Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BENIH DAN PERSEMAIAN

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN


SEMAI

Disusun Oleh :
Nama : Steven Bismar Pangaribuan
NPM : E1B018030
Shift : Senin (10.00 – 12.00 WIB)
Dosen : 1. Ir. Putranto B Agung N., M.Sc
2. Ir. Deselina.,MP
Co-Ass : 1. Paka Mutiara Anugrah (E1B017016)
2. Vhamela Putri Loranza (E1B017029)
3. Kagede Purbaya L.P (E1B017064)
4. Yohan Marihot Sinaga (E1B017052)

LABORATORIUM KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses
benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di
lapangan. Secara singkat semai adalah bibit yang siap ditanam di lapangan.
Pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang terdiri dari
faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah segala pengaruh atau faktor yang berasal dari tanaman
itu sendiri yaitu berupa gen dan hormone. Faktor eksternal merupakan faktor yang
berasal dari luar tubuh tumbuhan tersebut yang berasal dari lingkungan atau
ekosistem yaitu berupa air, cahaya, kelembaban, makanan (nutrisi) dan suhu.
Respon tanaman sebagai akibat dari faktor lingkungan terlihat pada
penampilan tanaman (performance). Tanaman akan memberi respon selama siklus
hidupnya jika faktor lingkungan tidak mendukung pertumbuhannya. Dalam upaya
budidaya tanaman maka perlu mempelajari yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan. Diantaranya faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman salah satunya adalah cahaya.
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman melalui proses fotosintesis. Kebutuhan cahaya untuk masing-masing
jenis tanaman berbeda, terutama pada pertumbuhan semai. dengan kata lain ada
jenis yang toleran dan ada yang intoleran.
Beberapa Tanaman ada yang mampu hidup dalam kondisi ternaungi (toleran)
namun ada juga tanaman yang bereproduksi dengan sukses hanya di tempat
terbuka atau pada kondisi tajuk tanaman yang mendapatkan cahaya matahari
secara penuh (intoleran). Pengetahuan mengenai toleransi suatu jenis pohon dapat
dijadikan sebagai landasan budi daya pohon hutan secara baik untuk menyokong
setiap keputusan pengelolaan hutan.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh naungan terhadap pertumbuhan semai lamtoro,
mahoni dan akasia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang terdiri


dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala pengaruh atau
faktor yang berasal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa gen dan hormone. Faktor
eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan tersebut yang
berasal dari lingkungan atau ekosistem yaitu berupa air, cahaya, kelembaban,
makanan (nutrisi) dan suhu (Juhaeti, 2009).
Faktor lingkungan seperti media, iklim mikro, ketersediaan air, suhu udara,
cahaya dan ketersediaan hara dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Media
tanam merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan tanaman, oleh sebab
itu media yang sesuai untuk jenis tanaman tertentu sangatlah diperlukan
(Setyowati, 2011).
Respon tanaman sebagai akibat faktor lingkungan terlihat pada penampilan
tanaman (performance). Tanaman akan memberi respon selama siklus hidupnya
jika faktor lingkungan tidak mendukung pertumbuhannya. Tanggapan ini dapat
berupa morfologis, fisiologis, atau anatomis. Walaupun genotipnya sama, dalam
lingkungan yang berbeda penampilan dapat berbeda pula (Haryanti, 2010).
Menurut (Suhardi et al, 1995) naungan berhubungan berat dengan temperatur
dan evaporasi. oleh karena adanya naungan, evaporasi dari semai dapat dikurangi.
Beberapa spesies lain menunjukan perilaku yang berbeda. Beberapa spesies dapat
hidup dengan mudah dalam intensitas cahaya yang tinggi tetapi beberapa spesies
tidak. cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis,
sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berangsunya
proses pertumbuhan.
Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis,
sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat
berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman (Kramer dan
Kozlowski, 1979).
Perbedaan tingkat naungan mempengaruhi intensitas cahaya, suhu udara, dan
kelembaban udara lingkungan tanaman, sehingga intensitas cahaya yang diterima
oleh tanaman berbeda dan mempengaruhi ketersediaan energy cahaya yang akan
diubah menjadi energi panas dan energi kimia. Apabila energi cahaya tidak
dilepaskan kembali ke lingkungannya, energi tersebutakan diubah menjadi energi
panas dan akan menaikkan suhu daun sedangkan energi cahaya diubah menjadi
energi kimia yaitu melalui proses fotosintesisdengan menghasilkan karbohidrat
yang digunakan tanaman dalam proses pertumbuhannya (Berutu, 2008).
Fotosintesis tergantung dengan intensitas cahaya dan suhu. Intensitas cahaya
yang rendah akan menurunkan laju fotosintesis, sehingga translokasi hasil
fotosintesis juga semakin lambat. Suhu yang rendah akan menyebabkan
pertumbuhan menjadi lambat karena proses enzimatis dikendalikan oleh suhu,
sehingga berat kering tanaman menurun (Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1995).
Pengaruh cahaya terhadap tanaman sangat kompleks, yaitu mempengaruhi
proses fotokomia dan juga bentuk dan ukuran tanaman, sehingga akan
berpengaruh terhadap hasil akhir tanaman (Woodward dan Sheely. 1983; dalam
Sundari 2005).
Marschner (1995) juga mengatakan bahwa cahaya berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan bibit di dalam persemaian
Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan
terhadap cahaya matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik ditempat terbuka
sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat
teduh/bernaungan. Ada pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang
berbeda sepanjang periode hidupnya. Pada waktu masih muda memerlukan
cahaya dengan intensitas rendah dan menjelang sapihan mulai memerlukan
cahaya dengan intensitas tinggi (Soekotjo,1976 dalam Faridah, 1995).
Hal ini juga diungkapkan oleh Wachjar (2002) bahwa naungan akan
mempengaruhi jumlah intensitas cahaya matahari yang mengenai tanaman. Setiap
jenis tanaman membutuhkan intensitas cahaya tertentu untuk memperoleh
fotosintesis yang maksimal.
Pemberian naungan pada tanaman baik secara alami dan buatan akan berarti
mengurangi intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman tersebut, hal ini akan
mempengaruhi pertumbuhan maupun hasil tanaman. Tanaman yang kurang
mendapatkan cahaya matahari akan mempunyai akar yang pendek, cahaya
matahari penuh yang menghasilkan akar lebih panjang dan lebih bercabang
(Darmajaya, 2008).
Perbedaan tingkat naungan mempengaruhi intensitas cahaya, suhu udara,
kelembaban udara dan suhu tanah lingkungan tanaman, sehingga intensitas cahaya
yang diterima oleh tanaman berbeda dan mempengaruhi ketersediaan energi
cahaya yang akan diubah menjadi energi panas dan energi kimia (Widiastuti dkk,
2004).
Tanaman naungan ditandai dengan rendahnya titik kompensasi cahaya
sehingga dapat mengakumulasi produk fotosintat pada tingkat cahaya yang rendah
dibandingkan dengan tanaman cahaya penuh (Pantilu dkk, 2012).
Mayer dan Anderson (1952) dalam Simorangkir (2000) menyatakan bahwa
tanaman yang tumbuh dengan intensitas cahaya nol persen akan mengakibatkan
pengaruh yang berlawanan, yaitu suhu rendah, kelembaban tinggi, evaporasi dan
transportasi yang rendah.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu : 19 Oktober 2020 pukul 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Rumah masing-masing dan via virtual (praktikum mandiri)

3.2 Alat dan Bahan


1. Semai mahoni, akasisa atau lamtoro
2. Naungan
3. Gembor
4. Alat tulis
5. Chlorophylmeter
6. Kamera

3.3 Cara Kerja


1. Siapkan semai bambang lanang sejumlah 20 semai
2. Letakkan 10 semai di tempat ternaungi (N1) dan 10 semai di tempat tidak
ternaungi (N2)
3. Lakukan pemeliharaan berupa penyiraman dan penyiangan terhadap
gulma.
4. Catat tinggi dan diameter awal semai bambang lanang.
5. Lakukan pengamatan setiap 1 minggu untuk variabel tinggi dan diameter
semai.
6. Lakukan pengamatan selama 4 minggu, pada pengamatan terakhir lakukan
pengamatan pada tinggi semai, diameter semai, kandungan chlorophyl dan
jumlah daun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Semai Ternaungi
Sem Tinggi (cm) Diameter (cm) Jumlah daun
ai M M M M Rat M M M M Rat M M M M Rat
Aksi 1 2 3 4 a- 1 2 3 4 a- 1 2 3 4 a-
a rata rata rata
S1 9 9,2 9,5 9,6 9,3 0, 0,1 0,1 0,1 0,13 2 2 3 3 2,5
1 2 4 5
S2 12 12, 12, 12, 12,2 0, 0,1 0,1 0,1 0,12 4 4 5 5 4,5
2 3 5 5 1 4 7
S3 15 15 15, 15, 15,1 0, 0,1 0,1 0,1 0,12 5 5 5 6 5,25
2 5 1 3 5
S4 10 10, 10, 11 10,5 0, 0,1 0,1 0,1 0,13 3 3 5 5 4
3 7 1 2 5 7
S5 16 16 16, 16, 16,1 0, 0,2 0,2 0,2 0,13 4 4 5 5 4,5
2 3 2 1 2 4 5

B. Semai Tidak Ternaungi


Sema Tinggi (cm) Diameter (cm) Jumlah daun
i M1 M2 M3 M4 Rata M M2 M3 M4 Rata M M M M Rata
Aksia -rata 1 -rata 1 2 3 4 -rata
S6 17 17,1 17,1 17,1 17,06 0,1 0,1 0,1 0,1 0,12 3 3 4 5 3,75
3 6 2 3 6
S7 10 10,1 10,3 10,5 10,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 5 5 4 4 4,5
S8 11, 11,8 12 12,2 11,9 0,2 0,2 0,2 0,2 0,22 3 3 5 5 4
7 1 3 4
S9 12, - - - 3,02 0,2 - - - - 4 - - - 1
1
S10 15 15,1 15,1 16,1 15,10 0,1 0,1 0,1 0,1 0,12 3 3 4 5 3,75
3 5 0 2 3 6
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ke 8 ini berbicara tentang pengaruh naungan terhadap
pertumbuhan semai. Dalam praktikum ini semai yang digunakan adalah dari
tanaman lamtoro sebanyak 10 semai yaitu 5 semai ternaungi (toleran) dan 5 tidak
ternaungi (intoleran).
Setelah semai diletakkan di tempatnya masing-masing, namun sebelum itu
semai di tanam di dalam cup dengan perbandingan 2 tanah : 1 pasir. Kemudian
lakukan pemeliharaan berupa penyiraman dan penyiangan. Setiap minggunya di
catat tinggi, diameter dan jumlah daun semai tersebut. Pengamatan ini dilakukan
selama empat minggu.
Berdasarkan hasil yang di dapat semai yang ternaungi (toleran)
pertumbuhannya lebih cepat di banding yang tidak ternaungi (intoleran). Hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon terutama hormon auksin. Fungsi utama hormon
auksin ialah sebagai pememacu pemanjangan sel di daerah belakang meristem
ujung. Hormon auksin sangat peka terhadap cahaya matahari sehingga apabila
terkena cahaya matahari hormone auksin akan terurai dan rusak. Pada keadaan
yang gelap hormon auksin ini tidak terurai, sehingga akan terus memacu
pemanjangan batang.
Namun semai yang ternaungi ini memiliki kondisi fisik tanaman yang kurang
sehat, akar yang banyak, dan batang terlihat kurus dan tidak sehat,warna batang
dan daun juga pucat serta kekurangan klorofil sehingga daun berwarna kuning.
Peristiwa ini disebut etiolasi.
Sedangkan yang terjadi pada semai yang tidak ternaungi juga mengalami
pertumbuhan yang cepat karena bantuan cahaya yang menyebabkan proses
fotosintesis berjalan dengan baik yang dapat memicu pertumbuhan tanaman
berkembang dengan cepat. Namun pada semai ke 9 atau semai ke 4 dari semai
yang tidak ternaungi pada minggu ke 2 mati dikarenakan gangguan dari hewan
(ayam) yang berada sekitar tanaman.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang di dapat semai yang ternaungi (toleran)
pertumbuhannya lebih cepat di banding yang tidak ternaungi (intoleran). Hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon terutama hormon auksin. Fungsi utama hormon
auksin ialah sebagai pememacu pemanjangan sel di daerah belakang meristem
ujung. Hormon auksin sangat peka terhadap cahaya matahari sehingga apabila
terkena cahaya matahari hormone auksin akan terurai dan rusak. Pada keadaan
yang gelap hormon auksin ini tidak terurai, sehingga akan terus memacu
pemanjangan batang.
Namun semai yang ternaungi ini memiliki kondisi fisik tanaman yang
kurang sehat, akar yang banyak, dan batang terlihat kurus dan tidak sehat,warna
batang dan daun juga pucat serta kekurangan klorofil sehingga daun berwarna
kuning. Peristiwa ini disebut etiolasi.

5.2 Saran
Diharapkan pada praktikum berikutnya praktikan lebih memperhatikan co-ass
saat memberikan teori agar dalam pengerjaannya tidak bingung dan tidak salah
pengerjaan nya.
DAFTAR PUSTAKA

Berutu, P. S., 2008. Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih. Aceh.


Fakultas Pertanian: Universitas Samudra.
Darmajaya. 2008. Kemampuan Tanaman Menyerap Cahaya. Yogyakarta.
Universitas Gadja Mada.
Faridah E, 1995. Pengaruh Intensitas Cahaya, Mikoriza Dan Serbuk Arang Pada
Pertumbuhan Alam Drybalanops Sp Buletin Penelitian Nomor 29.
Yogyakarta. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Haryanti. 2010. Pengaruh Naungan yang Berbeda terhadap Jumlah Stomata dan
Ukuran Porus Stomata Daun Zephyranthes Rosea Lindl. Semarang.
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Diponegoro.
Juhaeti, 2009. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit Pulai (Alstonia
scholaris (L.) R.Br). Bogor. Jurnal Berita Biologi. 9 (6) : 767-771.
Kramer P. J. and T. T. Kozlowski, 1979. Physiology of Woody Plants. Inc.
Florida. Academic Press.
Pantilu, L.I., F.R. Mantiri., Nio Song Ai, D. Pandiangan, 2012. Respons
Morfologi dan Anatomi Kecambah Kacang Kedelai (Glycine max (L.)
Merill) Terhadap Intensitas Cahaya Yang Berbeda. Fakultas MIPA
Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal Bioslogos, Agustus 2012, 2 (2)
: 81-87.
Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan (terjemahan Diah R.
Lukman) Jilid 3. Jawa Barat. Penerbit ITB Bandung.
Setyowati, N., 2011. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Bibit Rosella. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, Bogor. J. Agrivigor, 10 (2).
Simorangkir B. 2000. Analisis Riap Dryobalanopslanceolata Burck pada Lebar
Jalur yang Berbeda di Hutan Koleksi Universitas Mulawarman Lempake.
Kalimantan Timur. Frontir Nomor 32.
Suhardi, 1995. Effect Of Shading, Mycorrhiza Inoculated And Organic Matter On
The    Growth Of Hopea Gregaria Seedling Buletin Penelitian Nomor 28.
Yogyakarta. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Sundari T. 2005. Keragaan Hasil Dan Toleransi Genotipe Kacang Hijau Terhadap
Penaungan. Kalimantan Timur. Jurnal Ilmiah Kehutanan ”Rimba
Kalimantan” Vol. 6. Nomor. 2. Samarinda.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Jakarta. Rajawali Press.
Wachjar, A. 1984. Pengantar Budidaya Kopi. Bogor. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian ITB.

Widiastuti, L., Tohari., E. Sulistyaningsih, 2004.Pengaruh Intensitas Cahaya dan


Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman
Krisan Dalam Pot. Ilmu Pertanian, 11 (2) : 35-42.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai