Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRATEK LAPANG

ILMU TERNAK PERAH

PRAKTEK LAPANG PERAH

OLEH:

NAMA : PISMAWATI
NIM : I111 14 066
KEL : III (TIGA)
GEL : I (SATU)
ASISTEN : IRMAYANTI

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan sapi perah adalah suatu proses biologis sapi perah yang

dikendalikan oleh manusia. Ternak perah dapat diartikan sebagai ternak yang

diusahakan untuk menghasilkan susu sebanyak-banyaknya selain hasil sampingan

lainnnya. Ternak sapi perah adalah salah satu bangsa sapi yang secara genetis atau

mempunyai materi genetik untuk menghasilkan produksi susu yang tinggi

(banyak) dan dapat dibudidayakan untuk kepentingan manusia.

Bangsa-bangsa sapi perah yang terkenal umumnya bersal dari keturunan

sub spesies Bos premigenus dan Bos longifrons. Keturunan tersebut merupakan

hasil seleksi yang telah berabad-abad dilakukan terhadap sifat-sifat tertentu.

Sehingga terbentuklah sapi- sapi perah unggul yang ada sekarang. Bangsa-bangsa

sapi perah tersebut mempunyai perbedaan karakteristik satu sama lain.

Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara yaitu sapi FH

(Friesian Holstein) dan sapi simental karena mempunyai produksi susu yang baik.

Peternakan sapi perah yang semestinya menjadi mata pencaharian pokok

masyarakat, kenyataan yang ada bahwa peternakan sapi perah hanya menjadi

pekerjaan sampingan. Ini disebabkan karena kurangnya jumlah ternak yang

dimiliki serta sapi yang ada tidak mampu mencapai produksi maksimalnya

sehingga peternakan pun belum mecapai usaha bertaraf ekonomi tinggi. Hal inilah

yang melatarbelakangi dilakukannya praktek lapang ilmu ternak perah mengenai

bangsa-bangsa sapi perah.


Tujuan dan Kegunaan

Tujuan diadakannya Praktek Lapang Ilmu Ternak Perah mengenai

bangsa-bangsa sapi perah adalah untuk mengetahui bangsa-bangsa sapi perah

yang ada pada Usaha Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

Kegunaan diadakannya Praktek Lapang Ilmu Ternak Perah mengenai

bangsa-bangsa sapi perah yaitu sumber informasi ilmiah bagi mahasiswa dan

masyarkat, dalam mengenal bangsa-bangsa sapi perah yang ada di Peternakan

Sapi Perah, Kabupaten Enrekang.


METODE PELAKSANAAN PRAKTEK

Waktu dan Tempat

Praktek lapang Ilmu Ternak Perah dilaksanakan pada hari jumat-sabtu 22-

23 April 2016 bertempat di peternakan rakyat milik kelompok Tani Tallang Baba,

Dusun Tallang Baba Selatan, kelurahan Cendana, kecamatan Enrekang, kabupaten

Enrekang, Sulawesi Selatan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktek lapang Ilmu Ternak Perah adalah alat

tulis-menulis, laktodesimeter, ember, panci, kompor, pengaduk, milk can ember,

sikat, sapu, selang air, pompa air, cetakan dangke dan kamera

Bahan yang digunakan pada praktek lapang Ilmu Ternak Perah adalah

ternak sapi perah, pelican (margarin), susu segar, getah pepaya, pakan hijauan,

konsentra, dan air.

Metode Praktikum

Metode yang digunakan pada praktek lapang Ilmu Ternak Perah adalah

tinjauan langsung ke kandang lalu melakukan pembersihan kandang, memandikan

sapi, memberikan pakan, memerah susu dan wawancara dengan pemilik

peternakan rakyat (Bapak Nasruddin).


TINJAUAN PUSTAKA

Bangsa-Bangsa Sapi Perah

Bangsa sapi perah dibagi menjadi dua, Bos taurus dan Bos indicus

(Firman, 2010). Bos taurus adalah bangsa sapi yang hidup di daerah sub tropis

atau di daerah yang mempunyai empat musim (musim panas, semi, salju dan

gugur). Ciri utamanya adalah tidak memiliki punuk di punggungnya. Beberapa

contoh yang termasuk bangsa Bos taurus adalah sapi Shorthorn (Inggris), Guersey

(Inggris), Holstein Friesian/Fries Holland atau FH (Belanda), Ayrshire

(Skotlandia Selatan), Jersey (selat Chanel antara Inggris dan Denmark), Brown

Swiss (Switzerland), Red Danish (Denmark), Droughtmaster (Australia), sapi

Israeli (Israel), dan beberapa sapi perah lain yang merupakan turunan atau hasil

persilangan dari bangsa-bangsa sapi perah tersebut.

Bangsa sapi Bos indicus adalah bangsa sapi yang hidup di daerah tropis

atau beriklim panas. Jenis sapi perah ini ciri utamanya mempunyai punuk di

punggung. Beberapa contoh sapi perah yang termasuk dalam bangsa Bos indicus

adalah Zebu10 (India), Red Sindhi (India), Grati (persilangan FH dan sapi Jawa

atau Madura), Sahiwal Cross (persilangan Sahiwal dengan FH). Sapi perah yang

cocok dipelihara di Indonesia adalah sapi yang berasal dari bangsa Bos indicus.

Namun berdasarkan sejarah sapi perah di Indonesia, sapi FH lebih diminati oleh

peternak sapi karena sifatnya yang jinak. Menurut Wahyu Muljana (1982: 65),

ciri-ciri dari sapi perah FH adalah:


1. Berwarna belang hitam dan putih atau cokelat dan putih.

2. Pada kaki bagian bawah dan ekor berwarna putih.

3. Tanduk pendek dan menghadap ke muka.

4. Terkadang pada dahinya terdapat belang warna putih yang berbentuk segitiga.

5. Sifatnya jinak dan mudah dikuasai.

6. Tidak tahan panas.

7. Lambat dewasanya.

8. Berat badan jantan rata-rata 850kg atau lebih, sedang yang betina bisa

mencapai 650kg.

9. Produksi susu rata-rata pertahun di Belanda bisa mencapai 4.500-5.500 liter

dalam satu masa laktasi atau 305 hari dan berkadar lemak 3-7%.

10. Tubuhnya tegap.

Walaupun sapi perah FH banyak dipelihara di Indonesia. Namun sapi-sapi

tersebut cenderung dipelihara di daerah-daerah berhawa dingin atau dipelihara

diketinggian lebih dari 800m dari permukaan laut.

Potensi Sumber Daya Alam dan Manusia

Pembangunan haruslah selaras dengan pengelolaan sumber daya sehingga

kesejahteraan jangka panjang seharusnya diberi prioritas yang sama dengan

kebutuhan yang mendesak pada saatini (Reinjntjes et al, 2011). Dampak dari

pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, pada umumnya mengakibatkan

kerusakan lingkungan dan penurunan daya dukung lingkungan. Kegiatan


pembangunan seharusnya berkelanjutan dan mengacu pada kondisi alam dan

pemanfaatannya agar berwawasan lingkungan (Sunu, 2001).

Konsep pembangunan berkelanjutan akhir-akhir ini menjadi suatu konsep

pembangunan yang diterima oleh semua negara di dunia untuk mengelola

sumberdaya alam agar tidak mengalami kehancuran dan kepunahan. Konsep ini

berlaku untuk seluruh sektor pembangunan termasuk pembangunan sector

peternakan (Mersyah, 2005). Khusunya pada saat ini krisis air dunia saat ini sudah

masuk pada tahap genting. Satu dari empat orang di dunia kekurangan air minum

dan satu dari tiga orang tidak mendapat sarana sanitasi yang layak. Menjelang

tahun 2025, sekitar 2,7 milyar orang atau sekitar sepertiga populasi dunia akan

menghadapi kekurangan air dalam tingkat yang parah. Beberapa negara yang

mengalami kelangkaan air saat ini mulai menerapkan konsep baru yang disebut air

maya (Virtual Water) atau sejumlah air yang diperlukan untuk menghasilkan

suatu barang konsumsi. Mengenai konsep ini diumpamakan, bila anda

mengonsumsi satu kilo daging sapi, berarti anda menggunakan pula 13.000 liter

air yang diperlukan bagi peternakan sapi hingga menghasilkan daging tersebut

(Badan Litbang Pertanian, 2003).

Peternakan penting bagi manusia sebagai sumber protein hewani bagi

hidupnya. Oleh karena itu, pembangunan di bidang peternakan perlu 2

dikembangkan untuk penyediaan bahan penghasil pangan, bahan baku industri,

jasa dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian (Supardi, 2003).

Usaha peternakan sapi di Indonesia sampai saat ini masih mementingkan

produktivitas ternak dan belum mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan


(Sarwanto, 2004). Akibat pengelolaan ternak yang tidak memperhatikan

lingkungan, banyak usaha peternakan yang tidak berhasil dikarenakan timbulnya

kerugian yang disebabkan oleh limbah yang tidak dikelola dengan benar

(Sudiarto, 2008).

Sistem Perkandangan Sapi Perah

Kandang merupakan salah satu faktor lingkungan hidup ternak, harus bisa

memberikan jaminan untuk hidup yang sehat dan nyaman sesuai dengan tuntutan

hidup ternak dan bangunan kandang diupayakan harus mampu untuk melindungi

ternak dari gangguan yang berasal dari luar seperti sengatan matahari, cuaca

buruk, hujan dan tiupan angin kencang. Secara umum kontruksi kandang harus

kuat, mudah dibersihkan, bersikulasi udara baik. Selain itu, ternak terlindung dari

pengaruh lingkungan yang merugikan. Oleh karena itu, sehubungan dengan

kontruksi ini yang perlu mendapat perhatian terutama mengenai arah kandang,

ventilasi, atap, dinding dan lantai (Sugeng dan Sudarmono, 2008). Kandang dapat

dibuat secara tunggal atau ganda, tergantung dari jumlah ternak yang dipelihara.

Kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau sejajar,

sementara kandang tipe ganda penempatan ternak sapi dilakukan dua jajaran yang

saling berhadapan atau saling bertolak belakang diantara kedua jajaran tersebut

biasanya diberi jalur atau jalan.

Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam mendirikan kandang antara

lain (1) memenuhi persyaratan kesehatan ternak, (2) mempunyai ventilasi yang

baik, (3) efisien dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari pengaruh iklim dan

keamanan seperti pencurian (5) serta tidak berdampak buruk terhadap lingkungan
sekitarnya. Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan

perlengkapan kandang hendaknya dapat memberikan kenyamanan kerja bagi

petugas dalam proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan, pemeriksaan

birahi dan penanganan kesehatan. Bentuk dan tipe kandang hendaknya

disesuaikan dengan lokasi berdasarkan agroklimat, pola atau tujuan pemeliharaan

dan kondisi fisiologis ternak.

Tipe Kandang

Tipe kandang sapi perah antara lain sebagai berikut (Ainur, 2007):

1. Kandang Tipe Tunggal

Kandang tunggal merupakan tipe kandang yang ditempati oleh satu ternak

di lengkapi oleh tempat pakan dan tempat minum. Penempatan ternak pada

kandang tunggal dilakukan dengan metode satu baris atau sejajar, sedangkan pada

bagian belakang adalah parit pembuangan kotoran.

2. Kandang Tipe Ganda

Kandang ganda merupakan tipe kandang yang ternaknya saling

berhadapan (head to head) atau tolak belakang (tail to tail), dan dilengkapi oleh

tempat pakan dan tempat minum.

3. Kandang Tipe Paddock

Kandang paddock merupakan tipe kandang dengan penempatan ternal

secara individual dan memiliki umbaran sehingga memungkinkan ternak untuk

bisa bergerak lebih bebas dibanding dengan kandang tipe individu dan kandang

tipe ganda. Kandang ini dikhususkan untuk ternak agar dapat melakukan exercise.
Kandang Berdasarkan Fungsinya

Kandang berdasarkan fungsinya antara lain sebagai berikut (Ainur, 2007):

1. Kandang Isolasi dan Karantina

Kandang karantina dipergunakan untuk mengkarantina ternak yang baru

masuk atau baru datang dengan tujuan pemeriksaan kondisi ternak yang baru

datang tersebut, sedangkan kandang isolasi hanya digunakan untuk memisahkan

ternal yang sedang sakit agar tidak menular ke ternak yang lainnya.

2. Kandang Pembibitan

Kandang pembibitan digunakan untuk pemeliharan induk/calon induk

dengan tujuan untuk menghasilkan anak. Tipe kandang untuk program pembibitan

ternak berdasarkan program perkawinanya, yaitu menggunakan kandang individu

atau kandang kelompok

3. Kandang Beranak

Kandang beranak atau kandang menyusui adalah kandang untuk

pemeliharaan khusus induk atau calon induk yang telah bunting tua sampai

disapih dengan tujuan menjaga keselamatan dan keberlangsungan hidup pedet.

Kontruksi kandang beranak harus memberi kenyamanan dan keleluasaan bagi

induk dan anaknya selama menyusui. Kandang beranak termasuk tipe individu

yang dilengkapi dengan palungan pada bagian depan, dan selokan pada bagian

dibelakang ternak, serta di belakang kandang dilengkapi dengan halaman

pelumbaran. Lantai kandang selalu bersih, kering dan tidak licin.


4. Kandang Pembesaran

Kandang pembesaran untuk pemeliharaan ternak lepas sapih sampai

dewasa. Tipe kandang ini adalah kandang kelompok yang mempunyai umbaran.

Kontruksi kandang pembesaran untuk ternak lepas sapih harus menjamin ternak

tidak bisa keluar pagar serta mampu mencapai pakan di dalam palungan

5. Kandang Penggemukan

Kandang penggemukan untuk ternak sampai mencapai bobot tertentu.

Lama pemeliharaan ternak pada kandang penggemukan berkisar antara 3-5 bulan,

tergantung pada kondisi awal ternak (umur dan bobot badan) dan ransum yang

diberikan.

6. Kandang Pejantan

Kandang pejantan untuk pemeliharan ternak jantan yang khusus digunakan

sebagai pemacek. Tipe kandang pejantan adalah individu yang dilengkapi dengan

palungan (sisi depan) dan saluran pembuangan kotoran pada sisi belakang.

Kontruksi kandang pejantan harus kuat serta mampu menahan benturan dan

dorongan serta memberikan kenyamanan dan keleluasaan bagi ternak.

Jenis Kandang Sapi Perah

Jenis kandang sapi perah yang ada di Indonesia yaitu antara lain sebagai

berikut (Ainur, 2007):

1. Kandang Sapi Dewasa

Ukuran kandang 1,75 x 1,2 m, masing-masing dilengkapi tempat makan

dan tempat air minum dengan ukuran masing-masing 80 x 50 cm dan 50 x 40 cm.

Kandang sapi dewasa dapat juga dipakai untuk sapi dara.


2. Kandang Pejantan

Sapi pejantan pada umumnya dikandangkan secara khusus. Ukuran lebih

besar dari pada kandang induk dan konstruksinya lebih kuat. Bentuk yang paling

baik untuk kandang pejantan adalah kandang yang berhalaman atau Loose Box.

Lebar dan panjang untuk kandang pejantan minimal 3 x 4 m dengan ukuran

halaman 4 x 6 m. Tinggi atap hendaknya tidak dijangkau sapi yaitu 2,5 m, tinggi

dinding kandang dan pagar halaman 180 cm atau paling rendah 160 cm. Lebar

pintu 150 cm dilengkapi dengan beberapa kayu penghalang. Pagar halaman

terbuat dari tembok setinggi 1 m, di atasnya dipasang besi pipa dengan diameter 7

cm, disusun dengan jarak 20 cm. Lantai kandang dibuat miring ke arah pintu,

perbedaan tinggi paling tidak 5 cm. Lantai halaman lebih baik dari beton.

Perlengkapan lain yang diperlukan sama seperti pada kandang yang lain.

Pemberian ransum harus dilakukan dari luar kandang/dinding demi untuk

keamanan.

3. Kandang Pedet

Kandang pedet ada 2 macam yaitu individual dan kelompok. Untuk

kandang individual sekat kandang sebaiknya tidak terbuat dari tembok supaya

sirkulasi udara lancar, tinggi sekat + 1 m. Ukuran kandang untuk 0 – 4 minggu

0,75 x 1,5 m dan untuk 4 – 8 minggu 1 x 1,8 m. Pada kandang kelompok adalah

untuk anak sapi yang telah berumur 4 – 8 minggu dengan ukuran 1 m2/ekor dan

pada umur 8 – 12 minggu 1,5 m2/ekor dengan dinding setinggi 1 m. Dalam satu

kelompok sebaiknya tidak dari 4 ekor. Tiap individu harus dilengkapi tempat

makan dan tempat air minum.


4. Kandang Kawin

Tempat kawin dibuat pada pada bagian yang berhubungan dengan pagar

halaman kandang pejantan yang diatur dengan pintu-pintu agar perkawinan dapat

berlangsung dengan mudah dan cepat. Ukuran kandang kawin; panjang 110 cm,

lebar bagian depan 55 cm, lebar bagian belakang 75 cm, tinggi bagian depan 140

cm dan tinggi bagian belakang 35 cm. Bahan kandang kawin sebaiknya digunakan

balok berukuran 20 x 20 cm. Tiang balok ditanam ke dalam tanah sedalam 50 –

60 cm dan dibeton supaya kokoh.

5. Kandang Isolasi / Kandang Darurat

Kandang ini dibangun sebagai tempat pengobatan sapi yang sakit. Pada

tempat ini sapi yang sakit dapat diobati dengan mudah dan sapi tidak sukar

ditangani. Ukuran kandang yaitu; panjang 150 cm, lebar 55 cm dan tinggi 150 cm.

Letaknya terpisah dengan kandang sapi yang sehat dengan tujuan penyakit tidak

mudah menular.

6. Kandang Melahirkan

Ukurannya 6 x 6 m, perlengkapannya sama dengan kandang sapi dewasa.

Lantainya miring ke arah pintu tiap 1 m turun 1 cm dan dibuat kasar. Sebaiknya

kandang melahirkan ini tidak dekat dengan kandang pedet. Selokan pembuangan

terpisah dari selokan kandang dewasa. Sudut-sudut dinding dibuat melengkung

agar mudah dibersihkan.


Metode Pemerahan

Pemerahan merupakan aktivitas memerah puting susu sapi untuk

mengeluarkan susu segar dari alveol yang terdapat di ambing (Firman, 2010).

Tujuan utama dari pemeliharaan sapi perah adalah untuk memproduksi susu.

Dengan demikian, pemerahan merupakan bagian yang terpenting dalam

pengelolaan sapi perah. Persiapan yang dilakukan sebelum pemerahan khususnya

pemerahan menggunakan tangan adalah sebagai berikut:

1. Penyediaan peralatan dan mesin pemerahan.

Semua peralatan dan mesin yang digunakan dalam pemerahan dalam

keadaan bersih dan diusahakan harus terbuat dari stainless steel. Jika pemerahan

dilakukan dengan menggunakan tangan maka peralatan dan mesin yang harus

disiapkan antara lain milkcan, ember perah, ember untuk penyimpanan air hangat,

vasseline, tester mastitis, kain penyaring, lap kain bersih dan semprotan

desinfektan. Jika pemerahan dengan menggunakan mesin perah portable atau

permanent maka peralatan-peralatan yang digunakan adalah milkcan, tester

mastitis, semprotan dan cooling unit.

2. Pembersihan sapi perah

Sebelum diperah, sapi harusnya dimandikan terlebih dahulu agar kotoran

yang menempel pada tubuh sapi tidak ikut terbawa susu saat pemerahan terutama

pembersihan dilakukan di sekitar ambing dan puting susu.

3. Pembersihan kandang

Pembersihan kandang dilakukan untuk membersihkan kandang dari

kotoran sapi baik feses maupun urine. Pembersihan kandang sebelum pemerahan
ditujukan untuk menghindari berbagai kotoran maupun bau yang akan

mempengaruhi susu.

4. Penyediaan air hangat

Air hangat diperlukan untuk membersihkan ambing dan puting susu

sebelum pemerahan. Selain itu diperlukan juga untuk merangsang ambing agar

mensekresikan air susu.

5. Kebersihan pemerah

Pemerintah wajib menggunting kuku untuk menghindari puting susu

terluka. Selain itu, sebelum dilakukan pemerahan, tangan dalam keadaan bersih

lalu dikeringkan agar susu yang diperah tidak terkontaminasi kotoran yang

menempel di tangan di pemerah.

6. Pemerah memakai pelindung kepala

Sebaiknya pemerah menggunakan pelindung untuk menghindari rambut yang

rontok dari pemerah sehingga rambut tersebut tidak masuk ke dalam ember perah dan

bercampur dengan susu.

7. Menenangkan sapi perah

Penenangan pada sapi yang tidak jinak dapat dilakukan dengan pengikatan

agar sapi tidak banyak bergerak. Di samping itu, sebaiknya ekor sapi diikat terlebih

dahulu agar ekor tidak mengganggu jalannya pemerahan. Rata-rata pemerahan

dilakukan sebanyak dua kali dalam satu hari, yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-

07.00 dan sore hari pada pukul 14.00-15.00. Jadwal dan frekuensi tersebut dilakukan

sesuai waktu dan konsisten setiap hari karena apabila berganti-ganti waktu dan

frekuensi dapat menyebabkan ternak stress dan tidak tenang.


Produksi dan Kualitas Air Susu

Sifat susu yang perlu diketahui adalah bahwa susu merupakan media yang

baik sekali bagi pertumbuhan mikrobia sehingga apabila penanganannya tidak

baik akan dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya (“zoonosis”). Disamping

itu susu sangat mudah sekali menjadi rusak terutama karena susu merupakan

bahan biologik Air susu selama didalam ambing atau kelenjar air susu dinyatakan

steril, akan tetapi begitu berhubungan dengan udara air susu tersebut patut

dicurigai sebagai sumber penyakit bagi ternak dan manusia.

Sifat Fisik

Sifat fisik susu meliputi antara lain sebagai berikut (Malaka, 2010):

1. Warna Air Susu

Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain,

tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan

pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning

keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya

oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna

kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari

susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan.

2. Rasa dan Bau Air Susu

Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas

air susu. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan

rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Buckle et

al., (1987) menyatakan bahwa cita rasa yang kurang normal mudah sekali
berkembang di dalam susu dan hal ini mungkin merupakan akibat dari: a. Sebab-

sebab fisiologis seperti cita rasa pakan sapi misalnya alfalfa, bawang merah,

bawang putih, dan cita rasa algae yang akan masuk ke dalam susu jika bahan-

bahan itu mencemari pakan dan air minum sapi. b. Sebab-sebabdari enzim yang

menghasilkan cita rasa tengikkarena kegiatan lipase pada lemak susu. c. Sebab-

sebab kimiawi, yang disebabkan oleh oksidasi lemak. d. Sebab-sebab dari bakteri

yang timbul sebagai akibat pencemaran dan pertumbuhan bakteri yang

menyebabkan peragian laktosa menjadi asam laktat dan hasil samping metabolik

lainnya yang mudah menguap. Sebab-sebab mekanis pada susu yaitu, bila susu

mungkin menyerap cita rasa cat yang ada disekitarnya, sabun dan dari larutan

chlor. Bau air susu mudah berubah dari bau yang sedap menjadi bau yang tidak

sedap. Bau ini dipengaruhi oleh sifat lemak air susu yang mudah menyerap bau

disekitarnya. Demikian juga bahan pakan ternak sapi dapat merubah bau air susu.

3. Berat Jenis Air Susu

Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu

= 1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air

susu adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air

susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan

kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-

ketentuan tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah.

Penetapan lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini

disebabkan oleh : ¾ perubahan kondisi lemak ¾ Adanya gas yang timbul didalam

air susu
4. Kekentalan Air Susu (Viskositas)

Kekentalan air susu seperti BJ maka viskositas air susu lebih tinggi

daripada air. Viskositas air susu biasanya berkisar 1,5 – 2,0 cP. Pada suhu 20°C

viskositas whey 1,2 cP, viskositas susu skim 1,5 cP dan susu segar 2,0 cP. Bahan

padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas. Temperatur ikut juga

menentukan viskositas air susu. Sifat ini sangat menguntungkan dalam pembuatan

mentega.

5. Titik beku dan titik cair dari air susu

Pada codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah –0.5000

C. Akan tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi –0.5200 C. Titik beku air

adalah 00 C. Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan penambahan air, maka

dengan mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji penentuan titik beku. Karena

campuran air susu dengan air akan memperlihatkan titik beku yang lebih besar

dari air dan lebih kecil dari air susu. Titik didih air adalah 100°C dan air susu

100.16°C. Titik didih juga akan mengalami perubahan pada pemalsuan air susu

dengan air.

6. Daya cerna air susu

Air susu mengandung bahan/zat makanan yang secara totalitas dapat

dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna atau 100%. Oleh

karena itu air susu dinyatakan sangat baik sebagai bahan makanan. Tidak ada lagi

bahan makanan baik dari hewani terlebih-lebih nabati yang sama daya cernanya

denagn air susu.


Sifat Kimia Susu

Sifat kimia susu meliputi keasaman dan pH Susu. Susu segar mempunyai

sifat ampoter, artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika diberi kertas

lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas

lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion hydrogen (pH)

susu segar terletak antara 6.5 – 6.7. Jika dititrasi dengan alkali dan kataliasator

penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0.10 – 0.26 % saja. Sebagian

besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian

keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam

seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan

karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7

biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya

kolostrum ataupun pemburukan bakteri.

Persyaratan Kualitas Air Susu.

Bila kita akan mengolah susu segar menjadi sesuatu produk olahan

merupakan hal yang penting untuk menggunakan susu yang berkualitas baik.

Persyaratan kualitas susu untuk pengolahan ini mencakup persyaratan: 1) Fisika

kimia (chemico-physical-requirement), 2) Bakteri (bacteriological requirement).

Biasanya susu harus mempunyai kualitas bakteri yang baik Pertumbuhan bakteri

yang cepat pada susu segar menyebabkan bau yang tidak enak. Susu dapat

terkontaminasi dari dalam maupun dari luar ambing. Kontaminasi dari dalam

ambing berasal dari penyakit (TBC, brucellosis, mastitis), sedangkan kontaminasi


dari luar berasal dari puting, udara, peminum susu, lalat dan alat pemerahan susu.

Hal yang penting lainnya adalah susu harus bebas dari residu antibiotik, pestisida,

dan serta susu yang berasal dari sapi yang mendapatkan perlakuan obat-obatan

tidak boleh digunakan. Yang harus dijaga adalah bahwa susu tidak terkontaminasi

oleh residu pembersih (detergen). Nyatanya bahwa bahan seperti sulphonamides,

nitrofurans dan quaternary ammonium dapat menghambat fermentasi walaupun

dalam konsentrasi yang rendah. Susunan dan kekentalan merupakan hal yang

penting diperhatikan bahwa susu tidak dipalsukan. Berdasarkan jumlah bakteri

yang terdapat dalam susu, kualitas susu di negara-negara barat dan maju lainnya

digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : 1) Susu dengan kualitas baik atau

kualitas A (No. 1.) jika jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar tidak lebih

dari 100.000 setiap milliliter. Bakteri-bakteri koli tidak lebih dari 10 /ml, 2) Susu

kualitas B (No. 2, sedang) jika jumlah bakteri nya antara 100.000 – 1.000.000/ml,

dan jumlah bakteri koli tidak lebih dari 10/ml, 3) Susu dengan kualitas C (No. 3,

jelek) jika jumlah bakterinya lebih daripada 1.000.000/ml.

Pemeriksaan air susu dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologis.

Pemeriksaan secara fisik dapat dilakukan dengan memeriksa warna, rasa dan

aroma air susu dengan indera kita, sedangkan pemeriksaan kualitas air susu secara

kimia dilakukan dengan menggunakan zat kimia atau reaksi kimia tertentu.

Pemeriksaan kualitas air susu secara biologis dapat dilakukan dengan

mikroskopis, bakteriologis dan biokemis. Pemeriksaan kualitas air susu di

Indonesia dilakukan tidak hanya terhadap air susu, tetapi juga terhadap

perusahaan-perusahaan peternakan sapi perah, jadi tempat-tempat produk susu.


Pengawasan perusahaan tersebut dibagi dalam pengawasan mengenai peralatan

perusahaan (ember, milk can, kandang, dan sapisapi) serta pengawasan terhadap

pemeliharaannya.

Pada pemeriksaan airs susu harus diperhatikan dua hal yaitu: 1. Keadaan

air susu 2. Susunan air susu Keadaan air susu dikatakan menyingkir, bila air susu

kotor, mengandung kuman-kuman yang tidak ditemukan didalam air susu normal,

air susu mulai busuk. Susunan air susu dikatakan menyingkir, bila air susu

dicampur dengan bahan-bahan yang biasanya tidak ditemukan pada air susu yang

normal atau bila air susu tidak memenuhi syarat-syarat minimal.

Pengolahan Susu

Pengolahan air susu sapi dimaksudkan untuk mendiversifikasikan air susu

sapi menjadi bahan makanan dalam berbagai bentuk. Selain itu untuk

menghindari agar air susu sapi tidak menjadi mubazir atau terbuang percuma.

Sebagaimana kita ketahui bahwa air susu sapi murni hanya mampu bertahan

dalam waktu kurang dari 24 jam. Lewat dari batas waktu tersebut kalau tidak bisa

memanfaatkannya, maka air susu akan terbuang percuma dan menyebabkan

kerugian yang tidak sedikit nilainya. Diversifikasi air susu sapi ini bisa dikelola

secara home industri maupun secara besar-besaran, dan sudah barang tentu untuk

kedua ini diperlukan peralatan yang serba praktis dan modern, agar diperoleh hasil

yang maksimal. Tetapi kalau untuk keperluan keluarga kecil cukup dengan alat

sederhana yang alat-alatnya bisa diperoleh dari sekeliling kita dengan harga

murah, seperti diperlukan es batu dan beberapa kotak dari aluminium yang

berfungsi sebagai tempatnya


Air susu merupakan bahan makanan utama bagi makhluk yang baru lahir,

baik bagi hewan maupun manusia. Sebagai bahan makanan/minuman air susu sapi

mempunyai nilai gizi yang tinggi, karena mengandung unsur-unsur kimia yang

dibutuhkan oleh tubuh seperti Calsium, Phosphor, Vitamin A, Vitamin B dan

Riboflavin yang tinggi. Komposisinya yang mudah dicerna dengan kandungan

protein, mineral dan vitamin yang tinggi, menjadikan susu sebagai sumber bahan

makanan yang fleksibel yang dapat diatur kadar lemaknya, sehingga dapat

memenuhi keinginan dan selera konsumen (Hadiwiyoto, S., 1983).


HASIL DAN PEMBAHASAN

Bangsa-Bangsa Sapi Perah

Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan, maka dapat kita

ketahui pada usaha peternakan rakyat sapi perah milik kelompok Tani Tallang

Baba yang diketuai oleh Pak Nasruddin yang terletak di Dusun Tallang Baba

Selatan, Kelurahan Cendana, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang,

Sulawesi Selatan dapat ditarik kesimpulan bahwa bangsa-bangsa sapi perah yang

ada meliputi Sapi Peranakan Fries Holland (Holstein Friesian) dan Sapi Simental.

Jumlah sapi yang ada sebanyak 24 ekor diantaranya yaitu, 1 ekor pedet jantan, 5

ekor sapi laktasi, dan 8 ekor sapi dara dan 10 ekor sapi betina dewasa.

Sapi Peranakan Fries Holland (Holstein Friesian) ini adalah hasil

persilangan antara sapi jawa atau Madura dengan sapi FH. Hasil persilangan

tersebut kini popular dengan sebutan sapi Grati karena banyak diternakkan di

Jawa Timur terutama di daerah Grati. Tanda-tanda sapi Peranakan Fries Holland

menyerupai sapi FH, yaitu produksi relatif lebih rendah dari pada FH dan

badannya pun lebih kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyu Muljana (1982:

65) yang menyatakan bahwa cirri cirri sapi Fries Holland (Holstein Friesian) yaitu

berwarna belang hitam dan putih atau cokelat dan putih, pada kaki bagian bawah

dan ekor berwarna putih, tanduk pendek dan menghadap ke muka, terkadang pada

dahinya terdapat belang warna putih yang berbentuk segitiga, sifatnya jinak dan

mudah dikuasai, tidak tahan panas, lambat dewasanya. berat badan jantan rata-rata

850kg atau lebih, sedang yang betina bisa mencapai 650 kg, produksi susu rata-
rata pertahun di Belanda bisa mencapai 4.500-5.500 liter dalam satu masa laktasi

atau 305 hari dan berkadar lemak 3-7%, tubuhnya tegap.

Potensi Sumber Daya Alam dan Manusia

Potensi sumber daya alam dan manusia di Dusun Tallang Baba Selatan,

Kelurahan Cendana, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi

Selatanyaitu memiliki prospek yang sangat baik, akan tetapi proses untuk

menunjang potensi sumber daya alam dan manusia masih dalam skala yang

kurang efektif, misalnya salah satu komoditas peternakan yang dikembangkan

dengan prinsip keterkaitan antara daerah yaitu sapi perah yang diusahakan dalam

skala peternakan rakyat dengan pola pengusaha yang masih sebagai sambilan di

kabupaten Enrekang.

Potensi Sumber Daya Alam

Bahan baku pakan utama dari sumber daya alam yang digunakan pada

Usaha peternakan Rakyat Sapi Perah milik kelompok Tani Tallang Baba yang

diketuai oleh Pak Nasruddin yang terletak di Dusun Tallang Baba Selatan,

Kelurahan Cendana, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi

Selatan ini adalah hijuan segar berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum)

yang diperoleh dari padang rumput di sekitar areal peternakan tersebut yang

ditanam sendiri. Hijauan rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan

makanan pokok bagi ternak sapi perah karena mengandung serat kasar yang tinggi

dengan poduksi persatuan luas yang sangat tinggi.


Kebutuhan rumput segar pada peternakan sapi perah Kelompok Tani

Tallang Baba sekitar 1.500 kg/hari. Rumput ini dicincang terlebih dahulu

menggunakan copper atau mesin pencacah, setelah itu diberikan ke ternak sapi

perah. Rumput gajah memiliki produksi pertahun yang cukup tinggi dan pada

waktu masih muda nilai gizinya cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Yohanis et al (2013), yang menyatakan bahwa rumput gajah (Pennisetum

purpureum) berumur panjang dengan produksi persatuan luas yang sangat tinggi,

pertumbuhannya sangat cepat dan pada waktu masih muda memiliki nilai gizi

yang cukup tinggi. Itulah sebabnya dianjurkan untuk melakukan pemotongan pada

saat tanaman ini masih muda atau menjelang berbunga.

Ampas tahu kadang diberikan dan merupakan salah satu pakan tambahan

yang berasal dari sisa hasil pembuatan tahu yang dikombinasikan dengan dedak

yang memiliki kandungan energi metabolis yang tinggi. Hal ini sesuai dengan

Soetarno (2003) yang menyatakan bahwa ampas tahu merupakan hasil buangan

dari proses pembuatan tahu yang kaya akan kandungan protein dan mengandung

pro vitamin A yang dapat merubah vitamin A dalam tubuh makhluk hidup.

Dedak ini merupakan salah satu bahan pakan potensial yang mengandung protein

dan energi metabolis yang tinggi. Ampas tahu yang terbuat kedelai ini memiliki

kandungan protein 41,7%, lemak 3,5%, serat kasar 6,5% dan energi metabolisme

2.240Kcal/kg, sedangkan untuk dedak memiliki kandungan protein 11,8%, lemak

3,0%, serat kasar 11,2% dan energi metabolisme 1.140 Kcal/kg. Dedak memiliki

kandungan energi metabolisme yang tinggi.


Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang digunakan pada usaha peternakan sapi perah

milik Kelompok Tani Tallang Baba yang terletak di Dusun Baba Selatan,

Kelurahan Cendana, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi

Selatan ini adalah tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri sehingga tidak

mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja lainnya.

Peternakan penting bagi manusia sebagai sumber protein hewani bagi

hidupnya. Oleh karena itu, pembangunan di bidang peternakan perlu

dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Supardi (2003) yang menyatakan

bahwa untuk penyediaan bahan penghasil pangan, bahan baku industri, jasa

dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian, peternakan penting bagi

manusia sebagai sumber protein hewani bagi hidupnya. Oleh karena itu,

pembangunan di bidang peternakan perlu dikembangkan (Supardi, 2003).

Sistem Perkandangan Sapi Perah

Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan, maka dapat kita ketahui

pada usaha peternakan rakyat sapi perah milik Kelompok Tani Tallang Baba yang

terletak di Dusun Tallang Baba Selatan, Kelurahan Cendana, Kecamatan

Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, terdapat jenis kandang yaitu

tipe kandang tunggal yang merupakan tipe kandang yang ditempati oleh satu

ternak di lengkapi oleh tempat pakan dan tempat minum. Penempatan ternak pada

kandang tunggal dilakukan dengan metode satu baris atau sejajar, sedangkan pada

bagian belakang adalah parit pembuangan kotoran. Hal ini sesuai dengan pendapat

(Ainur, 2007) yang menyatakan bahwa tipe kandang terdiri dari kandang tipe
tunggal, kandang tipe ganda, dan kandang tipe paddock. Kandang tunggal

merupakan tipe kandang yang ditempati oleh satu ternak di lengkapi oleh tempat

pakan dan tempat minum. Penempatan ternak pada kandang tunggal dilakukan

dengan metode satu baris atau sejajar, sedangkan pada bagian belakang adalah

parit pembuangan kotoran.

Proses Pembentukan Air Susu

Di dalam tubuh sapi, air susu dibuat oleh kelenjar susu di dalam ambing.

Ambing sapi terbagi dua yaitu ambing kiri dan ambing kanan, selanjutnya

masing-masing ambing terbagi dua yaitu kuartir depan dan kuartir belakang. Tiap-

tiap kuartir mempunyai satu puting susu. Kelenjar susu tersusun dari gelembung-

gelembung susu sehingga berbentuk seperti setandan buah anggur. Dinding

gelembung merupakan sel-sel yang menghasilkan air susu. Bahan pembentuk air

susu berasal dari darah. Air susu mengalir melalui saluran-saluran halus dari

gelembung susu ke ruang kisterna dan ruang puting susu. Dalam keadaan normal,

lubang puting susu akan tertutup. Lubang puting menjadi terbuka akibat

rangsangan syaraf atau tekanan sehingga air susu dari ruang kisterna dapat

mengalir keluar. Gerakan menyusui dari pedet, usapan atau basuhan air hangat

pada ambing merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan syaraf.

Selanjutnya otak akan mengeluarkan hormon oksitosin yang menyebabkan otot-

otot pada kelenjar susu bergerak dan lubang puting membuka sehingga susu

mengalir keluar (Malaka, 2010).


Pengolahan Susu

Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh

induk betina. Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan

kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang

dihasilkan dari kotoran ternak (Saleh, 2012).

Susu sebagai cairan yang cukup mengandung banyak zat-zat nutrisi yang

dibutuhkan tubuh juga merupakan media yang sangat sangat disukai

oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu, pada penanganan pasca panen susu perlu

dilakukan metode untuk memperpanjang daya simpan dari susu tersebut sehingga

juga dapat dilakukan pengolahan menjadi produk olahan susu seperti keju,

mentega, yoghurt, susu pasteurisasi, susu skim dan es krim (Malaka, 2010).

Dangke

Dangke adalah makanan tradisional yang berasal dari Kabupaten

Enrekang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Dangke pada umumnya terbuat dari

fermentasi susu kerbau atau sapi yang diolah secara tradisional. Dangke

memiliki tekstur seperti tahu dan memiliki rasa yang mirip dengan keju. Dangke

juga terkenal memiliki kandungan protein betakaroten yang cukup tinggi (Irma,

2012).

Dangke dibuat dengan cara merebus campuran susu kerbau atau sapi,

garam, dan sedikit getah buah pepaya. Hasil rebusan tersebut kemudian disaring,

dibuang airnya, dan kemudian dicetak sesuai bentuk yang diinginkan (Irma,

2012).
Dangke dapat langsung disajikan atau diolah lagi menjadi variasi

makanan lain seperti dangke bakar dan sejenisnya. Dangke dibuat dengan cara

menambahkan getah pepaya pada susu sapi. Getah pepaya mengandung

enzim papain yang berfungsi memisahkan protein dengan air (Irma, 2012).

Menu olahan susu sapi menjadi dangke mulai dikembangkan oleh

kelompok tani di Enrekang yang sering membuat makanan yang terbuat dari susu

segar. Susu segar yang langsung diperah dari sapi lalu dituangkan kedalam loyang

kemudian di panaskan. Setelah panas maka dituangkan getah pepaya sebanyak

satu sendok teh sehingga membeku seperti tahu (Irma, 2012).

Krupuk Susu

Kerupuk susu termasuk dalam kelompok kerupuk bersumber protein

(kerupuk halus), kandungan protein minimal yang harus dipenuhi adalah 5%.

Agar kandungan protein pada kerupuk susu terpenuhi, digunakan  curd kadar

protein 12 – 215 yang diperoleh dengan cara memisahkan protein susu (curd) dari

cairannya (whey) menggunakan enzim (Irma, 2012).

Protein dalam adonan disamping meningkatkan nilai gizi juga

mempengaruhi daya kembang kerupuk, demikian juga kadar lemak curd yang

tinggi akan mengganggu perkembangan granula pati sehingga untuk

meningkatkan daya kembang kerupuk disamping menurunkan kadar lemak juga

perlu penambahan bahan pengembang (Irma, 2012).


PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktek lapang yang telah dilakukan, maka dapat kita

ketahui pada usaha peternakan rakyat sapi perah milik kelompok tani Tallang

Baba yang diketuai oleh Pak Nasruddin yang terletak di Dusun Baba Selatan,

Kelurahan Cendana, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi

Selatan dapat ditarik kesimpulan bahwa bangsa-bangsa sapi perah yang ada yaitu,

Sapi Peranakan Fries Holland (Holstein Friesian, jumlah sapi yang ada sebanyak

24 ekor diantaranya yaitu, 1 ekor pedet jantan, 5 ekor sapi laktasi, dan 8 ekor sapi

dara dan 10 ekor sapi betina dewasa. Jenis kandang yang digunakan yaitu tipe

kandang tunggal.

Saran

Adapun saran kepada para peternak adalah agar mengembangkan bangsa-

bangsa sapi perah dan sistem pemeliharaan dapat ditingkatkan. Untuk

meningkatkan produksi susu sebaiknya dilakukan penambahan konsentrat pada

ransum. Dan sebaiknya memanfaatkan feses ternak untuk diolah menjadi Biogas.

Saran untuk tim asisten yaitu sebaiknya menyempatkan hadir pada saat

praktek lapang dilakukan, agar dapat mendampingi praktikan dalam

melaksanakan kegiatan di lapangan.


DAFTAR PUSTAKA

Ainur, R. dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Loka Penelitian Sapi Potong
Grati. Pasuruan.

Budi, M. 2014. Buku Ajar Ternak Perah.UNSOED: Purwokerto

Irma, N. 2012. Pedoman Beternak Sapi Perah. Dirjen Peternakan: Jakarta

Malaka, T. 2010. Buku Tehnik dan Pengembangan Peternakan. Dirjen


Peternakan: Jakarta

Murtidjo, B.A. 1992. Memelihara Sapi Sebagai Ternak Potong dan Perah.

Kasinius. Yogyakarta.

Saleh, MZ. 2012. Ternak Perah. Yasaguna: Jakarta

Yohanes, M. E. Campbell, N.A., Rece, J.B., Mitchell, L.G 2013. Diary Cattle
Science. 3rd Ed. The Interstate Publisher, Inc. Danville, United State of
America.

Anda mungkin juga menyukai