H1020045
B. Tujuan
● Mengidentifikasi pengukuran dimensi sel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kayu Jabon
Jabon merupakan salah satu jenis kayu berkerapatan rendah yang saat ini mulai
banyak dikenal oleh sebagian masyarakat karena pertumbuhannya yang cepat (fast
growing species). Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba) termasuk dalam ordo
Rubiales dengan nama famili Rubiaceae (Nurhasybi, 2003). Di Indonesia sendiri, jabon
ternyata memiliki daerah penyebaran alami hampir di seluruh wilayah Indonesia,
seperti di Pulau Sumatera, Jawa Barat dan Jawa Timur, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Jabon dapat pula
tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan sedikitnya 200 mm/tahun (Mansur,
2010). Menurut Martawijaya, et al (1989) Jabon biasanya digunakan untuk korek api,
peti pembungkus, cetakan beton, mainan anak-anak, pulp, dan kontruksi darurat.
Ciri umum kayu jabon yaitu kayu teras berwarna putih sampai putih
kekuningan. Batas antara kayu teras dengan kayu gubal tidak tegas. Kayu jabon
memiliki corak polos dengan tekstur agak halus dan rata. Arah seratnya lurus kadang
agak berpadu. Kayu ini memiliki permukaan agak mengkilap sampai mengkilap,
memiliki kesan raba yang licin sampai licin dan tingkat kekerasannya agak lunak
sampai agak keras (Martawijaya et al, 1989).
Pori bergabung 2−3 dalam arah radial, jarang soliter, diameter 130−220 µ,
frekuensi 2−5 per mm2 .Parenkim agak jarang, dapat dilihat di bawah lup 10x
pembesaran seperti garis-garis pendek yang tersebar, seringkali 2−3 garis
bersambungan dalam arah tangensial di antara jari-jari dan bersinggungan dengan pori,
atau membentuk garis-garis panjang yang halus dan merupakan jaringan seperti jala
dengan jari-jari. Jari-jari uniseriat, frekuensi 2−3 per mm (Widiyanto & Siarudin,
2016). Menurut Lempang (2014), kayu jabon (Anthocephalus cadamba) memiliki BJ
0,33 (segar) dan 0,41 (kering udara).
250
Diameter vessel (mikrometer)
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
B. Diameter Serat
35
Diameter Serat (mikrometer)
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Diameter lumen
35
Diameter Lumen Serat (mikrometer)
30
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tebal dinding sel
35
30
Tebal Dinding Serat (mikrometer)
25
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pada pengukuran diameter pembuluh dilakukan 9cm pengamatan. Pada satu cm
pertama ditemukan panjang pembuluh berkisar 64,5-153,8µm, dengan rata-rata
123,9 µm. Pada satu cm kedua ditemukan panjang pembuluh berkisar 47,3-
167,9µm, dengan rata-rata 130,4µm. Pada satu cm ketiga ditemukan panjang
pembuluh berkisar 59,8-187 µm, dengan rata-rata 146,6µm. Pada satu cm keempat
ditemukan panjang pembuluh berkisar 125-205,4 µm, dengan rata-rata 175,1 µm.
Pada satu cm kelima ditemukan panjang pembuluh berkisar 134,2-212,5µm,
dengan rata-rata 184,7µm. Pada satu cm keenam ditemukan panjang pembuluh
berkisar 97,3-218µm, dengan rata-rata 173,6µm. Pada satu cm ketujuh ditemukan
panjang pembuluh berkisar 78-246µm, dengan rata-rata 165,1µm. Pada satu cm ke-
8 ditemukan panjang pembuluh berkisar 113-240,8µm, dengan rata-rata 186µm.
Pada satu cm ke-9 ditemukan panjang pembuluh berkisar 113-218,5µm, dengan
rata-rata 177µm.
Berdasarkan hasil pengukuran diameter serat (fiber) untuk kayu jabon
dilakukan jarak dari empulur 1 cm hingga 9 cm. Diketahui pada jarak 1 cm pertama
memiliki diameter pembuluh dengan rata-rata 26,2 μm. 1 cm kedua memiliki
diameter pembuluh dengan rata-rata 24 μm, 1 cm ketiga memiliki diameter
pembuluh dengan rata-rata 29 μm, 1 cm ke-4 memiliki diameter pembuluh dengan
rata-rata 26,6 μm, 1 cm ke-5 memiliki diameter pembuluh dengan rata-rata 23,6
μm, 1 cm ke-6 memiliki diameter pembuluh dengan rata-rata 24,7 μm, 1 cm ke-7
memiliki diameter pembuluh dengan rata-rata 22,5 μm, 1 cm ke-8 memiliki
diameter pembuluh dengan rata-rata 24,2 μm, 1 cm ke-9 memiliki diameter
pembuluh dengan rata-rata 26 μm.
Diameter serat akan mempengaruhi sifat kekuatan pulp dan kertas dalam
pencucian, penyaringan, pembentukan lembaran, ikatan antar serat, kekuatan serat
dan mobilitas serat dalam lembaran. Serat dengan diameter besar dan berdinding
tipis mampu memberikan ikatan antar serat yang kuat dengan kekuatan yang tinggi.
Diameter lumen akan berpengaruh sebagai pembanding dengan diameter serat yang
disebut sebagai Flexybility Ratio (tingkat fleksibilitas serat) yang menunjukkan
hubungan parabolis dengan kekuatan tarik dan panjang putus. Serat yang memiliki
dinding tebal akan sulit digiling ketingkat pelulusan yang rendah. Serat berdinding
tebal memiliki luas permukaan yang kecil per satuan berat dari pada serat yang
berdinding lebih tipis. Sehingga kekuatan sobek, kekuatan jebol dan kekuatan tarik
dipengaruhi oleh besarnya ikatan antar serat.
BAB V
KESIMPULAN
Kayu jabon merupakan spesies cepat tumbuh, pada anatomi kayu jabon permukaan kayu
agak mengkilap, serat lurus, tekstur agak kasar, kesan raba agak licin. Pada kayu jabon
perbedaan kayu teras dengan kayu gubal tidak terlihat jelas. Pengukuran dimensi sel yang
dilakukan yaitu pengukuran diameter pembuluh, pengukuran diameter serat, pengukuran
diameter lumen, dan ketebalan dinding sel.
DAFTAR PUSTAKA
Lempang, M. (2014). Sifat Dasar dan Potensi Kegunaan Kayu Jabon Merah. Jurnal Penelitian
Kehutanan Wallacea, 3(2): 163–176.
Martawijaya, A et al. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan Indonesia:
Bogor.
Nurhasybi dan Muharam, A. 2003. Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Atlas Benih
Tanaman Indonesia. 3(8).
Nurrachmania, Meylida, dan Rozalina. 2021. Pengaruh Perebusan dan Pemadatan Terhadap
Sifat Fisis dan Anatomi Kayu Jabon. Penelitian Hasil Hutan. 39(2): 115-120
Pasaribu, R. A dan A. P. Tampubolon. 2007. Status Teknologi Pemanfaatan Serat Kayu untuk
Bahan Baku Pulp. Workshop Sosialisasi Program dan Kegiatan BPHPS Guna
Mendukung Kebutuhan Riset Hutan Tanaman Kayu Pulp dan Jejaring Kerja.
Widiyanto, A., & Siarudin, M. (2016). Karakteristik Sifat Fisik Kayu Jabon (Anthocephalus
cadamba Miq.) Pada Arah Longitudinal dan Radial. Jurnal Hutan Tropis, 4(2): 102–
108.
LAMPIRAN
terlampir