Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

Pengaruh Proses Biologi Terhadap Kualitas Lingkungan Perairan

OLEH
ANASTASYA VIRGINIA T. PHILIPUS
31190320

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum ini dilakukan agar mengetahui bahwa didalam air itu terdaapat oksigen
terlarut (DO) yang didapatkan atau berasal dari hasil fotosintesis tumbuhan air.
Oksigen memegang peran yang sangat penting sebagai indikator kualitas perairan,
karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan biologi yang dilakukan oleh
organisme aerobik dan anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen ialah
untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah
nutrien yang ada pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi
anaerobik oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi
sederhana dalam bentuk nutrien dan gas (Salmin, 2000).
Dissolved Oxygen (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer atau udara. DO di suatu perairan sangat
berperan dalam proses penyerapan makanan oleh makhluk hidup air. Untuk
mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati
beberapa parameter kimia seperti DO. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen),
maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja
terjadi (Salmin, 2000).
DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses metabolisme
atau pertukaran zat yang kemudian menghasilakn energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan
organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu
perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis
organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salim, 2000).
Kandungan DO (dissolved oxygen) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan
normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun atau toksik (Swingle, 1968).
Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas
yang ada di udara maupun yang ada di air, salinitas serta persenyawaan unsur-unsur
mudah teroksidasi di dalam air. Kelarutan tersebut akan menurun apabila suhu dan
salinitas meningkat, oksigen terlarut suatu perairan juga akan menurun akibat
pembususkkan-pembusukkan dan respirasi dari hewan dan tumbuhan yang kemudian
diikuti dengan meningkatnya CO2 bebas serta menurunnya pH (Huet, 1970).
Metode titrasi dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri.
Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu MnSo4 dan NaoH-NaI sehingga terjadi
endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 maka endapan yang terbentuk akan
larut kembali dan juga akan membebaskan molekul Iodium (I2) yang ekivalen dengan
oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan
standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum
(Swingle, 1968).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui DO pada tiga jenis sampel air
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi DO
BAB II
METODE
2.1 Alat
1. 3 erlenmeyer 4. Pipet tetes
2. 3 botol jam 5. Syringe/spet
3. Gelas ukur
2.2 Bahan
1. Na2S2O3 5. DO kit
2. MnSO4 6. Hidrilla verticillata
3. NAOH-NaI 7. Pistia stratiotes
4. H2SO4 8. Amilum
2.3 Cara Kerja

Alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu.

Sampel air yang berisi Hydrilla verticilata diambil menggunakan botol jam, lalu
diukur sebanyak 40ml dengan menggunakan gelas ukur. Setelah itu sampel air yang
sudah di ukur dengan gelas ukur, dituangkan kedalam erlenmeyer.

Setelah itu sampel air pada erlenmeyer ditetesi dengan MnSO4 sebanyak 8 tetes dan
digocok secara perlahan. Kemudian sampel air ditetesi lagi dengan NaOH-NaI
sebanyak 8 tetes dan di gocok secara perlahan sampai terbentuk endapan MnO2.

Setelah endapan terbentuk, ditetesi lagi dengan H2SO4 sebanyak 8 tetes dan digocok
secara perlahan sampai endapan yang terbentuk sebelumnya larut kembali.
Kemudian setelah endapannya larut, diambil lagi sampel air yang baru sebanyak
8ml, lalu dituangkan kedalam sampel yang sebelumnya, yang endapannya telah
larut. Kemudian di diamkan selama 15 menit.

Setelah itu dilakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 sambil digocok perlahan
sampai warnanya berubah menjadi kuning pucat. Lalu dicatat hasil titrasi yang
pertama. Kemudian ditetesi dengan menggunakan amilum sebanyak 3 tetes digocok
perlahan sampai warnanya berubah menjadi biru kehitaman. Setelah itu ditetesi lagi
dengan larutan Na2S2O3 sampai berubah warna menjadi bening. Lalu dicatat kembali
hasil dari titrasi yang kedua.

Lalu lakukanlah hal yang sama juga pada sampel air Pista stratiotes dan pada sampel
air kombinasi Hydrilla verticilata dan Pistia stratiotes. Pada masing-masing sampel
dilakukan sebanyak dua kali pengulangan.

Kemudian hitunglah jumlah DO yang terdapat pada sampel dengan menggunkan


rumus DO.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1 hasil DO dari metode Winkler
No. Perlakuan Pengulangan DO (ppm) Rata-rata
1 1,56
1. Hydrilla verticillata + air 1,38
2 1,2
Hydrilla verticillata + 1 0,92
2. 1,04
Pista stratiotes + air 2 1,16
1 1,64
3. Pista stratiotes +air 1,86
2 2,08

3.2 Pembahasan
Dari praktium yang sudah dilakukan, pada setiap sampel memiliki hasil
perhitungan DO yang berbeda-beda. Pada perlakuan Hydrilla verticillata + air,
perlakuan 1 didapatkan DO dengan jumlah 1,56 dan pada pengulangan yang kedua
didapatkan hasil yang berbeda dari hasil pengulangan yang pertama, yaitu 1,2 yang
mana hasil perhitungan DO pada pengulangan 1 lebih banyak dari pada hasil
perhitungan DO pada pengulangan 2.
Pada sampel Hydrilla verticillata + air, dipengulangan yang pertama terjadi
penambahan oksigen dari luar atau dari udara sedangkan pada pengulanngan yang
kedua tidak terjadi penambahan udara dari luar atau tidak terjadi penambahan oksigen
dari luar. Hal itulah yang menyebabkan pada pengulangan 1 hasil perhitungan DO
nya lebih banyak dari yang pengulangan 2.
Pada sampel Hydrilla verticillata + Pista stratiotes + air juga terdapat terbedaan
pada hasil perhitungan DO. Pada sampel ini, di pengulangan kedua lah yang
perhitungan DO nya lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan DO yang pertama.
Pada pengulangan yang pertama di dapatkan hasil 0,92 dan pada pengulangan yang
kedua didapatkan hasil 1,16.
Pada sampel Hydrilla verticillata + Pista stratiotes + air di pengulangan kedua
juga terjadi penambahan oksigen dari udara luar, sedangkan pada pengulangan yang
pertama tidak terjadi penambahan oksigen dari udara luar, hal itu lah yang
menyebabkan pada sampel ini perhitungan DO pada pengulangan kedua lebih banyak
dari pada perhitungan DO pada pengulangan pertama.
Pada sampel Pista stratiotes +air juga mengalami perbedaan perhitungan DO
pada setiap pengulangan sama seperti sampel-sampel yang sebelumnya. Namun yang
membedakan sampel Pista stratiotes +air dengan sampel-sampel yang sebelumnya
adalah, pada pengulangan pertama dan pada pengulangan kedua tidak terjadi
penambahan oksigen dari udara luar. Namun tetap memiliki hasil perhitungan yang
berbeda.
Pada sample Pista stratiotes +air pengulangan yang pertama di dapatkan hasil
perhitungan DO 1,64 dan pada pengulangan yang kedua di dapatkan hasil perhitungan
DO 2,08. Hal ini terjadi karena saat melakukan pengulangan pertama hasil dari
fotosintesis tanaman tersebut belum sebanyak saat dilakukannya pengulangan kedua,
yang mengakibatkan pada pengulangan kedua perhitungn DO nya lebih banyak
dibandingan pada pengulangan pertama.
Setelah menjumlahkan rata-rata dari masing-masing sampel yang sudah di ujikan.
Di dapatkan bahwa pada sampel Pista stratiotes +air memiliki perhitungan DO yang
tertinggi di bandingkan dengan dua sampel lainnya, yaitu sampel Hydrilla verticillata
+ air dan sampel Hydrilla verticillata + Pista stratiotes + air. Jumlah rata-rata
perhitungan DO sampel Pista stratiotes + air mencapai 1,86.
Pada dasarnya, yang sebenarnya menghasilkan DO tertinggi ialah pada sampel
Hydrilla verticillata + Pista stratiotes + air. Hal itu dikarenakan pada sampel ini
terdapat dua organisme yang dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan
oksigen terlarut. Akan tetapi pada sampel Hydrilla verticillata + Pista stratiotes + air
terdapat tumbuhan Hydrilla verticillata yang mati, yang menyebabkan oksigen
terlarut pada sampel Hydrilla verticillata + Pista stratiotes + air mengalami
penurunan.
Faktor lain yang menyebabkan kandungan oksigen terlarut menurun ialah karena
suhu, salinitas meningkat, oksigen terlarut suatu perairan juga akan menurun akibat
pembususkkan-pembusukkan dan respirasi dari hewan dan tumbuhan yang kemudian
diikuti dengan meningkatnya CO2 bebas serta menurunnya pH (Huet, 1970).
BAB IV
KESIMPULAN
1. Dari hasil praktikum didapatkan DO pada tiga jenis air yaitu :
- Pada perlakuan Hydrilla verticillata + air di pengulangan 1 = 1.56, pada
pengulangan 2 = 1.2 dengan rata-rata 1.38
- Pada perlakuan Hydrilla verticillata + Pistia stratiotes + air di pengulangan 1 =
0.92, pada pengulangan 2 = 1.16 dengan rata-rata 1.04
- Pada perlakuan Pistia stratiotes +air di pengulangan 1 = 1.64, pada
pengulangan 2 = 2.08 dengan rata-rata 1.86
2. Kandungan oksigen terlarut (DO) dapat dipengaruhi oleh faktor dari organisme
atau tumbuhan air juga dipengaruhi oleh oksigen dari luar.
DAFTAR PUSTAKA
Huet, H.B.N. 1970. Metode Penelitian Air. Jakarta: Usaha Nasional
Salmin. 2000. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Osean. 30(3): 21-26
Swingle, H.S. 1968. Teknik Pengamatan Kualitas Air dan Plankton di Reservat
Danau Arang-Arang Jambi. Jambi: Universitas Negeri Jambi.
LAMPIRAN
Perhitungan DO
1. Hydrilla verticillata + air (pengulangan 1)
Vtitrasi .Ntitrasi .BeO.1000
DO 
Vsampel
(0,18  0,21).0,025.8.1000
DO 
50
0,39.0,025.8.1000
DO 
50
78
DO 
50
DO  1,56 ppm
2. Hydrilla verticillata + air (pengulangan 2)
Vtitrasi .Ntitrasi .BeO.1000
DO 
Vsampel
(0,19  0,11).0,025.8.1000
DO 
50
0,3.0,025.8.1000
DO 
50
60
DO 
50
DO  1,2 ppm
1,56  1,2
Rata  rata   1,38
2
3. Pistia stratiotes + air (pengulangan 1)
Vtitrasi .Ntitrasi .BeO.1000
DO 
Vsampel
(0,21  0,20).0,025.8.1000
DO 
50
0,41.0,025.8.1000
DO 
50
82
DO 
50
DO  1,64 ppm
4. Pistia stratiotes + air (pengulangan 2)
Vtitrasi .Ntitrasi .BeO.1000
DO 
Vsampel
(0,37  0,15).0,025.8.1000
DO 
50
0,52.0,025.8.1000
DO 
50
104
DO 
50
DO  2,08 ppm
0,92  1,16
Rata  rata   1,04
2
5. Hydriila verticillata & Pistia stratiotes + air (pengulangan 1)
Vtitrasi .Ntitrasi .BeO.1000
DO 
Vsampel
(0,16  0,007).0,025.8.1000
DO 
50
0,23.0,025.8.1000
DO 
50
82
DO 
50
DO  0,92 ppm
6. Hydriila verticillata & Pistia stratiotes + air (pengulangan 2)
Vtitrasi .Ntitrasi .BeO.1000
DO 
Vsampel
(0,18  0,11).0,025.8.1000
DO 
50
0,29.0,025.8.1000
DO 
50
58
DO  DO  1,16 ppm
50
1,64  2,08
Rata  rata   1,86
2
Terbentuknya endapan pada sampel air setelah ditetesi dengan MnSO4 dan
NaOH-NaI.

Setelah ditetesi dengan H2SO4 endapan yang terbentuk sebelumnya larut.

Keadaan sampel air setelah ditetesi tetesi dengan amilum yang jika di gocok akan
menyebabkan perubahan warna menjadi biru kehitaman.

Anda mungkin juga menyukai