Anda di halaman 1dari 5

Posted in Fisiologi Tumbuhan pada 19:44 oleh Andi Rezki Ferawati Yusuf

BAB I
PENDAHULUAN

Proses pertumbuhan merupakan hal yang lazim bagi setiap tumbuhan. Dalam
proses pertumbuhan terjadi penambahan volume yang signifikan. Seiring
berjalannya waktu pertumbuhan suatu tanaman terus bertambah. Proses tumbuh
sendiri dapat dilihat pada selang waktu tertentu, di mana setiap pertumbuhan
tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam
bentuk kurva/diagram pertumbuhan.
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu.
Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju
tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva
berbentuk huruf s atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi
tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, dkk., 2009).
Percobaan ini diadakan dengan melihat berapa rata-rata pertumbuhan daun
dengan menggunakan kurva sigmoid tersebut. Tujuan diadakannya percobaan
ini adalah untuk mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji
hingga daun mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang merah Phaseolus
vulgaris.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan


dalam ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti
pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot,
pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel,
banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi
dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume
sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil
sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi
dengan pembelahan sel (Kaufman, 1975).
Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap
lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat
mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini
dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih
menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan
reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang
disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, 2002).
Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh
letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa
sentimeter dibawah ujung (tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus
pada akar tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan kecambah
mati (Salisbury, 1995).
Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam pengukuran
yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau massa. Yang
paling umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme
multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi
juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan.
Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Pertambahan volume (ukuran)
sering ditentukan denagn cara mengukur perbesaran ke satu atau dua arah,
seperti panjang (misalnya, tinggi batang) atau luas (misalnya, diameter batang),
atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan cara
pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat
diukur berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Salisbury, 1995).
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu
akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun
pada fase senesen (Anonim, 2008).
Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan
kurva sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji
tersebut yang otomatis juga dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode
dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji. Ada
bukti bahwa pencegah kimia terdapat di dalam biji ketika terbentuk. Pencegah
ini lambat laun dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk
menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik. Waktu
dormansi berakhir umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat
kuantitatif. Untuk tunas dan biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika
50 % atau lebih dari populasi biji tersebut telah berkecambah atau 50% dari
tunas yang diuji telah menunjukkan pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan
angiospermae di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah terkikis oleh air
di dalam tanah. Dalam proses ini lebih banyak air diperlukan daripada yang
harus ada untuk perkecambahan itu sendiri. (Kimball, 1992).
Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan
waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi
kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin
besar organisme, semakin cepat pula ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan
ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama
beberapa waktu lamanya. Tidak begitu jelas mengapa laju pertumbuhan pada
fase ini harus konstan, dna bukan sebanding dengan peningkatan ukuran
organisme. Tapi, pada batang tak bercabang, fase linier tersebut disebabkan
hanya oleh aktivitas yang konstan dari meristem apikalnya. Fase penuaan
dicirikan oleh pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai
kematangan dan mulai menua (Salisbury, 1995).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu diadakan pada:
Hari/tanggal : Selasa/16 Juni 2009
Waktu : Pukul 14.00 s.d. 16.00 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Gedung B Lt. III
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Samata Gowa.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah penggaris
milimeter, pisau, toples/wadah dan kayu kecil
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji kacang
merah Phaseolus vulgaris, campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1,
dan air.

C. Cara Kerja
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah :
1. Merendam biji kacang merah selama 2-3 jam di dalam nampan/toples yang
berisi air.
2. Memilih biji yang baik sebanyak 30 biji yang baik.
3. Setelah 2 jam merendam, mengupas 3 biji dan membuka kotiledonnya
mengukur panjang pada embrionya dengan penggaris, kemudian menghitung
nilai rata-ratanya.
4. Menanan 25 biji dalam pot, menyiram dengan air secukupnya dan
memelihara selama 2 minggu.
5. Mengadakan pengamatan sebagai berikut :
a) Mengukur panjang daun pertamanya pada umur 3, 5, 7, 10, dan 14 hari.
b) Melakukan pengukuran daun pada umur 3 dan 5 hari yang dengan menggali
tanah.
c) Melakukan pengukuran selanjutnya tanpa memotong kecambah tanaman.
Selalu menggunakan 3 tanaman yang sama untuk pengukuran selanjutnya.
d) Menentukan rata-rata panjang daun dari tiap-tiap seri pengukuran.
6. Membuat grafik dengan panjang rata-rata daun sebagai ordinat dan waktu
pengukuran.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dari percobaan ini ditunjukkan oleh tabel berikut :
Hari ke- Panjang rata-rata daun (mm)
06
3 18
5 32
7 48
10 56
14 63

B. Grafik

C. Pembahasan
Pada percobaan ini menggunakan kacang merah Phaseolus vulgaris yang
bertujuan untuk mengamati daun dari embrio dalam biji sampai mencapai
ukuran tetap pada tanaman tersebut. Biji yang digunakan adalah sebanyak 30
biji di mana 3 biji dikupas kulitnya dan dibuka kotiledonnya, kemudian diukur
panjang embrionya. Lalu dihitung panjang rata-ratanya. Hal ini dilakukan
sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengamati daun dari embrio. Dari hasil
pengukuran diperoleh panjang rata-rata embrio yaitu 6 mm.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh hasil
pengamatan sebanyak 5 kali dengan pengukuran pada kedua helai daunnya,
dimana titik awal pengukuran dari daun tersebut diawali pada tangkai dasar
induk daun.
Pada pengamatan I, didapatkan rata-rata panjang daun yaitu 18 mm setelah
penanaman hari ke 3. Selanjutnya pada penanaman hari ke 5, rata-rata panjang
daun mengalami kenaikan menjadi 32 mm. Pada pengamatan III, didapatkan
rata-rata panjang daun menjadi 48 mm. Selanjutnya yaitu rata-rata panjang
daun pada pengamatan IV yaitu setelah penanaman selama 10 hari adalah 56
mm dan terakhir yaitu penanaman pada hari ke 14, didapatkan rata-rata panjang
daun yaitu 63 mm.
Setelah melakukan pengamatan tersebut didapatkan kurva yang berbentuk huruf
S yang berarti bahwa pengamatan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
pertumbuhan tanaman jika dibuatkan kurva akan berbentuk huruf S. Hal ini
disebabkan karena pada pengamatan terakhir daunnya mencapai ukuran tetap
(belum mengalami fase penuaan) walaupun laju pertumbuhan tanaman
meningkat sehingga kurvanya menunjukkan kurva berbentuk S. Tumbuhan
dalam pertumbuhannya mengalami tiga fase pertumbuhan yaitu fase logaritmik,
fase linier, dan fase penuaan. Proses pertumbuhan ini dipengaruhi bebrapa
faktor internal seperti gen dan hormon pertumbuhan dan faktor eksternal seperti
cahaya, nutrisi, air, kelembaban, dan sebagainya.
Adanya perbedaan panjang daun dari masing-masing tanaman ini disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kualitas biji Kacang merah Phaseolus vulgaris
2. Sulitnya pematahan dormansi
3. Kurangnya unsur hara dalam tanah
4. Kurangnya penyiraman atau pemberian air terhadap tanaman
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini dapat disimpulkan
bahwa laju tumbuh daun sejak embrio dalam biji kacang merah Phaseolus
vulgaris, samapai mencapai mencapai ukuran tetap didapatkan kurva yang
berbentuk S yang menunjukkan kesesuaian dengan teori yang menyatakan
bahwa pertumbuhan tanaman jika dibuatkan kurva akan berbentuk huruf S.

B. Saran
Adapun saran yang diajukan pada praktikum ini yaitu, sebaiknya dalam
melakukan penanaman, kondisi air pada media tanam diperhatikan agar
pertumbuhan biji dapat berlangsung dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009, Kurva Sigmoid. http://www.lapanrs.com/. Diakses pada tanggal


27 Juni 2009 pukul 16:14 WITA.

Campbell. 2002. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Kaufman. 1975. Laboratory Experiment in Plant Physiology. New York:


Macmillan Publishing Co., Inc.

Kimball, J.W. 1992. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Latunra. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar:


Universitas Hasanuddin,

Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB Press.

Anda mungkin juga menyukai