Anda di halaman 1dari 82

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya


Publikasi tahunan “Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015”
dapat diselesaikan dengan baik.
Publikasi ini mencakup informasi mengenai kondisi sosial
masyarakat pulau morotai yang dapat diukur dan tersedia datanya. Ada
tujuh bab Utama, yaitu: kependudukan, ketenagakerjaan, pendidikan,
kesehatan dan gizi, perumahan dan lingkungan, pola konsumsi, dan
sosial lainnya.
Dengan analisis ringkas dan sederhana, semoga publikasi ini
dapat membantu pengguna data baik oleh instansi/dinas pemerintah,
swasta, kalangan akademisi, maupun masyarakat luas. Kritik dan saran
konstruktif berbagai pihak kami harapkan untuk penyempurnaan
penerbitan mendatang.
Morotai, September 2016
Kapala BAPPEDA
Kabupaten Pulau Morotai

Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 iii


DAFTAR ISI

Hal
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar v

1. Kependudukan 2
2. Ketenagakerjaan 14
3. Pendidikan 28
4. Kesehatan dan Gizi 41
5. Perumahan & Lingkungan 56
6. Pola Konsumsi 66
7. Sosial Lainnya 69

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 iv


DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur 3
di Kabupaten Pulau Morotai, 2015
Gambar 1.2 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin 4
(RJK) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
Pulau Morotai, 2010-2015
Gambar 1.3 Persentase Persebaran Penduduk dan 6
Wilayah daratan dan Kepadatan Penduduk
menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015
Gambar 1.4 Jumlah Penduduk berdasarkan kecamatan di 7
Kabupaten Pulau Morotai, 2010-2015
Gambar 1.5 Persentase Perempuan yang Pernah Kawin 8
dan/atau hamil Berumur 10 Tahun Ke Atas
menurut umur perkawaninan dan umur
kehamilan pertama di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015
Gambar 1.6 Persentase Penduduk Berumur 15 - 49 Tahun 10
menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan
di Kabupaten Pulau Morotai, 2010-2015
Gambar 1.7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di 12
Kabupaten Pulau Morotai, 2012-2015
Gambar 2.1 Persentase Jumlah Penduduk berdasarkan 15
Usia Kerja dan Angkatan kerja di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015
Gambar 2.2 Persentase Jumlah Penduduk usia 15 tahun 16
keatas menurut Jenis Kelamin dan Kegiatan
Utama di Kabupaten Pulau Morotai, 2015
Gambar 2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 18
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau
Morotai, 2012-2015
Gambar 2.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut 19
Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai,
2012-2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 v


DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.5 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang 21
bekerja berdasarkan lapangan usaha Utama di
Kabupaten Pulau Morotai, 2010-2015
Gambar 2.6 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang 22
bekerja berdasarkan Status Pekerjaan Utama
di Kabupaten Pulau Morotai, 2010-2015
Gambar 2.7 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun 24
Keatas yang Bekerja menurut Tingkat
Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015
Gambar 2.8 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun 25
Keatas yang Bekerja menurut Tingkat
Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015
Gambar 2.9 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun 26
Keatas yang Bekerja menurut Jenis Kelamin
dan Lama Jam kerja seminggu terakhir di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015
Gambar 3.1 Angka Melek Huruf (AMH) Penduduk usia 15 30
tahun keatas menurut Jenis Kelamin di
Kabupaten Pulau Morotai, 2012-2015
Gambar 3.2 Persentase Penduduk Usia 7-24 tahun 31
Menurut Status Pendidikan dan Jenjang
Pendidikan yang Ditempati di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015
Gambar 3.3 Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Pulau 33
Morotai, 2012-2015
Gambar 3.4 Persentase Penduduk Usia 15 tahun menurut 35
Ijazah tertinggi yang dimiliki di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015
Gambar 3.5 Persentase Perbandingan Jumlah Murid dan 36
Guru berdasarkan Jenjang Pendidikan di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 vi


DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka 38
Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Pulau
Morotai, 2012-2015
Gambar 4.1 Persentase Penduduk yang Mengalami 42
Keluhan Kesehatan selama sebulan terakhir di
Kabupaten Pulau Morotai, 2012-2015
Gambar 4.2 Persentase Penduduk yang Mengalami 43
Keluhan Kesehatan menurut status sakit
selama sebulan terakhir di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015
Gambar 4.3 Rata-rata Lama Sakit Penduduk yang 44
Mengalami Keluhan Kesehatan selama
sebulan terakhir di Kabupaten Pulau Morotai,
2012-2015
Gambar 4.4 Persentase Penduduk Menurut Status 45
Kesehatan dan Jenis Kelamin penderita sakit
Selama Sebulan terakhir di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015
Gambar 4.5 Persentase Penduduk yang mengalami 47
keluhan kesehatan Tetapi Tidak berobat Jalan
selama Sebulan Terakhir dan alasan utama
tidak Berobat Jalan di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015
Gambar 4.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan 48
selama Sebulan Terakhir berdasarkan Tempat
Berobat Jalan di Kabupaten Pulau Morotai,
2015
Gambar 4.7 Persentase Balita berumur 0-23 bulan 50
menurut status pemberian ASI di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015
Gambar 4.8 Persentase Balita yang Pernah Mendapat 51
Imunisasi berdasarkan Jenis Imunisasi di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 vii


DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 4.9 Persentase Penduduk usia 5 tahun Keatas 52
Menurut Jenis kelamin dan Status Merokok
Tembakau Sebulan Terakhir di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015
Gambar 4.10 Persentase Perempuan Berumur 15 - 49 54
Tahun yang Pernah Kawin menurut Status
Penggunaan Alat/Cara KB dan Alasan
Utama Tidak Menggunakan Alat/Cara KB
di Kabupaten Pulau Morotai, 2015
Gambar 5.1 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Status 57
Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal yang
Ditempati di Kabupaten Pulau Morotai, 2015
Gambar 5.2 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber 59
Air Utama yang digunakan dan Jenis
Penggunaannya di Kabupaten Pulau Morotai,
2015
Gambar 5.3 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan 60
Sumber Penerangan di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015
Gambar 5.4 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Bahan 61
Bangunan Utama Atap Rumah Terluas di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015
Gambar 5.5 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Bahan 62
Bangunan Utama dinding Terluas di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015
Gambar 5.6 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Bahan 63
Bangunan Utama Lantai Terluas di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015
Gambar 5.7 Persentase Rumah Tangga berdasarkan 64
Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 viii


DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 6.1 Persentase Pengeluaran per kapita per bulan 67
menurut jenis pengeluaran dan Jumlah dalam
rupiah di Kabupaten Pulau Morotai, 2012-
2015
Gambar 7.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke 69
Atas yang Memiliki Akses Teknologi Informasi
dan Komunkasi Dalam 3 bulan Terakhir di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015
Gambar 7.2 Persentase Perbandingan Penduduk Berumur 71
5 Tahun ke Atas yang Memiliki Akses
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam 3
Bulan Terakhir Menurut jenis kelamin di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015
Gambar 7.3 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke 72
Atas yang Mengakses Internet dalam 3 Bulan
Terakhir menurut Tujuan Mengakses Internet
di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 ix


BAB 1

Kependudukan
Kependudukan 1
Penduduk merupakan salah satu faktor dominan dalam
proses pembangunan perekonomian. Jumlah penduduk yang
besar berpotensi untuk mempercepat tercapainya tujuan. Akan
tetapi jika penambahan kuantitas tidak dibarengi dengan
peningkat kualitas sumber daya manusia, penduduk justru akan
menjadi beban yang menghambat pergerakan roda
perekonomian. Jadi, Penduduk tidak hanya berperan sebagai
pelaksana pembangunan, tetapi juga sebagai sasaran dalam
pembangunan itu sendiri.
Beberapa masalah kependudukan seperti ketimpangan
distribusi penduduk, ketimpangan komposisi penduduk, atau
pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi, perlu diberikan
perhatian khusus agar tidak merambat kepada masalah–masalah
sosial lain seperti meningkatnya jumlah pengangguran dan
penduduk miskin. Dengan demikian diharapkan gambaran
kondisi kependudukan masyarakat kabupaten murotai berikut
dapat menjadi dasar dalam menentukan arah kebijakan untuk
mencaoai masyarakat yang adil dan makmur.

Piramida Penduduk

Piramida penduduk digunakan untuk melihat struktur


kependudukan sebuah wilayah berdasarkan rentang umur dan
Jenis kelamin. Bentuk piramida penduduk Kab. Pulau Morotai
pada tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 1.1

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 2


Gambar 1.1 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015

65 +
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
Usia

30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4

6,000 4,000 2,000 2,000 4,000 6,000


Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan

Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk 2015


Bentuk Piramida diatas menunjukkan gambar piramida
penduduk muda yaitu berbentuk seperti segitiga. Hal ini
mengindikasikan bahwa Pulau Morotai memiliki kecenderungan
angka kelahiran lebih tinggi daripada angka kematian.
Dilihat dari jenis kelamin, penduduk laki-laki lebih
dominan pada sebagian besar kelompok umur dibandingkan
penduduk perempuan. Namun laki-laki juga memiliki
kecenderungan kematian yang lebih besar. Ini dapat dilihat dari
garis warna hijau (sebelah kiri) yang cenderung lebih miring dari
bawah ke atas dibandingkan garis berwarna biru.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 3


Rasio Jenis Kelamin
Rasio Jenis Kelamin (RJK) merupakan perbandingan
antara jumlah penduduk laki-laki dengan per seratus jumlah
penduduk perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu
tertentu. Jika diperoleh RJK = 102, maka bisa dikatakan bahwa
dalam 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-
laki. Data RJK berguna untuk pengembangan perencanaan
pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang
berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan
perempuan secara adil.

Gambar 1.2 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin (RJK)


Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau
Morotai, 2010-2015
70.0

60.0

50.0

40.0
Ribu Jiwa

30.0

20.0

10.0

-
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Perempuan 25630.0 26327.0 27103.0 27903.0 28689.0 29515.0
Laki- 27285.0 28074.0 28895.0 29662.0 30413.0 31212.0
RJK 106 107 107 106 106 106

Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 4


Dari Gambar 1.2, Jumlah penduduk Pulau Morotai terus
meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi
terjadi pada tahun 2012 yang mencapai 2,94% dan melambat
hingga 2,75% pada tahun 2015.
Penduduk Pulau Morotai masih didominasi oleh
penduduk laki-laki dengan jumlah setiap 100 orang perempuan
terdapat sekitar 106 orang laki-Laki. Namun, dilihat dari nilai
pertumbuhannya, sejak tahun 2013 pertumbuhan penduduk
perempuan cenderung lebih meningkat sedangkan penduduk
Laki-laki tampak cenderung lebih landai.

Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk merupakan Jumlah penduduk yang
tinggal di suatu wilayah atau daerah tertentu dengan satuan satu
kilometer persegi. Merupakan hasil perbandingan dari jumlah
penduduk (jiwa) dengan luas wilayahnya (km2). Dengan
mengetahui kepadatan penduduk di tiap-tiap wilayah,
perencanaan pembangunan yang tepat sasaran akan menjadi
lebih terarah, seperti ketika akan mendirikan sekolah, pasar, atau
sarana dan prasarana lainnya.
Kepadatan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor utama,
angka kematian, kelahiran, dan migrasi. Dari ketiga faktor ini,
angka migrasi umumnya memiliki peran yang besar dalam
menentukan kepadatan penduduk karena dapat dilakukan oleh
siapa saja, setiap saat, kapanpun dan dimanapun.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 5


Gambar 1.3 Persentase Persebaran Penduduk dan Wilayah
daratan dan Kepadatan Penduduk menurut
Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

36%
32%

20% 19%
17% 18%
16% 16%
14%
13%

Morotai
Morotai Morotai Morotai Morotai
Selatan
Selatan Timur Jaya Utara
Barat
Sebaran Penduduk 36% 14% 20% 13% 17%
Wilayah Daratan 16% 16% 32% 19% 18%
Kepadatan
59.46 23.42 16.91 17.17 25.86
Penduduk

Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk 2015


Kecamatan di Pulau Morotai dengan kepadatan
penduduk terbesar adalah Kec. Morsel, yaitu mencapai 59
jiwa/km2 . Selanjutnya, Kecamatan dengan Kepadatan penduduk
terkecil adalah Kec. Morselbar, dengan kepadatan sekitar 17
jiwa/km2.
Kec. Morselbar menempati urutan ke 2 dilihat dari jumlah
penduduk, yaitu 20 persen dari jumlah penduduk Pulau Morotai,
namun karena wilayahnya yang paling luas, mencapai 31 persen
luas wilayah, sehingga kepadatan penduduknya pun semakin
kecil.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 6


Gambar 1.4 Jumlah Penduduk berdasarkan kecamatan di
Kabupaten Pulau Morotai, 2010-2015
25,000

20,000

15,000
Jiwa

10,000

5,000

0
Morotai
Morotai Morotai Morotai
Selatan Morotai Jaya
Selatan Timur Utara
Barat
2010 17620 7811 11124 7096 9264
2011 18341 7939 11375 7210 9536
2012 19113 8078 11644 7334 9829
2013 19897 8212 11893 7454 10109
2014 20716 8349 12125 7575 10337
2015 21589 8497 12372 7706 10563

Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk 2015

Dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduknya, Kec.


Morsel memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat pesat
mencapai 4 persen lebih setiap tahunnya. Selanjutnya diikuti Kec.
Morut dan morsel yang pertumbuhannya cukup pesat, yaitu
berkisar diatas 2 persen setiap tahunnya. Kec Mortim dan Morjay
memiliki pertumbuhan penduduk yang cenderung landai,
dibawah 2 persen per tahun.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 7


Usia Perkawinan pertama dan Kelahiran pertama

Umur perkawinan pertama disini adalah usia pertama kali


menikah atau saat dimulai masa reproduksi pembuahan.
Hubungan antara Usia perkawinan pertama dengan angka
fertilitas adalah negatif. Semakin muda usia perkawinan maka
akan semakin panjang masa reproduksinya atau semakin banyak
anak yang dilahirkan sehingga fertilitas tinggi, begitu juga
sebaliknya. Angka ini sangat berguna sebagai dasar pengambilan
kebijakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.

Gambar 1.5 Persentase Perempuan yang Pernah Kawin


dan/atau hamil Berumur 10 Tahun Ke Atas
menurut umur perkawaninan dan umur kehamilan
pertama di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
≤ 16 th 17 - 18 th 19 - 20 th 21+ th
Kawin Pertama 8.36% 17.69% 30.18% 43.78%
Hamil Pertama 11.44% 24.73% 35.75% 28.08%

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 8


Dari Gambar 1.5 dapat diketahui bahwa penduduk
perempuan di pulau morotai cenderung menikah ketika mereka
berumur 21 tahun ke atas. Perlu diingat bahwa, peluang untuk
hamil menjadi berkurang, karena masa reproduksinya menjadi
semakin singkat. Dengan jumlah usia kawin pertama sebesar
43,78 persen, artinya apabila ada 100 orang wanita usia 10 tahun
keatas yang menikah untuk pertama kali, maka akan terdapat 44
wanita yang berusia 21 tahun keatas.
Tingkat fertilitas paling tinggi adalah ketika berumur 17-
18 tahun. Pada usia tersebut terdapat sekitar 35,75 persen
wanita yang hamil pertama dari total wanita yang pernah hamil
pertama. Dengan kata lain, apabila ada 100 orang wanita berusia
10 tahun keatas yang hamil untuk pertama kali, maka akan
terdapat 36 wanita yang berusia 19-20 tahun.
Untuk membentuk keluarga yang berkualitas, maka usia
perkawinan perlu diperhatikan. Untuk usia perkawinan 19 tahun
kebawah kebanyakan dianggap masih belum mampu
menghadapi kehidupan rumah tangga dengan baik. Diantaranya
karena usia mereka masih sebagai usia sekolah. Jika pada usia
tersebut sudah harus berkeluarga, sekolah, bekerja, tentu akan
memberatkan, kecuali jika mampu. Apabila tidak disikapi dengan
bijak, maka hal ini justru akan menurunkan kualitas SDM itu
sendiri.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 9


Status Perkawinan

Gambar 1.6 Persentase Penduduk Berumur 15 - 49 Tahun


menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan di
Kabupaten Pulau Morotai, 2010-2015

Laki-Laki Perempuan

80%
74.94%

70%
64.37%

60%

50%

40%
34.00%

30%
23.43%

20%

0.74% 0.89%
10%
1.14% 0.49%

0%
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati

Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk 2015

Dari Gambar 1.6, penduduk pada rentang usia 15-49


tahun, sebebagian besar penduduknya telah berstatus kawin.
Kemudian belum kawin dan hanya sedikit yang berstatus cerai
mati dan cerai hidup. Penduduk perempuan memiliki
kecenderungan lebih besar untuk kawin pada usia ini
dibandingkan penduduk Pria.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 10


Indeks Pembangunan Manusia

IPM diperkenalkan oleh United Nations Development


Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara
berkala dalam laporan tahunan Human Development Report
(HDR). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses
hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar; 1. Umur
panjang dan hidup sehat, 2. Pengetahuan, 3. Standar hidup layak.
IPM merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk). IPM dapat menentukan peringkat atau
level pembangunan suatu wilayah/negara. Bagi Indonesia, IPM
merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja
Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator
penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 11


Gambar 1.7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten
Pulau Morotai, 2012-2015

59.50 59.27

59.00

58.50 58.34
57.97
58.00

57.50
57.16
57.00

56.50

56.00
IPM

2012 2013 2014 2015

Sumber: BPS, Maluku Utara Dalam Angka

Dari Gambar 1.7, angka IPM memiliki kecenderungan


meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan paling tinggi terjadi
pada tahun 2015, sebesar 0,93 poin dari tahun sebelumnya.
Secara umum kualitas penduduk masih rendah, namun perlahan
tapi pasti, selama pemerintah terus menerus memperbaiki
kualitas penduduknya maka IPM pulau morotai juga akan
meningkat.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 12


BAB 2

Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan 2
Salah satu penyebab utama masalah ekonomi adalah
faktor tenaga kerja yang masih kurang berdaya guna dan
berhasil guna. Pemerintah perlu mengambil sikap dalam
masalah ini seperti membantu menciptakan atau mendorong
terciptanya lapangan kerja baru bagi angkatan kerja yang belum
bekerja, serta meningkatkan atau mendorong peningkatan
produktivitas, keterampilan, dan perlindungan kerja bagi mereka
yang sudah bekerja.
Bab ini menjelaskan beberapa indikator yang digunakan
untuk menggambarkan kondisi ketenagakerjaaan di Kabupaten
Pulau Morotai. Data yang gunakan berdasarkan hasil pengolahan
Survei Angatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2015 dan tahun-
tahun sebelumnya sesuai kebutuhan.

Angkatan Kerja
Konsep angkatan kerja yang digunakan BPS dalam
Sakernas adalah The Labor Force Consept yang disarankan oleh
International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi
penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja
(penduduk usia diatas 15 tahun) dan penduduk bukan usia kerja.
Selanjutnya, penduduk usia kerja dibagi berdasarkan kegiatan
utama yang dilakukan yaitu menjadi, angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 14


Penduduk yang termasuk ke dalam angkatan kerja adalah
mereka yang bekerja atau sudah punya pekerjaan namun
sementara tidak bekerja dan pengangguran, sedangkan
penduduk yang termasuk ke dalam bukan angkatan kerja adalah
mereka yang aktif sekolah, mengurus rumah tangga, dan
melakukan kegiatan lainnya.

Gambar 2.1 Persentase Jumlah Penduduk berdasarkan Usia


Kerja dan Angkatan kerja di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015

Bukan Usia Usia Kerja Bukan Angkatan


Kerja 63.16% Kerja Angkatan Kerja
36.84% 27.56% 35.60%

Bukan Usia Kerja Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja

Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 15


Dari Gambar 2.1, penduduk usia kerja di Pulau Morotai
pada tahun 2015 adalah sebesar 63,16 persen dari total
penduduk atau sebesar 38.968 jiwa. Dari angka ini, jumlah
penduduk yang termasuk angkatan kerja menyumbang sebesar
35,60 persen dari total penduduk atau sebesar 21.976 jiwa.
Dengan membandingkan jumlah angkatan kerja dengan
penduduk usia kerja tersebut, maka nilai Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja 2015 adalah sebesar 56.39 persen.

Gambar 2.2 Persentase Jumlah Penduduk usia 15 tahun keatas


menurut Jenis Kelamin dan Kegiatan Utama di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015

100%

90% 23%
31%
80% 42%
70%

60% 84%
50% 96%

40% 77%
69%
30% 58%
20%

10% 16%
4%
0%
Bekerja Pengangguran Sekolah Mengurus Rumah Lainnya
Terbuka Tangga
Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja

Laki-Laki Perempuan

Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 16


Dari Gambar 2.2, diperoleh data bahwa angkatan kerja
yang ada pada tahun 2015 di dominasi oleh penduduk Laki-laki,
sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja yang ada,
cenderung di dominasi oleh penduduk perempuan.
Angka pengangguran terbuka pada tahun 2015 di
dominasi oleh penduduk Perempuan yang mencapai total 84
persen dari jumlah seluruh angkatan kerja yang menganggur.
Disisi lain, terdapat penduduk laki-laki yang kegiatan utamanya
adalah mengurus rumah tangga yaitu dengan jumlah sebesar 4
persen dari penduduk bukan angkatan kerja yang mengurus
rumah tangga

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah angka
yang menunjukkan Mengindikasikan besarnya persentase
penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi disuatu wilayah.
Semakin tinggi TPAK menunjukkan bahwa semakin tinggi pula
pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk
memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
Contoh : Jika TPAK 66% artinya dari 100 penduduk usia 15 tahun
keatas, sebanyak 66 orang tersedia untuk memproduksi barang
dan jasa pada periode tertentu.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 17


Gambar 2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut
Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, 2012-
2015
100

90 86.03
81.74 79.37
80 77.23

70

60
49.11
50 44.41
40 32.93 34.25
30

20

10

-
Laki-laki Perempuan

2012 2013 2014 2015

Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015

Dari gambar 2.3, angka TPAK penduduk Laki-laki


cenderung menurun dari tahun ke tahun yang mana nilai
penurunan tersebut selalu diatas 2,7 persen dari tahun 2013-
2015. Sedangkan TPAK perempuan memiliki kecenderungan
meningkat, namun terdapat penurunan yang tinggi pada th 2014
yaitu sebesar 33 persen dari jumlah yang ada.
Nilai TPAK Laki-Laki pada tahun 2015 sebesar 77,23
artinya dari 100 penduduk laki-laki usia 15 tahun keatas,
sebanyak 77 orang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa
pada periode 2015.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 18


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah angka
Mengindikasikan besarnya persentase angkatan kerja yang
termasuk dalam pengangguran. TPT yang tinggi menunjukkan
bahwa terdapat banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada
pasar kerja. Angka ini diperoleh dari perbandingan jumlah
penggangguran yang ada dengan perseratus jumlah angkatan
kerja yang tersedia. Misalkan TPT 6%, artinya dari 100 penduduk
usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk memproduksi barang
dan jasa sebanyak 6 orang merupakan pengangguran.

Gambar 2.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut


Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, 2012-
2015

30 28.38

25

20

15
10.36 9.98
10
7.04
4.4 3.91 4.22 3.70
5
2.63 2.29 1.88
0.79
0
Laki-laki Perempuan Total

2012 2013 2014 2015

Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 19


Dari gambar 2.4, secara umum pengangguran masih
cenderung berfluktuatif pada tahun 2012-2014 namun terjadi
peningkatan yang tinggi pada tahun 2015, yaitu dengan nilai TPT
sebesar 9,98 persen. Dengan kata lain, dari 100 penduduk Pulau
Morotai usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk memproduksi
barang dan jasa, sebanyak 10 orang merupakan pengangguran.
Jika dipisah berdasarkan Jenis Kelaminnya, peningkatan
angka TPT Total dipengaruhi oleh peningkatan TPT Perempuan
yang meningkat hingga 151 persen. Angka TPT laki-laki tahun
2015 sudah cukup baik, mengalami penurunan sebesar 52
persen.

Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan Utama


Secara umum, pada tahun 2015 sektor utama yang
menyerap tenaga kerja terbesar di Pulau Morotai adalah sektor
pertanian dengan jumlah mencapai 54,32%. Kemudian diikuti
sektor Jasa sebesar 33,98%, dan yang terakhir adalah sektor
Industri sebesar 11,71% dari seluruh angkatan kerja yang
bekerja.
Selanjutnya, dilihat dari status pekerjaan utama yang
dilakukan, Penduduk yang bekerja kebanyakan berasal dari
berusaha sendiri. Namun jika di telaah lebih jauh, pekerjaan
menjadi buruh/karyawan/pegawai cenderung memiliki peminat
yang tinggi. Dapat dilihat dari nilainya yang terus meningkat.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 20


Gambar 2.5 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang
bekerja berdasarkan lapangan usaha Utama di
Kabupaten Pulau Morotai, 2010-2015
18.0

16.0

14.0

12.0
RIBU JIWA

10.0

8.0

6.0

4.0

2.0

-
Pertanian Industri Jasa
2010 13858.0 1064.0 4622.0
2011 15430.0 701.0 4437.0
2012 16541.0 345.0 5624.0
2013 16371.0 170.0 6526.0
2014 15550.0 434.0 4667.0
2015 10747.0 2316.0 6722.0

Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015


Dari gambar 2.5 sektor pertanian memiliki daya serap
yang paling besar, namun memiliki kecenderungan menurun
semenjak tahun 2013. Penurunan paling besar terjadi pada tahun
2015 yatu sebesar 30,88 persen dari tahun sebelumnya. Sektor
Industri memiliki daya serap yang kecil, namun memiliki
kecenderungan yang meningkat semenjak tahun 2014. Untuk
sektor jasa masih berfluktiatif tetapi memiliki kecenderungan
meningkat.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 21


Gambar 2.6 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang
bekerja berdasarkan Status Pekerjaan Utama di
Kabupaten Pulau Morotai, 2010-2015
12.0
10.0
8.0
RIBU JIWA

6.0
4.0
2.0
-
2.
3.
Berusaha
Berusaha 6. Pekerja 7. Pekerja
1. dibantu 4. Buruh/ 5. Pekerja
dibantu bebas di keluarga/
Berusaha buruh karyawan/ bebas di
buruh non tak
sendiri tidak pegawai pertanian
tetap/ pertanian dibayar
tetap/ tak
dibayar
dibayar
2010 6449.0 2934.0 1068.0 3528.0 830.0 129.0 4606.0
2011 6368.0 4240.0 327.0 4296.0 1584.0 40.0 3713.0
2012 8349.0 3970.0 76.0 4299.0 530.0 84.0 5202.0
2013 9800.0 4734.0 60.0 4506.0 1526.0 89.0 2352.0
2014 5738.0 5988.0 - 4532.0 789.0 3604.0
2015 6986.0 3159.0 257.0 6894.0 894.0 815.0 780.0

Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015


Dari tebel 2.6, pada tahun 2015, Jumlah pekerja yang
berasal dari pekerja keluarga/tak dibayar dan pekerja yang
berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tak dibayar menunjukkan
nilai penurunan yang sangat signifikan, yaitu masing-masing
sebesar 78,36 persen dan 47,24 persen. Untuk Pekerja dengan
status usaha lainnya masih cenderung berfluktuatif dari tahun ke
tahun kecuali sektor buruh/karyawan/pegawai yang mana terjadi
kecenderungan meningkat pesat hingga 52,19 persen pada th
2015.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 22


Kualitas Angkatan Kerja yang Bekerja

Sebagian besar tenaga kerja di Pulau Morotai masih


berpendidikan rendah dengan keterampilan dan keahlian yang
kurang memadai (minim), sehingga belum maksimal untuk
memasuki dunia kerja. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
jumlah pekerja yang berasal dari lulusan SD atau kebawah
sebesar 52,56 persen dan lulusan SMP sebesar 16,99 persen.
Pendidikan yang terbatas tentu akan membatasi
keterampilan dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu,
sangat erat kaitannya antara peningkatan kualitas tenaga kerja
dengan meningkatan kualitas pendidikan yang diterima.
Perlu diingat bahwa poin utama diselenggarakan
pendidikan bukan untuk mempermudah mencari pekerjaan,
melainkan untuk menjadikan para penduduk semakin terdidik
sehingga dapat melakukan kreasi dan inovasi di berbagai bidang.
Data angkatan kerja Pulau Morotai tahun 2015 menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat kelulusan seseorang justru
cenderung memberikan peluang lebih besar bagi seseorang
untuk menjadi “penganggur”.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 23


Gambar 2.7 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas
yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Terakhir
yang Ditamatkan di Kabupaten Pulau Morotai,
2015

Pengangguran
Terbuka Tidak/Belum
9.98% Tamat SD dan SD
47.31%

Bekerja
90.02% SMP
15.29%
Universitas
7.56%
SMA
16.59%
DI/II/III
SMAK
2.57%
0.69%

Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015

Dari Gambar 2.7, total angkatan kerja yang bekerja


mencapai 90,02 persen atau sekitar 19.758 jiwa, sedangkan
jumlah yang menganggur sebesar 9,98 persen atau sekitar 2.191
Jiwa. Dari angka 90,02 persen tersebut, jumlah angkatan kerja
yang berasal dari tamatan SD/tidak tamat SD/belum tamat SD
merupakan jumlah yang terbesar, yaitu menyumbang sebesar
47,31 persen dari total angkatan kerja atau dengan porsi sebesar
52,56 persen dari total angkatan kerja yang bekerja.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 24


Gambar 2.8 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas
yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Terakhir
yang Ditamatkan di Kabupaten Pulau Morotai,
2015
Bekerja Pengangguran
Terbuka
0%
4% 8% 11%
20% 22%

96% 100%
92% 89%
80% 78%

TIDAK/BELUM SMP SMA SMAK DI/II/III UNIVERSITAS


TAMAT SD
DAN SD

Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015

Dari Gambar 2.8, pada tahun 2015 jumlah pengangguran


paling besar menurut jenjang pendidikan terakhir yang
ditamatkan berasal dari lulusan Universitas dan Lulusan SMA
yaitu masing-masing sebesar 22 persen dan 20 persen. Lulusan
SMK merupakan lulusan yang masih dibutuhkan dalam dunia
kerja yang mana angka pengangguran mencapai 0 persen.
Dari kondisi yang ada, semakin tinggi tingkat pendidikan,
peluang untuk menjadi pengangguran juga cenderung lebih
besar. Tentu hal ini bertolak belakang dengan apa yang
seharusnya terjadi.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 25


Gambar 2.9 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas
yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Lama Jam
kerja seminggu terakhir di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015

70.00%

60.00% 57.28% 56.32%

50.00%

40.00% 35.29%
29.41%
30.00%

20.00%
13.31%
11.09%
10.00%

0.00%
Setengah Penganggur Pekerja Paruh Waktu Pekerja Penuh
< 35 Jam/Minggu ≥ 35 Jam/Minggu

Laki-Laki Perempuan

Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015

Dari gambar 2.8, jumlah pekerja yang setengah


menganggur masih cukup signifikan yaitu diatas 10 persen dari
masing-masing Jenis kelamin. Penduduk yang setengah
menganggur biasanya cenderung memiliki produktivitas rendah
karena sebenarnya masih memungkinkan untuk melakukan
pekerjaan lain. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar
produktivitas penduduk dapat terus ditingkatkan.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 26


BAB 3

Pendidikan
Pendidikan 3
Pendidikan memegang peran penting dalam membangun
peradaban suatu bangsa. Pendidikan juga digunakan sebagai
tolak ukur untuk menentukan maju tidaknya suatu negara.
Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu bangsa maka semakin
tinggi pula tingkat kesejahteraan penduduknya.
Dalam pengertian sehari-hari pendidikan adalah upaya
sadar seseorang untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, serta memperluas wawasan sehingga dapat
berdaya guna dan berhasil guna. Dari sini kita mengetahui
bahwa sangat erat kaitannya antara peningkatan pendidikan
seseorang dengan meningkatnya kualitas hidup.
kebijakan pembangunan di bidang pendidikan perlu
menjadi prioritas bagi pemerintah. Seperti halnya pemerataan
pendidikan, pemerintah perlu menyediakan kesempatan
pendidikan bagi setiap penduduk usia sekolah dengan kualitas
yang bermutu, relevan dengan arah pembangunan, serta
dikelola secara efisien agar semua kalangan masyarakat dapat
menikmati pendidikan tersebut.
Untuk melihat sejauh mana program pembangunan
pendidikan telah dicapai, maka diperlukan suatu ukuran atau
indikator yang representatif sehingga pembangunan-
pembangunan selanjutnya dapat ditingkatkan ke arah yang lebih
baik.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 28


Angka Melek Huruf (AMH)
Angka Melek Huruf merupakan perbandingan jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas yang mempunyai kemampuan
membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya (tanpa harus
mengerti apa yang di baca/ditulisnya) dengan perseratus jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka ini sangat penting untuk
melihat pencapaian indikator dasar yang telah dicapai oleh suatu
daerah, karena membaca merupakan dasar utama dalam
memperluas ilmu pengetahuan. AMH merupakan indikator
penting untuk melihat sejauh mana penduduk suatu daerah
terbuka terhadap pengetahuan.
Tingkat melek huruf yang tinggi (atau tingkat buta huruf
rendah) menunjukkan adanya sebuah sistem pendidikan dasar
yang efektif dan/atau program keaksaraan yang memungkinkan
sebagian besar penduduk untuk memperoleh kemampuan
menggunakan kata-kata tertulis dalam kehidupan sehari-hari
dan melanjutkan pembelajarannya.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 29


Gambar 3.1 Angka Melek Huruf (AMH) Penduduk usia 15
tahun keatas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
Pulau Morotai, 2012-2015

100
100 98.97
98.00
98 97.22 96.95
96.76

96 95.42

94
92.19
92

90

88
2012 2013 2014 2015

Laki-Laki Perempuan

Sumber: BPS, Indikator Sosial 2015

Dari Gambar 3.1 secara umum, AMH kab Pulau Morotai


sudah sangat baik, hanya saja angka AMH terus meningakat
kecuali pada tahun 2015. Terjadi penurunan sekitar 2 persen
untuk masing-masing jenis kelamin. Penurunan nilai AMH ini
dapat diakibatkan dari adanya pergeseran kelompok umur yang
memasuki usia kerja namun masih memiliki kemampuan yang
kurang memadai yaitu belum mampu baca dan tulis dengan
benar.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 30


Status Pendidikan
Usia yang dianggap ideal bagi setiap individu untuk
memulai Sekolah Dasar (SD) hingga lulus Perguruan Tinggi (PT)
adalah ketika berumur 7 hingga 24 tahun. Oleh karena itu, pada
rentang usia ini diharapkan semua penduduk telah menempuh
jalur pendidikan.

Gambar 3.2 Persentase Penduduk Usia 7-24 tahun Menurut


Status Pendidikan dan Jenjang Pendidikan yang
Ditempati di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

SD/MI/Paket A
42.35%
Tidak Bersekolah Masih Sekolah
Lagi 73.78% SMP/MTs/
24.80% Paket B
18.00%

Tidak/Belum SMA/SMK/MA/Paket C
Diploma I s.d.
Pernah Sekolah 8.98%
Universitas
1.42%
4.44%
Sumber: BPS, Indikator Sosial 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 31


Dari Gambar 3.2 pada usia sekolah ini, masih terdapat 1,42
persen penduduk berusia 7-24 tahun yang tidak/belum pernah
mendapatkan pendidikan di sekolah. Meskipun nilainya kecil,
nilai ini tidak bisa dikesampingkan karena akan memberikan
dampak yang luas kedepannya seperti masalah pengangguran,
kemiskinan, dan lain sebagainya.
Jumlah penduduk usia sekolah yang masih bersekolah
sebesar 73,78 persen. Jika dilihat berdasarkan jenjang pendidikan
penyusunnya, penduduk yang masih sekolah SD/sederajat
merupakan penyumbang nilai terbesar yaitu mencapai jumlah
42,35 persen dari total penduduk usia sekolah, atau dengan porsi
sebesar 57,4 persen dari total penduduk usia sekolah yang
sekolah.
Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, maka
nilai persentase peserta didiknya pun semakin berkurang secara
drastis. Bahkan tiap jenjang hampir turun separuh dari jenjang
pendidikan sebelumya. Jumlah ketimpangan jenjang pendidikan
ini secara tidak langsung juga menggambarkan kekuatan
penyelenggara pendidikan untuk menampung peserta didik yang
ada. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa akan ada
peserta didik yang tidak bisa melanjutkan pendidikan
dikarenakan jenjang pendidikan tersebut tidak mampu
menampung lagi.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 32


Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata Lama Sekolah merupakan Jumlah tahun belajar
penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam
pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang). Nilai
ini berguna untuk melihat kualitas penduduk dalam hal
mengenyam pendidikan formal yang pernah dijalani atau diikuti.
Program pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan salah satunya dengan menjalankan program Wajib
belajar (Wajar) 9 tahun, bahkan sudah dicanangkan untuk wajib
belajar 12 tahun. Keberhasilan program ini dapat diukur dengan
Indikator rata-rata lama sekolah.

Gambar 3.3 Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Pulau


Morotai, 2012-2015

2013 2014 2015

6.85
6.84 6.84

6.83

6.81
6.81

6.79

6.77

6.75
Rata-rata lama Sekolah (tahun)

Sumber: BPS, Indikator Sosial 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 33


Dari Gambar 3.3, pada tahun 2015, rata-rata lama sekolah
belum menunjukkan perubahan yang berarti dari tahun
sebelumnya. Rata-rata lama sekolah pada tahun 2015 sebesar
6,84 tahun atau dengan kata lain, kebanyakan penduduk yang
sekolah hanya menamatkan hingga bangku SD. Dari sini dapat
dketahui bahwa untuk mencapai program pendidikan wajib
belajar 9 tahun masih perlu perjuangan yang utama.

Pendidikan yang Ditamatkan


Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok
kualitas pendidikan, karena kualitas sumber daya manusia secara
spesifik dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Komposisi
penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan dapat
memberi gambaran tentang jenjang pendidikan tertinggi yang
dapat ditamatkan dan keadaan kualitas manusianya.
Usia yang dianggap matang untuk bekerja adalah 15
tahun ke atas, sehingga penggunaan dasar usia 15 tahun ke atas
akan sangat perlu ketika disandingkan dengan indikator sosial
lainnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan maka
kualitas penduduk usia kerja juga semakin baik.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 34


Gambar 3.4 Persentase Penduduk Usia 15 tahun keatas
menurut Ijazah tertinggi yang dimiliki di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015

SMP/MTs
Memiliki Ijazah, SD/MI
21.60%
70.71% 27.14%

SMA/MA
Diploma IV/S1/S2/S3 16.47%
Tidak Mempunyai 2.64%
Ijazah
29.29% Akademi/ Diploma III
0.73% Diploma I dan SMK/MAK
Diploma II 1.20%
0.94%

Sumber: BPS, Indikator Sosial 2015

Dari Gambar 3.4, penduduk usia 15 tahun keatas yang


tidak mempunyai ijazah memiliki porsi yang cukup besar yaitu
sebesar 29,29 persen. Angka ini tentu akan memberikan dampak
yang sangat signifikan pada kualitas penduduk usia kerja.
Penduduk yang memiliki ijazah lulusan SD/MI, SMP/MI,
dan SMA/MA memberikan porsi yang sangat besar, yaitu masing-
masing sebesar 38,39%, 30,54%, 23,29% dari 70,71 persen
penduduk yang memiliki ijazah. Sedangkan untuk Lulusan
Diploma dan Perguruan tinggi total meraka hanya menyumbang
porsi 6,08% dari 70,71 persen penduduk yang memiliki ijazah

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 35


Perbandingan rasio Murid-Guru
Rasio guru murid diperoleh dengan membandingkan
jumlah murid dengan jumlah guru yang mengajar. Nilai ini untuk
menunjukkan seberapa besar kemampuan bagi satu orang guru
untuk mengajar kepada muridnya. Semakin besar angka rasio
menunjukkan proses belajar mengajar menjadi kurang efektif,
sebaliknya, semakin kecil angka rasio ini maka kegiatan
pendidikan menjadi tidak efisien. Idealnya, seorang guru
mengajar 32 orang murid dan maksimal 39 orang murid.

Gambar 3.5 Persentase Perbandingan Jumlah Murid dan Guru


berdasarkan Jenjang Pendidikan di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015

100% 18
5.52% 5.90%
13.27%
90% 16
80% 14
70%
12
60%
10
50%
94.48% 94.10% 8
86.73%
40%
6
30%
20% 4

10% 2

0% -
SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat
Guru 6% 6% 13%
Murid 94% 94% 87%
Rasio 17.13 15.95 6.54

Sumber: BPS, Pulau Morotai Dalam Angka 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 36


Dari Gambar 3.5, Secara umum, kualitas pendidikan di
Pulau Maluku Utara masih dapat dikatakan efektif, karena
memiliki rasio yang termasuk kecil. kecilnya rasio ini tentu akan
memberikan harapan bahwa proses kegiatan belajar mengajar
dapat tersampaikan dengan baik.
Rasio murid-guru yang paling kecil terdapat pada jenjang
pendidikan SMA, yaitu sebesar 6,54 yang artinya satu guru SMA
memiliki kewajiban untuk mengajar kepada sekitar 7 orang
murid.

Angka Partisipasi Kasar (APK) & Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan proporsi “anak


sekolah” pada suatu jenjang tertentu terhadap penduduk pada
kelompok usia tertentu. Sedangkan Angka Partisipasi Murni
(APM) menunjukkan Proporsi penduduk pada “kelompok umur”
jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap
penduduk pada kelompok umur tersebut.
APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi
sekolah, tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada
jenjang pendidikannya. Jika nilai APK mendekati atau lebih dari
100 persen menunjukkan bahwa ada penduduk yang sekolah
belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang
seharusnya. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa wilayah
tersebut mampu menampung penduduk usia sekolah lebih dari
target yang sesungguhnya.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 37


APM menunjukkan seberapa banyak penduduk usia
sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan
sesuai pada jenjang pendidikannya. Jika APM mencapai 100
persen, berarti seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat
waktu.
Kriteria pengelompokan umur yang digunakan antara lain;
SD 7-12 tahun,
SMP 13-15 tahun,
SMA 16-18 tahun,
Perguruan tinggi, 19-24 tahun

Gambar 3.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi


Murni (APM) di Kabupaten Pulau Morotai, 2012-
2015
140

120

100

80

60

40

20

0
SD SMP SMA SD SMP SMA
APK APM
2012 105.1 94.98 60.8 94.85 73.5 54.9
2013 107.71 60.95 67.08 95.97 52.06 47.89
2014 108.72 84.79 73.87 96.71 72.07 54.7
2015 122 99 66 98 79 48

Sumber: BPS, Indikator Sosial 2015

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 38


Dari Gambar 3.6, secara umum, nilai APM selalu lebih
kecil dari APK. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat anak usia
sekolah yang sekolah pada jenjang tertentu namun usianya
masih belum cukup umur atau sudah lewat umur.
Peningkatan peserta didik yang paling tinggi terjadi pada
jenjang pendidikan SD, yang mana dapat dilihat dari nilai APK
yang lebih dari 100 persen. hal ini juga menunjukkan bahwa
wilayah kabupaten pulau Morotai dapat menampung seswa
SD/sederajat lebih banyak dari target yang sesungguhnya
Untuk 3 tahun terakhir, jenjang pendidikan SD dan SMP
memiliki kecenderungan tingkat partisipasi yang meningkat.
sebaliknya, pada jenjang pendidikan SMA angka partisipasi kasar
dan murni mengalami penurunan pada tahun 2015. Penurunan
ini perlu mandapatkan perhatian khusus mengingat pada jenjang
ini para guru pendidik sudah mencukupi dalam hal belajar
mengajar.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 39


BAB 4

Kesehatan & Gizi


Kesehatan & Gizi 4
Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya
kualitas penduduk adalah tingkat kesehatan penduduk secara
keseluruhan. Beragam upaya peningkatan kesehatan masyarakat
telah dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Beberapa program seperti penyuluhan kesehatan,
penyediaan fasilitas kesehatan, serta penyediaan fasilitas air
bersih telah dilakukan sebagai upaya dalam melayanani
masyarakat agar semua lapisan masyarakat memperoleh
pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Melalui
upaya tersebut diharapkan akan tercapai kesehatan masyarakat
yang lebih baik.

Keluhanan Kesehatan

Keluhan kesehatan didefinisikan sebagai keadaan


seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan,
baik karena penyakit akut, penyakit kronis (meskipun selama
sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan), kecelakaan, kriminal
atau hal lain dalam rentang waktu sebulan terakhir. Dalam hal
ini, seseorang yang mengalami keluhan kesehatan dan
mengakibatkan terganggunya kegiatan sehari-hari seperti
sekolah atau bekerja maka mereka dikategorikan seorang yang
sakit. Indikator ini dapat dimanfaatkan untuk mengukur tingkat
kesehatan masyarakat secara umum yang dilihat dari adanya
keluhan yang mengindikasikan terkena suatu penyakit tertentu.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 41


Gambar 4.1 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan
Kesehatan selama sebulan terakhir di Kabupaten
Pulau Morotai, 2012-2015

2012 2013 2014 2015

30

25 24.05

20 17.92
16.64 16.57
15

10

0
Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan (persen)

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari tabel 4.1, Secara umum penduduk yang


mengeluhkan kesehatan masih tergolong cukup rendah. Artinya
kondisi kesehatan masyarakat di pulau Morotai masih dapat
dikatakan baik. Keluhan kesehatan yang paling tinggi terjadi pada
tahun 2014, yaitu sebesar 24,05 persen dari total penduduk.
Kemudian terjadi penurunan yang cukup besar yaitu sekitar 7,48
persen dari tahun sebelumnya.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 42


Gambar 4.2 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan
Kesehatan menurut status sakit selama sebulan
terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

tidak
mengganggu
Tidak ada kegiatan
ada keluhan 5.77%
keluhan Sakit
kesehatan
Kesehatan 10.80%
16.57%
83.43%

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari tabel 4.2, Dari 16,67 persen penduduk yang


mengalami keluhan kesehatan, sekitar 10,80 persen berasal dari
penduduk yang sakit dengan porsi sekitar sebesar 65,18 persen.
Sisanya disumbang dari penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan namun tidak mengganggu kegiatan sehari-harinya
yaitu sebesar 5,77 persen atau dengan porsi sebesar 34,82
persen.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 43


Rata-rata Lama Sakit
Nilai rata-rata lama sakit merupakan nilai yang
menunjukkan berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi
penderita sakit dari kondisi yang mengganggu kesehatan dan
kegiatan sehari-harinya hingga ia mampu beraktivitas kembali
seperti biasanya. Indikator ini dapat menggambarkan tingkat
intensitas penyakit yang diderita oleh penduduk,
menggambarkan besarnya kerugian materiil yang dialami
penduduk karena penyakit yang diderita, serta untuk mengukur
tingkat kesehatan masyarakat secara umum dan menunjukkan
seberapa serius keluhan yang diderita. Semakin besar nilai
indikator ini, makin buruk tingkat kesehatan daerah.

Gambar 4.3 Rata-rata Lama Sakit Penduduk yang Mengalami


Keluhan Kesehatan selama sebulan terakhir di
Kabupaten Pulau Morotai, 2012-2015

2012 2013 2014 2015

10
8.92
9
8
7 6.16
6 5.54 5.24
5
4
3
2
1
0
rata-rata lama sakit (Hari)

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 44


Dari Gambar 4.3, pada tehun 2015 terjadi peningkatan
rata-rata lama sakit yang cukup signifikan. Dari yang sebelumnya
sekitar 5,24 hari pada tahun 2014, kemudian meningkat hingga
menjadi 8,94 hari pada tahun 2015. Kenaikan ini juga
mengindikasikan bahwa tingkat keseriusan penyakit yang
diderita bagi para penderita sakit semakin perlu diwaspadai.
Selain itu, kerugian materi yang diperoleh dari penderita juga
semakin meningkat karena tidak dapat bekerja dan harus
mengeluarkan biaya untuk berobat.

Gambar 4.4 Persentase Penduduk Menurut Status Kesehatan


dan Jenis Kelamin penderita sakit Selama Sebulan
terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

Perempuan
tidak 6.04%
menderita Sakit
sakit 10.80%
89.20% Laki-laki
4.77%

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 45


Dari Gambar 4.4, 10,80 persen penduduk yang menderita
sakit pada tahun 2015, sebesar 6,04 persen berasal dari jenis
kelamin perempuan dengan porsi sebesar 55,93 persen.
sedangkan untuk laki-laki adalah sebesar 4,77 persen dengan
porsi sebesar 44,17 persen. Dari sini dapat dilihat bahwa
penduduk perempuan memiliki kecenderungan untuk lebih
rentan mengalami sakit.

Penduduk tidak berobat jalan


Salah satu indikator untuk mengukur kepedulian
masyarakat terhadap masalah kesehatan dapat dilihat dari
kemauan untuk berobat di fasilitas pelayanan kesehatan baik
dengan berobat jalan ataupun yang rawat inap. Hal ini perlu
dibangun dengan kesehatan yang baik, produktivitas akan
maksimal.
Berobat jalan sendiri didefinisikan sebagai upaya anggota
ruta yang mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan
diri dan mendapatkan pengobatan dengan mendatangi tempat-
tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa
menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah
anggota ruta. Tidak termasuk dalam berobat jalan adalah
konsultasi, check-up, kir kesehatan, skrining, pemeriksaan
kehamilan normal, dan imunisasi, karena hal ini merupakan
upaya pencegahan.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 46


Gambar 4.5 Persentase Penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan Tetapi Tidak berobat Jalan selama
Sebulan Terakhir dan alasan utama tidak Berobat
Jalan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

Mengobati Sendiri
Tidak 50.35%
Berobat
Jalan
Berobat
Jalan Tidak Ada Biaya
25.51%
74.49% Transport
0.20%

Tidak Punya Biaya Tidak Ada yang


Berobat Merasa Tidak Mendampingi
6.72% Perlu 1.21%
16.02%

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)


Dari tabel 4.5, Penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan dan tidak berobat jalan adalah sebesar 74,49 persen.
Jika dilihat dari alasan utama untuk tidak beribat jalan, sekitar
50,33 persen berasal dari mengobati sendiri atau dengan porsi
sebesar 67,59 persen.
Terdapat kelompok masyarakat yang tidak bisa berobat
karena alasan biaya, baik untuk transportasi maupun berobat.
meskipun nilainya kecil, sebesar 6,92 persen atau dengan porsi
9,29 persen, pemerintah tetap perlu memberikan perhatian.
Disisi lain masih terdapat penduduk yang kurang peduli akan
kesehatannya, dengan porsi sebesar 21,51 persen

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 47


Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas dan sarana


kesehatan merupakan salah satu faktor penentu terwujudnya
peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk. Puskesmas,
puskesmas pembantu, dan polindes merupakan ujung tombak
pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk
sampai di pelosok.

Gambar 4.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan selama


Sebulan Terakhir berdasarkan Tempat Berobat
Jalan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Rumah Rumah Praktik Praktek
Puskesmas/
Sakit Sakit Dokter/ UKBM* Pengobatan Lainnya
Pustu
Pemerintah Swasta Bidan Tradisional
Berobat
27.78% 1.04% 19.14% 60.21% 3.29% 1.04% 1.14%
Jalan

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)


*UKBM terdiri dari Poskesdes, Polindes, Posyandu, Balai Pengobatan

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 48


Dari tabel 4.6, Penduduk yang berobat jalan paling
banyak melakukan pengobatan di puskesmas yaitu sebesar 60,21
persen dari total penduduk yang melakukan berobat jalan. Hal ini
diantaranya dikarenakan saat ini puskesmas telah tersebar di
masing-masing kecamatan, sehingga untuk penangan awal
biasanya mereka yang memiliki keluhan kesehatan akan menuju
ke puskesmas terlebih dahulu. Selanjutnya, rumah sakit
pemerintah dan praktik dokter/bidan juga cenderung menjadi
tempat tujuan utama bagi para penderita penyakit

Pemberian Air Susu Ibu dan Imunisasi

Air Susu Ibu (ASI) merupakan zat makanan yang paling


ideal terutama bagi pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat
perkembangan berat badan bayi. ASI mengandung zat-zat gizi
yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang cukup, zat
pembentukan, dan kekebalan terhadap penyakit. Oleh karena
itu, semakin lama anak disusui akan semakin baik tingkat
pertumbuhan dan kesehatannya. ASI juga dapat memberikan
kepuasan dan mendekatkan hati ibu dan anak sebagai sarana
menjalin hubungan kasih sayang.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 49


Gambar 4.7 Persentase Balita berumur 0-23 bulan menurut
status pemberian ASI di Kabupaten Pulau Morotai,
2015

Masih diberi Asi


Tidak Diketahui 80.76%
4.67%

Pernah
diberi Asi
95.33%

Tidak Diberi ASI


lagi
14.56%

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari tabel 4.7, Balita berumur dibawah 2 tahun yang


pernah diberikan asi adalah sekitar 95, 33 persen. Jika dilihat dari
statu pemberian asi yang masih dilakukan, sebesar 80,76 persen
atau dengan porsi sebesar 84,72 persen baduta masih diberikan
ASI. Sedangkan sisanya sudah tidak diberi ASI lagi. Ini
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran Ibu untuk memberikan
asupan ASI kepada bayinya cukup besar.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 50


Imunisasi
Imunisasi atau vaksinasi adalah memasukkan kuman atau
racun penyakit tertentu yang sudah dilemahkan (vaksin) ke
dalam tubuh dengan cara disuntik atau diminum (diteteskan
dalam mulut), dengan maksud untuk meningkatkan kekebalan
tubuh terhadap penyakit tersebut. Dengan adanya imunisasi
tersebut diharapkan resiko untuk terkena penyakit serupa di
masa yang akan datang akan semakin kecil.
Dari Gambar 4.8, partisipasi balita yang pernah
mendapatkan imunisasi di pulau Morotai sudah cukup baik.
Keragaman jumlah balita yang mendapatkan imunisasi
menunjukkan bahwa terdapat balita yang tidak mendapatkan
imunisasi lengkap.

Gambar 4.8 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi


berdasarkan Jenis Imunisasi di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015

100%
90% 96.28%
80%
82.27%
70% 77.18% 77.01%
71.05%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
BCG DPT Polio Campak/Morbili Hepatitis B

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 51


Status Perokok
Salah satu kebiasaan penduduk yang merugikan namun
tetap dilakukan adalah merokok. Merokok dalam jangka panjang
akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Bahkan penjual
rokok telah memperingatkan dalam bungkus rokok yang
dibuatnya. Akan tetapi karena rokok memiliki sifat candu, tentu
akan sulit untuk menyelesaikan masalah ini
.
Gambar 4.9 Persentase Penduduk usia 5 tahun Keatas Menurut
Jenis kelamin dan Status Merokok Tembakau
Sebulan Terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

100%
91.24%
90%

80%

70%

60% 53.06%
50%

40%
29.85%
30%

20%
12.57%
10% 6.94%
4.52%
1.14% 0.68%
0%
Setiap Hari Tidak Setiap Hari Tidak Tidak Tahu

Laki-Laki Perempuan

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 52


Dari Gambar 4.9 diatas, Penduduk laki-laki memiliki
kecenderungan yang besar untuk merokok dibandingkan
penduduk berjenis kelamin perempuan. Apabila ada 100 orang
laki laki yang berkumpul, maka akan diperoleh 30 orang adalah
perokok aktif setiap hari, 13 orang perokok aktif tidak setiap hari,
53 orang tidak merokok, 4 orang tidak diketahui statusnya.]
Penduduk perempuan lebih cenderung untuk tidak
merokok, namun masih terdapat sejumlah penduduk perempuan
yang merupakan perokok aktif. Persentasenya adalah sekitar 2
orang perempuan dari 100 orang perempuan yang ada.

Penggunaan Alat KB
Laju pertumbuhan penduduk di Negara berkembang
seperti Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, jika
peningkatan kuantitas tidak dibarengi dengan peningkatan
kualitas makan akan menjadi masalah soaial. Melihat
permasalahan tersebut maka pemerintah berusaha untuk
mengurangi laju pertumbuhan penduduk melalui program
keluarga berencana. Program tersebut diantaranya adalah upaya
pencegahan kehamilan menggunakan alat kontrasepsi sehingga
menghambat proses normal dari proses ovulasi, pembuahan
atau implantasi.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 53


Gambar 4.10 Persentase Perempuan Berumur 15 - 49 Tahun
yang Pernah Kawin menurut Status Penggunaan
Alat/Cara KB dan Alasan Utama Tidak
Menggunakan Alat/Cara KB di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015

Pernah Lainnya
20.97% 19.23%

Takut Efek
Tidak Pernah Samping
34.03% 3.58%
Sedang
45.00% Tidak Tahu
4.21%
Tidak Setuju KB
0.61% Alasan Fertilitas
6.40%

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 4.10, pada tahun 2015, dari total


perempuan berumur 15-49 tahun yang pernah kawin, terdapat
sekitar 34,05 persen perempuan yang tidak pernah
menggunakan alat kontrasepsi. Dari jumlah tersebut, yang
menarik adalah terdapat sebesar 4,21 persen atau dengan porsi
sebesar 12,37 persen wanita menyatakan bahwa ia tidak
memakai KB karena tidak tahu. Kemudian terdapat sejumlah
kecil penduduk yang tidak setuju dengan KB, yaitu sebesar 0,61
persen atau dengan porsi sebesar 1.7 persen.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 54


BAB 5

Perumahan & lingkungan


Perumahan & lingkungan 5
Dalam bidang perumahan, pembangunan tidak hanya
menyangkut segi kuantitatif, melainkan juga segi kualitatif yang
memungkinkan terselenggaranya perumahan sesuai dengan
hakikat dan fungsinya. Kondisi perumahan dan lingkungan yang
ada akan mencerminkan kondisi kesejahteraan penduduk itu
sendiri. Berbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan
rumahtangga tersebut diantaranya dapat terlihat dari luas lantai
rumah, sumber air minum, dan fasilitas tempat buang air besar.
Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas
perumahan yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi
penghuninya.

Status Kepemilikan bangunan tempat Tinggal


Rumah merupakan tempat tinggal yang digunakan untuk
beragam kebutahan, baik untuk berlindung, beristirahat, tempat
berkumpulnya keluarga, serta sarana dalam berinteraksi sosial.
Seseorang yang telah memiliki rumah sendiri dapat dikatakan
telah mapan karena telah memiliki tempat bernaung yang pasti
dalam jangka waktu yang lama. Namun dalam hal ini perlu
dipahami bahwa, bukan berarti penduduk yang berstatus tinggal
di rumah bukan milik sendiri adalah orang yang tidak mampu.
Bisa saja mereka adalah kelompok yang terpaksa
mengontrak/sewa tinggal di tempat lainnya karena ada
keperluan tertentu seperti alasan pendidikan dan pekerjaan.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 56


Gambar 5.1 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Status
Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal yang
Ditempati di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

100% 94.26%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10% 3.79%
0.67% 1.28%
0%
Milik Sendiri Kontrak/Sewa Bebas Sewa Dinas/ Lainnya

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 5.1, status kepemilikan Bangunan Tempat


Tinggal yang ditempati oleh rumah tangga yang ada di Kabupaten
pulau Morotai lebih cenderung sebagai rumah milik sendiri
dengan persentase sebesar 94,26 persen. Hanya sekitar 0,67
persen bangunan yang merupakan bangunan kontrak atau sewa,
atau sekitar 1 rumah dari 100 rumah yang ada.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 57


Kualitas bangunan tempat Tinggal
kualitas bangunan tempat tinggal menunjukkan tingkat
kesejahteraan suatu rumah tangga. Semakin baik dan lengkap
fasilitas bangunan tempat tinggal maka tingkat kesejahteraannya
juga meningkat. Kualitas rumah diantaranya dapat dilihat dari
Jenis lantai, atap dan dinding, sumber air minum, mandi dan
memasak, sumber penerangan dan fasilitas tempat buang air
besar. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas
perumahan yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi
penghuninya.
Secara umum, kondisi perumahan yang ada di kabupaten
pulau morotai sudah cukup baik, karena sebagian besar sudah
merupakan bagunan yang dibuat dari bahan-bahan yang layak
huni. Jika kondisi rumah dari rumah tangga yang ada
digambarkan kedalam suatu bentuk rumah, maka rata-rata
rumah yang ada akan sebagai berikut: memiliki atap dari seng
dan sedikit rumbia, dinding terbuat dari beton dan sebagian
berkayu, lantai sudah semen namun masih ada yg bertanah,
menggunakan sumber air minum, mandi, memasak dari sumur
terlindung /tidak terlindung dan sesekali dari mata air atau
leding, memiliki WC yang belum sempurna dibangun, dan
menggunakan listrik dari PLN juga sesekali genset.
Gambaran diatas adalah gambaran kasar, namun
setidaknya dapat menjadi gambaran dari kondisi kesejahteraan
masyarakat yang ada.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 58


Penggunaan Sumber Air Minum, Mandi, dan Memasak

Gambar 5.2 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air


Utama yang digunakan dan Jenis Penggunaannya
di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

1.36%
Air Permukaan/Air Hujan/Lainnya 1.55%
4.32%

16.15%
Mata Air Terlindung/Tak Terlindung 16.12%
17.40%

60.67%
Sumur Terlindung/Tak Terlindung 61.31%
64.66%

1.60%
Sumur Bor/Pompa 1.71%
5.51%

17.31%
Leding Meteran/Eceran 18.56%
8.11%

2.90%
Air Kemasan Bermerk/Isi Ulang 0.74%
0.00%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Minum Masak Mandi

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 5.2, sebagian besar rumah tangga


cenderung menggunakan sumur terlindung/tak terlindung untuk
kebutuhan minum, masak dan mandi yaitu dengan nilai lebih dari
60 persen. selanjutnya leding meteran/eceran dan mata air
cukup juga cukup tinggi penggunaannya, namun leding meteran
kebanyakan hanya digunakan untuk minum dan masak, hanya
sebagian kecil yang menggunakan air terrsebut untuk mandi.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 59


Penggunaan sumber penerangan

Gambar 5.3 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Sumber


Penerangan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Listrik PLN Listrik non PLN Bukan Listrik
2012 72.02% 14.72% 13.26%
2013 70.48% 7.84% 21.68%
2014 74.67% 10.07% 15.26%
2015 79.89% 12.52% 7.60%

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 5.3, Sebagian besar rumah tangga sudah


menggunakan penerangan dari listrik PLN, bahkan pada tahun
2015 telah mencapai 79,89 persen. Dari tahun 2013, rumah
tangga yang menggunakan Listrik PLN menunjukkan nilai yang
positif dan selalu meningkat pesat, disisi lain, rumah tangga
pengguna bukan listrik selalu mengalami trend yang menurun.
Jika nilai ini terus dipertahankan, maka lambat laun tingkat
kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 60


Penggunaan atap rumah terluas

Gambar 5.4 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Bahan


Bangunan Utama Atap Rumah Terluas di
Kabupaten Pulau Morotai, 2015
90%
81.42%
80%

70%

60%

50%

40%

30%

20% 17.14%

10%
0.17% 0.57% 0.71%
0%
Genteng Asbes Seng Bambu/Kayu/ Jerami/Ijuk/
Sirap Daun/Rumbia

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 5.4, pada tahun 2015 sebagian besar


rumah tangga sudah menggunakan atap layak pakai yang berasal
dari seng. Hanya saja, masih terdapat sekitar 17,14 persen rumah
tangga yang menggunakan atap tidak layak pakai. bahan
jerami/ijuk/daun/rumbia sangat rentan untuk rusak ketika terjadi
perubahan cuaca sehingga tidak akan mampu melindungi secara
maksimal bagi penghuninya.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 61


Penggunaan dinding rumah terluas

Gambar 5.5 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Bahan


Bangunan Utama dinding Terluas di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015

0.70
59.42%
0.60

0.50

0.40 37.41%

0.30

0.20

0.10
0.80% 2.37%
0.00
Tembok Plasteran Ayaman Kayu/Batang Kayu Bambu/Anyaman
Bambu/Kawat Bambu

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 5.5, pada tahun 2015 sebagian besar


rumah tangga sudah menggunakan dinding permanen yang
berasal dari tembok dan juga kayu. Sehingga secara umum,
rumah yang ada telah layak huni. Hanya saja, masih terdapat
sekitar 2,37 persen rumah tangga yang menggunakan dinding
dari bahan belum permanen. Meskipun nilainya kecil hal ini perlu
mendapatkan perhatian

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 62


Penggunaan Lantai rumah terluas

Gambar 5.6 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Bahan


Bangunan Utama Lantai Terluas di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015

70%
61.73%
60%

50%

40%
27.98%
30%

20%

10% 7.29%
0.35% 0.75% 1.89%
0%
Marmer/ Keramik Kayu/Papan Semen/Bata Bambu/ Tanah
Granit Kualitas Merah Kayu/Papan
Tinggi Kualitas
Rendah

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 5.6, Rumah tangga yang masih


menggunakan lantai tanah ternyata memiliki proporsi cukup
besar, yaitu sebesar 27,98 persen dari jumlah rumah tangga yang
ada. Jumlah ini patut dipertimbangkan karena rumah tangga
dengan lantai tanah biasanya merupakan masyarakan yang
kurang mampu.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 63


Penggunaan fasilitas buang air besar

Gambar 5.7 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Fasilitas


Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015

45%
39.32%
40%

35%

30% 27.66%
24.07%
25%

20%

15%
8.94%
10%

5%

0%
Sendiri Bersama MCK Tidak Ada
Komunal/Umum

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 5.7, secara umum, sebagian besar tempat


buang air besar sudah tersedia, baik yang dimiliki sendiri,
bersama, maupun MCK Komunal/umum. Namun masih terdapat
sekitar 24,07 persen rumah tangga yang tidak memiliki tempat
buang air besar pantas.
Dengan tersalurkan buang air besar sesuai dengan
tempatnya, maka tingkat kesehatan dapat lebih terjamin dan
bebas dari pencemaran limbah sehingga masyarakat bisa hidup
lebih sehat dan sejahtera.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 64


BAB 6

Pola konsumsi
Pola Konsumsi 6
Besarnya konsumsi atau pengeluaran yang dilakukan oleh
suatu rumah tangga menggambarkan tingkat kesejahteraan
rumah tangga yang bersangkutan. Semakin tinggi pengeluaran
yang dilakukan oleh suatu rumah tangga untuk kebutuhan bukan
makanan, menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan.
Sebagai ukuran, bila proporsi pengeluaran untuk makanan lebih
dari 60 persen dari total pengeluaran, maka tingkat
kesejahteraan dapat dikatakan masih rendah. Secara garis besar,
semakin tinggi proporsi pengeluaran yang digunakan untuk
konsumsi makanan, maka pengeluaran untuk kesehatan,
pendidikan, dan lainnya pun berkurang.

Pengeluaran Rumah Tangga


Dalam kondisi pendapatan terbatas, seseorang akan
mendahulukan pemenuhan kebutuhan makanan dibandingkan
kebutuhan lainnya. Kelompok masyarakat berpendapatan
terbatas ini akan menggunakan sebagian besar pendapatannya
untuk memproiritaskan membeli makanan. Seiring dengan
peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi
pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi
pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan
porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan.
Dengan demikian, pola konsumsi makanan digunakan sebagai
salah satu alat ukur untuk mengukur tingkat kesejahteraan
penduduk.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 66


Gambar 6.1 Persentase Pengeluaran per kapita per bulan
menurut jenis pengeluaran dan Jumlah dalam
rupiah di Kabupaten Pulau Morotai, 2012-2015

41,63% 37,98%
45,87%

58,37% 62,02%
54,13%

2013 2014 2015


Non Makanan 187919 256,319 254,243
Makanan 263461 302510 415,235

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 6.1, secara umum tingkat pengeluaran


pendapatan untuk konsumsi makanan cenderung lebih besar
dibandingkan konsumsi non makanan. Meskipun terjadi
penurunan pengeluaran konsumsi makanan pada pada tahun
2014, pada tahun 2015 justru menunjukkan peningkatan jumlah
konsumsi makanan yaitu menjadi sebesar 62,02 persen.
Peningkatan konsumsi makanan yang tergolong masih
lebih dari 60 persen, maka dapat dikatakan tingkat kesejahteraan
masih tergolong rendah.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 67


BAB 7

Sosial Lainnya
Sosial Lainnya 7
Selain aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan,
ketenagakerjaan, konsumsi, dan perumahan masih ada indikator
lainnya yang tidak termasuk dalam enam aspek tersebut yang
juga mencerminkan kesejahteraan. Indikator tersebut
persentase penduduk yang menguasai media teknologi
komunikasi dan informasi seperti telepon, telepon seluler dan
komputer.

Akses pada Teknologi Komunikasi dan Informasi


Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka sarana komunikasi pun terus mengalami
perkembangan. Telepon, telepon seluler (handphone), dan
komputer yang menjadi bagian dari fasilitas perumahan
merupakan sarana komunikasi yang cukup pesat
pertumbuhannya. Penggunaan telepon seluler pada saat ini
lebih populer di kalangan masyarakat dibanding telepon biasa,
meskipun harga telepon seluler maupun pulsanya lebih mahal.
Telepon seluler banyak diminati karena lebih praktis dibawa
kemana saja sehingga memudahkan pengguna berkomunikasi di
mana pun berada dengan ditunjang oleh jangkauan jaringan
yang memadai.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 69


Gambar 7.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas
yang Memiliki Akses Teknologi Informasi dan
Komunkasi Dalam 3 bulan Terakhir di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015

30%
25.51%
25%

20%

15%

10%

5% 2.70% 2.72%

0%
Menguasai HP Menggunakan Komputer Mengakses Internet

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 7.1, persentase penduduk berumur 5 tahun


ke atas yang memiliki akses teknologi informasi dan komunikasi
dalam 3 bulan terakhir antara lain 25,51 persen penduduk
menguasai HP, 2,70 persen menggunakan komputer, dan sekitar
2,72 persen menggunakan internet. Dari sini dapat kita lihat
bahwa persentase penduduk yang mengakses TIK masih
cenderung rendah.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 70


Gambar 7.2 Persentase Perbandingan Penduduk Berumur 5
Tahun ke Atas yang Memiliki Akses Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam 3 Bulan Terakhir
Menurut jenis kelamin di Kabupaten Pulau
Morotai, 2015

Laki-laki Perempuan

100%

90%
26.40%
31.35%
80% 40.81%

70%

60%

50%

40%
73.60%
68.65%
30% 59.19%

20%

10%

0%
Menguasai HP Menggunakan Komputer Mengakses Internet

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 7.2, rata-rata pengakses teknologi


informasi dan Komunikasi yang paling dominan adalah penduduk
berjenis kelamin Laki-laki. Jika dilihat dari jenis TIK yang
digunakan, Laki-laki memiliki proporsi menggunakan komputer
yang lebih besar dibanding perempuan yaitu sebesar 73,60
persen atau sekitar 2,79 kali lebih banyak dari jumlah
perempuan yang mengunakan komputer.

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 71


Gambar 7.3 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas
yang Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir
menurut Tujuan Mengakses Internet di Kabupaten
Pulau Morotai, 2015

55.60% 54.51%
48.40%

26.46%

12.31% 10.07%
3.74%

Tujuan Mengakses Internet


Mendapat Informasi/Berita 55.60%
Mengerjakan Tugas Sekolah 26.46%
Mengirim/ Menerima Email 54.51%
Sosial Media/Jejaring Sosial 48.40%
Hiburan 12.31%
Fasilitas Finansial 3.74%
Lainnya 10.07%

Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah)

Dari Gambar 7.3, dari sekitar 2,72 persen penduduk 5


tahun keatas yang menggunakan akses internet selama 3 bulan
terakhir, tujuan penggunaan yang paling dominan adalah untuk
mendapatkan informasi/berita dengan persentase sebesar 55,6
persen dari total pengguna. Selanjutnya tujuan
mengirim/menerima email dan sosial media/jejaring sosial
menempati peringkat kedua dan ketiga dengan masing-masing
persentase sebesar 54,51 persen dan 48,4 persen. Meskipun
nilainya masih rendah, penggunaan akses intenet ini cukup baik
karena masih cenderung digunakan untuk hal yang produktif

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 72

Anda mungkin juga menyukai