Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENYULUHAN & PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN


POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
Jl. Kusumanegara No. 2 Yogyakarta Telp. (0274) 375528

LAPORAN PRAKTIKUM

I. Identitas
Mata Kuliah : Fisiologi Tumbuhan
Acara Praktikum : Peranan Cuaca Terhadap Produksi Tanaman
Tujuan : Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara unsur cuaca dan hasil
tanaman
Tempat : Kebun TEFA Celeban
Hari, Tanggal : Rabu, 25 Mei 2022
Nama Mahasiswa : Fasya Aqila Abiyyanada
Semester : 2 (Dua)
Dosen Pengampu : Asih Farmia, S.P., M.Agr.Sc.
Asisten Dosen : Elea Nur Aziza, S.P., M.Sc.
PLP :-

II. Dasar Teori


A. Pengaruh Iklim Terhadap Tanaman
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman
adalah iklim. Berdasarkan gambar iklim akan dapat diidentifikasi tipe vegatasi yang
tumbuh di lokasi tersebut. Pengaruh iklim terhadap vegetasi yang tumbuh di suatu
tempat jauh lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh tanah pada kondisi tertentu.
Hal ini dapat dilihat pada tanah yang sama ternyata vegetasi penutupnya jauh berbeda
akibat berbagai iklim yang berbeda. untuk mengetahui apakah tanaman atau makhluk
hidupnya lainnya dapat hidupnya sesuai padatertentu, diperlukan informasi iklim
yang lebih rinci dari beberapa dekade dengan nilai rata-rata bulanan dengan pola
sebarannya sepanjang tahun (Setiawan, 2009).
Pengaruh iklim terhadap tanaman diawali oleh pengaruh langsung cuaca
terutama radiasi dan suhu terhadap fotosintesis, respirasi, transpirasi dan proses-
proses metabolisme di dalam sel organ tanaman. Fotosintesis dan respirasi adalah
merupakan proses biokimia, sehingga memerlukan katalisator sebagaimana proses
kimia fisik. Kecepatan proses tergantung pada aktivitas katalisator yang diatur oleh
suhu. Pada kisaran suhu toleransi terlalu tinggi suhu akan mempercepat proses dan
meningkatkan produksi. Perbedaannya adalah pada proses biokimia katalisatornya
adalah enzim. Enzim adalah protein, zat yang peka terhadap suhu. anaman
mengalami 2 proses hidup yakni tumbuh (bertambah ukuran panjang, luas, volume
dan bobot) dan berkembang yakni mengalami penggandaan dan pemisahan fungsi
organ melalui fase-fase benih, kecambah, pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan
generatif bunga, buah dan biji untuk memperoleh generasi baru. Fotosintesis dan
respirasi adalah merupakan awal proses hidup.

Fotosintesis : 6H2O + 6CO2 + Energi PAR → C6H12O6 (glukosa) + 6O2


Respirasi : C6H12O6 + O2 → 6O2 + 6H2O + Energi

Atmosfer menyediakan gas CO2 dan O2, mengatur presipitasi, mengatur


radiasi PAR dan surya, dan tanah menyediakan zat hara agar kedua proses kehidupan
tersebut dapat terselenggara.
Proses fotosintesis dan respirasi tergantung pada pengaruh radiasi surya, gas
CO2 dan O2 di atmosfer, kadar air di daerah perakaran (tanah), pengaruh suhu udara
dan suhu tanah. Sedangkan seluruh unsur khususnya iklim mikro di sekeliling
tumbuhan saling berinteraksi. Dapat disimpulkan fotosintesis dan respirasi
dipengaruhi langsung oleh unsur cuaca/iklim utama yaitu radiasi surya dan suhu
sebagai faktor utama (main factors) dan unsur-unsur lainnya sebagai pendukung
(cofactors).
B. Perubahan Iklim
a. Pengertian
Perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsur iklim yang terjadi dalam
jangka waktu Panjang (50-100 tahun). Perubahan ini dipengaruhi oleh kegiatan
manusia yang menghasilkan gas rumah kaca (Murdiyarso,2003 dalam
Diposaptono, 2009). Perubahan iklim secara global akan berpengaruh terhadap
unsur-unsur iklim dan komponen alam yang lain. Peningkatan suhu udara akan
memengaruhi kelembaban dan dinamika atmosfer, menyebabkan perubahan pola
hujan dan meningkatkan intensitas iklim ekstrem, seperti el-nino dan la-nina, serta
mengakibatkan naiknya permukaan air laut akibat es yang mencair di kutub (Las,
2007).
b. Dampak Perubahan Iklim
Dampak perubahan iklim ekstrim berupa kekeringan menempati urutan
pertama penyebab gagal panen. Kondisi ini berimplikasi terhadap penurunan
produksi dan kesejahteraan petani (Hadi et al. 2000). Selain berpengaruh langsung
terhadap tingkat produksi tanaman pangan, perubahan iklim juga memiliki
pengaruh tidak langsung yang dapat menurunkan produktivitas tanaman pangan
dengan meningkatnya serangan hama dan penyakit. Pada musim hujan,
berkembang penyakit tanaman seperti kresek dan blas pada tanaman padi,
antranoksa pada cabai, dan sebagainya. Pada musim kemarau berkembang hama
penggerek batang padi, hama belalang kembara, dan thrips pada cabai (Wiyono
2007). Terdapat hubungan erat antara perubahan iklim dan produksi pertanian
(Winarto et al. 2013).
Kenaikan suhu udara akan berdampak pada penurunan produktivitas
tanaman., terutama pada tanaman semusim. Pada level tertentu juga berengaruh
pada produktivitas ternak. Disamping itu, peningkatan suhu udara juga akan
meningkatkan serangan hama dan penyakit, baik pada tanaman, ternak, maupun
manusia. Berubahnya pola curah hujan dan peningkatan intensitas kejadian iklim
ekstrem yang menyebabkan kekeringan atau banjir berpontensi besar untuk
menurunkan produktivitas bahkan menggagalkan panen. Selain itu, kondisi iklim
yang ekstrem juga menyebabkan hujan dengan intensitas yang tinggi disertai
dengan angin kencang (puting beliung) dan badai. Hal ini dapat menyebabkan
kemerosotan produksi pada tanaman-tanaman tahunan (tanaman pohon) akibat
banyaknya cabang atau ranting yang patah dan penyerbukan yang gagal karena
bunga yang gugur.
Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim tersebut khususnya terhadap
usaha pertanian, maka diperlukan langkah-langkah adaptasi (menyesuaikan
aktivitas dan penerapan teknologi dengan kondisi yang ada) dan Langkah mitigasi
(Langkah untuk menekan laju perubahan iklim). Langkah-langkah tersebut akan
lebih efektif bila diaplikasikan bukan secara parsial melainkan secara utuh dalam
satu kesatuan ekosistem pertanian (Suprio, 2011).
C. Senyawa Alelopati
a. Pengertian
Menurut Yanti., dkk (2016), alelopati atau racun pada tanaman merupakan
senyawa kimia berupa zat toksik yang dihasilkan tanaman sebagai bentuk
mekanisme pertahanan diri tumbuhan untuk bersaing dengan tanaman lain dalam
hal perebutan nutrisi. Alelopati sifatnya merusak tanaman lain dan
keberadaannya dapat menimbulkan kerusakan yang berat pada tanaman,
namun tidak terlihat dengan kasat mata, sehingga proses pencegahan yang dapat
dilakukan masih belum bisa maksimal. Dalam dunia pertanian, keberadaan
alelopati selalu ada dengan 4 bentuk yang beragam, namun biasanya alelopati
ditemukan pada senyawa dari gulma atau tanaman liar yang hidup, dan
pengaruhnya baru terlihat dengan jelas jika mengalami kompetisi dengan
tanaman lainnya (Yulifrianti., dkk. 2015).
Senyawa alelopati yang pertama ditemukan pada tahun 1928 oleh Davis
pada larutan hasil “leaching” serasah kering Black Walnut (Kenari hitam)
mampu menekan perkecambahan dan pertumbuhan benih tanaman yang ada
dibawah pohon kenari hitam tersebut. Sebelumnya Condolle pada tahun 1832
menyatakan bahwa eksudat tanaman bisa menyebabkan terjadinya tanah yang
marginal akibat adanya ekskresi atau eksudasi akar tanaman sebelumnya (Wilis,
1985). Hasil penelitian lainnya telah dilaporkan bahwa senyawa alelopati juga
dapat merusak dan menghambat pertumbuhan tanaman penghasil senyawa
alelopati itu sendiri yang disebut dengan autotoksik (Hasanuzzaman, 1995).
Senyawa alelopati yang bersifat racun tersebut dapat terjadi di tanah melalui
beberapa cara: Eksudasi atau ekrsesi dari akar, volatilasi dari daun yang berupa
gas melalui stomata, larut atau leaching dari daun segar melalui air hujan atau
embun, larut dari serasah yang telah terdekomposisi, dan transformassi dari
mikroorganisme tanah. Pada umumnya konsentrasi senyawa alelopati yang
berasal dari leaching daun segar jauh lebih rendah dibandingkan yang berasal
dari serasah yang telah terdekomposisi (Gambar 1).

Letak alelopati pada tumbuhan sangat beragam dan menyebar. Sebagian


besar zat alelopati ini ditemukan pada hampir seluruh tubuh dari gulma tersebut,
mulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Keberadaan zat alelopati dapat
mempengaruhi besar kecilnya kerusakan dan tingkat kerusakan pada
tanaman lainnya bergantung pada mekanisme gejala yang ditimbulkan (Siregar.,
dkk. 2017). Menurut Mushtaq., et all (2017) cara kerja alelopati-alelopati yang
berada pada bagian akar dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman utama
dengan mengeluarkan zat racun yang di netrasi dengan tanah, sehingga akar
tanaman inang menjadi lemah dan kalah bersaing dengan gulma, biasanya juga
cara menginfeksi melalui tanah terjadi juga dengan cara bantuan air hujan yang
turun melalui daun dan membawa zat alelopati turun dan terhisap dalam tanah,
sehingga proses infeksi melalui dalam tanah dengan menyerap zat hara tersebut
dengan bantuan akar. Cara kerja alelopati dengan menginfeksi udara dengan
bantuan angin, biasanya gulma yang melakukan cara ini mempunyai sistem
perkembangbiakan yang baik pada bagian bunga atau daunnya. Cara kerja
alelopati selanjutnya yaitu dengan menginfeksi melalui ekstrak dari dalam
dirinya, hal ini menggunakan prinsip bahwa semua bagian tumbuhan
mempunyai senyawa alelopati sehingga untuk mendapatkan zat alelopati ini
diperoleh melalui cara penggerusan untuk mendapatkan ekstraknya.
Pengaruh alelopati pada tanaman budidaya adalah menghambat proses
pertumbuhan, perkecambahan dan proses perkembangbiakan pada tanaman
lainnya. Hal ini karena senyawa alelopati dapat menyebabkan busuk biji pada
proses perkecambahan, dan mempengaruhi proses disfungsi jaringan pada bagian
tumbuhan, sehingga tumbuhan tidak bisa menjalankan proses
pertumbuhannya dengan maksimal. Hal tersebut berkibat pada pertumbuhan
tanaman menjadi terganggu dan kerdil, bahkan dapat mengalami kematian
(Mardiani., et all, 2016).
Ada beberapa tumbuhan dan tanaman yang dilaporkan menghasilkan
senyawa alelopati. Kelompok gulma antara lain : Agropyron repens L. (rumput
Quack), Imperata cylindrica L. (alang-alang), Cyperus esculentus L. (rumput
teki) dll. Golongan tanaman tahunan yang berupa pohon antara lain adalah
Acasia, Centaura sp. L. Terutama C. maculosa L. dan C. diffusa L. yang dapat
menghambat pertumbuhan rumput di Amerika Utara sampai 85% (Callaway and
Ashchehoug, 2000) dan senyawa bahan aktif catechin ada pada Centaura sp L.
potensial menghambat pertumbuhan tanaman disekitarnya (Bais et al, 2003).
Pada tanaman pangan juga ada yang menghasilkan senyawa alelopati antara lain
jagung, padi, dan ubijalar (Villamajor, 1992). Selanjutnya golongan tanaman
perkebunan yang diindikasikan menghasilkan senyawa alelopati antara lain jahe
(Wiroatmodjo, 1992), Kopi Arabika (Hasanuzzaman, 1995), nilam (Djazuli dan
Moko, 1999), dan beberapa tanaman obat (Gilani et al, 2010). Senyawa alelopati
dapat dikelompokkan pada 5 jenis, yaitu : 1. Asam fenolat, 2. Koumarat, 3.
Terpinoid, 4. Flafinoid, dan 5. Scopulaten (penghambat fotosintesis). Sebagian
besar senyawa alelopati yang dihasilkan melalui eksudat akar adalah berupa asam
fenolat.

III. Alat & Bahan


A. Alat
1. ATK
2. Laptop/komputer
3. Kamera/handphone

B. Bahan
1. Tanaman bIofarmaka ber zat alelopati
2. Literasi

IV. Cara Kerja


a. Mahasiswa membuat tulisan tentang peran dan danpak iklim yang terjadi di sekitar
tempat tinggal mahasiwa
b. Mahasiswa mencari literatur tentang cuaca dan iklim peranan dan pengaruhnya terhadap
produksi tanaman
c. Mahasiswa melakukan observasi fenomena alam
d. Mahasiswa mengamati 3 tanaman yang ada di sekitar lingkungan kampus
e. Mahasiswa mengamati pengaruh cuaca pada pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman tersebut
f. Mahasiswa memasukkan hasil pengamatan pada tabel yang telah disediakan dan
menjawab pertanyaan di point 7.2
g. Mahasiswa mengirimkan tugas dan jawaban pertanyaan ke SIATO
V. Hasil Pengamatan

TABEL PENGAMATAN (DENGAN OPEN CAMERA)

NO TANAMAN YANG PERUBAHAN YANG TEJADI


DIAMATI DENGAN OPEN PADA TANAMAN
KAMERA
1 Anting-anting (Acalypha indica L.)
Gulma anting-anting (Acalypha indica L.)
mengandung zat alelopati yang dapat
menghambat pertumbuhan tanaman lain yang
tumbuh di sekitarnya sehingga tanaman
tersebut dapat tumbuh dan menyebar dengan
cepat.
 

2 Putri Malu (Mimosa pudica)


Gulma putri malu (Mimosa pudica L)
merupakan gulma berbahaya yang memiliki
kemampuan besar dalam menyerap unsur
hara dari dalam tanah sehingga tumbuh
menyebar dengan cepat dan menekan
tanaman utama. Gulma putri malu (Mimosa
pudica L) mampu mengeluarkan zat alelopati
sehingga mampu menekan pertumbuhan
gulma lain.
3 Tumpang Air (Peperomia pellucida)
Gulma tumpang air (Peperomia pellucida)
mengandung zat alelopati yang dapat
menekan pertumbuhan gulma lain sehingga
dapat tumbuh dan menyebar dengan cepat.
V. Pembahasan
a. Jelaskan peranan cuaca dalam pengaruhnya pada perkembangan pertumbuhan vegetatif ke
generatif!
Pada saat pembentukan sel generatif, suhu tinggi mengakibatkan rusaknya sistem
pembelahan mitosis yang berlangsung dengan cytokinesis. Hal ini terlihat adanya kegagalan
pembentukan biji akrena pollengrain yang terbentuk steril.
Pengaruh unsur cahaya pada tanaman tertuju pada pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Tanggapan tanaman terhadap cahaya ditentukan oleh sintesis hijau daun, kegiatan stomata
(respirasi, transpirasi), pembentukan anthosianin, suhu dari organ-organ permukaan, absorpsi
mineral hara, permeabilitas, laju pernafasan, dan aliran protoplasma (Jumin 2008:8). Secara
teoritis, semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis.
b. Jelaskan dampak cuaca dan iklim terhadap produksi tanaman!
Radiasi matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman yang mempunyai
hijau daun, karena dapat dikatakan bahwa produksi tanaman dipengaruhi oleh 23 tersedianya
sinar matahari. Akan tetapi pada umumnya terjadi fluktuasi hasil panen (hasil fotosintesis) dari
tahun ke tahun, hal tersebut dikarenakan faktor-faktor lain seperti curah hujan, suhu udara, hama
penyakit dan lainnya turut mempengaruhi hasil panen (hasil fotosintesis).
Resiko pertanian akibat pengaruh iklim antara lain terjadi melalui dampak
kekeringan, kebasahan atau banjir, suhu tinggi, suhu rendah atau “frost”, angin,
kelembaban tinggi dan lain-lain. Resiko pertanian akibat iklim tersebut, selain
menyebabkan rendahnya hasil baik secara kuantitas maupun kualitas, juga ketidakstabilan
produksi pertanian secara nasional. Faktor penyebab resiko pertanian antara lain,
fluktuasi dan penyimpangan iklim, ketidaktepatan peramalan iklim, perencanaan
usahatani dan pemilihan komoditas/varietas yang kurang sesuai dengan kondisi iklim.
Dari uraian di atas dapat disimplkan pengaruh unsur iklim bagi tanaman adalah :
1. Suhu Mendorong pertumbuhan dan perkembangan, mempercepat kehilnagn air dan
cenderung mengeringkannya
2. Sinar matahari Mengatur fotosintesis dan mendorong terjadinya penguapan
3. Kelembapan Mendorong pertumbuhan, membatasi hilangnya air bagi pertumbuhan dan
memungkinkan penyebab timbulnya penyakit
4. Angin Mempercepat hilangnya air dan cenderung mengeringkan, membantu tepung
sari dalam proses pembuahan
5. Hujan Hakiki bagi persediaan air karena sebagai bahan baku proses fotosintesis, selain
itu pula memungkinkan timbulnya kerugian fisik. (Kartasapoetra, 2008).

VI. Kesimpulan
Iklim dan cuaca sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pertumbuhan dan perkembangan dari hari ke hari sejak penebaran benih sampai selesai satu
siklus tanaman semusim atau hingga sepanjang umur tanaman perenial (tahunan) sangat
dipengaruhi cuaca sedangkan kemantapan hubungan dan pengaruh jangka panjang
ditentukan oleh kondisi iklim.
Zat alelopati merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh gulma dan keberadaannya
dapat mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman inang atau tanaman lain yang hidup
di sekitar pertanaman gulma tersebut. Tempat tersimpannya senyawa alelopati adalah
pada semua bagian tanaman gulma, mulai dari akar, batang, daun hingga bunga.

VII. Daftar Pustaka


Bais, H.P., T.S. Walker, F.R. Stermitz, R.A. Hufbauer, and J.M. Vivanco. 2002.
Enantiomeric-dependent phytotoxic and antimicrobial activity of catechin. A
rhizosecretedracemic mixture from spotted knapweed. Plant Physiology 128:1173-
1179. Diakses pada 24 Mei 2022.

Djazuli, M. dan H. Moko. 1999. Studi alelopati pada tanaman nilam. Laporan Penelitian
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat TA 1999. Diakses pada 24 Mei 2022.

Gilani, SA., Y. Fujii, Z K Shinwari, M. Adnan, A. Kikuchi. and KN. Watanabe. 2010.
Phytotoxic studies of medicinal plant species of Pakistan. Pak. J. Bot. 42(2): 987-
996.

Guntoro, Suprio. 2011. Saatnya Menerapkan Pertanian Tekno-Ekologis. Jakarta :


AgroMedia Pustaka

Hasanuzzaman, M. 1995. Allelopathy.


http://www.hasanuzzaman.weebly.com/allelopathy.pdf. Diakses pada 24 Mei 2022.

Mushtaq, W. dan M. B. Siddiqui. 2017. Allelopathy Studies in Weed Science in India A


Review. Natural Resource Ecology and Management. 2(6). 99-103.

Siregar, E. N., A. Nugroho, dan R. Sulistyono. 2017. Uji Alelopati Ekstrak Umbi Teki pada
Gulma Bayam Duri (Amaranthus spinosus) Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung
Manis (Zea mays L. saccharata). Produksi Tanaman. 2(5). 290:298.

Villamajor Jr, F.G. 1992. Perspective on The Lates Development on Cultural Management
In Sweetpotato. Workshop on the interdiciplinary Teamwork in Sweetpotato
Development project. Zambales Philippines. 11 pages

Willis, R.J. 1985. The historical bases of the concept of allelopathy. Journal of the History
of Biology 18:71-102.

Wiroatmodjo, J. 1992. Alelopati pada Tanaman Jahe. Buletin Agronomi 10 (3): 1-6.
Disahkan di Yogyakarta tanggal 31 Mei 2022
Asisten Dosen Praktikan

Elea Nur Aziza SP, M.Sc Fasya Aqila Abiyyanada

Anda mungkin juga menyukai