Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH EVOLUSI

“Evolusi Gymnospermae”

DOSEN PEMBIMBING
Purity Sabila Ajiningrum S.Si.,M.Si

DISUSUN OLEH
1. Shokimun Mega Samudera (162500008)
2. Much. Alif Fikri Haidar (162500027)
3. Putra Bagus Setiawan (162500029)

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
Jl. Dukuh Menanggal XII Surabaya 60234
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga Makalah Evolusi “Evolusi Gymnosperm” ini akhirnya selesai. Tugas ini
kami buat untuk memenuhi tugas Evolusi Semester Genap tahun ajaran 2017/2018.

Makalah Evolusi Sel ini kami buat untuk memberikan wawasan


pengetahuan utamanya bagi para pemuda-pemudi atau para pelajar tentang
“Evolusi Gymnosperm”, Dengan selesainya Makalah Evolusi ini, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Purity Sabila Ajiningrum S.Si.,M.Si
yang telah membimbing pembuatan Makalah Evolusi ini. Semoga bimbingan yang
Ibu berikan dapat bermanfaat Amin. Makalah Evolusi ini masih kurang dari
sempurna dan masih banyak kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu dengan penuh
rendah hati, kami mohon agar para pembaca beserta dosen pembimbing berkenan
memberikan kritik dan saran yang membangun guna sempurnanya tugas ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, semoga Makalah Evolusi ini dapat
bermanfaat dan berguna terutama bagi para mahasiswa/i Amin.

Surabaya, Oktober 2018

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ 1

Daftar isi ...................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Biji dan serbuk .................................................................................. 5


2.2. Keunggulan gametofit tereduksi ....................................................... 5
2.3. heterosporit ....................................................................................... 6
2.4. Ovul dan produksi sel telur ............................................................... 6
2.5. Polen dan produksi sperma ............................................................... 7
2.6. Keunggulan evolusioner biji ............................................................. 7
2.7. Biji telanjang gymnospermae pada rujung ....................................... 8
2.8. Evolusi gymnospermae ..................................................................... 8
2.9. Siklus hidup pinus ............................................................................ 10
2.10. Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) ..................................... 11
2.10.1. Kelas paku biji (pteridospermae)......................................... 12
2.10.2. Kelas cyadinae ..................................................................... 13
2.10.3. Kelas bennettinae................................................................. 13
2.10.4. Kelas cordatinae .................................................................. 14
2.10.5. Kelas ginkyoinae ................................................................. 14
2.10.6. Kelas coniferae .................................................................... 15
2.10.7. Kelas gnetinae ..................................................................... 16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 17

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 2
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 18

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evolusi merupakan perubahan yang terjadi dengan lambat dan


membutuhhan waktu yang sangat lama. Evolusi terjadi dalam setiap proses
kehidupan. Evolusi dapat terjadi pada tumbuhan seperti evolusi yang terjadi pada
biji Gymnospermae. Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka.
Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang berarti telanjang
dan sperma yang berarti biji, sehingga gymnospermae dapat diartikan sebagai
tumbuhan berbiji terbuka.tumbuhan berbiji terbuka merupakan kelompok
tumbuhan berbiji yang bijinya tidak terlindung dalam bakal buah (ovarium).

Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta


tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Gymnospermae berasal dari
Progymnospermae melalui proses evolusi biji. Adanya evolusi biji Gymnospermae,
sehingga perlu untuk diketahui proses terjadinya evolusi biji tumbuhan tersebut
serta keuntungan terjadinya evolusi biji Gymnospermae.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana proses terjadinya evolusi biji Gymnospermae ?
b. Apa keuntungan evolusi biji ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui proses terjadinya evolusi tumbuhan biji
Gymnospermae.
b. Untuk mengetahui keuntungan evolusi biji.

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biji dan Serbuk

Gambaran umum adaptasi terrestrial ditambahkan oleh tumbuhan berbiji


dari tumbuhan yang sudah ada sebelumnya pada tumbuhan non vaskuler (briofit)
dan tumbuhan vaskuler tak berbiji. Sifat-sifat yang dimiliki oleh tumbuhan berbiji
diantaranya, gametofit tereduksi, heterospori, ovul dan polen. Tumbuhan berbiji
beradaptasi dengan cara bertahan pada kondisi di darat seperti kekeringan dan
paparan terhadap sinar ultraviolet (UV) dari sinar matahari. Adaptasi lain yaitu
kemampuan membebaskan tumbuhan berbiji dari kebutuhan air sehingga
reproduksi dapat terjadi dalam kisaran kondisi yang lebih luas daripada tumbuhan
tak berbiji.

2.2 Keunggulan Gametofit Tereduksi

Lumut dan briofit-briofit yang lain memiliki siklus hidup yang didominasi
oleh gametofit, sementara pakis dan tumbuhan vascular tak berbiji lainnya
memiliki siklus hidup yang didominasi oleh sporofit. Kecenderungan evolusioner
dari reduksi gametofit terus berlanjut pada garis keturunan tumbuhan vascular
yang menghasilkan tumbuhan berbiji. Sementara gametofit tumbuhan vascular tak
berbiji dapat dilihat oleh mata telanjang, gametofit tumbuhan berbiji sebagian
besar berukuran mikroskopik.

Pengecilan ukuran ini memungkinkan inovasi evolusioner yang penting


pada tumbuhan berbiji. Gametofit mungilnya dapat berkembang dari spora yang
ditahan di dalam sporangia sporofit induk. Susunan ini melindungi gameofit
betina (penghasil telur) yang rapuh dari tekanan-tekanan lingkungan. Jaringan

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 5
reproduksi yang lembab dari sporofit melindungi gametofit dari radiasi UV dan
kekeringan. Hubungan ini juga memungkinkan gametofit yang dependen untuk
memperoleh nutrient dari sporofit. Sebaliknya, gametofit tumbuhan tak berbiji
yang hidup bebas harus mempertahankan dirinya sendiri, membandingkan
hubungan gametofit-sporofit pada tumbuhan non vaskuler, tumbuhan vascular
berbiji dan tumbuhan berbiji.

2.3 Heterosporit

Hampir semua tumbuhan tak berbiji merupakan homospor, mereka


menghasilkan satu jenis spora yang biasanya memunculkan sebuah gametofit
biseksual. Kerabat dekat tumbuhan berbiji semuanya bersifat homospor, sehingga
tumbuhan berbiji memiliki nenek moyang yang bersifat homospor. Pada suatu titik,
tumbuhan berbiji atau nenek moyangnya menjadi heterospor. Megasporangia
menghasilkan megaspore yang memunculkan gamefit betina, sementara
mikrosporangia yang memunculkan gametofit jantan. Masing-masing
megasporangium memiliki satu megaspore fungsional, sementara masing-masing
mikrosporangum mengandung banyak sekali mikospora.

2.4 Ovul dan Produksi Sel Telur

Tumbuhan berbiji bersifat unik karena mempertahankan megasporangium


dan megaspore di dalam sporofit induk. Selapis jaringan sporofit yang disebut
integumen membungkus dan melindungi megasporangium. Megasporangia
gymnospermae dikelilingi oleh satu integument, sementara megasporangia
angispermae biasanya memiliki dua integumen. Struktur keseluruhan
megasporangium, megaspore dan integumennya disebut ovul. Di dalam setiap ovul,
gametofit betina berkembang dari megaspore dan menghasilkan satu sel telur atau
lebih.

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 6
2.5 Polen dan Produksi Sperma

Mikrospora berkembang menjadi serbuk polen yang terdiri dari sebuah


gametofit jantan yang diselubungi oleh sebuah dinding polen. Dinding polen yang
tangguh, yang mengandung polimer sporopolenin, melindungi serbuk polen ketika
ditranspor dari tumbuhan induk melalui angina, misalnya atau dengan menumpang
pada tubuh hewan. Transfer polen ke bagian tumbuhan berbiji yang mengandung
ovul disebut polinasi. Jika serbuk polen bergerminasi (mulai tumbuh) atau
berkecambah, tabung polen akan muncul dan melepaskan sperma ke dalam
gametofit betina di dalam ovul.

Tumbuhan nonvascular dan tumbuhan vascular tak berbiji seperti pakis,


gametofit yang hidup bebas, melepaskan sperma berflagella yang harus berenang
melalui lapisan air agar mencapai sel telur. Jarak transport sperma ini jarang
melebihi beberap sentimeter. Sebaliknya, pada tumbuhan berbiji, gametofit jantan
penghasil sperma di dalam serbuk polen dapat dibawa menempuh jarak yang jauh
oleh angin atau hewan, sehingga menghapuskan ketergantungan pada air untuk
transport sperma. Sperma dari tumbuhan berbiji juga langsung ke sel telur melalui
tabung polen. Gimnosperma yang masih ada menyediakan bukti transisi
evolusioner menuju sperma nonmotil. Sperma dari beberapa spesies gimnosperma
mempertahankan kondisi berflagela purba, namun flagella telah hilang pada sperma
kebanyakan gimnosperma dan semua angiosperma.

2.6 Keunggulan Evolusioner Biji

Jika sperma memfertilisasi sel telur dari tumbuhan berbiji, zigot tumbuh
menjadi embrio sporofit. Keseluruhan ovul berkembang menjadi biji, embrio
bersama dengan persediaan makanannya, di kemas di dalam selaput pelindung yang
berasal dari integument. Hingga permunculan biji, spora adalah satu-satunya tahap
pelindungdalam siklus hidup tumbuhan. Spora lumut, misalnyadapat sintas bahkan
jika lingkungan setempat menjadi terlalu dingin, terlalu panas, atau terlalu kering,
bahkan bagi kehidupan lumut itu sendiri. Ukurannya yang mungil memungkinkan
spora lumut untuk tersebar dalam kondisi dorman ke daerah yang baru, tempat

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 7
mereka dapat bergerminasi dan memunculkan gametofit lumut baru jika dan ketika
kondisinya cukup menguntungkan bagi spora untuk mengakhiri masa dormansi.
Spora adalah cara utama bagi lumut dan tumbuh-tumbuhan tak berbiji lainnya untuk
menyebar di bumi selama 100 juta tahun pertama kehidupan tumbuhan di darat.

Walaupun lumut dan tumbuhan tak berbiji lainnya terus sukses hingga saat
ini, biji merepresentasikan inovasi evolusioner penting yang berkontribusi dalam
membuka cara-cara baru bagi kehidupan tumbuhan berbiji. Keunggulan biji
dibandingkan dengan spora adalah biji memiliki lapisan jaringan multiseluler
sedangkan spora memiliki sel tunggal, serta selaput biji memperikan perlindungan
ekstra bagi embrio. Tidak seperti spora, biji juga memiliki persediaan cadangan
makanan. Ini memungkinkan biji tetap dorman selama berhari-hari, berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun setelah dilepaskan dari tumbuhan induk. Dalam kondisi-
kondisi yang menguntungkan, biji kemudian bergerminasi, dengan cadangan
makanannya sebagai pendukung pertumbuhan yang sangat penting ketika embrio
sporofit muncul sebagai semaian. Bebrapa biji mendarat cukup dekat dengan
tumbuhan sporofit induknya, biji yang lain dibawa jauh sekali oleh angin atau
hewan.

2.7 Biji Telanjang Gymnospermae Pada Rujung

Gimnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji telanjang yang tidak


terselubung di dalam ovarium. Biji gymnospermae terekspos pada daun yang
termodifikasi (sporofil) yang biasanya membentuk runjung (strobili). Sebaliknya
biji angiospermae terselubung di dalam buah, yang merupakan ovarium dewasa.

2.8 Evolusi Gymnospermae

Bukti fosil mengungkapkan bahwa pada periode devon akhir ( sekitar 380
juta tahun lalu), beberapa tumbuhan mulai memperoleh adaptasi-adaptasi yang khas
bagi tumbuhan berbiji. Misalnya, Archaeopteris merupakan pohon heterospor yang
memiliki batang berkayu. Akan tetapi pohon ini tidak menghasilkan biji. Spesies
tumbuhan vaskulartak berbiji transisional semacam itu terkadang disebut
progimnosperma.

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 8
Tumbuhan penghasil biji pertama muncul pada catatan fosil yang berasal
dari 360 juta tahun lalu, lebih dari 200 juta tahun sebelum fosil angiospermae
pertama. Tumbuhan berbiji pertama ini menjadi punah, demikian pula dengan
beberapa garis keturunan yang muncul belakangan. Walaupun hubungan antara
garis keturunan tumbuhan berbiji telah punah dan yang sintas masih belum bisa
dipastikan, bukti morfologis dan molekuler menempatkan garis-garis keturunan
tumbuhan berbiji yang masih adlam dua ke dalam dua klad saudari yang
monofiletik, gimnosperma dan angiosperma.

Fosil gimnospermae paling awal berumur sekitar 305 juta tahun.


Gimnosperma awal ini hidup di dalam ekosistem karbon yang masih didominasi
oleh likofit, ekor kuda, pakis dan tumbuhan vascular tak berbiji lainnya. Seiring
bergantinya periode karbon menjadi periode perm, kondisi iklim yg jauh lebih
kering menguntungkan penyebaran gimnosperma. Flora dan fauna berubah secara
drastis, seiring dengan lenyapnya banyak kelompok organisme dan menonjolnya
kelompok organisme yang lain. Walaupun terjadi paling banyak di lautan,
perubahan tersebut juga memengaruhi kehidupan di darat. Misalnya, dalam
kingdom hewan, keaanekaragaman amfibia menjadi berkurang dan digantikan oleh
reptil, yang terutama teradaptasi denga baik terhadap kondisi kering. Serupa dengan
itu, likofit ekor kuda dan pakisyang mendominasi rawa-rawa karbon digantikan
oleh gimnosperma, yang lebih sesuai dengan iklim yang kering. Gimnosperma
memiliki adaptasi-adaptasi terrestrial yang penting yang ditemukan oleh semua
tumbuhan berbiji, misalnya biji dan polen. Selain itu, beberapa gimnosperma sangat
sesuai dengan kondisi kering karena memiliki kutikula yang tebal dan area
permukaan yang relative sempit pada daunnya yang berbentuk jarum.

Para ahli geologi menganggap akhir periode perm sekitar 251 jut tahun lalu,
sebagai perbatasan antara era paleozoikum (kehidupan tua) dan mesozoikum
(kehidupan menengah). Kehidupan sangat berubah seiring dengan gimnosperma
yang mendominasi ekosistem terrestrial di sepanjang Mesozoikum, berperan
sebagai persediaan makanan bagi dinosaurus herbifora raksasa. Masa Mesozoikum
berakhir dengan kepunahan massal hampir semua dinosaurus dan banyak kelompok

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 9
hewan lainnya, dan planet ini perlahan-lahan menjadi dingin. Walaupun
angiospermae kini mendominasi sebagian besar ekosistem darat, banyak
gimnosperma yang tetap menjadi bagian penting dari flora bumi. Misalnya, wilayah
luas di lintang utara tertutupi oleh hutan-hutan gimnosperma penghasil runjung
yang disebut conifer yang mencakup spruce, pinus, ara, dan redwood.

2.9 Siklus Hidup Pinus

Evolusi tumbuhan biji mencakup tiga adaptasi reproduktif yang penting


yaitu dominasi sporofit yang semakin meningkat, kemunculan biji sebaga tahap
resisten yang mudah disebarkan dalam siklus hidup, dan kemunculan polen sebagai
agen terbawa udara yang menyatukan gamet-gamet. Pohon pinus adalah sporofit,
sporangianya terletak pada struktur-struktur serupa sisik yang terkemas rapat di
dalam runjung. Seperti semua tumbuhan berbiji, conifer bersifat heterospor. Pada
conifer, kedua tipe spora dihasilkan oleh runjung yang berbeda, runjung kecil
penghasil polen dan runjung besar penghasil ovul. Pada kebanyakan spesies pinus,
setiap pohon memiliki kedua jenis runjung. Pada runjung penghasil polen,
mikrosporosit (sel induk mikrospora) mengalami meiosis, menghasilkan
mikrospora haploid. Setiap mikrospora berkembang menjadi serbuk polen yang
mengandung satu gametofit jantan. Pada pinus dan conifer-konifer yang lain, polen
kuning dilepaskan dalam jumlah besar dan terbawa oleh angin, menempel ke
berbagai benda yang dilewatinya. Sementara itu, di dalam runjung penghasil ovul,
megasporosit (sel induk megaspore) mengalami meiosis dan menghasilkan
megaspore haploid di dalam ovul. Megaspora yang sintas berkembang menjadi
gametofit betina, yang tetap berada dalam sporangia.

Semenjak polen muda dan runjung penghasil ovul muncul dipohon,


diperlihatkan waktu hampir tiga tahunbagi gametofit jantan dan betina untuk
dihasilkan dan disatukn serta bagi biji dewasa untuk terbentuk dari ovul yang
terfertilisasi. Sisik-sisik dari masing-masing runjung penghasil ovul kemudian
memisah, dan biji-bijinya disebarkan oleh angin. Biji yang mendarat pada
lingkungan yang sesuai kemudian bergerminasi, embrionya muncul sebagai
semaian pinus.

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 10
2.10 Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji Terbuka)

Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka.


Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang berarti telanjang
dan sperma yang berarti biji, sehingga gymnospermae dapat diartikan sebagai
tumbuhan berbiji terbuka.tumbuhan berbiji terbuka merupakan kelompok
tumbuhan berbiji yang bijinya tidak terlindung dalam bakal buah (ovarium). Secara
harfiah Gymnospermae berarti gym = telanjang dan spermae = tumbuhan yang
menghasilkan biji. Pada tumbuhan berbunga (Angiospermae atau Magnoliphyta),
biji atau bakal biji selalu terlindungi penuh oleh bakal buah sehingga tidak terlihat
dari luar. Pada Gymnospermae, biji nampak (terekspos) langsung atau terletak di
antara daun-daun penyusun strobilus atau runjung.

Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta


tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Pada saat itu, Gymnospermae banyak
diwakili oleh kelompok yang sekarang sudah punah dan kini menjadi batu bara :
Pteridospermophyta (paku biji), Bennettophyta dan Cordaitophyta. Anggota-
anggotanya yang lain dapat melanjutkan keturunannya hingga sekarang.
Angiospermae yang ditemui sekarang dianggap sebagai penerus dari salah satu
kelompok Gymnospermae purba yang telah punah (paku biji).

Gymnospermae berasal dari Progymnospermae melalui proses evolusi biji.


Hal tersebut dapat dilihat dari bukti-bukti morfologi yang ada. Selanjutnya
Progymnospermae dianggap sebagai nenek moyang dari tumbuhan biji.
Progymnospermae mempunyai karakteristik yang merupakan bentuk antara
Trimerophyta dan tumbuhan berbiji. Meskipun kelompok ini menghasilkan spora,
tetapi juga menghasilkan pertumbuhan xylem dan floem sekunder seperti pada
Gymnospermae. Progymnospermae juga sudah mempunyai kambium berpembuluh
yang bifasial yang mampu menghasilkan xilem dan floem sekunder. Kambium
berpembuluh merupakan ciri khas dari tumbuhan berbiji. Salah satu contoh
Progymnospermae adalah tipe Aneurophyton yang hidup pada jaman Devon, sudah
menunjukkan system percabangan tiga dimensi dengan stelenya yang bertipe
protostele. Contoh lainnya adalah tipe Archaeopteris yang juga hidup di jaman

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 11
Devon. Kelompok ini dianggap lebih maju karena sudah menunjukkan adanya
system percabangan lateral yang memipih pada satu bidang dan sudah mempunyai
struktur yang dianggap sebagai daun. Batangnya mempunyai stele yang bertipe
eustele yang menunjukkan adanya kekerabatan dengan tumbuhan berbiji yang
sekarang.

Tumbuhan yang termasuk golongan ini terdiri atas tumbuh – tumbuhan


yang berkayu dengan bermacam – macam habitut. Bagian kayunya berasal dari
berkas - berkas pembuluh pengangkutan kolateral terbuka yang pada penampang
melintang batang tersusun dalam suatu lingkaran, dan karenaadanya kambium
memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Dalam bagian xilem tidak
terdapat pembuluh – pembuluh kayu, melainkan hanya trakeida saja dan di dalam
floem berlainan juga dengan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) tidak
terdapat sel – sel pengiring. Selain itu batang tumbuhan berbiji terbuka pada
umumnya tidak terdapat floeoterma.

Daun mempunyai bentuk yang bermacam – macam, kaku, dan selalu hijau
dengan di dalamnya berkas – berkas pengangkutan yang tidak bercabang atau
bercabang menggarpu. Bunga menurut pengertian sehari – hari belum ada, kadang
– kadang makrosporofil dan mikrosporofil masih terkumpul dalam jumlah yang
tidak terbatas pada suatu sumbu yang panjang. Hiasan bunga tidak ada atau
tereduksi. Gametofit telah mengalami reduksi, tetapi belum begitu jauh seperti pada
Angiospermae. Gymnospermae dibagi dalam sejumlah kelas yang sebagian telah
punah.

2.10.1. Kelas Paku Biji (Pteridospermae)

Paku biji adalah tumbuhan fosil yang telah hidup dalam zaman Devon,
mencapai puncak perkembanagan dalam zaman Karbon dan Perm serta telah punah
dalam zaman Mesozoikum. Daunnya menyerupai daun tumbuhan paku.
Sporofilnya menyerupai daun biasa tetapi belum terkumpul menjadi bunga.
Batangnya kecil seperti liana atau tumbuh tegak mempunyai xilem yang eksark atau
endark dengan pertumbuhan menebal. Kayu sekunder mempunyai trakeida dengan

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 12
noktah – noktah halaman dan jari – jari teras yang lebar. Dari Pteridospermae
dikenal dua suku :

a. Lyginopteridaceae. Batang ada yang memanjat, tidak atau sedikit saja


bercabang, mempunyai teras atau tidak. Baik akar maupun batangnya
mempunyai kambium dan memperlihatkan pertumbuhan menebal
sekunder. Tajuk pohon berbentuk kipas. Bakal biji mempunyai piala.
Contoh Lyginopteris oldhamia
b. Medullosaceae. Batangnya mempunyai banyak stele, masing – masing
memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Bakal biji tidak
mempunyai piala.

2.10.2. Kelas Cyadinae

Kelas ini hanya terdiri atas satu bangsa yaitu Cycadales dengan satu suku
Cycadaceae. Kelompok tumbuhan ini telah mulai muncul menjelang akhir zaman
Palaeozoikum. Habitusnya menyerupai palama, berkayu, tidak atau sedkit sekali
bercabang, teras besar, korteks tebal. Daun tersusun dalam rozet batang, berbagi
menyirip atau menyirip, yang masih muda tergulung seperti daun paku.

Sporofil tersusun dalam strobilus yang berumah dua. Strobilus selalu


terminal, tanpa bagian- bagian yang menyerupai daun pada pangkalnya. Dari suku
Cycadaceae yang terdapat di Indonesia adalah marga Cycas misal Cycas rumpii.

2.10.3. Kelas Bennettinae

Kelas ini telah punah. Dari sisa – sisa yang ditemukan dijadikan satu suku yaitu :

Suku Bennettitaceae. Tumbuh –tumbuhan berkayu, batang payung


menggarpu, mempunyai teras di pusat dan sedikit kayu. Daun menyirip, jarang
tidak. Strobilus dalam ketiak daun, kadamg – kadang pada tangkai yang panjang di
antara daun – daun, kadang- kadang pada tangkai yang pendek dan keluar dari
bagian batang yang telah tua, kadang – kadang juga di ujung (terminal), pada
cabang – cabang atau batang yang menggarpu. Bakal biji dengan satu integumen
dan satu ruang serbuk sari. Lembaga mempunyai dua daun lembaga. Strobilus pada

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 13
pangkalnya mempunyai sisik- sisik yang tersusun dalam suatu spiral. Gametofitnya
tidak dikenal.

2.10.4. Kelas Cordaitinae

Tumbuh – tumbuhan ini dalam zaman Karbon dan Perm telahmerupakan


suatu hutan- hutan, akan tetapi dalam zaman Perm itu pula rupa – rupanya telah
menjadi punah. Umumnya berupa pohon – pohon yang tinggi yang bercabang-
cabang, mmeperlihatkan pertumbuhan sekunder. Daun tunggal bangun lanset atau
pita, bertulang sejajar. Duduknya tersebar, dan pada ujung – ujung dahan amat
berdekatan. Strobilus jantan tersusun dalam dua baris pada tangkai – tangkai yang
tebal terletak di antara daun – daun. Strobilusnya mempunyai sumbu yang tebal
terletak di antara daun – daun.

Bakal biji terpisah- pisah, tiap bakal biji terdapat pada suatu tangkai yang
menyerupai daun, masing – masing mempunyai satu integumen dan ruang serbuk
sari yang panjang. Biji pipih, kadang – kadang bersayap dan terdapat pada tangkai
yang panjang.

Kelas Cordaitinae meliputi bangsa Cordaitales yang membawahi Cordaitaceae atau


Pityaceae, contoh – contoh antara lain :

- Cordaites laevis
- Cordaianthus pseudofluitans

2.10.5. Kelas Ginkyoinae

Kelas ini telah tersebar luas di zaman Mesozoikum dan Tersier, berupa
pohon- pohonan yang mempunyai tunas panjang dan pendek dengan daun- daun
yang bertangkai panjang berbentuk pasak atau kipas, dengan tulang- tulanh yang
bercabang – cabang, yang meranggas dalam musim gugur.

Tumbuh – tumbuhan ini berumah dua, rangkaian sporofil terdapat pada


tunas pendek dalam ketiak daun – daun peralihan atau dalam ketiak daun biasa.
Strobilus jantan terpisah – pisah dalam ketiaksisik – sisik pada tunas pendek,

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 14
mikrosporofil (benang sari) tidak seberapa banyak dan duduknya tidak teratur
dengan 2 – 4 kantong sari. Biji mempunyai kulit luar yang betdaging dan kulit
dalam yang keras. Lembaga mempunyai dua daun lembaga. Kelas ini terdiri dari
satu bangsa Ginkyoales dan hanya meliputi satu suku Ginkyoaceae. Contohnya :
Ginkyo biloba.

2.10.6. Kelas Coniferae

Kelas ini meliputi semak – semak, perdu, atau pohon – pohon dengan tajuk
yang kebanyakan berbentuk kerucut (conus = kerucut ; ferein = mendukung). Daun
tumbuhan kelas ini banayak yang berbentuk jarum. Kelas ini terbagi dalam
beberapa bangsa, yaitu :

a. Bangsa Taxales
Bangsa ini terdiri atas pohom –pohon atau semak –semak. Daun duduknya
tersebar, berbentuk lanset. Strobilus berumah dua, yang janatan terpisah –
pisah atau merupakan bulir dalam ketiak – ketiak daun, dengan
mikrosporofil yang berbentuk perisai atau sisik. Bakal biji berpasangan di
atas sisik- sisik biji atau pada ujungnya (terminal). Contoh : Cephalotaxus
fartanei
b. Bangsa Araucariales
Suku Araucariaceae. Pohon – pohon dnegan daun tersebar, berbentuk jarum
atau lebar dengan saluran – saluran resin di dalamnya. Tumbuh –tumbuhan
ini berumah dua. Strobilus jantan besar, di ketiak atau di ujung cabang –
cabang yang pendek dengan mikrosporofil yangbertangkai dan berbentuk
sisik. Suku ini terbagi menjadi dua marga :
- Acauracia,misalnya A. Cunninghamii
- Agathis, misalnya Agathis alba
c. Bangsa Podocarpales
Suku Podocarpaceae. Perdu atau pohon dengan daun berbentuk sisik, jarum,
garis, atau lanset dan kadang juga bulat telur. Tumbuh –tumbuhan in
berumah dua. Strobilus jantan terminal atau di ketiak, kebanyakan agak

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 15
panjang dengan mikrosporofil, masing – masing dengan 2 kantong sari.
Contoh : Podocarpus imbricate

2.10.7. Bangsa Gnetinae


Tumbuhan berkayu yang batangnya bercabang – cabang atau tidak, atau
hanya terdiri atas hipokotil yang menebal. Dalam kayu sekunder terdapat vasa
(trakea). Saluran resin tidak ada. Daun tunggal, berhadapan. Bunga berkelamin
tunggal, majemuk, terdapat dalam ketiak daun pelindung yang besar, mempunyai
tenda bunga. Bunga betina mempunyai bakal biji yang tegak. Pembuahan dengan
perantaraan buluh serbuk dengan dua inti generatif yang tidak sama besar di
dalamnya. Lembaga mempunyai dua daun lembaga. Terdiri dari bangsa :
a. Bangsa Ephedrales. Contoh : Ephedra altissima
b. Bangsa Gnetales. Contoh : Gnetum gnemon
c. Bangsa Welwitschiales. Contoh : W. mirabilis

Erophyta merupakan kelompok terbesar dari filum-filum gimnosperma,


terdiri dari sekitar 600 spesies conifer (dari kata latin conus, runjung, dan fere,
mengangkut). Banyak conifer merupakan pohon besar, misalnya sipres dan
redwood. Segelintir spesies conifer mendominasi wilayah hutan yang sangat luas
di belahan bumi utara, tempat musim pertumbuhan relative singkat akibat posisi
lintang atau ketinggiannya dari permukaan laut.

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 16
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta
tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Gymnospermae berasal dari
Progymnospermae melalui proses evolusi biji. Sebagai contoh Progymnospermae
adalah tipe Aneurophyton dan tipe Archaeopteris. Gymnospermae yang masih ada
menyediakan bukti transisi evolusioner menuju sperma nonmotil. Sperma dari
beberapa spesies gymnospermae mempertahankan kondisi berflagela purba, namun
flagella telah hilang pada sperma kebanyakan gymnospermae dan semua
angiosperma.

Keuntungan dari mengetahui evolusi biji adalah kita dapat mengetahui


inovasi evolusioner penting yang berkontribusi dalam membuka cara-cara baru bagi
kehidupan tumbuhan berbiji.

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 17
DAFTAR PUSTAKA

Appleman, P. 1970. Darwin. W.W. Norton & Company. New York.

Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II.
Erlangga: Jakarta.

Cleal C.J dan Thomas, B.A. 2009. Introduction to Plant Fossils. Cambridge
University Press. United Kingdom.

Hidayat, E. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.

Jung, W. 1996. Ferns, Cycads, or What? In Dernbach, U.Petrified Forest: The


World's 31 Most Beautiful Petrified Forests. D’ORO Publishers. Germany.

Kenrick, P dan Davis, P. 2004. Fossil Plants. Smithsonian Books. Washington.


Mader, S.S. 2001. Biology. Seventh edition. McGraw-Hill. Boston.

Mulyani, Sri . E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Pojeta, J dan Springer. 2001. Evolution and the Fossil Record. The Paleontological
Society. American Geological Institute Alexandria, Virginia.

Rhawn, Joseph. 2009. The Evolution Of Life From Other Planets The First
Earthlings, ExtraTerrestrial Horizontal Gene Transfer, Interplanetary Genetic
Messengers and the Genetics of Eukaryogenesis and Mitochondria
Metamorphosis. Journal of Cosmology Vol 1:100-150.

Saylo, Monalie C., Cheryl C. Escoton, and Micah M. Saylo. 2011. Punctuated
Equilibrium vs. Phyletic Gradualism. International Journal of Bio Science
and Bio Technology Vol. 3 No.3.

Selmeier, A. 1996. Identification of Petrified Wood Made Easy. In Dernbach, U.


Petrified Forest: The World's 31 Most Beautiful Petrified Forests. D’ORO
Publishers. Germany.

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 18
Small, Christine J. 2002. Uncorrelated Evolution Of Leaf And Petal Venation
Patterns Across The Angiosperm Phylogeny. Journal of Experimental Botany
Vol. 30 (3).

Stokstad, E. 2002. Fossil Plant Hints How First Flower Bloomed. Science 296:821.

Susanto, Agus Heri. 2011. Genetika. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong.2004. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta. UGM Press.

Viney, Mike. 2008. Science Olympiad Division (Phylum) Pteridospermatophyta.


Petrified Wood Museum, Thailand.

Watson M. Laetsch.1979.Plants.Canada :Brown and Company.

Univ. PGRI ADI BUANA SBY EVOLUSI |


Evolution of Gymnosperm- 19

Anda mungkin juga menyukai