Anda di halaman 1dari 10

1.

PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Pustaka


Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup
mulai dari makhluk bersel satu yang sangat sederhana sEperti bakteri, protozoa, jamur,
tumbuhan, hewan sampai kepada manusia, makhluk yang susunan tubuhnya sangan
kompleks. Di dalam proses ini makhluk hidup mendapat, mengubah dan memakai
senyawa kimia dari sekitarnya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
(Wirahadikusumah, 1985). Metabolisme terdapat dua proses, yaitu proses pembentukan
dan proses penguraian. Proses pembentukan dalam metabolisme disebut sebagai proses
anabolisme. Sedangkan proses penguraian dalam metabolisme disebut sebagai proses
katabolisme. Proses anabolisme membutuhkan banyak energi dalam bentuk energi
panas dan proses ini membutuhkan banyak energi (reaksi endergonik). Sedangkan
proses katabolisme hanya menguraikan zat dan melepaskan energi (reaksi eksergonik)
karena energi yang dibutuhkan hanya sedikit (Manitto, 1992).

Katabolisme mencakup proses respirasi dan fermentasi. Respirasi sendiri merupakan


proses biologis pada makhluk hidup yang artinya sebagai proses penyerapan O 2 yang
digunakan dalam proses pembakaran (oksidatif) dengan menghasilkan energi dan
diikuti adanya proses pengeluaran sisa pembakaran berupa karbondioksida dan air.
Proses respirasi dapat dibedakan dalam tiga fase yaitu; pemecahan polisakarida menjadi
gula sederhana, gula yang dioksidasi menjadi asam piruvat, transformasi asam organik
dan asam piruvat secara aerobik menjadi CO2, air dan energi (Paramita, 2010). Respirasi
dibedakan menjadi dua macam yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respiasi
aerob adalah respirasi yang menggunakan oksigen bebas untuk mendapatkan energi.
Reaksi aerob ini bukanlah reaksi yang sederhana, sebab reaksi aerob terdiri atas tiga
tahapan yaitu; glkolisis, siklus krebs dan transport elektron (Syamsuri, 1980).
Pembongkaran sempurna ini akan terjadi pada oksidasi asam piruvat dalam respirasi
aerob. Proses ini akan menghasilkan CO2, H2O dan energi sebanyak 38 ATP (Loveless,
1991).

1
2

Glikolisis berakhir akan diteruskan dengan siklus krebs. Siklus krebs berlangsung di
matriks mitokondria. Pada siklus ini akan terjadi pengikatan Asetil ko A dengan asam
oksaloasetat yang nantinya akan membentuk asam sitrat. Oleh sebab itu proses ini
disebut juga sebagi proses asam sitrat. Pada siklus krebs tidak terjadi pemecahan rantai
karbon glukosa lagi, melainkan pemecahan satu molekul glukosa. Dalam proses
pemecahan ini akan melepaskan hydrogen pada proses transport elektron (Pratiwi,
2003).

Mitokondria sebagaimana bagian daripada sel memiliki pernan penting dalam respirasi
aerobik. Mitokondria merupakan organel sel eukariot yang berfungsi sebagai organ
respirasi pembangkit energi dengan menghasilkan Adenosine Triphospate (ATP).
Aktivitas utama mitokondria terlihat dalam siklus asam trikarboksilat atau siklus krebs
dalam oksidasi lemak dan pembentukan energi. Proses ini akan terjadi pada matriks
mitokondria dengan bentuk menyerupai liukan-liukan yang sering disebut sebagai
krista. Mitokondria dalam bekerja membutuhkan enzim dan ATP. Enzim – enzim yang
dibutuhkan untuk proses oksidasi piruvat, asam lemak dalam proses oksidasi siklus
krebs (Adnan, 2011).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memahami oksidasi pada proses Siklus
Krebs, serta mengetahui kadar gula dalam bahan yang berupa buah-buahan.
2. MATERI METODE

2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung sentrifuge, sentrifuge, batang kaca,
gelas ukur, pipet volum, pompa pilleus, beaker glass, kain saring (kain mori), tabung reaksi,
rak tabung reaksi, mortar, alu, aluminum foil dan stopwatch.

2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah es batu, larutan buffer sukrosa, larutan
buffer sukrosa + asam suksinat 0,1%, DCPIP, dan aquades. Bahan utama yang digunakan
adalah; kelompok G1, G3 dan G5 memakai kecambah kacang tolo, kelompok G2 dan G4
memakai biji kacang tolo. Sedangkan kelompok G7 dan G9 memakai buah mangga matang,
kelompok G6, G8 dan G10 memakai buah mangga mentah.

2.2. Metode
Bahan utama ditumbuk menggunakan mortar dan alu, kecuali pada bahan kecambah
sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu dari testas (kuncup) dan rediclenya (akar).Setelah
bahan ditumbuk sampai halus, kemudian bahan tersebut ditimbang sebanyak 0,5 gram dan
dimasukkan kedalam tabung sentrifuge dengan dua perlakuan berbeda. Kelompok G1, G2,
G5, G6 dan G7, bahan ditambahkan dengan 10 ml larutan buffer sukrosa. Sedangkan untuk
kelompok G3, G4, G8 G9 dan G10, bahan ditambahkan dengan 5 ml larutan buffer sukrosa
dan 5 ml asam suksinat 0,1%. Setelah itu, tabung sentrifuge dimasukkan kedalam sentrifuge
dan disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Sambil menunggu sentrifuge
selesai, ambil tabung reaksi kemudian diisi dengan aquades sebanyak 15 ml dan diberi batas.
Setelah disentrifuge, supernatant dibuang dan endapannya dipindahkan ke tabung reaksi
yang telah diberi batas, lalu ditambahkan aquades hingga garis batas. Kemudian 0,5 ml
larutan DCPIP ditambahkan kedalam tabung reaksi. Mulut tabung ditutup menggunakan
aluminum foil, amati warna pada menit ke – 0 dan kemudian ditunggu selama selang waktu
20 menit. Setelah 20 menit, tabung yang berisi bahan tadi dibalik dengan cara menempelkan
ibu jari pada mulut tabung lalu dibalik sebentar saja. Barulah diamati perubahan warna yang
terjadi.

3
3. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan warna dari 10 larutan dengan dua pelakuan yang berbeda dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Perubahan warna pada larutan pada menit ke-0 dan menit ke-20
Kel Perlakuan Sampel Warna pada Warna pada
menit ke-0 menit ke-20
Biru bening Biru keruh
Kecambah kacang
1 Buffer sukrosa + DCPIP
tolo
Biru bening Putih keruh
2 Buffer sukrosa + DCPIP Biji kacang tolo
Buffer sukrosa + DCPIP + Kecambah kacang Biru muda Biru bening
3
Asam suksinat tolo
Buffer sukrosa + DCPIP + Biru muda Biru bening
4 Biji kacang tolo
Asam suksinat
Kecambah kacang Biru bening Biru bening
5 Buffer sukrosa + DCPIP
tolo
Buah mangga Biru muda Bening
6 Buffer sukrosa + DCPIP
mentah
Buah mangga Biru bening Biru bening
7 Buffer sukrosa + DCPIP
matang
Buffer sukrosa + DCPIP + Buah mangga Putih bening Putih bening
8
Asam suksinat mentah
Buffer sukrosa + DCPIP + Buah mangga Biru muda Biru bening
9
Asam suksinat matang

Putih bening Putih bening

Buffer sukrosa + DCPIP + Buah mangga


10
Asam suksinat mentah

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa masing-masing larutan yang diberi perlakuan berbeda akan
menghasilkan warna yang berbeda pula. Setiap larutan akan berubah warna pada menit ke 20
Ada beberapa larutan yang tidak mengalami perubahan warna.

4
4. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini, kelompok G1, G3 dan G5 menggunakan bahan kecambah kacang tolo.
Kelompok G2 dan G4 menggunakan bahan biji kacang tolo. Kelompok G7 dan G9
menggunakan bahan buah mangga matang. Sedangkan kelompok G6, G8 dan G10
menggunakan sampel buah manga mentah. Masing-masing bahan dihaluskan dan diambil 0,5
gram dari hasil yang telah dihaluskan. Setelah itu masing-masing bahan diberi dua perlakuan
yang berbeda. Perlakuan yang pertama adalah diberi buffer sukrosa 10 ml. Sedangkan
perlakuan kedua diberi buffer sukrosa 5 ml dan asam suksinat 5 ml. Lalu semua tabung di
sentrifuge selama 15 menit. Setelah di sentrigfuge, diambil endapannya lalu diberi aquades
hingga 15 ml, dan diberi 0,5 ml DCPIP. Mulut tabung ditutup dengan aluminium foil dan
diamati pada menit ke – 0. Percobaan tadi didiamkan selama 20 menit. Pada saat waktu sudah
menunjukan 20 menit, tabung reaksi dibalik dengan cara menutup mulut tabung
menggunakan ibu jari lalu balik tabung sebentar saja. Perubahan warna pada menit ke – 20
inilah yang diamati.

Dalam praktikum ini, setiap larutan yang digunakan dalam pengujuan suatu bahan, pasti
memiliki kegunaan tertentu demi kelancaran praktikum. Larutan pertama adalah larutan
buffer sukrosa atau larutan penyangga. Dalam percobaan ini, larutan buffer akan berfungsi
sebagai larutan yang akan mempertahankan nilai pH agar enzim dalam biji, kecambah, dan
buah matang ataupun mentah dapat tetap bekerja. Larutan penyangga terdiri dari asam atau
basa dengan garamnya. Larutan yang kedua adalah larutan asam suksinat. Larutan asam
suksinat dalam percobaan ini berfungsi sebagai larutan yang mempercepat reaksi. Asam
suksinat bertugas memecah senyawa dalam reaksi menjadi molekul-molekul yang lebih
sederhana yang menghasilkan elektron H2 untuk dapat ditangkap oleh aseptor elektron
sehingga reaksi oksidasi menjadi lebih cepat. Dalam siklus krebs, asam suksinat akan diubah
menjadi fumarat menggunakan enzim suksinat dehidrogenase dan menghasilkan reaksi
oksidasi (Pratiwi, 2003). Larutan terakhir adalah larutan DCPIP (2,6-
Dicholophenolindophenol). DCPIP pada percobaan ini berfungsi sebagai aseptor elektron.
DCPIP disini untuk menangkap elektron H2 dari reaksi oksidasi yang dihasilkan saat reaksi
asam suksinat.

5
6

Dalam percobaan kali ini, dapat dibuktikan bahwa bahan yang ditambahkan larutan asam
suksinat, akan mengalami perubahan warna. Warna pada menit ke – 0 adalah lebih gelap
daripada warna pada menit ke – 20. Hal ini mau menunjukan bahwa terjadi proses oksidasi
(Pratiwi, 2003). Hal tersebut dapat dapat dilihat pada larutan kelompok G3, G4, G8, G9 dan
G10 memiliki warna sangat muda setelah 20 menit. Sedangkan pada larutan kelompok G1,
G2, G5, G6 dan G7 tidak mengalami perubahan warna. Hal ini menyatakan bahwa asam
suksinat bertugas dalam percepatan reaksi oksidasi. Semakin cepat reaksi oksidasi terjadi,
semakin banyak elektron yang di tangkap, maka semakin muda warna yang dihasilkan oleh
larutan.

Setiap tumbuhan hidup memerlukan oksigen untuk kehidupannya. Oksigen ini nantinya akan
digunakan sebagai proses oksidasi. Oksidasi pada siklus krebs merupakan bagian dari reaksi
pemecahan senyawa glukosa menjadi ATP dan O 2. Dalam reaksi ini glukosa merupakan
bahan utama dalam proses pemecahan senyawa. Perubahan warna pada praktikum ini
menunjukkan banyaknya elektron H2 yang ditangkap oleh DCPIP dan menunjukkan kadar
gula dalam larutan tersebut. Jika warna yang dihasilkan semakin muda, maka semakin
banyak elektron yang di tangkap dan semakin banyak kandungan glukosa yang terdapat
dalam bahan tersebut. Hal ini terjadi pada buah mangga matang G9, sebab buah mangga yang
matang mengandung fruktosa yang nantinya akan dipecah melalui proses oksidasi (Paramita,
2010). Kandungan glukosa ini ditentukan dari perubahan warna larutan yang terjadi. Jika
warna larutan semakin muda, maka semakin banyak glukosa di dalamnya karena larutan
tersebut dapat berubah hingga warna yang sangat muda. Reaksi perubahan warna dapat
berjalan cepat dengan adanya asam suksinat.

Pada percobaan kali ini, hasil pengamatan dari kloter G tidak semua percobaan mengalami
perubahan warna. Perubahan warna hanya dialami oleh kelompok yang menggunakan larutan
asam suksinat 0,1%. Sebab dengan adanya asam suksinat 0,1% menyebabkan reaksi oksidasi
berjalan lebih cepat dengan ditandai perubahan warna. Perubahan warna ini terjadi pada
kelompok G3, G4, G8, G9 dan G10. Namun pada G10 tidak memunculkan perubahan warna,
hal ini dikarenakan bahan yang digunakan adalah buah mangga mentah. Buah mangga
mentah belum banyak mengandung fruktosa, sebab buah mangga mentah masih dalam proses
pematangandan belum menjadi cadangan makanan bagi biji yang sempurna (Paramita, 2010).
Kelompok yang hanya diberi buffer sukrosa dan DCPIP tidak mengalami perubahan warna.
7

Hal ini bukan berarti pada percoban tidak terjadi proses oksidasi. Sebenarnya terjadi namun
prosesnya lambat karena tidak adanya asam suksinat sebagai katalisator. Hal ini dialami oleh
kelompok G1, G2, G5, G6 dan G7.

Dari data hasil pengamatan dapat dilihat bahwa asam suksinat akan bekerja optimal pada
bahan yang mengandung banyak glukosa seperti pada mangga matang. Sebab dalam oksidasi
pada proses siklus krebs merupakan proses pengubahan energy kimia dalam bentuk
kabohidrat yang nantinya akan digunakan dalam proses metabolisme (Lakitan, 2013). Hasil
respirasi ini bukan hanya saja berupa energy melainkan juga karbon dioksida, air dan
sejumlah electron. Mengingat dalam siklus krebs akan melepaskan electron dalam
prosesnya. Dalam kerjanyapun membutuhkan bantuan dari asam suksinat supaya berjalan
dengan maksimal.
5. KESIMPULAN

 Kandungan glukosa dalam bahan percoban dapat dilihat dengan melihat warna yang
dihasilkan setelah diberi perlakuan yang berbeda.
 Semakin muda perubahan warna yang terjadi, menandakan bahwa terdapat banyak
kandungan glukosa didalam bahan tersebut.
 Semakin muda perubahan warna yang terjadi juga sebagai indikasi bahwa banyak
electron yang ditangkap oleh larutan DCPIP.
 Asam suksinat akan berperan dalam mempercepat reaksi oksidasi, walaupun reaksi
oksidasi juga sudah akan terjadi tanpa bantuan asam suksinat.
 Mangga matang memiliki kadar glukosa yang lebih tinggi daripada mangga mentah
dapat terbukti dengan adanya perubahan warna saat percobaan.
 Siklus krebs merupakan siklus oksidasi karena membutuhkan oksigen untuk melepaskan
electron dan untuk mengetahui jumlah glukosa yang terkandung dalam suatu bahan
pangan

Semarang, 20 Oktober 2016 Asisten Dosen:

Katarina Ayu Krisnawati Sukotjo Donna Larissa Khuangga


16.I1.0188 Jessica Christianti

8
6. DAFTAR PUSTAKA

Adnan. (2011). Biologi Sel (Struktur dan Fungsi Sel). Makassar: Universitas Negri Makassar.

Lakitan, Benyamin. (2013). Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Press.

Loveless, A. R. (1991). Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Manitto, Paulo. (1992). Biosintesis Produk Alami. Semarang: IKIP Semarang Press.

Paramita, Octhaviani. (2010). Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi, Produksi
Etilen dan Jaringan Buah Mangga pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Kompetensi
teknik, 2 (1); 28-29.

Pratiwi, dkk. (2003). Biologi. Jakarta: Erlangga.

Syamsuri, Istamar. (1980). Biologi. Jakarta: Erlangga.

Wirahadikusumah, M. (1985). Biokimia: Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid.


Bandung: ITB Bandung.

9
7. LAMPIRAN

7.1. LAPORAN SEMENTARA

10

Anda mungkin juga menyukai