kepribadian


kreatif (creative personality). Kepribadian kreatif menurut Guilford dalam Dedi
Supriadi (1994: 13) meliputi kognitif, dan non kognitif (minat, sikap, kualitas
temperamental). Orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang secara
signifikan berbeda dengan orang-orang yang tidak kreatif. Karakteristik-
karakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk mengidentifikasi orang-orang
kreatif.

Produk kreatif yaitu menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja, atau karya
seseorang dalam bentuk barang atau gagasan. Kriteria ini merupakan paling
ekplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga disebut sebagai kriteria
puncak (the ultimate criteria) bagi kreativitas.

Kriteria kreativitas pendapat lainnya dibedakan atas dua jenis, yaitu


concurent criteria yang didasarkan kepada produk kreatif yang ditampilkan oleh
seseorang selama hidupnya atau ketika ia menyelesaikan suatu karya kreatif;
kedua concurent criteria yang didasarkan pada konsep atau definisi kreativitas
yang dijabarkan ke dalam indikator-indikator perilaku kreatif.

c. Asumsi Tentang Kreativitas


Terdapat enam asumsi tentang kreativitas, yaitu:
1) Setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-
beda, tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas.
2) Kreativitas dinyatakan dalam bentuk produk-produk kreatif, baik berupa
benda maupun gagasan (creative ideas)
3) Aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-
faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal)
4) Dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang dapat
menunjang atau menghambat perkembangan kreativitas.
5) Kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevakuman, melainkan
didahului oleh, dan merupakan perkembangan dari hasil-hasil kreativitas
orang-orang yang berkarya sebelumnya (kretaivitas merupakan
kemampuan seseorang dalam menciptakan kombinsi-kombinasi bari dari
nilai-nilai yang telah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru).

d. Pendekatan Dalam Studi Kreativitas


Pendekatan studi kreativitas dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
pendekatan psikologis, sosiologis dan sosio-psikologis. Perspektif psikologis
meninjau kreativitas dari segi kekuatan-kekuatan pada diri seseorang sebagai
penentu kreativitas, seperti: inteligensi, bakat, motivasi, sikap, minat dan
disposisi-disposisi kepribadian lainnya. Asumsi yang mendasari pendekatan
psikologis yaitu manusia merupakan organisme alloplastis yang mampu
mengubah lingkungannya.
Pendekatan sosiologis, lebih melihat faktor-faktor lingkungan sosial
budaya dalam perkembangan kreativitas. Asumsi yang mendasari pendekatan ini,
yaitu kreativitas lebih merupakan fungsi dari faktor-faktor lingkungan.
Pendekatan sosial-psikologis disebut juga pendekatan transaksional.
Asumsi pendekatan ini yaitu, kreativitas individu merupakan hasil dari proses
interaksi sosial, dimana individu dengan segala potensi dan disposisi
kepribadiannya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan.

2) Pengukuran Kreativitas
Pengukuran-pengukuran kreativitas dapat dibedakan atas pendekatan-
pendekatan yang digunakan untuk mengukurnya. Ada lima pendekatan yang lazim
digunakan untuk mengukur kreativitas, yaitu: a) analisis obyektif terhadap
perilaku kreatif, b) pertimbangan subyektif, c) inventori kepribadian, d) inventori
biografis, dan e) tes kreativitas.

a. Analisis Obyektif
Pendekatan obyektif dimaksudkan untuk menilai secara langsung
kreativitas suatu produk berupa benda atau karya-karya kreatif lain yang dapat
diobservasi wujud fisiknya. Metode ini tidak cukup memadai untuk digunakan
sebagai metode yang obyektif untuk mengukur kreativitas (Amabile dalam Dedi
Supriadi, 1994: 24), karena sangat sulit mendeskripsikan kualitas produk-produk
yang beragam secara matematis, untuk menilai kualitas instrinsiknya.
Kelebihan metode ini adalah secara langsung menilai kreativitas yang
melekat pada obyeknya, yaitu karya kreatif. Kelemahan metode ini yaitu hanya
dapat digunakan terbatyas pada produk-produk yang dapat diukur kualitas
instrinsiknya secara statistik, dan tidak mudah melukiskan kriteria suatu produk
berdasarkan rincian yang benar-benar bebas dari subyektivitas.

b. Pertimbangan Subyektif
Pendekatan ini dalam melakukan pengukurannya diarahkan kepada orang
atau produk kreatif. Cara pengukurannya menggunakan pertimbangan-
pertimbangan peneliti, seperti yang dikemukakan Francis Galton, Castle, Cox,
MacKinnon (Dedi Supriadi, 1994: 25). Prosedur pengukurannya ada yang
menggunakan catatan sejarah, biografi, antologi atau cara meminta pertimbangan
sekelompok pakar.
Dasar epistemologis dari pendekatan ini, yaitu bahwa obyektivitas
sesungguhnya adalah intersubyektivitas; artinya meskipun prosedurnya subyektif
hasilnya menggambarkan obyektivitas, karena sesungguhnya subyektivitas adalah
dasar dari obyektivitas.
Prosedur lain yang digunakan dalam pendekatan pertimbangan subyektif
yaitu dengan menggunakan kesepakatan umum, hal tersebut apabila jumlah
subyeknya terbatas. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang praktis
penggunaannya, dan dapat diterapkan pada berbagai bidang kegiatan kreatif, juga
dapat menjaring orang-orang, produk-produk yang sesuai dengan kriteria
kreativitas yang ditentukan oleh pengukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip pada
akhirnya kreativitas sesuatu atau seseorang ditentukan oleh apresiasi pengamat
yang ahli. Adapun kelemahannya yaitu setiap penimbang mempunyai persepsi
yang berbeda-beda terhadap yang disebut kreatif, dan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.

c. Inventori Kepribadian
Pendekatan inventori kepribadian ditujukan untuk mengetahui
kecenderungan-kecenderungan kepribadian kreatif seseorang atau korelat-korelat
kepribadian yang berhubungan dengan kreativitas. Kepribadian kreatif meliputi
sikap, motivasi, minat, gaya berpikir, dan kebiasaan-kebiasaan dalam berperilaku.
Alat ukurnya: Skala sikap kreatif (Munandar, 1997), Skala kepribadian kreatif
(Dedi Supriadi, 1985), How do you thing ? (Davis & Subkoviak, 1975), Group
inventory for finding creative talent (Rimm, 1976), Kathena-Torrance creative
perception inventory (Torrance Kathena, 1976), creative personality scale (Gough,
1979), creative assessment packet (Williams, 1980), Scales for rating the
behavioral characteristics of superior students (Renzulli, 1976), creative
motivation inventory (Torrance, 1963), Imagination inventory (Barber & Wilson,
1971), Creative Attitude survey (Schaefer, 1971). Alat-aalat ukur ini dapat
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan karakteristik orang-orang yang
kreativitasnya tinggi dan orang-orang yang kreativitasnya rendah. Item-itemnya
biasanya menggunakan forced choice (ya, tidak) atau skala likert (Sangat setuju,
Setuju, rangurangu, dan Tidak setuju).

d. Inventori Biografis
Pendekatan ini digunakan untuk mengungkapkan berbagai aspek
kehidupan orang-orang kreatif, meliputi identitas pribadinya, lingkungannya, serta
pengalamanpengalaman kehidupannya.

e. Tes Kreativitas
Banyak usaha yang telah dilakukan para ahli psikologi untuk membuat tes
kreativitas agar dapat mengungkap kreativitas yang ada pada diri seseorang.
Beberapa di antara alat ukur kreativitas yang telah dikembangkan oleh para ahli
psikologi tersebut diantaranya adalah pengukuran kreativitas Torrance, Mednick,
dan Wallach-Kogan.
a) E. Paul Torrance

Torrance mengembangkan alat ukur kreativitas dengan dua pendekatan


yaitu verbal dan non verbal. Pendekatan verbal dikembangkan pada awal-awal
penemuannya. Contoh tes verbal kreativitas ini seperti para siswa diminta
merespon beberapa aitem. Mereka diminta memilih judul dari beberapa judul
cerita dan diberitahu supaya tidak takut membuat judul dan cerita yang aneh dan
tidak biasa. Misalnya seorang laki-laki menangis, seorang perempuan yang tidak
ingin bicara meskipun bisa, singa yang tak meraung, dan lain sebagainya.

Respon dianggap kreatif bila memenuhi syarat kelancaran, keluwesan,


orisinal dan imaginatif. Apa yang dikemukakan oleh Torrance tersebut sangat
mirip dengan konsep yang dikemukakan oleh Guilford. Berbagai macam aitem
bisa digunakan seperti contoh tersebut yang mengarah pada pemikiran divergen.
Misalnya dibuat sendiri oleh para guru untuk para siswanya.

Pendekatan lain yang dikembangkan Torrance seperti yang menggunakan


hal yang tidak bisaa. Seorang peneliti meminta agar siswa menyebutkan
penggunaan lain yang tidak bisaa dari objek tertentu dari benda-benda yang ada
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya penggunaan batu bata. Pada umumnya
orang akan menyebutkan bahwa batu bata bisa digunakan untuk mengaspal jalan,
untuk pinggiran jalan atau untuk membuat taman. Tetapi orang kreatif akan
merespon dengan ide yang orisinil dan tidak bisaa. Tes bentuk seperti ini juga
disebut dengan "creative thinking assessment".

Untuk pengukuran non verbal, Torrance mengembangkan alat ukur yang


dikenal dengan "Incomplete Drawing Test" (tes melengkapi gambar). Tes
melengkapi gambar dikembangkan Torrance karena menyadari adanya kelemahan
pada alat ukur verbal yang hanya mampu mengukur kemampuan verbal dari
kreativitas. Sedangkan tes melengkapi gambar mampu mengukur aspek non
verbal.

Contoh tes ini adalah siswa diminta untuk melengkapi gambar atau
goresan yang belum berbentuk sehingga membentuk gambar, juga bisa dengan
melengkapi gambar dasar yang sudah jadi sehingga menjadi gambar baru.

Dua versi TTCT adalah TTCT verbal dan TTCT figural. TTCT verbal
memiliki 2 form parallel; A dan B, terdiri dari lima aktivitas;

1) Bertanya dan menebak


2) Peningkatan produk
3) Penggunaan yang tidak biasa
4) Pertanyaan yang tidak biasa
5) Menebak
Stimulus untuk masing-masing tugas mencakup gambar dimana testee
memberikan respon dalam bentuk jawaban tertulis. Sedangkan TTCT figural
memiliki dua form parallel: A dan B, dan terdiri dari tiga aktivitias:

1) Konstruksi gambar

2) Melengkapi gambar

3) Bentuk berulang dari garis atau lingkaran

Pada pembahasan ini difokuskan pada TTCT figural. Untuk melakukan


aktivitas secara lengkap dibutuhkan waktu 10 menit pada setiap aktivitas. TTCT
dapat di administrasikan sebagai tes individu maupun tes klasikal. Dibutuhkan 30
menit, sehingga kecepatan sangat penting, dan kualitas artistic tidak diperlukan
untuk penilaian.
Tujuan

TTCT merupakan bagian dari program penelitian panjang yang


menekankan pengalaman kelas yang menstimulasi kreativitas. Focus utama
Torrance adalah untuk memahami dan menumbuhkan kualitas yang membantu
individu untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Tes ini tidak dibuat semata-
mata untuk mengukur kreativitas, tetapi menjadi alat untuk meningkatkan
kreativitas itu sendiri. Torrance mengusulkan beberapa penggunaan tes ini:

1) Memahami pikiran manusia dan fungsinya serta perkembangannya

2) Mencari dasar efektif bagi instruksi individual

3) Menyediakan petunjuk untuk program remedial dan psikoterapeutik

4) Mengevaluasi efek program pendidikan, material, kurikulum dan prosedur


pengajaran

5) Menyadari potensi laten.

Dengan kata lain, meskipun tes telah digunakan secara umum untuk
asesmen identifikasi anak berbakat, Torrance berencana untuk menggunakannya
sebagai dasar untuk pemberian instruksi individu berdasarkan skor tes murid.
Dengan demikian, tujuan TTCT adalah untuk penelitian dan eksperimen,
sedangkan untuk penggunaan umum adalah untuk perencanaan instruksional dan
penentuan kekuatan murid.

b) A. Sarnoff A. Mednick

Tokoh pengukuran kreativitas lainnya yang terkenal seperti A. Sarnoff A.


Mednick. Mednick mengembangkan pengukuran kreativitas yang di sebut dengan
"Remote-Associates Test" (RAT). Pengukuran tes kreativitas ini akan membawa
seseorang kepada kemampuan untuk memproduksi konsep-konsep dengan
asosiasi yang jauh. Contoh: ... kata apakah yang bisa dihubungkan dengan tiga
kata dari contoh-contoh berikut:

1) jalan kereta api gadis kelas


2) roda listrik tinggi
3) luar anjing kucing

Jawabannya: 1) kerja 2) kabel 3) rumah. Tes model ini membawa orang


pada asosiasi yang jauh. Oleh karena itu cara ini bisa digunakan untuk problem
solving. Hanya saja kesulitannya biasanya solusinya bisa jadi lebih tricky (penuh
akal) daripada kreatif itu sendiri.

c) Wallach dan Kogan

Wallach dan Kogan mengembangkan alat ukur kreativitas untuk anak-anak


usia Sekolah Dasar (SD) yang berumur 6 sampai dengan 12 tahun. Prosedurnya
dengan menggunakan tes Batterei dengan contoh pertanyaan menyebutkan
beberapa nama. Misalnya:

1) Nama-nama benda yang ada disekitar yang bisa membuat berpikir


2) Nama-nama benda yang akan membuat gaduh
3) Nama-nama benda yang bentuknya persegi
4) Nama-nama benda yang beroda.
Selanjutnya respon dari anak-anak di skor, mana dari empat kategori
tersebut yang jawabannya dikategorikan sebagai jawaban yang unik, dan mana
jawabannya biasa. Pengembangan tes kreativitas dari Wallach dan Kogan ini
adalah serupa dengan "unusual user test" yaitu menyebutkan kegunaan benda-
benda dengan jawaban yang tidak biasa. Misalnya beberapa nama benda berikut
ini: surat kabar, pilau, ban mobil, tutup botol, dan sepatu.

Disamping itu Wallach dan Kogan juga mengembangkan alat tes dengan
garis dan pola pemaknaan. Gambar-gambar yang terdiri dari garis dan selainnya
yang tidak lengkap, tidak dapat menggambarkan tentang sesuatu. Subjek diminta
mengembangkan kreativitasnya untuk membentuk gambar yang bermakna dengan
jalan asosiasi, penemuan-penemuan yang serupa dan memperkirakan. Proses ini
mirip dengan tes personality yang disebut dengan tes "Rorschach Ink Blot" (tes
noda tinta).

d) Getzels dan Jackson

Getzels dan Jackson mengembangkan alat tes kreativitas yang


diperuntukkan bagi remaja. Mereka mengembangkan pengukuran kreativitas
melalui sesuatu yang disebutnya "Humor". Misalnya para siswa dihadirkan dalam
beberapa situasi atau cerita-cerita open-ended atau kejadian sederhana. Siswa
diminta menulis otobiografi secara jelas. Dari pembuatan otobiografi tersebut
kemudian dibedakan mana yang biasa dan mana yang unik.

Disamping beberapa model pengukuran kreativitas seperti tersebut di atas,


menurut John R Hayes identifikasi kreativitas bisa juga dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu dengan RAT (The Remote Associates Test) dan dengan The
Divergen Thinking Approach. Bagaimana alat ukur RAT bekerja telah dipaparkan
di atas, hanya saja ada beberapa tambahan informasi berkaitan dengan hubungan
RAT dan situasi kehidupan nyata.

Mednick menemukan bahwa ada signifikansi antara skor RAT dengan


kesuksesan kerja ilmuwan dalam perusahaan kimia, juga terdapat korelasi yang
signifikan antara skor RAT dengan rating guru dari kreativitas mahasiswa
arsitektur. Tetapi juga ditemukan tidak adanya korelasi antara RAT dan rating
kreativitas dalam contoh-contoh riset ilmuwan dan engineers (insinyur).

Sejumlah literatur menyebutkan bahwa salah satu ciri orang kreatif lainnya
adalah karena cara berpikir mereka divergen. Pendekatan berpikir divergen ini
telah dikembangkan oleh Guilford dengan berpedoman pada gambaran sejumlah
besar intelektual manusia dalam kemampuan mental mereka. Guilford percaya
bahwa seperempat kemampuan mental manusia adalah berupa kemampuan
kreativitas atau kemampuan berpikir divergen. Kemampuan berpikir ini tergambar
pada jawaban dengan banyak alternatif dari satu pertanyaan. Berbeda dengan
berpikir konvergen yang hanya mengenal satu jawaban benar dari suatu
pertanyaan.

Tes kreativitas model divergen thinking ini dapat bersifat verbal dan
figural seperti tes kreativitas Torrance. Ada tes lain yang mampu mengungkap
kreativitas, walaupun tujuan utamanya tidak semata-mata hanya mengungkap
kreativitas. Tes ini misalnya tes baum atau tes menggambar pohon. Kelemahan
umum tes model divergen thinking yang bersifat figural terletak pada segi
skoringnya yang dianggap bersifat subjektif. Oleh karena itu tes kreativitas verbal
objektif lebih banyak digunakan daripada tes visual. Disamping brsifat objektif
ternyata tes kreativitas verbal memiliki beberapa kelebihan yang lain. Tes
kreativitas verbal pada umumnya memiliki validitas yang relative lebih tinggi.
Pengungkapan verbal dianggap cukup memadai karena bobot sumbangannya
besar. Lagi pula kemampuan verbal hampir tidak mengalami kemunduran yang
berarti meskipun pada kelompok umur yang lebih tua.

3. Tujuan Penggunaan Tes Kreativitas

a. Identifikasi Anak Berbakat Kreatif


Dalam seleksi siswa kreatif untuk mendapat tingkat kepercayaan yang
tinggi, sebaiknya menggunakan dua sumber untuk mengukur kreativitas. Misalnya
dengan tes kreativitas, selain penilaian guru mengenai tingkat kreativitas anak.

b. Penelitian
Penelitian membantu kita memahami perkembangan kreativitas. Tes
kreativitas dalam penelitian dapat digunakan dengan dua cara; pertama untuk
mengidentifikasi orang-orang kreatif dan membandingkan mereka dengan orang-
orang pada umumnya. Kedua tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan
untuk menilai dampak pelatihan kreativitas terhadap kreativitas peserta.

c. Konseling
Tes kreativitas dapat juga digunakan untuk bimbingan dan konseling
siswa. Konselor atau psikolog sekolah di SD atau sekolah menengah memerlukan
informasi mengenai seorang siswa yang dikirim karena problem sikap atau
masalah lain.

4. Ruang Lingkup

Guilford melihat berpikir kreatif terdiri dari berpikir divergen, yang


menekankan kefasihan, fleksibilitas, originalitas dan elaborasi. Meskipun
demikian, Guilford mencatat bahwa berpikir kreatif tidak sama dengan berpikir
divergen, karena kreativitas membutuhkan sensitivitas terhadap masalah demikian
pula kemampuan mendefinisikan ulang, yang mencakup transformasi pikiran,
reinterpretasi, dan kebebasan dari keterbatasan fungsional dalam mencari solusi
yang unik.

Dalam pengukuran potensi kreatif ada lima subskala yang dideskripsikan


di bawah ini:

1) Fluency (kelancaran): Jumlah dari gagasan-gagasan relevan; menunjukkan


kemampuan untuk menghasilkan sejumlah gambar-gambar figural.

2) Originalitas (keaslian): jumlah dari gagasan yang tidak biasa;


menunjukkan kemampuan menghasilkan respon yang tidak biasa dan unik.
Prosedur scoring mengkategorikan respon umum sebagai 0 dan semua
respon original sebagai 1.

3) Elaborasi: jumlah dari gagasan tambahan; menunjukkan kemampuan


testee untuk mengembangkan dan mengelaborasi gagasan.

4) Abstractness of Titles: tingkatan melampaui labeling; berdasarkan gagasan


bahwa kreativitas mencakup pemikiran abstrak. Hal ini mengukur
tingkatan sebuah judul melampaui labeling konkret dari gambar.
5) Resistance to Premature Closure: tingkatan keterbukaan psikologis,
berdasarkan keyakinan bahwa perilaku kreatif menuntut seseorang untuk
melibatkan berbagai informasi ketika memproses informasi dan menjaga
keterbukaan pemikian ‘open mind’.

Kesimpulan

Telah terbukti bahwa kreativitas bukanlah merupakan kemampuan yang


identik dengan inteligensi. Meskipun dalam beberapa kasus ditemukan adanya
hubungan antara kreativitas dan kemampuan intelektual seseorang. Namun
korelasi tersebut sangat kecil. Hal tersebut terjadi karena masing-masing memiliki
karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda. Oleh karena itu, untuk mengetahui
kemampuan kreativitas seseorang haruslah dilakukan pengukuran tersendiri
dengan muatan aitem-aitem yang menggambarkan indikator kreativitas dan
dengan cara penskoran yang tersendiri pula.
ASSASMEN MINAT DAN BAKAT

“Tes Kemampuan Kreativitas”

Oleh :

SANIA PRATIWI LAPAE (A1Q1 16 115 )


GUSTI AYU PUTU WIDIA PRIASTUTI (A1Q1 16 118)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019

Anda mungkin juga menyukai