Anda di halaman 1dari 5

SEKOLAH BERKHARAKTER UNGGUL

1. Pengertian Sekolah Berkharakter unggul


Drs. Abdul Hadis berkata bahwa Sekolah Unggulan dapat diartikan sebagai sekolah
yang bermutu. Akan tetapi dalam penerapan saya, bahkan penerapan semua kalangan
bahwa dalam kategori unggulan tersirat harapan-harapan terhadap apa yang dapat
diharapkan dimiliki oleh siswa setelah keluar dari sekolah unggulan. Harapan itu tak lain
adalah sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh orang tua siswa, pemerintah,
masyarakat, bahkan oleh siswa itu sendiri, yaitu sejauh mana keluaran (output) sekolah itu
memiliki kemampuan intelektual, moral dan ketrampilan yang dapat berguna bagi
masyarakat
Sekolah berkarakter unggul menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak hanya
menghasilkan siswa dengan keunggulan akademis tetapi juga individu yang etis,
bertanggung jawab, dan berkontribusi positif pada masyarakat. Hal ini mencerminkan
pemahaman bahwa pendidikan bukan hanya tentang penguasaan pengetahuan, tetapi juga
tentang membentuk karakter yang kokoh.
Membangun sekolah berkarakter unggul melibatkan perencanaan dan implementasi
strategis untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan
karakter, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Berikut adalah beberapa langkah yang
dapat diambil untuk membangun sekolah berkarakter unggul:
1. Penetapan Visi dan Misi:
Proses penetapan visi dan misi harus melibatkan partisipasi semua pemangku
kepentingan, memastikan bahwa nilai-nilai dan tujuan yang ditetapkan mencerminkan
aspirasi dan kebutuhan sekolah dan komunitasnya.
2. Pembentukan Tim:
Membentuk tim khusus yang terdiri dari guru, staf, orang tua, dan mungkin siswa
untuk merancang dan mengimplementasikan program pengembangan karakter.
3. Analisis Kebutuhan:
Melakukan analisis kebutuhan karakter siswa dan identifikasi area utama yang perlu
ditingkatkan. Mempertimbangkan pendekatan yang holistik untuk pengembangan
karakter, melibatkan aspek fisik, sosial, emosional, dan intelektual.
4. Integrasi dalam Kurikulum:
Masukkan pengembangan karakter unggul ke dalam kurikulum sekolah.. Rencanakan
kegiatan atau proyek yang mendukung pengembangan karakter, seperti proyek sosial,
proyek lingkungan, atau kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat karakter.
5. Peningkatan Sumber daya:
Berikan pelatihan kepada guru dalam bidang pengembangan karakter unggul dan
bagaimana mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran sehari-hari. Dukungan guru
dalam menjadi contoh yang baik dalam penerapan nilai-nilai karakter.
6. Keterlibatan Orang Tua:
Melibatkan orang tua dalam proses pendidikan karakter anak-anak mereka. Adakan
pertemuan rutin, lokakarya, atau seminar untuk orang tua mengenai strategi
pengembangan karakter di rumah.
7. Evaluasi dan Pemantauan:
Melakukan evaluasi berkala terhadap program pengembangan karakter. Gunakan
umpan balik dari siswa, orang tua, dan staf untuk terus meningkatkan program.
2. Manajemen Sekolah Unggulan.
Dr. Murniati dalam bukunya menuliskan, “Manajemen sekolah merupakan proses
pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional
dan sistematik untuk mencapai tujuansekolah secara efektif dan efisien”.
Abdul Khaliq dalam tulisannya tentang sekolah unggulan, menuliskan bahwa
“Dalam konsep sekolah efektif, manajemen kelembagaan sekolah merupakan tinjauan
sekolah dari sudut penataan oleh kepala sekolah terhadap bidangbidang garapan sekolah,
antara lain: kesiswaan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, keuangan, dan
kemitraan sekolah dengan masyarakat”.
a. Manajemen Kesiswaan.
Manajemen kesiswaan dimulai sejek penyaringan siswa masuk, melalui seleksi
yang adil dan jujur, rekrutmen dan pembinaan terhadap siswa, serta layanan
bimbingan konseling bagi pemecahan masalah dan perkembangan karir siswa.
b. Manajemen Ketenagaan.
Manajemen ketenagaan merupakan penataan para personel sekolah dalam
keahlian dan hubungan sosialnya, mulai dari awal diterima dalam kerja sampai
tahap pengembangannya.
c. Manajemen Kurikulum.
Manajemen kurikulum menuju sekolah efektif n berorientasi pada pengembangan
kompetensi siwa sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu
pada empat pilar pendidikan universal yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu
learning to know (belajar mengetahui), learning to do (belajar melakukan),
learning to be (belajaar menjadi diri sendiri), learning to live together (belajar
hidup dalam kebersamaan).
d. Manajemen Sarana dan Prasarana.
Manajemen ini mengarah pada pengaturan sarana dan prasarana sekolah dan
pembelajaran. Manajemen sarana oleh kepala sekolah meliputi ketersediaan dan
pemanfaatan sumber belajar bagi guru, sumber belajar bagi siswa, pemanfaatan
sumber belajar bagi siswa, serta penataan ruangan-ruangan yang dimiliki.
Sekolah yang sarana dan prasarana diatur dengan baik akan menampilkan
kenyamanan, keindahan, kemutaakhiran, dan kemudahan dalam penggunaannya.
e. Manajemen Keuangan.
Pemetaan keuangan harus didasarkan atas keadilan dan transparansi, yang dalam
hal ini meliputi penggalian sumber-sumber dana, penggunaannya, serta
pertanggung jawabannya.
f. Manajemen Kemitraan
Sekolah Dengan Masyarakat. Sekolah tidak bisa maju dengan pesat tanpa
bantuan dari masyarakat. Dengan ini masyarakat merupakan mitra bagi sekolah,
sehingga kemitraan tersebut harus tetap terjaga. Manajemen kemitraan sekolah
mengakomodasi kepentingankepentingan sekolah kepada masyarakat serta
sebaliknya.

a. Upaya Peningkatan kualitas Tamatan


Meningkatkan kualitas tamatan atau lulusan sekolah melibatkan berbagai upaya yang holistik,
termasuk peningkatan aspek akademis, keterampilan, dan karakter siswa. Berikut beberapa
langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan kualitas tamatan:
1. Penyusunan Kurikulum yang Relevan:
Menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan tuntutan global.
Integrasikan keterampilan abad ke-21, seperti keterampilan kritis, kreatif, berpikir analitis,
dan komunikasi efektif.
2. Peningkatan Kualitas Pengajaran:
Memberikan pelatihan kepada guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar dan
memanfaatkan metode pembelajaran inovatif. Dorong penggunaan teknologi dalam
pengajaran untuk meningkatkan daya tarik dan efektivitas pembelajaran.
3. Penilaian Holistik:
Merancang sistem penilaian yang mencakup tidak hanya aspek akademis tetapi juga
keterampilan dan sikap siswa. Menggunakan metode penilaian yang mencerminkan
kemampuan praktis dan penerapan pengetahuan dalam konteks kehidupan nyata.
4. Program Pembinaan dan Bimbingan:
Menyediakan program pembinaan dan bimbingan yang mendukung pengembangan pribadi
dan profesional siswa. Memberikan bimbingan karir untuk membantu siswa memahami
peluang karir dan mengembangkan rencana masa depan.
5. Pengembangan Keterampilan Soft Skills:
Fokus pada pengembangan keterampilan soft skills, seperti kemampuan berkomunikasi,
kerjasama tim, kepemimpinan, dan keterampilan interpersonal. Melibatkan siswa dalam
kegiatan ekstrakurikuler yang dapat memperkaya keterampilan mereka di luar kelas.
6. Pengembangan Bahasa dan Literasi:
Meningkatkan kemampuan bahasa dan literasi siswa, termasuk kemampuan membaca,
menulis, dan berbicara. Mendorong minat membaca melalui program literasi yang kreatif
dan menarik.
7. Kerjasama dengan Dunia Industri:
Membangun kemitraan dengan perusahaan dan organisasi industri untuk menyelaraskan
kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja. Melakukan magang, kunjungan industri, atau
proyek kolaboratif antara sekolah dan perusahaan.
8. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek:
Menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk memberikan pengalaman praktis dan
kontekstual kepada siswa. Mendukung proyek-proyek yang menekankan pemecahan
masalah dan penerapan pengetahuan dalam situasi nyata.
9. Pemantauan dan Evaluasi Berkelanjutan:
Melakukan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan terhadap kualitas pendidikan dengan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Menggunakan umpan balik untuk terus
meningkatkan proses pendidikan.
10. Pendidikan Karakter:
Selain keterampilan akademis, berikan perhatian pada pengembangan karakter siswa,
seperti integritas, etika kerja, dan tanggung jawab sosial.
Meningkatkan kualitas tamatan memerlukan komitmen dan kerjasama dari semua pihak
terkait, termasuk sekolah, guru, siswa, orang tua, dan pihak-pihak eksternal. Dengan
pendekatan yang holistik, sekolah dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang
memberikan bekal yang kuat bagi siswa untuk sukses di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai