Anda di halaman 1dari 25

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

1.

Latar Belakang Pendirian Dermaga

Kota kokonao merupakan Kota Tua, yang mempunyai peranan historis bagi
pengembangan Kabupaten Mimika secara umum. Kokonao termasuk ke dalam wilayah
distrik Mimika barat yang berpenduduk sekitar 2851 jiwa (berdasarkan salinan
Monografi Kecamamatan Mimika Barat pada Bulan Mei 2011). Penduduk Kampung
Kokonao sekitar 357 jiwa, yang terdiri berbagai macam etnis.
Dermaga Tua Kokonao dahulu mempunyai peranan penting dalam hal tempat berlabuh
sementara kapal-kapal perang sekutu. Menurut penduduk setempat, dahulu masih
memungkinkan dilabuhi kapal-kapal perang sekutu dengan dimensi yang cukup besar
karena mempunyai kedalaman alur yang cukup. Sejalannya waktu, terjadi penebangan
pepohonan hutan yang menyebabkan erosi lahan, yang kemudian butiran tanah erosi
tersebut hanyut terbawa aliran sungai dan akhirnya mengendap di muara sungai dan
perairan laut dangkal di sekitar muara. Dermaga tua yang terbuat dari kayu tidak berumur
panjang disebabkan dermaga terbuat dari kayu tang rapuh terhadap binatang pemakan
kayu dan tertabrak hanyutan kayu yang terbawa arus sungai.
Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kokonao adalah nelayan. Sebagian
mempunyai tambak-tambak, PNS, berdagang, mencari kayu di hutan, dan sebagainya.
Ditinjau dari segi ekonomi, maka pendapatan rata-rata penduduk masih tergolong rendah.
Dimasa depan, untuk meningkatkan pendapatan penduduk maka diperlukan
pemberdayaan masyarakat sekitar seperti bagaimana cara berternak dan pengolahan hasil
ikan. Akan tetapi diperlukan sarana penunjang seperti dermaga yang mumpuni. Untuk itu
pengembangan kanal pada wilayah selatan Papua akan membantu upaya pengembangan
wilayah Kokonao. Kanal-kanal akan mampu menciptakan efisiensi distribusi orang,
barang dan jasa di wilayah selatan hingga ke wilayah pedalaman (pegunungan). Hal ini
ditunjang adanya sungai besar yang masuk hingga ke wilayah pedalaman hingga daerah
terisolir.
Sungai di Kabupaten Mimika menjadi prasarana transportasi utama bagi desa-desa yang
terletak sekitar daerah pasang surut dan tidak terjangkau oleh jaringan jalan. Orientasi
dari sungai-sungai adalah Utara-Selatan sehingga sedikit sekali untuk melayani
transportasi arah Barat-Timur. Oleh sebab itu perlu jalur transportasi sungai yang
menghubungkan antar daerah dari Barat ke Timur. Moda yang bisa mencapai desa-desa
ini sampai beberapa puluh kilometer dari garis pantai umumnya berupa perahu motor
tempel atau perahu tradisional.
Lalu-lintas pelayaran rakyat di sungai-sungai banyak dilayani dermaga-dermaga
tradisional di desa-desa, yang dibangun dan dioperasikan oleh masyarakat disamping
1

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

dermaga-dermaga yang dioperasikan oleh PT ASDP (Angkutan Sungai, Danau dan


Penyeberangan).
Berdasarkan Jaringan Prasarana Transportasi Sungai di Provinsi Papua, maka diharapkan
Kokonao termasuk jaringan prasarana transportasi Lokal.

KOKONAO
POMAKO

MERAUKE

Gambar 1. Posisi Kokonao di antara dua pelabuhan besar


Kokonao terletak diantara diantara dua Pelabuhan lintas propinsi (Merauke dan Pomako).
Pelabuhan Pomako merupakan pelabuhan internasional, sehingga mempunyai
keuntungan apabila hasil sumber daya alam di Kokonao dapat dapat mendukung
perdagangan di pelabuhan tersebut.
Disamping moda transportasi air, Kokonao mempunyai bandara yang didarati oleh
pesawat perintis. Pesawat udara perintis secara reguler terbang 2 kali seminggu. Apabila
ada keperluan khusus, maka penumpang dapat menyewa secara khusus pesawat perintis

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

ini ke Kokonao. Dengan demikian, secara moda transport, Kokonao cukup dapat terakses
dengan baik.

Gambar 2. Foto Bandar Udara Kokonao beserta landasan pacunya

2.

Hidrodinamika Muara Sungai


Pasang surut
Seperti diutarakan didepan, pasang surut Kokonao bersifat campuran condong ke tunggal.
Sedangkan nilai-nilai elevasi pasang surutnya adalah :
LLWL
= -79.91 cm
HHWL = 229.59 cm
MSL
= 40.12 cm
Karena peta bathimetrinya digunakan sabagai untuk perencananaan dermaga dan alur
pelayaran, maka posisi surut terendah diasumsikan adalah elevasi +/- 0,00, sehingga
elevasi hasil survei mengalami penyesuiaian menjadi :
3

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

LLWL
HHWL
MSL

= +/- 0,00 cm
= + 309,5 cm
= + 120.03 cm

Elevasi ini kemudian diterapkan dalam penentuan nilai elevasi hasil survei bathimetri.
Dengan demikian nilai kontur +/- 0,00 adalah nilai dimana air saat surut terendah berada.
Sehingga kontur dengan nilai di bawah nol (negatif) adalah kedalaman yang selalu ada
air saat surut terendah sekalipun.
Apabila dibandingkan dengan pasang surut yang ada di Mimika (hasil prediksi pasang
surut, data dari Freeport), maka hasil pasang tertinggi yang pernah terjadi tahun 19992009 adalah +343 cm. akan tetapi tidak begitu berbeda, karena posisi dari pengamatan
akan ikut memperngaruhi nilai penentuan elevasi pasang surut.

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

PASANG SURUT SUNGAI MIMIKA


DESEMBER 2009

350

300

250

200

ELEVASI MUKA AIR (cm)


150

100

50

JAM
5

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Gambar 3. Grafik Pasang surut Desember 2009 di Sungai Mimika (hasil prediksi pasang
surut); jenis pasut campuran condong ke tunggal
Akan tetapi elevasi muka air di muara Sungai Mimika ini sangat dipengaruhi curah hujan
yang terjadi di. Berdasarkan data curah hujan, rata-rata hujan max harian di setiap bulan
mencapai 100an mm. Dengan luasan DAS yang besar menghasilkan debit aliran run off
akibat hujan yang terjadi cukup tinggi, sehingga di muara walau kondisinya surut,
kedalaman air di sekitar lokasi rencana dermaga dapat mencapai 3 s/d 4 meter.
Tabel 1. Rekapitulasi elevasi pasang surut HWL, MHWL, MSL, MLWL dan LWL yang terjadi
disetiap tahunnya dari tahun 1999-2009

Arus
Arus saat kondisi surut menjadi lebih besar apabila ditambah dengan arus debit sungai
akibat hujan lebat yang ada di hulu. Saat survei dilaksanakan, terjadi genangan luapan
Sungai Mimika ke daratan Pulau Atabo (di mana Kokonao berada) dengan elevasi
genangan +2,76 m. Arus di dekat dasar sungai pada saat itu hasil pegukuran di lapangan
adalah 1,35 m/det. Apabila elevasi debit banjir mencapai + 3,00 m, maka diperkirakan
banjir akan menimbulkan arus sekitar 1,5 m/det. Tidak begitu besarnya arus
dibandingkan debit banjir yang terjadi adalah akibat air banjir tidak 100% mengalir di
palung sungai akan tetapi mengalami luapan ke daratan di sekitar sungai, sehingga
kecepatan aliran tidak sepenuhnya berbanding lurus dengan peningkatan debit banjir.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai di Papua Kementrian
Pekerjaan Umum, sungai Mimika mempunyai karakteristik sebagai berikut :

Panjang = 110, 298 km


dengan daerah tangkapan DAS (Catchment Area) = 989,4 km2.
debit banjir dengan kala ulang dua tahun (Q2) = 33,596 m3/detik
debit banjir dengan kala ulang 10 tahun (Q10) = 47,370 m3/det.

Kondisi eksisting di sekitar bantaran sungai menunjukkan terjadinya abrasi. Pola aliran
sungai Mimika yang menyebabkan abrasi dapat dijelaskan pada gambar 5. Aliran sungai
membelok karena terbendung sedimentasi. Sedimentasi searah lurus aliran terjadi karena
pada saat aliran rendah dan di satu sisi adanya aliran akibat proses pasang surut di kanal
6

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

sebelah timur (kiri aliran sungai) menyebabkan terjadinya sedimentasi. Sedimentasi ini
menumpuk sehingga saat aliran besar sudah tidak mampu lagi menggelontor sedimentasi
yang terbentuk. Yang terjadi aliran sungai mencari bentukan pola alir yang baru dan
berefek pada abrasi di sisi bantaran Pulau Kokonao.

Gambar 4. Saat survei dilaksanakan, terjadi genangan banjir di Kokonao. Tampak bekas
genangan banjir yang lama di pagar rumah penduduk, yakni berada sekitar pada elevasi lebih
dari + 3,00

Sungai Mimika

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Aliran debit sungai Mimika yang


membelok akibat sedimentasi,
mengggerus sisi darat Pulau
Kokonao di sekitar dermaga

Proses
sedimentasi
di
seberang lokasi
dermaga

Gambar 5. Sketsa aliran Sungai Mimika yang menyebabkan Abrasi di Sisi darat Kokonao

ARAH ALIRAN

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Elev 12 m akibat sedimentasi

Daratan pasir Elev >2 m akibat sedimentasi

Koramil

BM.KKN 01

BM.KKN 02
X

660 551.130

9 478 624 .179

+ 3.029 (LWL)

660 592.810

9 4 78 644.0 72

+ 3.142 (LWL )

Gambar 6. Arah aliran debit sungai terutama saat banjir; kecepatan aliran dapat mencapai 1,5 m/det
bila elevasi muka air banjir +3,00

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Gambar 7. Abrasi Bantaran di Pulau Kokonao Akibat Arus Sungai.


Penggerusan di sisi Pulau Atabo (Kokonao) dan sedimentasi di sisi berlawanan (timur)
Kokonao berlangsung menahun. Abrasi sisi Kokonao menyebabkan bantaran sungai
mundur sekitar 15 meteran. Abrasi ini semakin parah setelah terjadinya penebangan hutan
di daerah hulu. Abrasi ini menyebabkan pula penduduk di sekitar bantaran sungai ikut
berpindah mundur (agak menjauh dari bantaran sungai).
Beberapa rumah yang memproteksi tanah bantaran di sekitar rumahnya dengan
pemancangan kayu, dapat mempertahankan tanah bantaran rumahnya dari ancaman
abrasi seperti yang ditampilkan pada gambar 9. Selain itu beberapa masyarakat
memasang semacam krib (yakni tonjolan pemancangan kayu dengan arah miring
terhadap bantaran sungai), dengan tujuan agar dapat mengalihkan aliran sungai agar tidak
langsing menyerang ke bantaran. Cara ini cukup efektif, akan tetapi belum optimal
karena tidak disertai dengan perhitungan keteknisan yang mempertimbangkan kecepatan
aliran sungai.

10

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Gambar 8. Batang Kayu atau Pohon Yang Hanyut Terbawa Arus Aliran Sungai dapat
Menghantam dan Merusak Dermaga Eksisting Maupun Kapal-Kapal Masyarakat yang Berada Di
sekitar Sungai ini.

Gambar 9. Tiang-tiang dari Batang Kayu yang Dibuat Oleh Masyarakat untuk Melindungi Areal
Tanah disekitar Rumahnya yang Berada di Tepi Sungai dari Abrasi.

11

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Topografi/Bathimetri
Kontur nol dari pengukuran topografi/bathimetri adalah kondisi dimana LLWL (surut
terndah). Pada sisi tebing sungai di sebelah barat Pulau Atabo tampak kontur adalah
-2,00. Kedalaman ini yang terdalam akibat proses abrasi oleh debit banjir.
Kokonao adalah Pulau delta yang terbentuk dari proses sedimentasi, sehingga topografi
daratan adalah datar dan rata-rata pada elevasi + 2,00 s/d + 3,00 meter (dimana elevasi
+/- 0,00 dihitung dari surut terendah / LLWL). Elevasi pasang surut +/- 0,00 jarang
terjadi dikarenakan elevasi air di muara sungai dipengaruhi oleh debit aliran sungai. Saat
pasang tinggi dan di hulu terjadi curah hujan yang tinggi, maka terjadi genangan banjir di
daratan Kokonao setinggi +/- 0,50 m, sehingga elevasi banjir dapat mencapai + 3,00.
Hasil bathimetri menunjukkan terjadinya pendangkalan ke arah laut yang menyebabkan
susahnya menentukan alur pelayaran. Hal ini disebabkan proses sedimentasi akibat
proses erosi dari hulu sungai yang cukup besar. Sedimen tidak hanya berupa partikel pasir
atau tanah, akan tetapi juga berupa batangan pohon yang cukup besar juga.

K or ami l

BM.KKN0 1

BM.KKN 02
X
Y

6 60551 .130
9 4786 2
4 .179

+ 3.02 9( LWL)

X
Y
Z

6 60592 .810
9 4786 4 .072
+ 3.14 2( LWL)

Pulau
Kokonao / Atapo

Pulau
Apuri

Pulau
Waikutiri

Pulau
Putaiper

Pulau
Barapiri

Pulau
Waikutiri

Samudera
Indonesia

Gambar 10. Lokasi pengukuran bathimetri

Analisis Mekanika Tanah


Berdasarkan hasil survei mekanika tanah, maka tanah pada kedalaman 14,50 15,00
meter mempunyai daya dukung mencapai 200 kg/cm2.
12

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Akan tetapi perlu diwaspadai bahwa Pulau Atabo dimana Kokonao berada, merupakan
pulau delta yang terbentuk akibat proses sedimentasi di muara. Sehingga pada saat
pelaksanaan dianjurkan untuk mengecek ulang karakteristik mekanika tanah.
Tabel 2. Hasil pengujian laboratorium smpel tanah
No
KETERANGAN
1
Berat Isi (density)
2
Berat Jenis (specific gravity)
Konsistensi Atterberg
3
LL
4
PL
5
PI
Analisa Hydrometer
6
Clay
7
Silt
8
sand
9
D50
Percobaan Triaxial
10
C (koeefisien geser)
11
(sudut gesek dalam)

NILAI
1,58 gr/cm3
2,47
37,40
16,79
20,61
22%
72%
6%
0,025
0,0050 kg/cm2
4o218,17

Pemilihan Lokasi Dermaga


Ada dua alternatif lokasi dermaga eksisting yang ada yakni Dermaga lama dan dermaga
proyek kegiatan PNPM Mandiri tahun 2010. Kedua dermaga ini terletak di sebelah timur
Pulau Atabo (di mana Kokonao berada). Hal ini dikarenakan sebagian besar pusat
kegiatan masyarakat dan penduduk berada di sebelah timur Pulau Atabo.
Lokasi Dermaga Lama
Lokasi dermaga lama di Kokonao berada pada koordinat :
X = 660608,921
Y = 9478664,951
Dermaga tua mempunyai dimensi lebar sekitar 3,85 m, panjang 11,00 m dengan elevasi
lantai dermaga +3,545 m. Dermaga tersebut sudah direnovasi sebanyak 3 kali. Kerusakan
dermaga terjadi akibat:

Tiang kayu dermaga dipancang tidak terlalu dalam ke tanah. Menurut informasi
kedalaman pemancangan hanya sekitar 3-4 meter.
Tiang dermaga terbentur kayu yang hanyut dengan kecepatan hanyutan mencapai
di atas 1 m/det.

13

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Kayu-kayu tiang dermaga dimakan binatang pemakan kayu sehingga menjadi


lapuk terutama bagian dalamnya.

Secara tata wilayah, dermaga tua berada di poros kota Kokonao, sehingga dari sisi jalan
akses lingkungan adalah lebih baik. Di sekitar dermaga tua masih terdapat tanah lapang
yang dapat difungsikan sebagai ruang untuk fasilitas darat seperti ruang penumpang dan
sebagainya.
Yang perlu diantisipasi dar posisi dermaga lama adalah proses abrasi yang menyerang
tebing sungai dimana dermaga berada. Di asmping itu hanyutan kayu yang mengancam
keberadaan dermaga harus di cegah pula. Untuk itu diperlukan struktur krib pengarah
aliran sungai agar arus tidak menyebabkan abrasi tebing sungai serta arus yang
terbelokan dapat mengarahkan hanyutan batang-batang kayu sehingga tidak menabrak
tiang-tiang dermaga.

Gambar 11. Kondisi dermaga tua yang baru direnovasi sekitar satu setengah tahun yang lalu
sudah mengalami kerusakan
Lokasi Dermaga PNPM
Lokasi dermaga lama di Kokonao berada pada koordinat :

X = 660584,047

Y = 9478559,953
Dermaga ini dibangun tahun 2010. Struktur dermaga dari kayu. Elevasi lantai dermaga
sekitar + 4,04 m. Dermaga pada posisi yang relatif terlindung dibanding dengan dermaga
Tua. Secara letak ditinjau dari aspek keairan adalah lebih ideal dibandingkan dengan
dermaga tua. Akan tetapi dermaga ini berdiri di-tengah-tengah pemukiman yang padat.
Jadi kemungkinan berdiri dikarenakan dermaga ini sebagai penujang di samping dermaga
tua sebagai dermaga utama.
14

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Gambar 12. Foto dermaga buatan PNPM Mandiri tahun 2010

DERMAGA TUA

Koramil

BM.KKN 01
X

BM.KKN 02
X

660 551.130

9 478 624.179

+ 3.029 (LWL)

660 592.810
9 478 644.072

+ 3.142 (LWL)

DERMAGA PNPM MANDIRI 2010

Gambar 13. Posisi dermaga Tua dan PNPM Mandiri 2010


15

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Layout Dermaga
Berdasarkan hasil analisis terhadap peta bathimetri, maka dermaga digeser ke arah
selatan sekitar 20 meter terhadap dermaga lama. Hal ini dikarenakan :
Kedalaman alur sungai lebih dalam dibandingkan di posisi dermaga lama.
Dengan digeser ke selatan, maka posisi as dari dermaga akan menyambung
dengan posisi as dari as jalan utama yang ada.
Dengan digeser ke salatan maka oprit dari dermaga mempunyai ruang (tidak
mengganggu halaman rumah eksisting).
Dilihat dari kondisi saat ini, secara ekonomi memang rata-rata penduduk yang ada Pulau
Atabo belum mencapai kehidupan yang layak. Diharapkan dengan keberadaan dermaga
akan menggairahkan perekonomian dimasa yang akan datang. Untuk itu kebutuhan ruang
akan kantor, ruang tunggu penumpang dan lahan parkir untuk sementara menggunakan
lahan bebas yang ada. Dimasa yang akan jika terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup
baik, maka dapat menggunakan lahan pemukiman di sekitar lokasi rencana dermaga
kokonao. Menurut tokoh masyarakat setempat, lahan yang ada di sekitar lokasi rencana
dermaga adalaha lahan adat yang sewaktu-waktu dapat digunakan jika untuk keperluan
umum.
Saat survei dilaksanakan, di Kokonao hanya satu mobil yakni mobil proyek untuk
mengembangkan landasan pacu dermaga Kokonao beserta rollernya. Penduduk kokonao
sampai saat ini belum ada yang memiliki mobil. Kendaraan roda dua hanya tiga.
Sehingga lahan parkir hanya disediakan berdasarkan ruang lahan yang ada.

Genset

Area
Komersil

Gedung Adm &


Ops Pelabuhan

TITIK SONDIR 2

660 604.740

9 478 662.308
+ 2.243 (LWL)

Cause
Way

Laha
n
Parki

TITIK SONDIR 1
X

660 609.194

9 478 659.977
+ 2.215 (LWL)

Derma
ga

BM.KKN 01
X
Y
Z

660 592.810
9 478 644.072
+ 3.142 (LWL)

Koramil

16

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Gambar 14. Layout rencana dermaga Kokonao

Alur Pelayaran
Kontur yang paling dalam di alur ini adalah -1,00, sedangkan sebagian besar berkontur
0,00. Dengan demikian untuk kapal dengan draft 2 meter, memerlukan elevasi muka air
di sungai adalah +3,00, sehingga ada ruang kelonggaran (free space) untuk draft kapal
sebesar 1,00 meter. Untuk mencapai pesisir pantai, kapal harus menempuh jarak sekitar
2,5 km. Lebar alur yang paling kecil adalah sekitar 30 meter saat elevasi muka air sekitar
3,00 meter.
Berdasarkan peta dishidros, perairan dangkal di sekitar Kokonao adalah sekitar 0,0 s/d 1
meter yang terbentang sepanjang 2-3 km ke arah laut. Sehingga untuk kapal masuk ke
kanal muara sungai Mimika menjadi sulit juga. Gelombang di perairan laut dangkal
menjadi lebih besar akibat gelombang mengalami pecah diaerah yang dangkal. Daerah
perairan dangkal ini menjadi daerah transisi yang bahaya bagi pelayaran, sehingga
diperlukan rambu-rambu pelayaran yang cukup agar terhindar dari gosong pasir-gosong
pasir yang menyebabkan kapal karam.

LOKASI
DERMAGA
KOKONAO
Ko r am i l

X
Y

X
Y
Z

BM .K KN 02
66 0 5 1. 1 30
9 4 786 24.1 79
+ 3 .029 (LW L)

B M. KK N 01
660 592 .810
9 478 644 .072
+ 3.14 2 (L WL )

Pulau
Kokonao / Atapo

Pulau
Apuri

Pulau
Waikutiri

Pulau
Putaiper

Pulau
Barapiri

LAUT
ARAFURU

Pulau
Waikutiri

Samudera
Indonesia

Gambar 15. Route Alur pelayaran dari Lokasi Dermaga Kokonao ke pesisir laut

17

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Gambar 16. Peta Dishidros menunjukkan

18

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Rencana Struktur Dermaga


Elevasi dermaga Kokonao tidak hanya ditentukan oleh pasang surut tetapi elevasi muka
air banjir dan kenaikan muka air laut (sea level rise) akibat pemanasan global. Elevasi
dermaga eksisting adalah +3,543 dihitung dari surut terendah. Sedangkan elevasi
genangan banjir yang terjadi berdasarkan bekas-bekas tapak banjir yang ada di dindingdinding rumah masyarakat mencapai + 3,10. Dengan demikian sampai saat ini dermaga
eksisting untuk sementara aman terhadap kejadian banjir yang ada.
Dengan pertimbangan kenaikan muka air laut selama 25 tahun kedepan (dengan asumsi
pemanasan global adalah sama dengan kondisi saat ini), maka elevasi akan dinaikan
sebesar 15 cm menjadi + 3,70 m.
Asumsi lainnya adalah kondisi DAS Sungai Mimika adalah lebih buruk untuk 25 tahun
ke depan, sehingga besaran banjir yang terjadi agak naik. Diperkirakan terjadi kenaikan
muka air sungai akibat banir sebesar 30 cm. dengan demikian elevasi dermaga adalah
sekitar + 4,00. Elevasi ini hanya selisih 0,45 m dari elevasi dermaga eksisting.

Gambar 17. Prediksi muka air laut akibat pemanasan global, dengan asumsi polusi yang
terjadi sama seperti saat ini, diperkirakan 25 tahun mendatang air laut akan naik sekitar
15 cm ( sumber : www. UNEP)

19

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Titik Bor 1
13000
2500

4000

Balok 400 x 700

4000

4000

Kepala
Tiang
Tipe 2

2000

1000

Balok 400 x 700

+4,00

10000

Lihat Detail Oprit

600
1000

+2,50
2000

400

5000

800

+1,80

4000

Dilatasi 50 mm

1900

HWL +3,10

12000
1250

1000

1000

Kepala Tiang Tipe 1

Selimut Tiang
(Beton/Splash
Guard)

2500

2500

3000

800

3000

Titik Bor 2

18000

1900

1000

50

LWL +0,00
Tiang Pancang
406,4 mm

L =30 m

1:8

Dimensi Dermaga

1.41

2.81

1.58

1.73

4.85

2.82

2.80

2.77

2.65

2.65

2.49
2.50
2.51
2.53
2.55

2.37

2.31

1.46 0.99 1.23

0.29
0.41
0.58
0.44

1.72 0.97

2.28

0.72

0.00

1.98

1.80
0.85 1.99

1.11

1.00
0.48 1.16

1.38

-0.45
0.95
-0.47
0.64 -0.36
0.53 -0.28

4.75

-0.94
0.51 -1.29
0.38 -1.14
0.66 -1.00

-2.51

1.56

-2.45
0.72 -2.29
0.34 -2.24
0.50 -2.14
0.39 -2.04
0.22 -2.00
1.13
-1.64
0.68 -1.41
0.63 -1.25

6.25

-2.43

0.95

-2.35

Gambar 18. Penampang memanjang dermaga dan oprit dengan rencana elevasi dermaga +
4,00.
1.72 1.44

POTONGAN D-D
Skala 1: 200

Dermaga direncanakan untuk kebutuhan 25 tahun mendatang, sehingga dengan demikian


diharapkan mampu mengantisipasi perkembangan yang terjadi di Kokonao dan
sekitarnmya. Memang kalau dilihat dari kondisi sosial ekonomi masyarakat di Pulau
Atabo saat ini, maka demaga yang relatif besar belum diperlukan. Diharapkan keberadaan
dermaga menjadi pemacu perkembangan ekonomi di daerah Kokonao dan sekitarnya.
Secara alur kanal alami/sungai yang ada sampai dengan pesisir laut, maka alur pelayaran
dapat di labuhi kapal 300 GT dengan karakteristik sebagai berikut :

dimensi draft (sarat kapal) sebesar 2,13 m.


Panjang kapal antara garis tegak : 34,09 m
Lebar kapal : 10,24 m

Akan tetapi apabila pasang tinggi, maka alur pelayaran dapat dilabuhi kapal dengan 500
GT dengan draft 2,9 m. Karena dermaga adalah di sungai dan dengan memperhitungkan
masalah penggunaannya juga (dimana kapal dengan 500 GT kemungkinan sangat jarang
berlabuh d dermaga tersebut), maka panjang dermaga didesain sepanjang 32 m (lebih
memenuhi kapal 300 GT).
Lebar dermaga adalah 7 meter dengan asumsi kendaraan truk dengan satu engkel (dengan
beban maksimum 10 ton) yang dapat naik ke dermaga. Sedangkan ujung dermaga di
letakkan pada kedalaman -2,50 terhadap LWL.
Trestle didesain sepanjang 18 meter dengan lebar 6 meter. Selanjutnya dari trestle (yang
berelevasi + 4,00) ke darat (yang berelevasi +2,50), digunakan oprit dengan kemiringan
9%. Kemiringan ini lebih didasarkan karena ruang lahan yang tersedia menyebabkan
panjang opritnya 12 meter. Di sekeling rencana dermaga sudah banyak pemukiman
penduduk sehingga agak susah untuk menentukan blokplan secara bebas. Akan tetapi jika
dimasa mendatang diperlukan perluasan, beberapa perkarangan rumah masyarakat dapat
digunakan karena kepemilikannya adalah tanah adat.
Sebagai beban untuk perhitungan stabilitas struktur akan digunakan beban truk 10 ton.

20

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

38000
1000

4000

4000

4000

4000

1000

4000

4000

4000

4000

4000

4000

4000

4000

4000

1000

1000

Kanstein
Tipe B

1000

1000

9 478 644.884

660 634.138

9 478 626.967

Kanstein
Tipe A

6000

660 635.864

4000

3000

Fender Type
AV 300 H 2500

Bollard 15 ton
3000

Balok 400 x 700

1000

Kepala Tiang Tipe 1

9 478 607.634

7000

660 626.248

2500

2500

2500

2500

1000

Tangga
Tiang Pancang
406,4 mm

1000

Kepala Tiang
Tipe 2

1000

1000

660 619.280

9 478 608.305

4000

4000

18000

4000

4000

Dilatas 50 mm

Kanstein
Tipe B

1000

660 604.958

660 604.382

9 478 647.861

9 478 641.889

10000

2000

200

900

400
600
6000
7800

900

Gambar 19. Denah dermaga dimensi panjang 32 meter, lebar 7 meter. Panjang trestle 18
m, lebar trestle 6 meter

Krib Pelindung Tebing Sungai


Dalam mempersiapkan perencanaan (planning) krib mempertimbangkan denah, bentuk
memanjang, debit air sungai, kecepatan arus sungai, bahan-bahan dasar sungai dengan
keterangan sebagai berikut:
1. Sungai termasuk lebar pada saat banjir. Untuk mengurangi turbulensi aliran, maka
permukaan air sungai normalnya harus dinaikkan sedemikian rupa dengan krib yang
panjang (secukupnya), karena krib yang terlalu panjang disamping biaya
pembangunannya lebih tinggi, pemeliharaannya akan lebih mahal dan lebih sulit.
2. Krib yang terlalu panjang akan menyebabkan timbulnya pukulan air pada tebing
sungai di seberangnya.
21

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

3. Krib bersifat impermeabel (kedap air) dengan tujuan untukj membelokan arah aliran.
4. Krib dibuat tidak terbenam untu level air secara umum. Akan terbenam jika debit
banjir yang tinggi.
Formasi krib permeable yang condong ke hulu, turbulensi aliran akan terjadi di ujung
depan krib tersebut, akan tetapi pengendapan umumnya terjadi dekat tebing sungai dan
aliran akan mengarah ke tengah sungai. Pemilihan jenis krib formasi condong ke hulu
dimaksudkan agar krib efektif untuk melindungi tebing sungai.

Gambar 20. Hubungan Antara Formasi Krib dan Proses Penggerusan-pengendapan pada
Dasar Sungai
Elevasi mercu krib ditentukan sebesar +3,00 meter. Elevasi ini berguna untuk melindungi
dermaga dari hantaman kayu. Selain itu dengan elevasi di atas permukaan air rata-rata,
para kapal-kapal dan perahu akan mengerti posisi krib tersebut sehingga diharapkan
perahu atau kapal mereka tidak menabrak krib-krib tersebut. Elevasi ini akan tenggelam
apabila air banjir besar. Akan tetapi berdasarkan bukti-bukti banjir yang masih menempel
di didnding rumah penduduk, elevasi banjir selama ini maksimal sekitar + 3,00.
Arah krib dibuat sebesar 10o ke arah aliran karena pembuatan krib berada di bagian yang
lurus dari sungai sebagai mana sesuai dengan acuan pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Arah Aliran dan Sudut Sumbu Krib
Lokasi Pembuatan Krib di
sungai

Arah aliran dan


Sudut sumbu krib ()

Bagian lurus

10o 15o

Bagian luar

5o 15o

Bagian dalam

0o 10o

Sumber : buku Perbaikan dan Pengaturan Sungai (Suyono Sosrodarsono, 1994)


22

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

Ujung krib dibuat sama dengan ujung dermaga dengan maksud agar aliran dapat
dibelokkan tidak menabrak dermaga. Dengan demikian panjang krib dibuat 4 - 18 meter
(tergantung lokasi). Ujung krib dibuat pada kontur 1,00. Sedangkan ujung krib yang
mendekat dengan dermaga, dibuat pada kontur -2,00 dengan maksud melindungi dermaga
dari hantaman kayu yang hanyut dikala banjir.
Berdasarkan teori dalam buku Perbaikan dan Pengaturan Sungai (Suyono Sosrodarsono,
1994), maka hubungan antara panjang krib dan interval krib dapat digunakan panduan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 4. Hubungan Antara Panjang Krib dan Interval Krib
Lokasi Pembuatan
Hubungan antara interval (D)
Krib di Sungai
dan panjang (l)
1
Bagian Lurus
D = (1,7 2,3 ) l
2
Bagian luar
D = (1,4 1,8 ) l
3
Bagian dalam
D = (2,8 3,6 ) l
Sumber : buku Perbaikan dan Pengaturan Sungai (Suyono Sosrodarsono, 1994)
No

Karena penampang sungai yang hendak dibuat krib berada pada penampang yang lurus
dan dengan memperhatikan pola lairan saat survei di lapangan, maka krib dibuat dengan
interval 2,3 x panjang krib yakni sejarak 20 meteran.
Bahan krib dapat digunakan sheet pile beton yang dapat dipancang tegak. Agar ada
kekauan, maka setiap 4 sheet pile dipancang 1 tiang pancang persegi. Bahan dari beton
ditinjau dari kepraktisan pelaksanaan dengan pertimbangan lapangan dan sumber batu
juga tidak ada (jauh).

23

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

UTA
RA

Gambar 21. Gambar posisi krib

24

Profil Dermaga Sungai di Kokonao Kabupaten Mimika

HWL = +3,00

Tie Beam (800 x 800)

Tie Beam (800 x 800)


sheet pile :
Momen tarik = 15,6 tm
Height = 350 mm
Width = 996 mm
Thickness + 120 mm
Lenght = 15 m

MWL = +1.2003

Pancang Baja
406 mm
L =30 m

LWL = 0.00

+1.2003

0.00

Pancang Baja
406 mm
L =30 m

-2,50 river bed

-2,50 river bed


15 meter

30 meter

30 meter

tanah keras
4477

POTONGAN Y-Y
SKALA 1:100

TAMPAK DEPAN
SKALA 1:100
sheet pile :
Momen tarik = 15,6 tm
Height = 350 mm
Width = 996 mm
Thickness + 120 mm
Lenght = 15 m

800

4D22

Pancang Baja
406 mm
L =30 m

800

10-100

800

POTONGAN Z-Z
Skala 1:25

4D22

4477

TAMPAK ATAS KRIB


Skala 1:100

Gambar 22. Tipikal pemasangan krib dari sheet pile


Gambar 5.33. Kecepatan dan pola arus hasil pemodelan perairan Kokonao skala Luas (kondisi
dengan perencanaan).

5 - 25

Anda mungkin juga menyukai