Disusun Oleh :
Shafa Tasya Kamila Rachmadani
19025010099
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Menyetujui,
DOSEN PEMBIMBING
Mengetahui,
KOORDINATOR PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
i
I. PENDAHULUAN
2
II. ISI
Model simulasi tanaman yang dibangun terdiri dari empat sampai lebih sub-
model dan disusun untuk kondisi iklim di Indonesia. Sub-model yang diuraikan
dalam tulisan ini adalah (1) perkembangan, (2) pertumbuhan, (3) neraca air,
dan (4) neraca nitrogen. Model ini mempunyai resolusi harian yang memerlukan
masukan berupa unsur cuaca harian radiasi matahari, suhu, kelembapan, kecepatan
angin, dan curah hujan. Model ini memerlukan data awal berupa kadar air tanah,
sifat fisik tanah dan parameter tanaman.
Submodel perkembangan menyimulasikan perkembangan dari saat tanam
sampai panen. Laju perkembangan diperhitungkan berareal pertanamanarkan
konsep heat unit apabila tanaman tidak responsif erhadap panjang hari dengan
menggunakan data suhu harian dan waktu (Baskerville and Emin, 2012). Namun
apabila, tanaman respon terhadap panjang hari hari konsep photothermal unit.
Parameter perkembangan tanaman diturunkan dari percobaan lapang.
3
Submodel pertumbuhan menyimulasikan produksi biomassa tanaman
berareal pertanamanarkan efisiensi penggunaan radiasi matahari (Gallagher &
Biscoe, 2011), faktor ketersediaan air yang dihitung berareal pertanamanarkan
nisbah antara transpirasi aktual dan maksimumnya, serta ketersediaan nitrogen.
Dalam submodel ini, respirasi dihitung dari fungsi suhu udara dan biomassa
masing-masing organ. Potensi hasil biji ditentukan oleh jumlah biji yang dihitung
dari biomassa saat bunga mekar atau anthesis.
Submodel neraca air menyimulasikan komponen-komponen neraca air yang
mencakup kadar air tanah, transpirasi, evaporasi, intersepsi tajuk dan perkolasi.
Evapotranspirasi potensial dihitung menurut Lindquist (2015) dan digunakan
untuk menurunkan transpirasi aktual dan evaporasi aktual. Laju perkolasi
dihitung menggunakan dengan metode jungkitan (tipping bucket method) (Purlani,
2013).
Submodel neraca nitrogen menyimulasikan pertumbuhan tanaman dengan
sumber utama nitrogen yang berasal berbagai lapisan tanah. Penyerapan
nitrogen oleh tanaman kemudian dibagi ke organ-organ tanaman. Sumber kedua
merupakan mobilisasi selama pelayuan (senescence). Sesudah pembungaan
nitrogen dimobilisasi dari daun dan batang yang merupakan sumber utama untuk
akumulasi nitrogen oleh biji. Jika kebutuhan nitrogen tidak dapat dipenuhi melalui
mobilisasi, maka tanaman mengambil nitrogen dari tanah tergantung dari
kebutuhan, persediaan tanah (NO3-), kadar air dan keberadaan akar pada masing-
masing lapisan.
4
atau dapat pula dikatakan sebagai suatu perubahan pada organisme yang terjadi
selama daur hidupnya yang meliputi pertumbuhan dan diferensiasi. Perkembangan
mewujudkan perubahan yang akan berjalan secara bertahap atau berjalan sangat
cepat yang diawali dengan fertilisasi (Setiari dkk., 2009). Perkembangan lebih
bersifat reversible (dapat kembali ke bentuk semula) dan tidak dapat diukur atau
kualitatif.
Tahapan pada pertumbuhan dan perkembangan tanamana memiliki dua fase
diantaranya ada fase vegetatif dan generatif yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
2.2.1. Fase Vegetatif
Fase pertumbuhan dan perkembangannya dimulai sejak perkecambahan biji
hingga tanaman besar atau dewasa. Perkecambahan pertumbuhan dibagi menjadi
dua, yaitu: perkecambahan epigeal dan perkecambahan hypogeal.
a) Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan yang kotiledonnya
terangkat ke atas. Contoh: tumbuhan dikotil (mawar, ercis, dan bunga matahari)
(Irwanto, 2010).
b) Perkecambahan Hipogeal Perkecambahan hipogeal merupakan
perkecambahan yang kotiledonnya tetap di dalam tanah. Contoh: tumbuhan
monokotil (anggrek, palem, dan padi-padian seperti jagung, gandum, dan
padi) (Irwanto, 2010).
Fase vegetatif terjadi pembentukan akar, batang dan daun baru. Fase ini
berhubungan dengan tiga proses penting, diantaranya pembelahan sel,
perpanjangan sel, dan tahap pertama dari diferensiasi sel atau pembentukan
jaringan. Karbohidrat yang dihasilkan dari proses fotosintesis dipergunakan dalam
fase vegetatif. Oleh karena itu, ketika tanaman berada pada vase ini, sangat perlu
unsur hara mineral yang mampu mempercepat ketia proses penting di atas. Proses
ketika tanaman membuat sel-sel baru, mengalami pemanjangan sel, dan penebalan
jaringan, artinya tanaman tersebut sedang mengembangkan sistem perakaran,
batang, dan daunnya. Jadi, jika laju pembelahan sel, pemanjangan sel, dan
penebalan jaringan berjalan cepat, pembentukan dan pertumbuhan sistem
perakaran, batang, dan daunnya juga berlangsung cepat.
5
2.2.2. Fase Generatif
Pada fase ini, terjadi pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup
bunga, bunga, buah, dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur
penyimpanan makanan, akar-akar, dan batang yang berdaging. Suplai karbohidrat
sangat dibutuhkan pada fase generatif dari hasil penimbunan selama fase vegetatif
berlangsung (Lakitan, 2014).
Kedua fase tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Pada saat fase generatif
berlangsung, fase vegetatif tetap berjalan. Namun, pada saat itu proses-proses yang
terjadi pada fase generatif lebih dominan. Peralihan dari fase vegetatif ke fase
generatif sebagian ditentukan oleh faktor internal, yaitu sifat turun temurun atau
gen, dan sebagian lagi ditentukan oleh faktor tidak terpenuhi, tanaman akan
terganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman kemungkinan akan terus
berada pada fase vegetatif, artinya tanaman akan semakin rimbun karena sistem
perakaran, pembentukan batang dan daun berlangsung cepat, sementara proses
pembungaan yang seharusnya terjadi pada saat tanaman memasuki fase generatif
tidak akan terjadi. Tanaman yang tumbuh pada habitat yang cocok dengan iklim
dan media tanam yang sesuai dengan syarat tumbuhnya akan mampu berbunga dan
akhirnya berbuah setiap tahun. Sebaliknya, tanaman yang tumbuh di tempat yang
tidak cocok dengan iklim dan media tanam yang tidak sesuai akan terganggu proses
pembungaannya dan akhirnya tak akan mampu berbuah sama sekali (Sugeng,
2012).
6
dengan pengertian lain, anabolisme adalah pembentukan molekulmolekul
kompleks menjadi molekul-molekul sederhana, contoh respirasi (Renobayan,
2011).
Transpirasi, fotosintesis dan respirasi termasuk proses metabolisme
tumbuhan yang umum dikenal. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses
kehilangan air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan melalui mulut daun
(stomata). Transpirasi berlangsung selama tumbuhan hidup. Keuntungan yang
didapat dari proses ini adalah, mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui
pembuluh xilem akar, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar kondisinya tetap
optimal dan sebagai usaha mempertahankan stabilitas suhu daun (Lakitan, 2008).
Fotosintesis adalah proses penyusunan bahan organik (karbohidrat) dari H2O
dan CO2 dengan bantuan energi cahaya yang terjadi pada tumbuhan yang
mengandung klorofil atau zat hijau daun. Fotosintesis akan terjadi apabila
tumbuhan itu mempunyai klorofil atau zat hijau daun. Kklorofil merupakan pigmen
yang berfungsi menangkap energi matahari lalu mengkonversikannya menjadi
energi kimia yang terkait dalam molekul karbohidrat (Samuel, et.al., 2014).
Respirasi berasal dari kata latin respirare, yang secara harfiah berarti
bernapas. Semua sel yang aktif terus menerus melakukan respirasi. Respirasi bukan
hanya sekedar pertukaran gas, tetapi merupakan reaksi oksidasi-reduksi yaitu
senyawa (substrat respirasi) dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap
direduksi membentuk H2O. Respirasi merupakan proses katabolisme atau
penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses
oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik
maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan
karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen
tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti
alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Dwidjoseputro, 2010).
7
dimulai dari terbentuknya daun pada proses perkecambahan hingga awal
terbentuknya organ generatif. Sedangkan pertumbuhan generatif adalah
pertumbuhan organ generatif yang dimulai dengan terbentuknya primordia bunga
hingga buah masak. Menurut Aji (2013) kedua proses dan fase pertumbuhan ini
ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan, tempat tumbuh tanaman sehingga
terdapat perbedaan masa dan fase antar jenis, varietas dan lingkungan yang berbeda.
Organ tanaman dibagi menjadi organ vegetatif dan organ generatif. Organ
vegetatif yaitu organ perkembangbiakan tanaman secara tidak kawin meliputi akar,
batang, dan daun. Akar, batang, dan daun terdiri atas tiga (3) sistem jaringan yang
sama yaitu sistem jaringan penutup, sistem jaringan pembuluh, dan sistem jaringan
dasar. Sistem jaringan penutup terdapat pada bagian terluar tubuh tanaman. Pada
tanaman primer, sistem jaringan terdiri atas jaringan epidermis, sedangkan pada
tanaman sekunder, epidermis digantikan oleh jaringan periderm.
Sistem jaringan pembuluh terdiri atas xilem dan floem. Xilem berfungsi
mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke organ lainnya. Sistem jaringan
pembuluh terdapat di antara sistem jaringan dasar yang sebagian besar terdiri atas
jaringan parenkim. Perbedaan utama antara ketiga organ terdapat pada distribusi
relatif sistem jaringan pembuluh dan sistem jaringan dasar (Beck, 2010). Fase
vegetatif ini dibedakan menjadi dua yaitu vegetatif muda dan vegetatif dewasa.
Vegetatif muda dimulai dari saat biji berkecambah sehingga embrio yang terdapat
di dalam biji tersebut aktif mengalami perkembangan dan pertumbuhan.
Fase ini sangat menentukan fase perkembangan lebih lanjut. Pada fase
vegetatif muda, daun akan mulai mengalami perkembangan sebagaimana akar. Hal
tersebut berkaitan dengan fungsi pokok masing-masing organ yaitu akar sebagai
organ penyerap air dan hara mineral serta daun sebagai organ utama yang terlibat
langsung dalam fotosintesis. Umumnya fase vegetatif muda ini berjalan cukup
lambat apabila dibandingkan jeda waktu antara fase vegetatif dewasa dengan fase
generatif.
Organ generatif adalah organ perkembangbiakan secara kawin meliputi
bunga, buah, dan biji. Perkembangan generatif merupakan tahapan puncak dari
perkembangan vegetatif. Hal ini dimulai dari transformasi pucuk vegetatif menjadi
pucuk reproduktif sehingga dihasilkan organ reproduksi berupa bunga. Struktur
8
organ tersebut sangat bervariasi utamanya disebabkan mekanisme polinasi dan
fertilisasi. Peristiwa fertilisasi merupakan awal terjadinya fase sporofit sebab akan
dihasilkan embrio yang selanjutnya mengalami tahapan embryogenesis kembali
(Hamdani, 2011).
Cara pengukuran pada perkembangan organ vegetatif dilakukan dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap struktur meliputi bentuk, jumlah
daun, ukuran daun, bentuk daun, dan tinggi tanaman. Sedangkan cara pengukuran
pada perkembangan organ generatif dilakukan dengan pengamatan terkontrol
mengenai wakti kemunculan beserta ukuran bunga, buah, dan biji (Osman et.al.,
2013).
9
dikonversi menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis, selanjutnya asimilat
ditranslokasi, disimpan pada organ penyimpan cadangan seperti biji, buah atau
umbi, dan dimanfaatkan. Daun muda bersifat heterotrof sehingga juga
membutuhkan asimilat. Hubungan source dan sink dipengaruhi oleh proses
penuaan daun, berbagai stres suhu, kimia, salinitas, dan berbagai faktor lainnya.
Kapasitas fotosintesis daun yang posisinya dekat dengan buah lebih tinggi
dibanding yang jauh. Menurut Warraich et al. (2012) produksi bahan kering
dipengaruhi oleh hubungan source dan sink. Source adalah kapasitas potensial
untuk fotosintesis dan sink adalah kapasitas potensial untuk memanfaatkan produk
fotosintesis. Defoliasi pada beberapa tanaman mengakibatkan kenaikan laju
fotosintesis daun. Warraich et al. (2012) menyebutkan pentingnya keseimbangan
hara untuk pengaturan nisbah source dan sink terbaik.
10
III. PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
Abtokhi, A. 2008. Sains untuk PGMI dan PGSD. UIN-Malang Press: Malang. 125
hlm.
Aji, T.GG dan S. Susanto. 2013. Pengaruh Jumlah Cabang terhadap Pertumbuhan
vegetatif dan generartif Rosela (Hibiscuz sabdariffa). Makalah Seminar
Agronomi dan hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Baskerville GL, Emin P. 2012. Rapid Estimation of Heat Accumulation from
Maximum and Minimum Temperatures. Ecology. 50(3):514-517.
Beck, C.B. 2010. An Introduction to Plant Structure and Development. Cambridge
University Press. p 1-25.
Dwidjoseputro. 2010. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia. 56
hlm.
Fisher, PJ., Almanza-Merchan & Ramirez, F. 2012. Source-sink relationship in fruit
spesies. Revista Colombiana De Ciencias Horticolas. 6(2): 238–253.
Forester, Irwanto. 2010. Sistem Perbanyakan Tanaman. Jakarta: Agromedia
Pustaka. 77 hlm.
Foyer, CH., and Paul, MJ. 2011. Source-Sink Relationships. Encyclopedia of Life
Sciences. Nature Publishing Group: UK. p. 1–11.
Gallagher JN, Biscoe PV. 2011. Radiation absorption, growth and yield of cereals.
Journal of Agricultural Science, Cambridge. 91:47-60.
Hamdani, & Nuryanti, N. S. P. 2011. Potensi Gulma Rorippa indica Sebagai
Reservoar Parasitoid Hemiptarsinus varicornis untuk Mengendalikan
Liriomyza huidobrensis. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 11(2): 92–
98.
Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Edisi 1. Jakarta.: PT. Raja
Grafindo Persada. 76 hlm.
Lakitan, B. 2014. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 156 hlm.
Lindquist JL et al. 2015. Maize Radiation Use Efficiency under Optimal Growth
Conditions. Agron. J. 97:72–78.
Martanto. 2011. Pengaruh Abu Sekam Terhadap Pertumbuhan Tanaman dan
Intensitas Penyakit Layu Fusarium Pada Tomat. Jurnal Irian Jaya Agro. 8:
37-40.
Matsuda, R., Suzuki, K., Nakano, A., Higashide, T., & Takaichi, M. 2011.
Responses of leaf photosyn thesis and plant growth to altered source-sink
balance in a Japanese and Dutch tomato cultivar. Sciantia Hortikulturae.
127:520–527.
12
Osman, K., Hiong, L. C., Vebrianto, R., & Omar, Z. 2013. 21 st Century Biology :
An Interdisciplinary Approach of Biology , Technology , Engineering and
Mathematics Education. Procedia - Social and Behavioral Sciences. 102(1):
188–194.
Pujiono, Sugeng. 2012. Penerapan Perbanyakan Tanaman Secara vegetatif pada
Pemuliaan Pohon. Riau: Penelittian Biotteknologi dan Pemuliaan Tanaman
Hutan. 1-55 hlm.
Purlani E. 2013. Fenomena buah jarak pagar berbiji kopong. Infotek Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.). 2 (4): 13.
Purwadi, E. 2011. Batas Kritis Suatu Unsur Hara (N) dan Pengukuran Kandungan
Klorofil pada Tanaman. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 21 (1): 1-8.
Renobayan. 2011. Biologi. Jakarta: Grasindo. 54 hlm.
Samuel C.V Martins., Jeroni Galmes., Paulo C.Cavatte.,Lucas F.Pareira., Marilia
C. Ventrella and Fabio M. Da Matta. 2014. Understanding the Low
Photosynthetic Rates of Sun and Shade Coffee Leaves: Bridging the Gap on
the Relative Roles of Hydraulic, Diffusive and Biochemical Constraints to
Photosynthesis. Jurnal Plos One. 9 (4): 1 – 10.
Sasmitamhardja, Dardjat dan Arbayah H. Siregar. 2010. Dasar-dasar Fisiologi
Tumbuhan. Institut Tenologi Bandung: Bandung. 173 hlm.
Setiari Nintya, Hastuti Endahn Dwi Dan Kusumawati Arika. 2009. Pertumbuhan
Dan Pembungaan Tanaman Jarak Pagar Setelah Penyemprotan Ga3 Dengan
Konsentrasi Dan Frekuensi Yang Berbeda.Semarang: Universitas
Diponegoro. Jurnal Penelitian Sains Dan Teknologi. Vol. 10, No.1. 56-77.
Warraich, EA., Ahmed, N., Basra, SMA and Afzal. 2012. Effect of nitrogen on
source-sink relationship in wheat. International Journal of Agriculture and
Biology. 4(2):300–302.
13
Lampiran : Dokumentasi
14