Anda di halaman 1dari 4

Nama : Salma Nabila Fauziah Nilai

NIM : 19/438819/GE/08954
Asisten : 1. Aulia Rizki D
2. Ratri Purnama
Hari Praktikum : Rabu Waktu : 11.00 – 13.00 WIB

JUDUL
ACARA V
KEPADATAN PENDUDUK

HASIL PRAKTIKUM

Gambar 5.1 Peta Kepadatan Penduduk Kasar Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010
HASIL PRAKTIKUM

Gambar 5.2 Peta Kepadatan Penduduk Fisiologis Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010
PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM

Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dapat menyebabkan suatu wilayah menjadi


semakin padat. Kepadatan penduduk merupakan indikator dari pada tekanan penduduk di suatu
daerah. Kepadatan penduduk adalah suatu keadaan yang dikatakan semakin padat bila jumlah
manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya
(Sarwono, 1992). Menurut Mantra (2007), kepadatan penduduk adalah perbandingan antara
jumlah penduduk dengan luas wilayah yang dihuni. Kepadatan penduduk umumnya telah
ditetapkan dan apabila ketetapan tersebut terlampaui batasnya maka akan terjadi ledakan
populasi/ledakan penduduk. Kepadatan penduduk di suatu daerah dapat ditentukan dengan
menghitung jumlah penduduk dibandingkan dengan luas tanah yang ditempati dinyatakan dengan
banyaknya penduduk per kilometer persegi. Suatu wilayah yang memiliki kepadatan penduduk
tinggi akan diiringi dengan permasalahan – permasalahan kependudukan. Hal itu dikarenakan
lahan yang ditempati sudah tidak sanggup lagi menahan tekanan penduduk terhadap lahan
tersebut. Permasalahan utama yang muncul adalah kurangnya lahan yang dapat dimanfaatkan dan
terjadi kelangkaan ketersediaan lahan. Kepadatan penduduk di suatu wilayah dapat dibagi
menjadi empat bagian menurut Muliakusma (2010), yaitu Kepadatan penduduk kasar (crude
density of population) atau sering pula disebut dengan kepadatan penduduk aritmatika,
Kepadatan penduduk fisiologis (physiological density), Kepadatan penduduk agraris (agricultural
density), Kepadatan penduduk ekonomi (economical density of population). Sedangkan menurut
BPS (2016), kepadatan penduduk dibagi menjadi 3 yaitu kepadatan penduduk kasar, kepadatan
fisiologis, dan kepadatan agraris.
Provinsi NTB memiliki 10 kabupaten, yaitu Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur,
Sumbawa, Dompu, Bima, Sumbawa Barat, Kota Mataram, Kota Bima, dan Lombok Utara.
Persebaran penduduk di Provinsi NTB ditunjukkan pada peta kasar dimana menunjukkan
banyaknya penduduk per satuan luas wilayah yang ditempati. Pada tahun 2010 Provinsi NTB
memiliki jumlah penduduk 4.434.012 jiwa dengan luas wilayahnya 20.153,15 km2. Persebaran
penduduk NTB tergolong timpang dan tidak merata karena dari 4.434.012 jiwa penduduk 70,41
persen tinggal di pulau Lombok sementara sisanya 28,59 persen mendiami pulau Sumbawa,
padahal pulau Lombok luasnya hanya sepertiga dari luas pulau Sumbawa (Jalaludin, 2013). Pada
peta kasar terlihat bahwa kabupaten – kabupaten yang ada pada Provinsi NTB memiliki
kepadatan penduduk yang sedang, tetapi ada satu kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk
tinggi yaitu Kota Mataram. Kota Mataram menjadi kabupaten terpadat di Provinsi NTB dengan
kepadatan penduduk kasar sebesar 6.125,70 jiwa/km2. Hal itu dikarenakan Kota Mataram
memiliki luas wilayah paling kecil diantara kabupaten lainnya, tetapi memiliki jumlah penduduk
terbanyak. Jumlah penduduk yang banyak ini disebabkan karena Kota Mataram merupakan Ibu
Kota Provinsi NTB yang berarti sebagai pusat provinsi. Oleh karena itu, banyak penduduk yang
bermigrasi ke Kota Mataram. Kabupaten Sumbawa Barat merupakan kabupaten dengan
kepadatan penduduk terendah yaitu sebesar 54,7 jiwa/km2. Hal itu dikarenakan Kabupaten
Sumbawa Barat memiliki jumlah penduduk terkecil di Provinsi NTB dan memiliki wilayah yang
lumayan luas. Pensusuk Provinsi NTB cenderung bertempat tinggal di Pulau Lombok. Hal itu
menyebabkan kepadatan penduduk banyak terjadi di Pulau Lombok.
Kepadatan Fisiologis (Physiological Density) merupakan banyaknya penduduk untuk
setiap kilometer persegi wilayah lahan yang ada. Pada peta fisiologi terlihat bahwa kepadatan
fisiologis terbesar terjadi pada daerah kota, yaitu Kota Mataram dan Kota Bima. Hal itu
dikarenakan lahan yang ada di daerah perkotaan digunakan untuk permukiman dan industri
sehingga lahan pertanian jumlahnya sangat kecil, kepadatan fisiolois terbesar terjadi di Kota
Mataram dengan luas yang kecil tetapi menjadi pusat kegiatan di Provinsi NTB sehingga
kepadatan fisiologis tinggi. Kota Mataram dengan kepadatan fisiologis paling tinggi mencapai
16.585,95 jiwa/km2.
Kepadatan Agraris (Agriculture Density), menunjukkan banyaknya penduduk
berprofesi sebagai petani untuk setiap kilometer persegi wilayah. Pada peta agraris Provinsi
NTB terlihat bahwa kepadatan agraris terjadi pada daerah kabupaten, sedangkan pada daerah
kota memiliki kepadatan agraris yang tergolong rendah yaitu pada Kota Mataram. Kabupaten
dengan kepadatan penduduk agraris tertingggi yaitu Kabupaten Lombok Barat dengan
kepadatan sebesar 892,7 jiwa/km2. Kabupaten Sumbawa Barat menjadi kabupaten dengan
kepadatan agraris terendah dengan kepadatan sebesar 216,14 jiwa/km2.

Daftar Pustaka :

BPS, , 2016. Kepadatan Penduduk. Jakarta.BPS. Diakses dari http;//sirusa.bps.go.id/


Jalaludin.2013. Analisis Parameter Sosio-Demografik Provinsi Nusa Tenggara Barat.Jurnal
Ekonomi Bisnis No 2
Mantra.2007.Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Muliakusma, Sutarsih. 2010. Proyeksi Penduduk. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Salemba
Empat.
Sarwono, Sarlito. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai