Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN


Kurva Sigmoid Pertumbuhan

OLEH:
DHEA VIVIN. K
(F05112088)
Kelompok 6

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
ABSTRAK

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan
contoh tumbuhan yang dapat membentuk kurva sigmoid pertumbuhan ideal. Adapun
tujuan praktikum kali ini yaitu untuk mengukur laju tumbuh tanaman jagung.
Pengukuran dilakukan dengan 2 cara yaitu cara destruktif dan cara nondestruktif. Secara
destruktif, tumbuhan jagung diukur pertumbuhannya dengan mengambil organ tanaman
secara lengkap, kemudian mengukur berat basah dan berat kering dari tajuk tanaman
(batang dan daun) serta akar. Secara nondesktruktif, tumbuhan jagung tidak diambil
organ tumbuhannya, melainkan hanya diukur tinggi tanaman, luas daun dan jumlah
daun. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas milimeter blok, pisau, pot,
penggaris, gunting, benang, oven, neraca analitik, termometer, evaporimeter, dry and
wet. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu alumunium foil, biji jagung, pupuk dan
media tanah (pasir dan tanah bakar) serta air. Dari hasil pengamatan didapatkan laju
pertumbuhan jagung pada perlakuan destruktif dengan pupuk pada minggu ke delapan
tingginya mencapai 101,21 cm, pada perlakuan destruktif non pupuk tingginya
mencapai 50,15 cm, pada perlakuan non destruktif pupuk tingginya mencapai 118,53
cm dan pada perlakuan non destruktif non pupuk tingginya mencapai 49,13 cm.
Kata kunci: destruktif, jagung (Zea mays), kurva sigmoid pertumbuhan, non destruktif.

PENDAHULUAN

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman, baik


yang merupakan faktor dalam maupun faktor luar. Untuk mendapatkan tanaman yang
baik dan sesuai yang diharapkan maka sangat penting bagi kita terutama para petani
untuk mengetahui dan memperhatikan fakor-faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan suatu tanaman. Jagung merupakan suatu jenis tanaman yang sangat mudah
tumbuh dan merupakan kelompok tumbuhan berumu pendek sehingga pada praktikum
kali ini digunakan tanaman jagung untuk melihat berbagai faktor yang mempengaruhi
suatu pertumbuhan tanaman serta membandingkan tingkat pertumbuhan antara tanaman
jagung dengan perlakuan destruktif maupun non destruktif. Selanjutnya data
pengamatan yang

didapatkan tersebut dibuat dalam bentuk kurva sigmoid

pertumbuhan.jadi tujuan pada praktikum kali ini adalah untuk mengukur laju tumbuh
tanaman jagung.
Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi
makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan
terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan seiring dengan
berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan
suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan. Laju
pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu,
bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan
waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva
sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun
sel-selnya (Latunra, dkk., 2009).
Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan
perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman.
Pertambahan ukuran tubuh tanaman

secara keseluruhan merupakan hasil dari

pertambahan ukuran bagian- bagian tanaman akibat dari pertambahan jaringan sel yang
dihasilkan oleh pertamabahan ukuran sel. Pertumbuahan berfungsi sebagai proses yang
mengolah masukan substrat tersebut menghasilkan produk tumbuhan. Pada tingkat sel,
proses pertumbuhan menggunakan substrat senyawa-senyawa organic seperti asam
amino dan karbohidrat untuk menghasilkan bahan bahan sel (Sitompul, 1995).

Pertumbuhan tumbuhan mula-mula lambat, berangsur-angsur menjadi lebih


cepat sampai tercapai suatu maksimum akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila
digambarkan dalam grafik dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid.
Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan
dapat terjadi akibat varisi lingkungan (Tjitrosoepomo, 1990).
Pertumbuhan dan perkembangan sel menyangkut tiga peristiwa yang sederhana,
diantaranya :
1. Pembelahan sel : suatu sel dewasa membelah menjadi dua sel yang terpisah yang
tidak selalu serupa satu sama lain.
2. Pembesaran sel : salah satu atau kedua sel anak tersebut membesar volumenya.
3. Diferensiasi sel : sel yang barangkali sudah mencapai volume akhirnya, menjadi
terspesialisasi dengan cara tertentu.
Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman
yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Proses perkecambahan dan
pertumbuhan perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium
pertumbuhan untuk diabsorbsi dan memacu aktivitas enzim-enzim untuk metabolisma
perkecambahan di dalam benih (Salisbury dan Ross, 1995).
Perkecambahan biji bergantung pada imbibisi, penyerapan air akibat potensial
air yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji
mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan memicu perubahan metabolic
pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim
akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan
nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang tumbuh (Campbell,
2004).
Selama tumbuhan masih mampu untuk bertahan hidup,. Tumbuhan dapat
tumbuh tidak terbatas karena tumbuhan memiliki jaringan embrionik yang selalu
tersedia, yang disebut meristem, pada daerah pertumbuhan. Sel sel meristematik
membelah terus untuk menghasilkan sel sel baru. Pola pertumbuhan tumbuhan
bergantung pada letak meristem. Meristem apical berada pada ujung akar dan pucuk
pada tunas, menghasilkan sel-sel bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang. (Nugroho,
2009).
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu
akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase
senesen (Erwin, 2008).

Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan kurva
sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji tersebut yang
otomatis juga dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode dormansi juga
merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa pencegah
kimia terdapat di dalam biji ketika terbentuk. Pencegah ini lambat laun dipecah pada
suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika
kondisi lainnya menjadi baik. Waktu dormansi berakhir umumnya didasarkan atas suatu
ukuran yang bersifat kuantitatif. Untuk tunas dan biji dormansi dinyatakan berhasil
dipecahkan jika 50 % atau lebih dari populasi biji tersebut telah berkecambah atau 50%
dari tunas yang diuji telah menunjukkan pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan
angiospermae di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah terkikis oleh air di dalam
tanah. Dalam proses ini lebih banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk
perkecambahan itu sendiri. (Kimball, 2000).
Suatu pola pertumbuhan yang khas tanaman semusim memiliki fase fase
pertumbuhan yang dapat di bagi dalam 3 fase pertumbuhan, yaitu :
1. Fase logaritmit
2. Fase linear
3. Fase penuan
Peningkatan kadar cepat pertumbuhan terjadi selama fase eksponensial, yang kemudian
berjalan konstan selama fase linear dan menurun menuju nol selama proses penuaan.
Banyak pertumbuhan tumbuhan menampilkan kurva pertumbuhan yang sama sekali
berbeda satu aatu fase- fase yang lain dapat tertekan atau bahkan hilang dari waktu ke
waktu (Sasmitamirhardja, 1996).
Pada fase logaritmik, ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan
waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya, tapi
kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme; semakin
besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan ukuran
berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama beberapa waktu
lamanya. Laju pertumbuhan yang konstan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan
pada bagian atas kurva tinggi tanaman dan oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh di
bagian bawah. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1995).
Pengamatan non destruktif:

Non destrtructive testing (NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu
benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak
benda yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin
bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance
(Budi, 2009).
Tinggi tanaman
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan tanah
sampai bagian tajuk tanaman paling tinggi.
Jumlah daun
Pengamatan dilakukan dengan menghitung daun-daun yang sudah membuka sempurna.
Diameter batang
Pengamatan dilakukan dengan mengukur batang pada ketinggian 10 cm diatas
permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong.
Pengamatan destruktif:
Pengujian lapangan bersifat dekstruktif

dilakukan dengan mencabut sampel

tanaman secara perminggu dengan mengukur :


Luas daun
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode p x l, dengan rumus:
LD = p x l x k
Dimana p=panjang daun, l=lebar daun, dan k=konstanta. Nilai k didapat dari hasil bagi
luas daun yang diukur dengan metode kertas millimeter dan luas daun p x l.
Bobot kering total tanaman
Pengamatan bobot kering total tanaman dilakukan dengan menimbang seluruh bagian
tanaman yang telah di oven pada suhu 800 C sampai diperoleh berat yang konstan.
Laju pertumbuhan tanaman (Crop Growth Rate = CGR)
Laju pertumbuhan tanaman ialah kemampuan menghasilkan biomassa persatuan waktu.
Dihitung berdasarkan pertambahan berat kering total tanaman diatas tanah persatuan
waktu.
Rumus: CGR =

(g cm-2 hari-1)

Keterangan : W1 dan W2

: Berat kering total tanaman pada saat dua

pengamatan destruktif T1 dan T2

T1 dan T2

: Umur tanaman (dalam hari)

T1

: saat pengamatan pertama

T2

: saat pengamatan kedua

GA

: Luas tanah (jarak tanam)

Jagung merupakan tanaman pangan biji-bijian yang memegang peranan penting


setelah padi di Indonesia. Jumlah produksinya pada tahun 1999 adalah 9.172.000 ton
atau yang kedua terbesar untuk tanaman biji-bijian setelah padi. Pada tanaman jagung
seperti halnya semua tanaman hibrida selalu mempunyai apa yang disebut dengan batas
genetis. Pada batasan tersebut terdapat potensi genetik, dimana dengan memacu
pertumbuhan seperti apapun akan tetap tidak dapat melampaui batasan genetik tersebut,
dan jumlah daun adalah salah satu batasan genetik pada tanaman semusim. Jagung suatu
monokotil, hanya memiliki satu kotiledon (skutelum jagung dan rumput lain). Tunas
yang belum sempurna dibungkus dalam suatu struktur yang disebut koleopatil. Pada
jagung dan rumput-rumputan lain, tunas tumbuh ke atas dan lurus melalui saluran
koleopatil (Manalu, 2001).

METODOLOGI
Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 3 Juli 2014 pukul 13.00 WIB
selesai di Laboratorium Fakultas Pertanian.

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alumunium foil, biji
jagung, pupuk dan media tanah (pasir dan tanah bakar) serta air. Sedangkan alat-alatnya
adalah kertas milimeter blok, pisau, pot, penggaris, gunting, benang, oven, neraca
analitik, termometer, evaporimeter, dry and wet.
Langkah kerja pada praktikum ini yaitu pertama dipilih bibit jagung yang baik,
kemudian direndam. Disiapkan media tanah yang merupakan pencampuran antara pasir
dan tanah bakar dengan perbandingan 2 : 1. Media tanah dimasukkan ke dalam 16 pot
setiap kelompok dan masing-masing pot diberi label. 8 pot diberi pupuk dan 8 potnya
lagi tidak diberi pupuk. Biji jagung yang telah direndam kemudian ditanam ke dalam
media tanah sebanyak 7 biji, dimana 2 bijinya hanya sebagai cadangan, jadi yang tetap
digunakan hanya 5 biji dari masing-masing pot. Pot tersebut lalu di letakkan pada
lapangan terbuka dan disiram secukupnya setiap hari. Dicek pertumbuhannya setiap
minggu dengan cara destruktif yaitu khusus untuk pengukuran berat basah dan berat
keringnya saja. Tetapi untuk pengukuran suhu tanah, suhu udara, curah hujan,
kelembabban, dry, wet, evaporasi, jumlah daun, tinggi tanaman dilakukan seiap hari.
Untuk pengukuran yang setiap minggu nya dipisahkan pengukuran batang dan akar nya,
kemudian dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan dengan suhu 80C, kemudian
ditimbang kembali sampel setelah 3 hari yang dikeringkan di oven tersebut. Setelah
tumbuhan jagung tersebut berbunga, maka pengukuran selesai, dan dibuat grafik rerata
dari pertumbuhan tanaman dan faktor iklim dengan waktu yang absisa. Dibuat estimasi
pertumbuhan dengan regresi, dan yang terakhir buat kurva sigmoidnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung Destruktif dengan pupuk
Tabel tinggi tanaman, jumlah daun, berat akar

Daun

Minggu
ke-

Tinggi
tanaman
(cm)

Jumlah

5,19

Akar

Bagian Atas

Luas
(cm2)
16

BB
(gr)
0,19

BK
(gr)
0,04

22,68

74,12

0,35

35,21

126

59,69

75,73

BB (gr)

BK (gr)

0,23

0,06

0,21

1,23

0,72

0,58

0,27

2,18

0,93

172,71

1,51

1,02

3,54

2,16

202,23

2,07

1,37

7,78

4,27

89,96

337,18

2,51

1,41

8,69

5,12

97,13

365,2

2,67

1,43

10,72

5,83

101,21

393,72

3,89

1,72

13,34

6,12

Tabel suhu, kelembaban, curah hujan, dry and wet dan evaporasi
Suhu
Tanah
(C)
35

Suhu
Udara
(C)
32

Dry
(C)

Wet
(C)

Kelembapan
(%)

38,14

27,71

53,57

Curah
hujan
(mm)
0

36

34

37,56

25,89

53,85

1,62

34

32

37,24

27,56

54,52

0,28

2,02

32

36

38,37

26,63

51,67

0,42

1,83

33

36

37,56

25,89

51,82

1,73

33

32

38,14

27,71

55,36

1,76

32

30

37,54

25,57

57,35

0,42

1,83

33

34

38,29

26,56

53,57

0,42

1,73

Evaporasi
(ml)
1,83

2. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung (Destruktif Non Pupuk)


Tinggi
Jumlah Luas
Minggu
Tanaman
Daun
Daun
ke(cm)
(lembar) (cm2)
1

4.85

14

Suhu
Tanah
(o)
31.59

Suhu
Udara
(o)

Curah
Kelembapan
Hujan Evaporasi
(%)
(mm)

30.93

60

5.14

Dry
(o)

Wet
Temperature
(o)

3.91

30.86

29.43

11.39

10

31.84

32.14

59

33.90

1.91

29.86

28.86

17.15

62

30.72

29.43

72

3.57

3.83

26.29

28.79

22.54

92

29.77

30.71

67

10.43

5.07

28.57

28.71

24.83

260

30.1

34.57

40

23.43

9.51

30.86

29.43

36.08

134

31.21

30.86

48

0.14

7.13

30.43

28.79

45.15

209

35.14

48

0.23

8.71

31.37

28.72

50.15

243

32
31

32.49

52

7.53

28.42

29.94

3. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung Non Destruktif Pupuk

Tinggi
Jumlah Luas Suhu Suhu
Curah
Minggu
Kelembapan
Tanaman
Daun
Daun Tanah Udara
Hujan Evaporasi
ke(%)
(cm)
(Lembar) (cm2) (oC)
(oC)
(mm)

Dry
(oC)

Wet
(oC)

1.

35.5

10

740

28.98

30.92

59.85

5.14

3.91

30.85 29.42

2.

45.5

23

1680

32.38

32.38

58.71

33.9

3.11

29.85 28.85

3.

63.38

30

4220

31.71

29.42

71.71

3,57

3.64

23.14 28.78

4.

85.9

37

5960

27.94

30.71

67.28

12.16

5.21

28.5

29

5.

98.4

40

348

33.28

34.6

40.3

23.4

9.5

30.9

29.4

6.

116.2

43

890

31.12

31.47

50

10

29.5

27

7.

117.41

43

730

31.63

35.14

47.5

8.7

31

28

8.

118.53

42

1240

31.56

32.49

51.6

7.5

28

29

4. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung


Non Destruktif Non Pupuk
Minggu Tinggi
ke(cm)

Jumlah Luas Suhu Suhu


Curah
Kelembapan
Daun
Daun Tanah Udara
Hujan
(%)
2
o
o
(lembar) (cm )
()
()
(mm)

Eva

Dry
(o)

Wet (o)

1.98

64

18

33.56

30.93

60

5.14

3.91 30.86

29.43

11.12

187

54

32.39

32.14

59

33.90

1.91 29.86

28.86

16.72

219

38

31.76

29.43

72

3.57

3.83 26.29

28.79

20.81

250

72

33.09

30.71

67

10.43

5.07 28.57

28.71

26.32

240

180

33.18

34.57

40

23.43

9.51 30.86

29.43

35.89

255

130

32.69

30.86

48

0.14

7.13 30.43

28.79

42.95

221

125

31.63

35.14

48

0.23

8.71 31.37

28.72

49.13

238

118

31.56

32.49

52

7.53 28.42

29.94

Pada pengamatan kali ini digunakan tanaman jagung (Zea mays) untuk
mengukur laju pertumbuhannya pada dua pengamatan setiap minggunya yakni
destruktif dan non destruktif. Adapun menurut Ewusie (1990), pengujian lapangan
bersifat dekstruktif dilakukan dengan mencabut sampel tanaman secara perminggu.
Tanaman jagung yang dicabut tersebut diambil batang dan daun, serta akarnya untuk
kemudian diukur berat basah maupun berat keringnya. Sedangkan menurut Achmad
(2010), Non destrtructive testing (NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu
benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak
benda yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin
bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance.
Jadi pada pengamatan secara non destruktif, tidak dilakukan pencabutan terhadap
tanaman jagung. Untuk pengukuran yang setiap harinya yaitu adanya pengukuran suhu
tanah, suhu udara, kelembaban, dry, wet, evaporasi, tinggi tanaman, dan jumlah daun.
Pada kelompok kami khusus mengamati tanaman jagung dengan cara non destruktif
pupuk.
Tanaman jagung dapat digunakan sebagai sampel percobaan kurva sigmoid
pertumbuhan karena menurut (Salisbury dan Ross, 1995), kurva pertumbuhan berbentuk
S (sigmoid) yang ideal, dapat dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa
bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan, contoh tanaman jagung.
Pada tanaman jagung, pengukuran tidak hanya pada pertumbuhan yang diukur secara
dekstruktif maupun nondekstruktif, tetap pengukuran juga dilakukan terhadap faktor
iklim
Pada data pengamatan yang desktruktif tinggi tanaman yang diberi pupuk,
jagung terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama fase vegetatif dan
tidak tumbuh lagi pada fase generatif. Pada fase generatif ditandai dengan adanya
pertumbuhan bunga pada tanaman jagung tersebut, yaitu tepatnya pada minggu ke 8.

Pada pengamatan berat basah dan berat kering bagian atas tanaman dan bagian
bawah tanaman (akar) mengalami peningkatan berat yang signifikan. Karena pada saat
penimbangan hasil yang didapatkan untuk setiap minggu nya merata, artinya tidak ada
peningkatan yang terlalu tinggi atau rendah.
Pada pengamatan jumlah daun bahwa untuk setiap minggunya mengalami
pertumbuhan

yang

signifikan

juga.

Hal

ini

dikarenakan

tumbuhan

mulai

mempersiapkan untuk proses asimilasi atau pembentukkan makanan melalui proses


fotosntesis yang umunya terjadi pada daun.
Sedangkan untuk menghitung luas daunnya, menggunakan rumus. Rumusnya
sebagai berikut :

Kurva pertumbuhan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa terjadi 3 fase


dalam pertumbuhan jagung (Zea mays) yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase
penuaan hal ini sesuai dengan pernyataan (Salisbury dan Ross, 1995) yang menyatakan
bahwa ada 3 fase utama pertumbuhan yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase
penuaan. Pada fase logaritmik laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian
meningkat terus. Pada fase linier pertambahan ukuran berlangsung konstan. Fase
penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai
kematangan.
Jika diamati, kurva pengamatan dekstruktif dan non dekstruktif antara tanaman
yang diberi pupuk dengan tanaman yang tidak diberi pupuk tidak terlalu menyerupai
bentuk S (sigmoid). Pada pengukuran juga terdapat hasil yang berbeda, pada tanaman
yang diberi pupuk kurvanya lebih tinggi dibandingkan kurva yang tanaman tidak diberi
pupuk.
Pada pengamatan dekstruktif, setiap minggunya ada tanaman yang dicabut pada
setiap pot, sehingga pada setiap pot ada pengurangan tanaman, ini dilakukan agar
tanaman tidak bersaing dalam pengambilan nutrisi dan unsur hara di dalam tanah.
Sedangkan pada percobaan yang non desktruktif tidak ada pencabutan tanaman setiap
minggunya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan desktruktif dan
non desktruktif.

Hasil yang didapatkan, pada pertumbuhan yang non dekstruktif pupuk kurvanya
lebih tinggi dibandingkan dengan kurva yang dekstruktif dengan pupuk. Pada
pengamatan ini mungkin terdapat kesalahan pada saat pengukuran tinggi tanaman.
Karena seharusnya yang dekstruktif lebih tinggi dibandingkan dengan non dekstruktif.
Hal ini dikarenakan pada dekstruktif tanaman lebih cenderung tidak bersaing dalam
merebutkan nutrisi dan unsur hara didalam tanah.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan merupakan hasil interaksi
antara dua faktor, yaiu faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam adalah faktor yang
berasal dari dalam tubuh tumbuhan sendiri yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
yang dapat dibedakan menjadi faktor intrasel dan intersel. Yang termasuk faktor intrasel
adalah sifat menurun atau faktor hereditas, sedangkan yang termasuk faktor intersel
adalah hormon. Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
adalah air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu tanah, cahaya, dan evaporasi,
serta curah hujan (Setiono, 2011).
Menurut (Rukmana, 1997) tanaman jagung memiliki daya adaptasi yang baik di
daerah tropis, seperti di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dan bereproduksi dengan
baik di dataran rendah sampai ke dataran tinggi. Sehingga tanaman jagung dapat
beradaptasi dengan baik. Salah satu cara tumbuhan jagumg beradaptasi yaitu dengan
menggulung daunnya ketika pada suhu tinggi atau kekurangan agar dapat mengurangi
penguapan. Oleh karena itu, tanaman jagung harus disiram setiap hari.

KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa jagung
(Zea mays) merupakan salah satu contoh tumbuhan yang pertumbuhannya dapat
membentuk kurva sigmoid pertumbuhan yang ideal. Tanaman jagung terus mengalami
generatif. Fase generatif tanaman jagung (Zea mays) ditandai dengan adanya
perbungaan pada tanaman, tepatnya pada mingg ke-8. Ada tiga fase dalam pertumbuhan
jagung (Zea mays) yaitu fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Perbandingan
kurva pada tanaman yang diberi pupuk dan tidak diberi pupuk ternyata lebih tinggi
hasilnya pada tanaman yang di beri pupuk. Adapun pertumbuhan pada tanaman jagung
dipengaruhi oleh faktor internl dan eksternal. Faktor internal dapat berupa faktor
hereditas dan hormon, sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan jagung antara lan air, tanah, dan mineral, kelembaban udara, suhu udara,
suhu tanah, cahaya, evaporasi, serta curah hujan. Tanaman yang dekstruktif seharusnya
lebih tinggi dibandingkan dengan non dekstruktif, hal ini dikarenakan pada tanaman
destruktif lebih cenderung tidak bersaing dalam merebutkan nutrisi dan unsur hara di
dalam tanah jika dibandingkan dengan tanaman yang non destruktif.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Tumbuhan. (online).
(http://organisasi.org/). Diakses tanggal 7 Juli 2014.
Budi, Mikael Adri S. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan 4 Efektif
Organisme (EM4) pada Pertumbuhan Fase Vegetatif Tanaman Jagung (Zea
mays). Jurnal FORMAS ISSN I 1978-8452 Vol 2 (3) : 256-263.
Campbell, dkk. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Erwin. 2008. Perkecambahan Dan Pertumbuhan Kecambah Leguminoceae Di bawah
Pengaruh Medan Magnet. (online). (www.lemlit.unila.ac.id). Diakses tanggal
7 Juli 2014.
Ewusie. 1990. Ekologi Tropika. Bandung : ITB.
Kimball. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Latunra. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Manalu, Lamhot P. 2001. Model Persamaan Kadar Air Keseimbangan Desorpsi
Isotermis Jagung. Jurnal Pertanian Volume 15 (1) : 335-339.
Nugroho,Yuni Agung dan Ningsih Elik Murni Ningtsyas. 2009. Model Dinamika
Sebagai Upaya Pencapaian Sinkronisasi Nitrogen Pada Budidaya Selada
Dengan Pupuk Hijau. Jurnal Tanah Tropik Vol 14 : 127-134.
Rukmana, H. R. 1997. Budidaya Baby Corn. Jakarta : Kanisius.
Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB.

Sasmitamirhardja,. dkk. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Depdikbud.


Setiono,

2011.

Pertumbuhan

dan

Perkembangan.

(online).

(http://setiono774.blogspot.com). Diakses tanggal 7 Juli 2014


Sitompul, S. M. dkk. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Tjitrosoepomo,Gembong. 1990. Botani Umum 2. Bandung : Angkasa.

LAMPIRAN
MINGGU
1

DESKTRUKTIF

NONDEKSTRUKTIF

Anda mungkin juga menyukai