Anda di halaman 1dari 10

VARIASI FERTILITAS PROVINSI BANTEN

DISUSUN OLEH:
Kelompok XI
Satya Wijayantara (1713034001)
Fadjar Muchammad Zaky (1713034033)
A. PENDAHULUAN
Dalam ilmu demografi, fertilitas diartikan sebagai hasil reproduksi yang
nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Artinya fertilitas
mengacu kepada jumlah bayi yang lahir hidup. Istilah fertilitas sering
dipadankan dengan fekunditas. Sekilas kedua istilah tersebut hampir mirip,
namun sesungguhnya kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda.
Fekunditas diartikan sebagai potensi fisik untuk melahirkan anak (Harjati,
1983: 57), jadi belum terjadi kelahiran. Beberapa konsep yang perlu
dipahami berkaitan dengan fertilitas, diantaranya sebagai berikut.
1. Lahir Hidup (Live Birth), united nation dan world health
organization (WHO) mendefinisikannya adalah suatu kelahiran
seorang bayi yang menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan,
seperti menangis, adanya gerakan-gerakan otot, bernafas, dan
jantung berdenyut, tanpa memperhitungkan lama bayi di dalam
ruangan
2. Lahir Mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi tanpa disertai
adanya tanda-tanda kehidupan dari kandungan yang berumur paling
sedikit 28 minggu.
3. Abortus. Secara demografi, abortus merupakan keluarnya janin dari
dalam Rahim ibu yang disengaja (induced) dan tidak disengaja
(spontaneous)
4. Masa Reproduksi (Chilbearing age); masa dimana wanita mampu
menghasilkan keturunan atau melahirkan bayi, disebut juga usia
subur (15-49) tahun
Untuk mengetahui jumlah fertilitas pada seorang atau sekelompok
wanita dapat dilakukan melalui pengukuran setiap tahun atau pengukuran
fertilitas tahunan (Yearly Performance) dan pengukuran kumulatif
(Reproductive History). Pengukuran fertilitas tahunan merupakan
pengukuran fertilitas untuk jangka waktu satu tahun. Sedangkan untuk
fertilitas komulatif merupakan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh
wanita yang memasuki usia subur dan bereproduksi.
B. ISI

Berikut ini, akan dijelaskan mengenai variasi fertilitas pada Provinsi


Banten. Baik untuk fertilitas tahunan maupun pengukuran komulatif.

1. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CBR)


Angka kelahiran kasar diperoleh dengan cara membandingkan jumlah
kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu dengan jumlah seluruh penduduk
pada pertengahan tahun dikali dengan bilangan konstan 1000. Ditulis
dengan rumus:

B
𝐶𝐵𝑅 = =𝑥𝑘
Pm

Berikut ini merupakan Data Proyeksi Angka Kelahiran Kasar Provinsi


Banten dalam bentuk tabel.

Tabel 2. Proyeksi Angka Kelahiran Kasar Provinsi Banten

No. Tahun CBR


1 2010 23,4
2 2015 20,7
3 2020 18,1
Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 – 2035 Halaman 243

Proyeksi Angka Kelahiran Kasar


Provinsi Banten tahun 2010, 2015, dan
2020
30
Angka Kelahiran Kasar

20
10
0
2010 2015 2020
Tahun

CBR

Grafik 1. Proyeksi CBR Provinsi Banten


Dari data yang telah disajikan di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa Angka Kelahiran Kasar di provinsi banten pada tahun 2010 tiap 1000
penduduk terdapat kelahiran sebanyak 23,4 bayi. Hal ini berarti angka
kelahiran kasar provinsi banten tergolong sedang.

Pada tahun 2015 proyeksi angka kelahiran kasar provinsi banten yaitu
tiap 1000 penduduk terdapat kelahiran sebanyak 20,7 bayi. Dari kelahiran
sebanyak ini dapat diketahui bahwa dari tahun 2010 sampai 2015 angka
kelahiran kasar mengalami penurunan sebanyak 2,7 bayi. Namun, angka
kelahiran kasar provinsi banten masih tergolong sedang.

Pada tahun 2020 proyeksi angka kelahiran kasar provinsi banten yaitu
tiap 1000 penduduk terdapat kelahiran sebanyak 18,1 bayi. Dari angka ini
dapat diketahui bahwa provinsi banten diproyeksikan mengalami
penurunan angka kelahiran kasarnya sebanyak 2,6 bayi. Walaupun angka
ini turun dari tahun 2015 yang angka kelahiran kasar turun sebesar 2,7 bayi.
Namun, hal ini membuat provinsi banten memiliki angka kelahiran kasar
tergolong rendah yang sebelumnya tergolong sedang.

2. Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rate = TFR)

Tingkat fertilitas total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup bayi


laki-laki dan perempuan tiap 1.000 perempuan selama masa reproduksinya
dengan catatan:
a. Seluruh perempuan tetap hidup sampai berakhir masa reproduksinya.
b. Tidak terjadi perubahan pola tingkat fertilitas menurut umur pada
periode waktu tertentu.
Pengukuran TFR dapat dilakukan dengan rumus :

5𝛴 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑖
TFR = 𝑥𝑘
𝑖
Tabel 1. Proyeksi Tingkat Fertilitas Total Provinsi Banten

No. Tahun TFR


1 2010 2,55
2 2015 2.35
3 2020 2,19
Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 – 2035 Halaman 243

Proyeksi Tingkat Fertilitas Total Provinsi Banten


tahun 2010, 2015, dan 2020
2.6
Tingkat Fertilitas Total

2.5
2.4
2.3
2.2 TFR
2.1
2
2010 2015 2020
Tahun

Grafik 2. Proyeksi Tingkat Fertilitas Total Provinsi Banten


Dari data yang telah disajikan di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa tingkat fertilitas total di provinsi banten menurun dari 2,55 pada
tahun 2010 menjadi 2,35 perwanita sampai selesai usia reproduksi pada
tahun 2015. Lalu pada tahun 2020 kembali mengalami penurunan yakni
mejadi 2,19 perwanita sampai selesai usia reproduksi dibanding dengan
tahun 2015 yang sebesar 2,35.
Jadi, dari data tersebut dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun tingkat
fertilitas total di provinsi banten selalu mengalami penurunan. Meskipun
penurunan yang terjadi ini tidak terlalu besar namun penurunan ini terjadi
secara konsisten dari tahun ke tahun selama lima tahun sekali.
3. Tingkat Fertilitas Kotor ( Gross Reproductive Rate )

Trisnaningsih (2016: 158) mengatakan bahwa gross reproductive rate


didefinisikan sebagai jumlah kelahiran bayi perempuan pada sekelompok
perempuan selama usia subur ( usia reproduksi ) nya, di mana seluruh
perempuan dalam kelompok tersebut tetap hidup sampai berakhir usia
reproduksinya. Berbeda dengan tingkat kelahiran total ( TFR) dimana untuk
angka kelahiran bayi laki-laki dan perempuan masih menjadi satu.
Sedangkan, untuk tingkat kelahiran kotor hanya kelahiran bayi perempuan.
Untuk mencari tingkat fertilitas kotor dapat menggunakan rumus :

GRR = 5𝛴𝑖 𝐴𝑆𝐹𝑅 fi

Tabel 3. Proyeksi Tingkat Fetilitas Kotor Provinsi Banten


No. Tahun GRR
1. 2010 1,2
2. 2015 1,1
3. 2020 1,1
Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Halaman 243

PROYEKSI GRR PROVINSI BANTEN


TFR

1.2
TINGKAAT FERTILITAS KOTOR

1.15

1.1

1.05

0.95

0.9
2010 2015 2020
TAHUN

Grafik 3. Proyeksi GRR Provinsi Banten Tahun 2010,2015,2020


Dari tabel 3, diketahui bahwa proyeksi tingkat kelahiran kotor untuk
Provinsi Banten mengalami trend penurunan. Dimana pada tahun 2010
angka GRR berada pada angka 1,2 kemudian pada tahun 2015 sampai 2020
tetap diangka 1,1. Trend GRR mengalami penurunan sebsar 0,1 point dari
tahun 2010 hingga 2020.

Jadi, dalam satu generasi sejumlah 1,100 wanita akan menggantikan


1.000 wanita pada tahun 2020. Angka ini cukup ideal, dimana 1.000
perempuan yang mati akan digantikan dengan 1.100 wanita yang lainnya.
Namun, pada metode GRR ini terdapat kekurangan, dimana GRR ini tidak
memperhitungkan kemungkinan perempuan meninggal sebelum masa
reproduksinya.

4. Tingkat Fertilitas Bersih ( Net Reproductive Rate = NRR )

Trisnaningsih (2016: 159) mengatakan bahwa net reproductive rate


ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah kohor hipotesis dari
1.000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalnya
perempu3an-perempuan itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Pada
perhitungan NRR akan memperhitungkan kemungkinan perempuan
meninggal sebelum masa reproduksinya. Untuk mencari nilai NRR dapat
digunakan rumus sebagai berikut.

𝑛𝐿𝑥
NRR = 𝛴𝐴𝑆𝐹𝑅 fi x 𝑖𝐿𝑜

Tabel 4. Proyeksi Tingkat Fetilitas Kotor Provinsi Banten


No. Tahun NRR
1. 2010 1,2
2. 2015 1,1
3. 2020 1,0
Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Halaman 243
PROYEKSI NRR PROVINSI BANTEN
TFR

1.2

TINGKAAT FERTILITAS BERSIH 1.15

1.1

1.05

0.95

0.9
2010 2015 2020
TAHUN

Grafik 4. Proyeksi NRR Provinsi Banten Tahun 2010,2015,2020

Dapat dilihat pada tabel 4, bahwa untuk NRR Provinsi Banten


diproyeksikan akan mengalami penurunan. Bila pada tahun 2010 nilai NRR
Provinsi Banten masih berada pada angka 1,2. Kemudian di tahun 2015
turun menjadi 1,1 dan untuk tahun 2020 diproyeksikan turun menjadi 1,0 .
Terdapat trend penurunan sebesar 0,2 selama 10 tahun.

Jadi, NRR Provinsi Banten menurut proyeksi tahun 2010-2020


sebesar 1,0. Angka ini merupakan angka yang ideal, di mana angka NRR ini
mengasumsikan bahwa setiap satu ibu di Provinsi Banten akan di gantikan
dengan satu bayi perempuan. Dengan angka ini, maka pertumbuhan
penduduk dapat dikendalikan.
C. KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan variasi fetilitas di bagian isi, diketahui


bahwa fertilitas di Provinsi Banten memiliki angka-angka yang ideal. Di
mana untuk Provinsi Banten di proyeksikan pada tahun 2020 memiliki
tingkat fertilitas bersih ( NRR ) sebesar 1,0 . Ini merupakan angka yang ideal
di mana angka ini berarti setiap 1 ibu akan digantikan oleh 1 bayi
perempuan. Dengan angka itu maka siklus fertilitas angka seimbang, angka
ini akan menjaga jumlah penduduk Banten tidak mengalami pertambahan
dan tidak mengalami penurunan secara signifikan. Maka dari itu, angka
NRR 1,0 ini harus dijaga dengan baik dengan memperhatikan parameter-
parameter fertilitas yang lain seperti CBR, TFR, GRR.
Daftar Pustaka

BPS. 2018 . Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta . CV. BPS Jakarta.
Hal : 243.

Trisnaningsih . 2016 . Demografi Edisi 2 . Yogyakarta; Media Akademi. Hal 144-


145 dan 158-159.

Anda mungkin juga menyukai