Anda di halaman 1dari 3

Nama : Salma Nabila Fauziah Nilai

NIM : 19/438819/GE/08954
Asisten : 1. Aulia Rizki D
2. Ratri Purnama
Hari Praktikum : Rabu Waktu : 11.00 – 13.00 WIB

JUDUL
ACARA IV
Dependency Ratio dan Sex Ratio at Birth

HASIL PRAKTIKUM

Grafik Dependency Ratio Provinsi NTB


9082.3 Tahun 1990,2000, dan 2010
80
70 63.1
Dependency Ratio

60 55.5
50
40
30
20
10
0
1990 2000 2010
Periode Tahun

Gambar 4.1 Grafik Dependency Ratio Provinsi NTB Tahun 1990,2000, dan 2010
Sumber: BPS (Pengolahan Data, 2020)

Grafik Sex Ratio at Birth Provinsi NTB


110
108.9
Tahun 1990, 2000 dan 2010

108
106
Sex Ratio at Birth

106

104
102.1
102

100

98
1990 2000 2010
Periode Tahun

Gambar 4.2 Grafik Sex Ratio at Birth Provinsi NTB Tahun 1990,2000, dan 2010
Sumber: BPS (Pengolahan Data, 2020)
PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM

Demografi mengkaji tentang penduduk dengan berbagai komponen di dalamnya. Dalam


pengkajian demografi rasio ketergantungan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Hal
ini dikarenakan dependency ratio menjadi salah satu faktor demografi yang memengaruhi
pertumbuhan ekonomi selain pertumbuhan penduduk. Rasio ketergantungan (dependency ratio)
adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk usia produkti
(penduduk usia dibawah 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun atau lebih) dengan banyaknya
penduduk usia produktif (penduduk usia 15-64 tahun) (Nurdin, 2010). Rasio ketergantungan
(dependency ratio) juga menjadi indikator kasar mengenai kondisi perekonomian di suatu negara
sehingga dapat diketahui apakah negara tersebut termasuk negara maju atau negara berkembang.
Perhitungan dependency ratio ini berguna untuk mengetahui angka tingkat ketergantungan maka
dapat diketahui pula seberapa besar beban yang harus ditanggung produktif karena sebagian
pendapatannya digunakan untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif. Negara berkembang yang cenderung memiliki angka fertilitas yang tinggi menandakan
bahwa tingkat rasio ketergantungan pada negara tersebut juga tinggi. Fertilitas dan mortalitas
menjadi pengaruh suatu nilai rasio ketergantungan dapat tinggi maupun rendah (Pollard et al,
1982).
Perhitungan rasio ketergantungan (Dependency Ratio) dapat dilakukan dengan membagi
jumlah penduduk non produktif dengan jumlah penduduk produktif dikali seratus. Penduduk yang
termasuk golongan non produktif merupakan penduduk usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas
sedangkan penduduk produktif merupakan penduduk dengan usia 15-64 tahun. Provinsi NTB
memiliki angka rasio ketergantungan (dependency ratio) yang cukup tinggi di tahun 1990 dengan
angka 82,3. Hal itu berarti setiap 100 orang penduduk produktif di Provinsi NTB harus
menanggung 82 orang penduduk yang tidak produktif. Angka rasio ketergantungan (dependency
ratio) mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun – tahun setelahnya yang terlihat pada
tahun 2000 dan 2010. Pada tahun 2000 angka rasio ketergantungan pada angka 63,1 yang artinya
100 orang penduduk produktif harus menanggung 63 orang tidak produktif dan pada tahun 2010
menurun hingga angka 55,5 yang artinya setiap 100 orang produktif menanggung 55 orang tidak
produktif. Penurunan angka rasio ketergantungan (dependency ratio) diakibatkan karena penduduk
yang semula berada pada masa non produktif seperti anak – anak sudah beranjak dewasa dan
memasuki usia produktif. Hal itu terlihat pada jumlah usia produktif di tahun 2010 paling banyak
dibandingkan pada tahun 1990 dan 2000. Dalam kurun waktu 1990 sampai tahun 2010 angka rasio
ketergantungan (dependency ratio) di Provinsi NTB telah mengalami penurunan sebesar 26 poin
dan penurunan terbesar terjadi pada tahun 1990 sampai tahun 2000 dengan penurunan 19 angka.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) yang terus menurun akan mengakibatkan adanya bonus
demografi dimana terdapat usia produktif yang paling banyak dibandingkan usia non produktif
(Jati, 2015). Bonus demografi akan memberikan dampak besar bagi suatu negara apabila dapat
dimanfaatkan dan dipersiapkan dengan baik. Bonus demografi yang telah dipersiapkan dengan
baik akan memberikan dampak pada kemajuan suatu negara terutama dalam bidang ekonomi.
Pertimbangan pembangunan suatu wilayah juga dapat melihat faktor lain, yaitu sex ratio at
birth. Sex ratio at birth (SRB) merupakan perbandingan jumlah anak lakilaki yang lahir
dibandingkan dengan jumlah perempuan yang lahir pada periode tertentu (Aksani, 2017).
Pengertian lain dari rasio jenis kelamin ketika lahir (Sex Ratio at Birth) merupakan angka
perbandingan jumlah bayi laki-laki yang lahir dibanding dengan jumlah bayi perempuan di suatu
wilayah jika hanya diketahui angka kelahiran total (Mantra, 2003). Nilai SRB dapat didapatkan
dengan membagi jumlah kelahiran bayi laki-laki dengan bayi perempuan kemudian dikalikan
dengan seratus. Pada tahun 2000 nilai SBB mengalami penurunan drastis dari yang sebelumnya
pada tahun 1990 dengan angka 108,9 menjadi 102,2. Grafik SBB di Provinsi NTB mengalami
kenaikan kembali di tahun 2010 dengan angka 106 yang artinya bahwa setiap kelahiran 100 anak
perempuan terdapat 106 anak laki – laki.
Daftar Pustaka :

Aksani, A. W. 2017. Disfungsi United Nations Population Fund (UNFPA) dalam Mengatasi
Gender Sex Selection di Tiongkok. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, 6(1), 1-15.
Jati, W.R.2015. Bonus Demografi Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Populasi.Vol
26 PP 1-19.
Mantra, Ida Bagoes.2003. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nurdin, Harto. 2010. Komposisi dan Distribusi Penduduk. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta:
Salemba Empat.
Pollard,et all.1982. Teknik Demografi. Jakarta : PT Bina Aksara

Anda mungkin juga menyukai