Anda di halaman 1dari 15

1.

PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Pustaka


Semua rekasi kimia yang terjadi dan dilakukan oleh organisme disebut sebagai
metabolisme. Sebagian besar reaksi dapat dikelompokkan dalam metabolic pathways
yang mengandung urutan reaksi kimia dimana tiap reaksi dikatalis oleh enzim yang
spesifik (Karp, 2013). Metabolic pathways seperti serangkain gerak dalam permainan
catur dimana baik dalam tujuan akhir tidak selalu terdeteksi pada setiap langka
intermediat (Luria, et al., 1981). Dalam metabolisme ada reaksi endergonik dan
eksergonik. Reaksi endergonik adalah reaksi yang membutuhkan energi untuk proses
metabolisme, sedangkan reaksi eksergonik adalah reaksi yang melepas energi saat
proses metabolisme. (Luria, et al., 1981).

Metabolisme dapat dibagi menjadi dua yaitu anabolisme dan metabolisme. Anabolisme
adalah sintesis senyawa komplek dari material yang sederhana (Karp, 2013).
Katabolisme adalah pemecahan senyawa komplek menjadi produk sederhana (Karp,
2013). Proses metabolisme yang melepas energi adalah katabolisme, berbeda dengan
anabolisme yang memerluhkan energi untuk proses biosintesa (Luria, et al., 1981).
Contoh reaksi katabolisme adalah respirasi dan fermentasi.

Respirasi adalah oksidasi molekul organik yang menghasilkan energi kimia yang
berguna untuk kerja sel. Respirasi dibagi menjadi dua, yaitu respirasi aerob dan
anaerob. Respirasi aerob adalah respirasi yang membutuhkan oksigen, sedangkan
respirasi anaerob adalah respirasi yang tidak membutuhkan oksigen. Senyawa organic
yang dapat direspirasi adalah gula, asam amino dan asam lemak (Johnson, et al., 1984).
Masing-masing senyawa organik tersebut akan menghasilkan energy ketika teroksidasi
oleh oksigen dan dipecah menjadi senyawa anorganik (Johnson, et al., 1984).

Padas sel, contoh respirasi aerob adalah respirasi gula yang meliputi beberapa tingkatan.
Tahap pertama disebut glikolisis, 6 molekul gula dipecah menjadi 2 molekul asam
piruvat (Johnson, et al., 1984). Proses glikolisis meliputi 10 urutan reaksi yang
mengkonversi gula menjadi 2 molekul asam piruvat (Raven & Johnson, 1986). Tahap

1
2

kedua dalam respirasi gula adalah sikuls asam sitrat atau sering disebut sikuls krebs.
Tahap ketiga adalah transport elektron yang membawa hasil glikolisis dan siklus krebs
untuk dilepaskan. Proses tahap kedua dan ketiga terjadi di mitokondria (Johnson, et al.,
1984).

Ada dua proses yang menentukan dalam respirasi sel yaitu oksidasi sempurna dari asam
piruvat dengan jalan pemisahan bertahap dari semua atom hidrogen sehingga
menghasilkan 3 molekul CO2 dan pemindahan elektron yang dipisahkan dari atom
hidrogen itu pada molekul oksigen (Kimball, 1992). Proses oksidasi asam piruvat terjadi
di dalam mitokondria dan akan menghasilkan asetil KoA. Asetil KoA akan memasuki
suatu urutan daur reaksi kompleks yang disebut siklus krebs (Kimball, 1992).
Dinamakan siklus krebs setelah Sir Hans Krebs, menemukan dan mempelajari jalannya
proses di mitikondia sel eukariotk (Johnson, et al., 1984). Seperti glikolisis, tiap langkah
dalam siklus krebs juga dikatalis oleh spesifik enzim atau multi enzim yang komplek.

(Anonim, 2014)
3

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memahami oksidasi pada proses siklus
krebs serta mengetahui kadar gula dalam bahan yang berpa buah-buahan.
2. MATERI METODE

2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung sentrifuge, sentrifuge, batang
kaca, gelas ukur, pipet volume, pompa Pilleus, beaker glass, kain saring (kain mori),
tabung reaksi, rak tabung reaksi, mortar, aluminium foil dan alu.

2.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah es batu, larutan buffer
sukrosa, larutan buffer sukrosa + asam suksinat 0,1%, DCPIP, aquades dan bahan utama
seperti kecambah kacang tolo untuk kelompok 1, 3 dan 5; biji kacang tolo untuk
kelompok 2 dan 4; dan mangga mentah dan mangga matang untuk kelompok 6 sampai
10.

2.2. Metode
Kecambah yang telah berumur 3-4 hari dibersihkan dari testas (kuncup) dan radiclenya
(akar) dan dihancurkan dengan mortar lalu ditimbang seanyak 0,5 gram. Kecambah
yang telah hancur dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge kemudia diberi 2 perlakuan
yaitu pertama diberi larutan buffer sukrosa sebanyak 10 ml untuk kelompok 1 sampai 5;
kedua diberi larutan buffer sukrosa dan asam suksinat masing-masing sebanyak 5 ml
untuk kelompok 6 sampai 10. Kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rmp
selama 15 menit. Selama menunggu proses sentrifuge, tabung reaksi diisi dengan
aquades sebanyak 15 ml kemudian diberi tanda batas aquades pada tabung reaksi lalu
aquadesnya dibuang. Hasil endapan sentrifuge dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
diisi dengan aquades sampai batas yang ditandai sebelumnya. Langkah selanjutnya
yaitu ditambahkan 0,5 ml DCPIP lalu dikocok dan tabung reaksi ditutup menggunakan
aluminium foil. Selama menit ke-0 sampai menit ke-20 diamati perubahan warnanya.

4
3. HASIL PENGAMATAN

Dari hasil percobaan oksidasi siklus krebs, didapatkan data-data yang termuat dalam
Table 1.

Table 1. Oksidasi Siklus Krebs


Warna
Kel. Perlakuan Sampel Warna menit Warna menit
ke-0 ke-20
Biru Bening Biru Keruh

Kecambah
G1 Buffer Sukrosa + DCPIP
Kacang Tolo

Biru Bening Putih Keruh

G2 Buffer Sukrosa + DCPIP Biji Kacang Tolo

Biru Muda Biru Bening

Buffer Sukrosa + DCPIP Kecambah


G3
+ Asam Suksinat Kacang Tolo

5
6

Biru Muda Biru Bening

Buffer Sukrosa +DCPIP +


Biji Kacang Tolo
G4 Asam Suksinat

Biru Bening Biru Bening

Kecambah
G5 Buffer Sukrosa + DCPIP
Kacang Tolo

Biru Muda Bening

G6 Buffer Sukrosa + DCPIP Mangga Mentah


7

Biru Bening Biru Bening

G7 Buffer Sukrosa + DCPIP Mangga Matang

Putih Bening Putih Bening

Buffer Sukrosa + DCPIP


G8 Mangga Mentah
+ Asam Suksinat

Biru Muda Biru Bening

Buffer sukrosa + DCPIP +


G9 Mangga Matang
Asam Suksinat
8

Putih Bening Putih Bening

Buffer sukrosa + DCPIP +


G10 Mangga Mentah
Asam Suksinat

Pada Table 1., terdapat 2 perlakuan pada 4 sample yang berbeda. Perlakuan pertama
adalah sampel yang telah ditumbuk halus lalu ditambahkan larutan buffer sukrosa dan
DCPIP. Perlakuan kedua adalah sampel yang telah ditumbuk halus lalu ditambahkan
larutan buffer sukrosa, DCPIP dan asam suksinat 0,1%. Pada praktikum ini digunakan 4
sampel yaitu kecambah kacang tolo, biji kacang tolo, mangga mentah dan mangga
matang.
4. PEMBAHASAN

Pada praktikum oksidasi siklus krebs, bahan-bahan yang digunakan adalah kecambah
kacang tolo, biji kacang tolo, mangga mentah dan mangga matang. Kelompok G1, G3,
dan G5 menggunakan kecambah kacang tolo, sedangkan kelompok G2 dan G4
menggunakan biji kacang tolo. Kelompok G6, G8 dan G10 menggunakan mangga
mentah, sedangkan G7 dan G9 menggunakan mangga matang. Untuk bahan kecambah
kacang tolo, pertama kecambah dibersihkan dari kuncup dan akarnya, lalu ditumbuk
menggunakan mortar sampai halus dan bahan yang telah halus ditimbang dengan neraca
analitik sebanyak 0,5 gram. Untuk bahan biji kacang tolo, pertama biji dibersihkan dari
kulitnya sebelum ditumbuk menggunakan mortar. Biji kacang tolo ditumbuk sampai
halus dan ditimbang dengan neraca analitik sebanyak 0,5 gram. Untuk bahan mangga
baik matang maupun mentah, pertama kulit dikupas terlebih dahulu lalu ditumbuk
menggunakan mortar sampai halus dan hasil tumbukan ditimbang sebanyak 0,5 gram
menggunakan neraca analitik.

Bahan-bahan ditumbuk sampai halus bertujuan untuk mempemudah proses pelarutan


dan mempercepat reaksi. Semakin luas permukaan suatu zat atau semakin halus bentuk
fisik dari suatu zat, semakin kecil ukuran zat, reaksi berlangsung semakin cepat (Basir,
et al., 2014). Penggunaan neraca analitik harus dalam keadaan seimbang, agar data yang
dihasilkan akurat (Rizqi, 2016). Bahan tidak ditimbang langsung di atas neraca analitik,
melainkan menggunakan kaca arloji sebagai wadahnya. Kaca arloji berbentuk bulat
cekung.

Bahan yang yang telah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam tabung sentrifuge dan
diberi 2 perlakuan. Perlakuan pertama, diberi buffer sukrosa sebanyak 10 ml untuk
kelompok G1, G2, G5, G6 dan G7. Perlakuan kedua, diberi buffer sukrosa dan asam
suksinat masing-masing sebanyak 5 ml untuk kelompok G3, G4, G8, G9 dan G10.
Bahan yang telah diberi perlakuan selanjutnya disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm
selama 15 menit. Sebelum disentrifuge, bahan yang telah diberi perlakuan, ditimbang
terlebih dahulu di neraca analitik untuk menyetarakan berat bahan antar kelompok.
Selama menunggu proses sentrifuge, tabung reaksi diisi sebanyak 15 ml dengan aquades

9
10

dan diberi batas aquades pada tabung reaksi, kemudian aquades dalam tabung reaksi
tersebut dibuang. Setelah proses sentrifuge selesai, ambil endapan yang terbentuk
menggunakan pipet dan dipindahkan ke tabung reaksi yang telah diberi tanda. Endapan
yang telah dipindahkan, dilarutkan dengan aquades sebanyak batas yang telah ditandai
dan ditambahkan DCPIP sebanyak 0,5 ml. Kocok tabung reaksi dengan tujuan
mencampur larutan-larutan yang telah ditambahkan lalu ditutup menggunakan
aluminium foil.

Menurut Slish (2007), proses sentrifuge untuk mengedapkan partikel-partikel terlarut


dalam suatu larutan. Hasil dari proses sentrifuge adalah bagian jernih dan endapan.
Sebelum tabung sentrifuge dan isinya disentrifuge, perlu dilakukan penyetaraan berat
antar tabung agar saat proses berlangsung larutan tidak tumpah atau kemungkinan
terburuknya adalah pecahnya tabung. Penyetaraan berat ini dapat dilakukan dengan
menimbang terlebih dahulu tabung sentrifuge dan isinya menggunakan neraca analitik.
Tidak digunakan kaca arloji sebagai wadahnya, tetapi digunakan beaker glass agar
tabung dapat berdiri tegak. Setelah mengetahui beratnya, isi tabung dapat dikurangi atau
ditambahi sesuai berat yang diminta.

Larutan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan buffer sukrosa, larutan
asam suksinat dan DCPIP. Larutan buffer adalah larutan yang tahan terhadap perubahan
pH dengan penambahan asam atau basa, biasanya digunakan dalam percobaan dimana
membutuhkan pH yang terkontrol (Tranggono, 1989). Buffer sukrosa digunakan untuk
menjaga kestabilan pH larutan dan mengaktifasi enzim. Sukrosa merupakan salah satu
disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi fruktosa dan glukosa (Parker, 2003).
Sedangkan fruktosa sendiri adalah gula yang paling manis dengan tingkat kemanisan
mencapai angka 174 (Parker, 2003). Dengan ditambahkan buffer sukrosa akan menjadi
makanan atau nutrisi bagi organisme yang akan mengaktifasi enzim.

Dalam siklus krebs terdapat beberapa enzim yang digunakan, salah satunya yaitu enzim
suksinat dehidrogenase. Enzim suksinat dehidrogenase sebagai katalis untuk
mengoksidasi ikatan tunggal suksinat menjadi ikatan ganda fumarat (Donal & Judith,
1990). Dalam percobaan ini, larutan asam suksinat berfungsi seperti enzim yaitu untuk
11

mempercepat reaksi oksidasi. DCPIP adalah campuran kimia yang berwarna biru. Jika
DCPIP teroksidasi maka akan berubah warna dari biru menjadi biru yang lebih mudah,
sebaliknya jika tereduksi makan warna akan berubah menjadi lebih pucat atau keruh
(Denby, 2007). Jadi kegunaan larutan asam suksinat dan DCPIP saling berhubungan,
yaitu oksidasi oleh larutan asam suksinat yang dilihat dari perubahan warna DCPIP.

Pada percobaan oksidasi siklus krebs, perlakuan pertama yaitu buffer sukrosa ditambah
dengan DCPIP dilakukan pada sampel kecambah kacang tolo oleh kelompok G1 dan
G5; biji kacang tolo oleh kelompok G2; mangga mentah oleh keelompok G6; dan
mangga matang oleh kelompok G7. Data kelompok G1 dan G2 menunjukan perubahan
warna dari biru bening pada menit ke-0 menjadi biru keruh dan putih keruh pada menit
ke-20. Menurut hasil analisa, data kelompok G1 dan G2 menunjukan kesesuaian dan
ketidaksesuaian dengan teori, Hal yang menujukan kesesuaian dengan teori yang
dikemukakan oleh Donald an Judith dalam buku Biochemisty. Dengan tidak ditambah
larutan asam suksinat sebagai agen pengoksidasi, maka larutan tidak akan teoksidasi
yang dilihat dari perubahan warna DCPIP menjadi lebih pudar dari awalnya. Hal yang
tidak sesuai dengan teori adalah jika tidak ditambah larutan asam suksinat sebagai agen
pengoksidasi, maka seharusnya tidak terjadi berubahan warna. Tetapi pada data
kelompok G1 dan G2, warna berubah menjadi lebih keruh, hal itu disebabkan karena
larutan mengalamni reduksi. Perubahan warna DCPIP menjadi lebih keruh diakibatkan
karena larutan tereduksi. Data yang berbeda ditunjukan oleh kelompok G6, yaitu
perubahan warna dari biru muda pada menit ke-0 menjadi bening pada menit ke-20. Hal
tersebut tidak sesuai dengan teori, bahwa dengan tidak adanya larutan asam suksinat
sebagai agen pengoksidasi maka larutan tidak teoksidasi yang dilihat dari perubahan
warna biru menjadi lebih pudar. Larutan kelompk G6 kemungkinan besar mengalami
oksidasi oleh faktor lain, seperti penambahan oksigen saat proses pembuatan larutan
sehingga menyebabkan berlangsungnya reaksi oksidasi (Tranggono, 1989). Larutan
kelompok G5 dan G7 menunjukan kesesuaian dengan teori yaitu tidak ada perubahan
warna, dari biru bening pada menit ke-0 tetap berwarna biru bening pada menit ke-20.

Perlakuan kedua dalam percobaan oksidasi siklus krebs yaitu buffer sukrosa ditambah
dengan DCPIP dan larutan asam suksinat, pada sample kecambah kacang tolo oleh
12

kelompok G3; biji kacang tolo oleh kelompok G4; mangga mentah oleh kelompok G8
dan G10; dan mangga matang oleh kelompok G9. Data yang diperoleh dari kelompok
G3, G4 dan G9 yaitu perubahan warna biru muda pada menit ke-0 menjadi biru bening
pada menit ke-20, menunjukan kesesuaian dengan teori Donald an Judith bahwa larutan
asam suksinat akan mengoksidasi larutan. Sehingga DCPIP yang teroksidasi akan
mengalami perubahan warna dari biru menjadi warna yang lebih muda atau pudar
(Denby, 2007). Data yang tidak sesuai dengan teori ditunjukan oleh kelompok G8 dan
G10 dimana tidak ada perubahan warna dari putih bening pada menit ke-0 tetap menjadi
putih bening pada menit ke 20. Hal itu menunjukan bahwa larutan tidak teroksidasi
maupun tereduksi. Faktor yang mempengaruhi adalah kesalahan praktikan dalam
mengidentifikasikan warna dan ketidaktepatan dalam mengukur volume yang
ditambahkan ke dalam sampel.
5. KESIMPULAN

 Siklus krebs merupakan rangkaian dari respirasi aerob yang dilakukan oleh sel
untuk menghasilkan ATP.
 Salah satu proses oksidasi siklus krebs terjadi pada enzim suksinat dehidrogenase
yang mengoksidasi suksinat menjadi fumarat.
 Pada percobaan diketahui adanya reaksi oksidasi atau tidak, dilihat dari perubahan
warna DCPIP.

Semarang, 20 Oktober 2016


Praktikan, Asisten Dosen

Hosana Shintya Donna Larissa Khuangga


16.I1.0034 Jessica Christianti

13
6. DAFTAR PUSTAKA

Chairunnisa, Rizqi. (2016). Pengukuran Massa Bahan dengan Menggunakan Neraca


Analitik dan Ohaus. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Indonesia.

Denby, Derek. (2007). Biochemistry Third Edition. Ney York.

Johnson, Kenneth and David L. Rayle. (1984). Biology an Introduction. The Bennjamin
Publishing Company, Inc. California.

Karp, Gerald. (2013). Cell and Molecular Biology Concepts and Experiment 7th Edition.
Von Hoffmann Press, Inc. United States of America.

Kimball, John. (1992). Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kimball, John. (1992). Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Luria, Salvador & Stephen Jay. (1981). A View of Life. The Bennjamin Publishing
Company, Inc. California.

Nasution, Muhammad Basir & Murni Arifah. (2014). Pengamatan Laju Reaksi terhadap
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Indonesia.

Parker, Rick. (2003). Introduction to Food Science. Thomson Learning, Inc. United
States of America.

Raven, Peter H. & George B. Johnson. (1986). Understanding Biology. Times Mirror/
Mosby College Publishing. United States of America.

Slish, Donald. (2007). Biochemistry. Worth Publisher, Inc. New York.

Tranggono. (1989). Biokimia Pangan. Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Indonesia.

Voet, Donald & Judith Voet. (1990). Biochemistry. John Wiley & Sons, Inc. United
States of America.

14
7. LAMPIRAN

7.1. Laporan sementara

15

Anda mungkin juga menyukai