Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN IDENTIFIKASI KAYU

MOHAMAD DAVA ADITYA

H1020045

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jabon dapat tumbuh subur di hutan tropis pada ketinggian 0-1300 mdpl. Jabon
dapat tumbuh dihampir berbagai kondisi tanah mulai dari tanah kering sampai tanah
yang kadang-kadang tergenang air. Penelitian tentang jabon telah banyak dilakukan dan
dipublikasikan. Contohnya, pemanfaatan kayu jabon sebagai bahan baku kayu lapis,
riset awal menyatakan bahwa jabon memiliki permukaan yang halus sehingga cocok
sebagai lapisan terluar bagian depan dan bagian belakang kayu lapis oleh Halawane
(2011). Ada juga penelitian tentang potensi kayu Jabon sebagai bahan baku pulp dan
kertas didukung panjang seratnya oleh Yamamoto et al (2009) dan Roliadi et al (2010).
Walaupun telah banyak penelitian, pengukuran dimensi sel setiap kayu berbeda-
beda dikarenakan tempat tumbuh yang mempengaruhi sifat kayu. Sedangkan sifat kayu
berhubungan langsung dengan anatomi kayu yang didalamnya terdapat sifat
makroskopis dan mikroskopis kayu. Maka dari itu, untuk meningkatkan informasi
karakteristik kayu jabon dilakukan pengukuran dimensi sel untuk mengidentifikasi
diameter atau panjang pembuluh dan panjang serat, biasanya ini digunakan untuk
menentukan kelas mutu serat.

B. Tujuan
● Mengidentifikasi pengukuran dimensi sel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kayu Jabon
Jabon merupakan salah satu jenis kayu berkerapatan rendah yang saat ini mulai
banyak dikenal oleh sebagian masyarakat karena pertumbuhannya yang cepat (fast
growing species). Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba) termasuk dalam ordo
Rubiales dengan nama famili Rubiaceae (Nurhasybi, 2003). Di Indonesia sendiri, jabon
ternyata memiliki daerah penyebaran alami hampir di seluruh wilayah Indonesia,
seperti di Pulau Sumatera, Jawa Barat dan Jawa Timur, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Jabon dapat pula
tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan sedikitnya 200 mm/tahun (Mansur,
2010). Menurut Martawijaya, et al (1989) Jabon biasanya digunakan untuk korek api,
peti pembungkus, cetakan beton, mainan anak-anak, pulp, dan kontruksi darurat.
Ciri umum kayu jabon yaitu kayu teras berwarna putih sampai putih
kekuningan. Batas antara kayu teras dengan kayu gubal tidak tegas. Kayu jabon
memiliki corak polos dengan tekstur agak halus dan rata. Arah seratnya lurus kadang
agak berpadu. Kayu ini memiliki permukaan agak mengkilap sampai mengkilap,
memiliki kesan raba yang licin sampai licin dan tingkat kekerasannya agak lunak
sampai agak keras (Martawijaya et al, 1989).
Pori bergabung 2−3 dalam arah radial, jarang soliter, diameter 130−220 µ,
frekuensi 2−5 per mm2 .Parenkim agak jarang, dapat dilihat di bawah lup 10x
pembesaran seperti garis-garis pendek yang tersebar, seringkali 2−3 garis
bersambungan dalam arah tangensial di antara jari-jari dan bersinggungan dengan pori,
atau membentuk garis-garis panjang yang halus dan merupakan jaringan seperti jala
dengan jari-jari. Jari-jari uniseriat, frekuensi 2−3 per mm (Widiyanto & Siarudin,
2016). Menurut Lempang (2014), kayu jabon (Anthocephalus cadamba) memiliki BJ
0,33 (segar) dan 0,41 (kering udara).

B. Dimensi Serat Kayu


Jabon mempunyai panjang serat 1,979 µ, diameter serat 54 µ, tebal dinding
3,2µ, dan diameter lumen 47,6 µ. Serat kayu yang termasuk ke dalam kelas I dan II
untuk bahan baku pulp (Martawijaya et al, 1989). Menurut Lempang (2012) Peranan
dimensi serat seperti panjang dan diameter serat serta tebal dinding sel mempunyai
hubungan satu sama lain yang kompleks dan mempunyai pengaruh yang mendasar
terhadap sifat fisik pulp dan kertas serta produk serat lainnya. Semakin panjang serat
kayu maka pulp yang dihasilkan memiliki kekuatan yang tinggi (Pasaribu, 2007).
Panjang serat mempengaruhi sifat-sifat tertentu pulp dan kertas, termasuk ketahanan
sobek, daya tarik dan daya lipat.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Pengukuran dimensi sel di Sukoharjo, pada tanggal 29 Oktober – 26 November 2021.
B. Alat dan Bahan
1. Laptop dan perangkat pendukungnya
2. Foto mikroskopis vessel perbesaran 20x
3. Foto mikroskopis fiber perbesaran 40x
4. Foto mikrometer
5. Software ImageJ
C. Cara Kerja
1. Pengukuran Pembuluh
a. Menyimak pejelasan cara penggunaan software image j dengan baik.
b. Mengukur panjang 25 vessel.
c. Menghitung rata-rata panjang serat, satdar devisiasi, nilai minimal dan
maksimal
d. Membuat grafik yang menunjukkan pengamatan dari empulur ke kulit.
e. Membuat pembahasan yang diperoleh
f. Mencantumkan pustka yang digunakan
2. Pengukuran Serat
a. Menyimak pejelasan cara penggunaan software image j dengan baik.
b. Mengukur 100 serat.
c. Menghitung rata-rata, satdar devisiasi, nilai minimal dan maksimal untuk
diameter serat, diameter lumen serat, tebal dinding serat, frekuensi pembuluh.
d. Membuat grafik yang menunjukkan pengamatan dari empulur ke kulit.
e. Membuat pembahasan yang diperoleh
f. Mencantumkan pustka yang digunakan
3. Pengolahan Data
a. Menghitung rata-rata, mean, min, max, standar devisiasi data yang digunakan.
b. Membuat grafik dengan data yang digunakan (rata-rata, mean, min, max,
standar devisiasi).
c. Membuat pembahasan mengeani data yang digunakan sesuai literatur yang
digunakan.
d. Mencantumkan Pustaka yang digunakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diameter Pembuluh

250
Diameter vessel (mikrometer)

200

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9

B. Diameter Serat

35
Diameter Serat (mikrometer)

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Diameter lumen

35
Diameter Lumen Serat (mikrometer)

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tebal dinding sel

35

30
Tebal Dinding Serat (mikrometer)

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pada pengukuran diameter pembuluh dilakukan 9cm pengamatan. Pada satu cm
pertama ditemukan panjang pembuluh berkisar 64,5-153,8µm, dengan rata-rata
123,9 µm. Pada satu cm kedua ditemukan panjang pembuluh berkisar 47,3-
167,9µm, dengan rata-rata 130,4µm. Pada satu cm ketiga ditemukan panjang
pembuluh berkisar 59,8-187 µm, dengan rata-rata 146,6µm. Pada satu cm keempat
ditemukan panjang pembuluh berkisar 125-205,4 µm, dengan rata-rata 175,1 µm.
Pada satu cm kelima ditemukan panjang pembuluh berkisar 134,2-212,5µm,
dengan rata-rata 184,7µm. Pada satu cm keenam ditemukan panjang pembuluh
berkisar 97,3-218µm, dengan rata-rata 173,6µm. Pada satu cm ketujuh ditemukan
panjang pembuluh berkisar 78-246µm, dengan rata-rata 165,1µm. Pada satu cm ke-
8 ditemukan panjang pembuluh berkisar 113-240,8µm, dengan rata-rata 186µm.
Pada satu cm ke-9 ditemukan panjang pembuluh berkisar 113-218,5µm, dengan
rata-rata 177µm.
Berdasarkan hasil pengukuran diameter serat (fiber) untuk kayu jabon
dilakukan jarak dari empulur 1 cm hingga 9 cm. Diketahui pada jarak 1 cm pertama
memiliki diameter pembuluh dengan rata-rata 26,2 μm. 1 cm kedua memiliki
diameter pembuluh dengan rata-rata 24 μm, 1 cm ketiga memiliki diameter
pembuluh dengan rata-rata 29 μm, 1 cm ke-4 memiliki diameter pembuluh dengan
rata-rata 26,6 μm, 1 cm ke-5 memiliki diameter pembuluh dengan rata-rata 23,6
μm, 1 cm ke-6 memiliki diameter pembuluh dengan rata-rata 24,7 μm, 1 cm ke-7
memiliki diameter pembuluh dengan rata-rata 22,5 μm, 1 cm ke-8 memiliki
diameter pembuluh dengan rata-rata 24,2 μm, 1 cm ke-9 memiliki diameter
pembuluh dengan rata-rata 26 μm.
Diameter serat akan mempengaruhi sifat kekuatan pulp dan kertas dalam
pencucian, penyaringan, pembentukan lembaran, ikatan antar serat, kekuatan serat
dan mobilitas serat dalam lembaran. Serat dengan diameter besar dan berdinding
tipis mampu memberikan ikatan antar serat yang kuat dengan kekuatan yang tinggi.
Diameter lumen akan berpengaruh sebagai pembanding dengan diameter serat yang
disebut sebagai Flexybility Ratio (tingkat fleksibilitas serat) yang menunjukkan
hubungan parabolis dengan kekuatan tarik dan panjang putus. Serat yang memiliki
dinding tebal akan sulit digiling ketingkat pelulusan yang rendah. Serat berdinding
tebal memiliki luas permukaan yang kecil per satuan berat dari pada serat yang
berdinding lebih tipis. Sehingga kekuatan sobek, kekuatan jebol dan kekuatan tarik
dipengaruhi oleh besarnya ikatan antar serat.
BAB V
KESIMPULAN
Kayu jabon merupakan spesies cepat tumbuh, pada anatomi kayu jabon permukaan kayu
agak mengkilap, serat lurus, tekstur agak kasar, kesan raba agak licin. Pada kayu jabon
perbedaan kayu teras dengan kayu gubal tidak terlihat jelas. Pengukuran dimensi sel yang
dilakukan yaitu pengukuran diameter pembuluh, pengukuran diameter serat, pengukuran
diameter lumen, dan ketebalan dinding sel.
DAFTAR PUSTAKA

Lempang, M. (2014). Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Jabon Merah. Jurnal Penelitian
Kehutanan Wallacea, 3(2): 163–176.
Martawijaya, A et al. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan Indonesia:
Bogor.
Nurhasybi dan Muharam, A. 2003. Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Atlas Benih
Tanaman Indonesia. 3(8).
Nurrachmania, Meylida, dan Rozalina. 2021. Pengaruh Perebusan dan Pemadatan Terhadap
Sifat Fisis dan Anatomi Kayu Jabon. Penelitian Hasil Hutan. 39(2): 115-120
Pasaribu, R. A dan A. P. Tampubolon. 2007. Status Teknologi Pemanfaatan Serat Kayu untuk
Bahan Baku Pulp. Workshop Sosialisasi Program dan Kegiatan BPHPS Guna
Mendukung Kebutuhan Riset Hutan Tanaman Kayu Pulp dan Jejaring Kerja.
Widiyanto, A., & Siarudin, M. (2016). Karakteristik Sifat Fisik Kayu Jabon (Anthocephalus
cadamba Miq.) Pada Arah Longitudinal dan Radial. Jurnal Hutan Tropis, 4(2): 102–
108.
LAMPIRAN
terlampir

Anda mungkin juga menyukai