Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA TANAMAN
ACARA: ENZIM

Nama : Syauqi Mutha’illah Albanna


NIM : 20180210005
Gol/Kel : A1/1
Assisten : Husama A B, S.P
Tanggal : 6 Mei 2019

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN
ACARA

ENZIM
A. IDENTITAS PRAKTIKUM
1. Nama praktikan : Syauqi Mutha’illah Albanna
2. NIM : 20180210005
3. Gol/Kel : A1/1
4. Hari/Tgl : Senin, 6 Mei 2019
5. Assisten : Husama A B,S.P
6. Co-assisten : Tyas
B. TUJUAN PRAKTIKUM
- Mengetahui pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim
- Mengetahui kandungan amylase pada kecambah
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : 1. Tabung reaksi 7. Penangas
2. Gelas ukur 8. Beaker glass
3. Penjepit 9. Pipet ukur
4. Karet 10. Pro pipet
5. Label 11. Erlenmeyer
6. Pipet tetes
Bahan : 1. Larutan buffer pH 4,6,8 5. Ekstrak kacang
2. Larutan amilum 6. Ekstrak tauge
3. Enzim diastase
4. Larutan iodine

D. CARA KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
1. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Diastase
Waktu 4 6 8

pH Warna Endapan Warna Endapan Warna Endapan


0’ ++ - ++++ + +++++ -
3’ +++ - +++ + +++ -
6’ ++++ - +++ + ++ -
9’ ++++ - ++ + ++++ -
Benedict Biru - Biru - Biru -

2. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Diastase


Warna 1 Warna 2
Suhu
(Sebelum ditetesi iodine) (Sesudah ditetesi iodine)
Suhu kamar Putih keruh Biru pekat (+++++)
40oC Putih keruh Biru pekat (+++++)
o
60 C Putih keruh -

3. Uji Amilase Tauge


Waktu Tauge Kacang Hijau
0’ + ++++
5’ ++++ +++
10’ - +
F. DASAR TEORI
Enzim merupakan suatu kelompok protein yang berperan di dalam aktivitas
biologi dan memiliki fungsi sebagai katalisator di dalam sel dan sifatnya sangat khas.
Enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga di dalam keadaan normal tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya. Suatu enzim hanya mampu
menjadi katalisator untuk reaksi tertentu saja. Terdapat enzim yang dapat mengkatalisa
suatu kelompok substrat, ada juga yang hanya satu kelompok substrat saja, dan ada pula
yang bersifat stereospesifik, karena enzim mengkataliser reaksi-reaksi di dalam system
biologis, maka enzim juga disebut sebagai biokatalisator (Kartasapoetra, 1994).
Enzim memiliki ciri yang khas yaitu suatu enzim hanya bekerja secara khas
terhadap suatu substrat tertentu. Suatu memiliki fungsi sebagai katalis dalam proses
biokimia yang terjadi di dalam maupun diluar sel, enzim mampu mempercepat reaksi
apabila reaksi dilakukan tanpa katalis. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energy dan
ada pula yang menghasilkan energy atau mengeluarkan energy (Poedjadi, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim yaitu substrat, suhu, keasaman,
kofaktor, dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH optimum yang berbeda-
beda, karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu
dan keasaman berubah, diluar suhu atau pH yang sesuai enzim tidak dapat bekerja
secara optimal atau mengalami kerusakan (Soewoto, 2000).
Di dalam enzim dikenal beberapa istilah, diantaranya holoenzim, apoenzim,
kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Holoenzim ialah enzim yang
mengandung gugus protein dan gugus non protein, sedangkan apoenzim adalah
seluruhnya terdiri dari protein. Kofaktor merupakan gugus yang bukan protein. Gugus
prostetik adalah kofaktor yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan,
sedangkan kofaktor yang tidak terikat kuat pada protein dan mudah terurai disebut
koenzim. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim
(Poedjadi, 2006).
G. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini untuk mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas
enzim diastase dengan berbagai perlakuan, yaitu dengan pH 4, 6, dan 8 dengan waktu
masing-masing selama 9 menit, setiap 3 menit sekali diamati perubahan warnanya dan
ada atau tidaknya endapan.
Pada pH 4 selama pemanasan 3’, 6’, dan 9’ dan ditetesi dengan larutan iodine
terjadi perubahan warna menjadi biru. Semakin lama pemanasan, perubahan warna
menjadi biru semakin pekat, dan tidak ada endapan sama sekali. Sisa larutan lainnya
kemudian ditetesi dengan benedict, dan terjadi perubahan warna juga menjadi biru.
Sedangkan pada pH 6, semakin lama pemanasan terjadi semakin pudar juga warna
birunya, dan menghasilkan endapan pada perlakuan pH 6. Pada pH 8, setelah ditetesi
larutan iodine terjadi perubahan warna menjadi biru pekat, setelah 3’ dan 6’, terjadi
pemudaran warna birunya, tetapi setelah 9’ warna birunya kembali pekat lagi. Selama
9’ pemanasan, pada pH 8 tidak terjadi endapan. Larutan sisanya ditetesi larutan
benedict terjadi perubahan warna menjadi biru. Percobaan uji Iod dilakukan untuk
mengetahui kandungan pati dalam sampel, timbulnya warna biru menunjukkan adanya
kandungan pati dan warna merah menunjukkan adanya glikogen (Winarno, 2002).
Aktivitas enzim diastase bekerja dengan baik pada pH 6, karena pada pH 6 terdapat
endapan sebagai bukti adanya pati. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkap oleh
Fogarty (1983) yang mengatakan enzim amylase stabil pada kisaran pH 5-8.
Pada pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim diastase, pada suhu kamar warna
sebelum ditetesi dengan iodine warnanya menjadi putih keruh, dan setelah ditetesi
iodine berubah menjadi warna menjadi biru pekat. Pada suhu 40oC, warna awal
sebelum ditetsi iodine warnanya putih keruh, setelah ditetesi dengan iodine terjadi
perubahan warna menjadi biru pekat. Sedangkan pada suhu 100oC, sebelum ditetesi
iodine warnanya putih keruh, setelah ditetesi dengan iodine warnanya mulai pudar. Hal
tersebut menunjukkan bahwa enzim bekerja optimal pada rentang suhu ruang hingga
mencapai 40ºC dan mulai terdegradasi pada suhu 100ºC karena sifat enzim yang
menyerupai protein sehingga dapat dipengaruhi oleh suhu.
Pada uji amylase, menggunakan ekstrak tauge dan kacang hijau. Pada ekstrak
tauge, sebelum dipanaskan aktivitas enzim sudah mulai nampak dengan terjadi
perubahan warna menjadi ungu, setelah dipanaskan selama 5 menit warnanya menjadi
ungu pekat dan pada saat 10 menit, warnanya menjadi pudar. Pada ekstrak kacang hijau,
sebelum dipanaskan terjadi perubahan warna menjadi ungu pekat, dan setelah
dipanaskan selama 5 menit warnanya sedikit pudar, dan setelah 10 menit warnanya
semakin pudar. Hal tersebut dikarenakan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
menginkubasi, suhu akan semakin panas dan enzim menjadi rusak. Kerusakan pada
enzim menyebabkan warna akan semakin pudar karena adanya proses penguapan
sehingga kadar amilase semakin berkurang
H. KESIMPULAN
1. Suhu dan pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Suhu yang terlalu rendah dan
terlalu tinggi akan mengakibatkan aktivitas enzim tidak maksimal. Dan pH yang
terlalu rendah mengakibatkan aktivitas enzim terhambat dan pH yang terlalu
tinggi akan mengakibatkan aktivitas enzim tidak maksimal.
2. Pada kecambah terdapat kandungan amylase. Pada uji amylase dapat dilakukan
dengan air liur siput.

I. DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra, A G. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta. Jakarta.
Poedjiadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Soewoto, H. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Widya Medika. Jakarta
LAMPIRAN

Pengaruh pH 4 terhadap aktivitas enzim Larutan Iodine

Pemberian enzim diastase Hasil akhir pengaruh suhu kamar


LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA TANAMAN
ACARA: LIPID

Nama : Syauqi Mutha’illah Albanna


NIM : 20180210005
Gol/Kel : A1/1
Assisten : Husama A B, S.P
Tanggal : 6 Mei 2019

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN
ACARA
LIPIDA
A. IDENTITAS PRAKTIKUM
1. Nama Praktikan : Syauqi Mutha’illah Albanna
2. NIM : 20180210005
3. Gol/Kel : A1/1
4. Assisten : Husama A B, S.P
5. Co Assisten : Tyas
B. TUJUAN PRAKTIKUM
- Untuk mengetahui ketidakjenuhan lipid
- Untuk menguji ada tidaknya asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak
- Untuk mengetahui kwalitas minyak
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :1. Penangas
2. Erlenmeyer
3. Kertas buram
4. Statif
5. Penjepit
Bahan :1. Minyak sayur segar dan tengik
2. Air santan
3. Alkohol
4. Air
5. Larutan KOH 0,1 N
D. CARA KERJA

E. HASIL PENGAMATAN
Uji Kertas Buram
No Nama Keterangan
1 Minyak sayur tengik Mengandung lipid (+)
2 Minyak sayur segar Mengandung lipid (+)
3 Air santan Mengandung lipid (+)
4 Air suling Tidak mengandung lipid (-)

Uji Sudan II
Bahan Pereaksi Jumlah KOH
Alkohol 96%, 50ml 2ml (kel 1)
Minyak sayur segar
3 tetes indicator pp 2,5ml (kel 2)
Alkohol 96%, 50ml
Minyak sayur tengik 2,5 ml
3 tetes indicator pp
Alkohol 96%, 50ml
Air santan 2,4 ml
3 tetes indicator pp

F. DASAR TEORI
Lipid adalah kelompok molekul yang tidak dapat larut dalam air akan tetapi
dapat larut dalam zat pelaut non polar seperti eter dan kloroform (Sloane, 2003).
Perbedaan pada keduanya yaitu pada konsistensi/sifat fisik pada suhu kamar, yaitu
lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Perbedaan titik cair dari lemak
disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan rangkap, panjang rantai karbon, bentuk cis
atau trans yang terkandung di dalam asam lemak tidak jenuh (Sartika, 2008).
Lemak memiliki komponen dasar berupa asam lemak dan gliserol yang
diperoleh dari hidrolisis lemak, minyak, mapun senyawa lipid lainnya. Asam lemak
pembentuk lemak dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom C, ada atau tidaknya
ikatan rangkap, jumlah ikatan rangkap serta letak ikatan rangkap. Berdasarkan struktur
kimianya, dapat dibedakan menjadi asam lemak jenuh yaitu asam lemak yang tidak
memiliki ikatan rangkap, sedangkan asam tidak jenuh yaitu asam lemak yang memiliki
ikatan rangkap. Asam tidak jenuh dibedakan lagi menjadi mono dan poly. Mono yaitu
memiliki 1 ikatan rangkap, dan poly memiliki 1 atau lebih ikatan rangkap (Sartika,
2008).
Asam lemak memiliki jumlah atom karbon antara 4-24 atom karbon. Asam
lemak dapat dibagi berdasarkan jumlah atom, yaitu asam lemak rantai pendek/SCFA
(2-4 atom karbon), rantai medium/MCFA (6-12 atom karbon), dan rantai
panjang/LCFA (>12 atom karbon). Titik cair asam lemak meningkat dengan
bertambahnya panjang rantai karbon (Sartika, 2008).
Lipi memiliki rumus molekul yang tidak sama, tetapi terdiri dari berbagai
golongan yang berbeda. Berdasarkan struktur kimia yang dimiliki, terdapat beberapa
golongan, yaitu asam lemak, lemak, dan fosfolipid. Secara kimia lipid dapat diartikan
sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Lemak memiliki rumus umum yaitu R1, R2,
dan R3 adalah rantai hidrokarbon dengan memiliki jumlah atom karbon dari 13-23, pada
umumnya yaitu 15 dan 17 (Salirawati, 2007).
Fungsi lipida termasuk sebagai penyusun struktur membran sel karena berperan
sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran maerial-material. Lipida juga berfungsi
sebagai energi, penyimpan makanan, dan transport serta disimpan sebagai jaringan
adipose, sebagai hormon dan vitamin dan komponen dinding sel (Christine, 2017).
G. PEMBAHASAN
Pada uji sudan III menggunakan bahan minyak sayur segar, minyak sayur tengik
dan air santan. Pada masing-masing bahan ditambahkan dengan alcohol 96% sebanyak
50 ml, kemudian dipanaskan dengan suhu 60o C. Dilakukan pemanasan untuk mereaksi
antara bahan dengan alcohol, mempercepat reaksi dan terlarutnya alcohol dengan cepat.
Setelah dipanaskan ditambahkan indicator pp yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
ekuivalen larutan. Setelah diberi indicator pp, dilakukan titrasi dengan 0,1 N KOH
sampai warna merah muda pada sampel dan bertahan selama 15 detik. Penggunaan
KOH untuk mengukur seberapa besar asam lemak bebas pada bahan uji, karena basa
mampu menghidrolisis minyak menjadi gliserol dan asam lemak.
Titrasi pada bahan minyak sayur segar membutuhkan larutan KOH sebanyak 2
ml pada kelompok 1 dan 2,5 ml pada kelompok 2. Titrasi pada minyak sayur tengik
membutuhkan larutan KOH 2,5 ml. Dan pada air santan membutuhkan larutan KOH
sebanyak 2,4 ml untuk titrasi. Semakin banyak larutan KOH, kwalitas minyaknya
semakin jelek. Pada minyak sayur tengik membutuhkan larutan KOH yang paling
banyak yaitu 2,5 ml. Menurut Asri (2013), bilangan peroksida yang tinggi menandakan
minyak yang telah teroksidasi ditandai dengan rasa dan bau tengik, sehingga trigliserida
yang memiliki rantai tidak jenuh (rangkap) mengalami otooksidasi membentuk radikal-
radikal bebas., terbentuknya senyawa hidroperoksida yang kemudian pecah menjadi
senyawa-senyawa aldehid yang memberikan bau tengik dan bersifat toksik. Trigliserida
yang terkandung di dalam sampel minyak sayur tengik sudah banyak terurai menjadi
asam lemak bebas karena reaksi hidrolisa. Hal tersebut berpengaruh pada tingginya
bilangan asam yang artinya setara dengan tinggi kadar asam lemak bebasnya. Kadar
asam lemak bebas pada minyak sayur tengik menunjukkan banyaknya trigliserida yang
terurai menjadi asam lemak berbahaya.
Pada uji dengan cara sederhana yaitu menggunakan kertas buram, bahan yang
digunakan adalah putih telur, minyak sayur, air santan dan air suling. Kertas buram
menjadi bahan penguji pada kandungan lemak karena mudah menyerap air/ minyak
sehingga cocok untuk pengujian ini (Afaf, 2019). Setelah diteteskan pada kertas
buram, setelah itu amati di bawah cahaya, jika ada noda transparan maka bahan
makanan tersebut mengandung lemak. Pada ketiga bahan uji yaitu putih telur, minyak
sayur dan air santan menghasilkan noda transparan pada kertas buram karena memiliki
kandungan lemak, sedangkan air suling tidak menghasilkan noda transparan karena
tidak memiliki kandungan lemak.
H. KESIMPULAN
1. Mengetahui ketidakjenuhan pada lipid
2. Terdapat asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak
3. Kwalitas minyak semakin jelek ketika dititrasi membutuhkan larutan KOH
semakin banyak

I. DAFTAR PUSTAKA
Christine F. Mamuaja. 2017. Lipida. Unsrat Press. Manado. 132p.
Sartika, R A D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak
Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No.
4, Februari 2008.
Salirawati. 2007. Belajar Kimia Menarik. Grasindo. Jakarta
LAMPIRAN

Uji Kertas Buram

Anda mungkin juga menyukai