KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
4.2 Pembahasan........................................................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................................
5.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk
hidup di dunia. Bagi manusia dan hewan cahaya matahari adalah penerang dunia ini.
Selain itu, bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya matahari sangat
menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan
untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan
ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan,
meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan
cahaya saat perkecambahan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi dimana
batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran
kecil, tipis dan bewarna pucat (tidak hijau). Semua ini terjadi dikarenakan tidak
adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk pemanjangan sel-
sel tumbuhan. Sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh di tempat terang menyebabkan
tumbuhan tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, daun
berkembang baik lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah
lebih kokoh. Misalnya saja pada tanaman cabai rawit. Bagi masyarakat Asia
khususnya penduduk Indonesia tanaman cabai rawit adalah tanaman yang sangat
penting. Dikarenakan Indonesia sangat terkenal dengan masakan yang berbumbu
sangat pedas. Selain itu Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar
penduduknya bekerja sebagai petani. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia
juga mempunyai lahan yang ditanami rempah-rempah dan kebutuhan sehari-hari
khususnya cabai rawit. Namun dibalik segala kegunaannya pertumbuhan cabai rawit
yang baik itu dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pengaruh cahaya
terhadap pertumbuhan cabai rawit. Oleh sebab itu , kami memilih permasalahan ini
sebagai poin penting dalam pembuatan laporan penelitian kami. Kami ingin
membuktikan bahwa teori yang sudah ada itu benar. Selain itu mlaporan penelitian
ini kami buat karena tugas dari guru kami yaitu Ibu Salindri yang tidak lain adalah
guru biologi kami.
1.2 Tujuan Penelitian
Bunga cabai rawit berbentuk seperti terompet atau bintang dengan warna
bunga umumnya putih, namun ada beberapa jenis cabai yang memiliki warna bunga
ungu. Bunga cabai rawit termasuk bunga sempurna, karena struktur bunga yang
lengkap seperti tangkai, dasar, kelopak, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat
kelamin betina. Buah cabai rawit berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok.
Bagian ujung buah meruncing, mempunyai permukaan yang licin dan mengkilap,
posisi buah menggantung pada cabang tanaman. Buah cabai rawit mempunyai
bentuk dan warna yang beragam, namun setelah masak besar berwarna merah
(Surahmat, 2011)
2.2 Pengaruh Intensitas Cahaya
Pengaruh cahaya bukan hanya tergantung kepada intensitas ( kuat penyinaran ) saja,
namun ada factor lain yang terdapat pada cahaya, yaitu berkaitan dengan panjang
gelombangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hendricks dan Borthwick pada tahun 1984,
menunjukkan bahwa cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah pada spectrum
merah dengan panjang gelombang 660nm.
METODOLOGI
20-07-2017 2 cm 2 cm 2 cm 2 1 1.5
22-07-2017 4 cm 3 cm 3.5 cm 4 4 4
25-07-2017 4 cm 4 cm 4 cm 6 5 5.5
4.2 PEMBAHASAN
Tanaman cabai rawit pada perlakuan I (terkena cahaya matahari), Mengalami
pertumbuhan yang lambat, namun jumlah daunnya bertambah lebih cepat. Berwarna hijau
lebar dan tebal dan batang kecambahnya kokoh. Pertumbuhan yang lambat ini disebabkan
oleh Fungsi hormone auksin yang dihambat oleh cahaya matahari. Namun dengan cahaya
matahari yang cukup tanaman tersebut dapat melakukan proses fotosintesis secara maksimal,
sehingga tanaman tersebut memiliki nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuhnya. Nutrisi yang cukup itulah yang menyebabkan tanaman cabai rawit pada perlakuan I
batangnya tampak lebih gemuk, kokoh dan daunnya terlihat lebar, tebal dan banyak.
Tanaman cabai rawit pada perlakuan II (tidak tekena cahaya matahari secara
langsung) Mengalami pertambahan tinggi yang sangat cepat, dari hari ke hari. Namun
pertambahan daunnya lambat, warna daunnya tidak hijau (pucat) dan batang kecambahnya
tidak kokoh dan melengkung. Batang kecambah melengkung karena pertambahan tinggi yang
sangat pesat, namun batangnya tidak kuat. Tanaman di pot II ini mengalami gejala etiolasi,
dikarenakan kekurangan cahaya matahari disaat perkecambahan. Gejala etiolasi ditandai
dengan pertambahan tinggi yang sangat cepat dikarenakan hormon auksin yang berfungsi
dalam perpanjanga sel – sel tumbuhan dapat bekerja secara maksimal di tempat yang tanpa
cahaya matahari. Namun kekuarangan cahaya itu menyebabkan daun berwarna pucat,
berukuran kecil, tipis dan batangnya tidak kokoh karena tanaman tidak bisa melakukan proses
fotosintesis sehingga tanaman kekurangan nutrisi.