Oleh :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Pengertian
Penyakit Jantung Bawaan memiliki beberapa pengertian.Penyakit jantung bawaan
merupakan suatu kelainan jantung yang terjadi sejak bayi lahir (Kasron, 2012). Selain
itu ada juga yang berpendapat penyakit jantung bawaan merupakan suatu penyakit
kelainan jantung dimana paling sering ditemukan pada bayi dan anak (Djer, 2014)
sedangkan menurut Rilantono (2013) mengatakan penyakit jantung bawaan suatu
cacat jantung yang dibawa sejak lahir dengan kelainan pada struktur jantung atau
fungsi sirkulasi jantung.
2. Penyebab/factor predisposisi
Penyebab terjadinya penyakit hantung bawaan karena faktor prenatal :
1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih tua dari 40-tahun
d. Ibu menederita penyakit diabetes militus (DM) yang memerlukan insulin
2. Faktor Genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menederita penyakit jantung bawaan
b. Ayah / ibu menderita penyakit jantung bawaan
c. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
d. Mempunyai penyimpangan pada kromosom, misalnya pada sindroma Down
3. Faktor lingkungan
a. Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap rokok
b. Rubella, infeksi virus ini pada kehamilan trimester I, akan menyebabkan PJB
c. Diabetes , bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang menederita diabetes
tidak terkontrol mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk mengalami PJB
d. Alkohol
e. Ectasy dan obat-obatan lain seperti diazepam, corticasteroid dll
3. Patofisiologi ( Pohon Masalah )
4. Klasifikasi
5. Gejala Klinis
Manifestasi klinis kelainan jantung kongenital sangat bervariasi, tergantung
macam kelainannya. Kelainan yang menyebabkan penurunan aliran darah ke paru
atau percampuran darah berkadar tinggi zat asam dengan darah kotor dapat
menimbulkan sianosis, ditandai oleh kebiruan di kulit, kuku jari, bibir, dan lidah.
Beberapa jenis kelainan jantung kongenital juga dapat menyebabkan gagal
jantung. Kelainan ini menyebabkan terjadinya aliran darah dari sisi jantung kiri ke sisi
jantung kanan yang secara progresif meningkatkan beban jantung. Gejala dari gagal
jantung berupa menurut Sudarti dan Endang (2010) adalah sebagai berikut:
1. Nafas Cepat, bibir biru
2. Sulit makan dan menyusu
3. Berat badan rendah
4. Infeksi pernafasan berulang
5. Toleransi gerak badan yang rendah
6. Pemeriksaan Fisik
Meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi & auskultasi
Dari hasil pemeriksaan fisik pada penyakit jantung congenital (CHD) adalah:
Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang, anak terlihat pucat,
banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik,
- Diameter dada bertambah, sering terlihat penonjolan dada kiri
- Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum,
selaintrakostal dan region epigastrium.
- Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik
- Anak sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas
- Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur,
dan retraksi.
- Pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap
O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar
pada batas kiri sternum
- Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan
daripada kaki. Denyut nadi pada lengan atas terasa kuat, tetapi lemah pada
popliteal dan femoral.
7. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.
3. EKG
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Echocardiography
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru.
5. Kateterisasi
mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel
kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
8. Diagnose/ criteria diagnosis
Diagnosis penyakit jantung bawaan ditegakkan berdasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang dasar serta lanjutan. Pemeriksaan
penunjang dasar yang penting untuk penyakit jantung bawaan adalah foto rontgen
dada, elektrokardiografi, dan pemeriksaan laboratorium rutin. Pemeriksaan lanjutan
(untuk penyakit jantung bawaan) mencakup ekokardiografi dan kateterisasi jantung.
Kombinasi ke dua pemeriksaan lanjutan tersebut untuk visualisasi dan konfirmasi
morfologi dan pato-anatomi masing-masing jenis penyakit jantung bawaan
memungkinkan ketepatan diagnosis.
9. Terapi/tindakan penanganan
1. Penatalaksanaan konservatif
Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan : furosemid
2. Pembedahan : oprasi penutupan depek pemotongan atau pengikatan duktus
3. Obat vasodialator
4. Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu koterisasi jantung
10. Komplikasi
1. Sindrom Eisenmenger
2. Endokarditis
3. Obstruksi Pembuluh darah pulmonal
4. CHF
5. Hepatomegali
6. Enterokolitis nekrosis
7. Perdarahan gastrointestinal
8. Hiperkalemia
9. Aritmia
10.Gagal tumbuh
Subjektif
( tidak tersedia )
Objektif
Subjektif
1) Parastesia
2) Nyeri ekstremitas ( klaudikasi intermiten )
Objektif
1) Edema
2) Penyembuhan luka lambat
3) Indeks ankle-brachial , 0,90
4) Bruit femoral
1) Tromboflebitis
2) Diabetes mellitus
3) Anemia
4) Gagal jantung kongestif
5) Trombosis arteri
6) Varises
7) Trombosis vena dalam
8) Sindrom kompartemen
2. Nyeri Akut
Definisi
Pengalaman sensorik dan emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis : terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis : abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
1) Mengeluh nyeri
2) Tampak meringis
3) Bersikap protektif (mis : waspada, posisi menghindari nyeri)
4) Gelisah
5) Frekuensi nadi meningkat
6) Sulit tidur
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom coroner akut
5) Glaukoma
3. Rencana asuhan keperawatan meliputi : Tujuan Keperawatan, Intevensi dan Rasional Tindakan
Edukasi
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi,
selama ……. X …… diharapkan nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
Observasi
akut berkurang dengan kriteria hasil :
Identifikasi lokasi, intensitas nyeri
Tingkat Nyeri karakteristik, durasi, 2. Mengetahui rentang skala
frekuensi, kualitas,
Keluhan nyeri menurun nyeri pasien
intensitas nyeri
Meringis menurun 3. Untuk mengetahui respon
Identifikasi skala nyeri
Sikap protektif menurun
Identifikasi respon nyeri non verbal dari pasien
Gelisah menurun non verbal
Kesulitan tidur menurun 4. Untuk mengetahui faktor
Identifikasi faktor yang
Menarik diri menurun memperberat dan yang memperberat dan
Berfokus pada diri sendiri memperingan nyeri memperingan nyeri pada
menurun Identifikasi pengetahuan pasien
Diaforesis menurun dan keyakinan tentang
Perasaan depresi (tertekan) 5. Untuk mengetahui
nyeri
menurun Identifikasi pengaruh pengetahuan dan
Perasaan takut mengalami budaya terhadap repson keyakinan pasien tentang
cidera berulang menurun nyeri
Anoreksia menurun Identifikasi pengaruh nyeri
Frekuensi nadi membaik nyeri terhadap kualitas 6. Untuk mengetahui
Pola nafas membaik hidup
pengaruh budaya terhadap
Tekanan darah membaik Monitor keberhasilan
terapi komplementer respon pasien
Proses berpikir membaik
Fokus membaik yang sudah diberikan 7. Untuk mengetahui kualitas
Fungsi berkemih membaik Monitor efek samping hidup terhadap nyeri
Perilaku membaik penggunaan analgetik
Terapeutik 8. Untuk mengawasi
Nafsu makan membaik
Berikan teknik non keberhasilan terapi
Pola tidur membaik
farmakologis untuk komplementer yang sudah
mengurangi rasa nyeri
diberikan
(mis : TENS, hypnosis,
akupresure, terapi 9. Untuk mengawasi efek
music, biofeedback, samping terhadap
terapi pijat, aromaterapi,
penggunaan analgetik
teknik imajinasi
terbimbing, kompres 10. Untuk mengurangi rasa
hangat atau dingin, nyeri pada pasien
terapi bermain) 11. Untuk mengontrol
Kontrol lingkungn yang
lingkungan dan membantu
memperberat rasa nyeri
(mis : suhu ruangan, mengurangi rasa nyeri
pencahayaan, 12. Untuk membantu memberi
kebisingan)
rasa nyaman istirahat tidur
Fasilitasi istirahat dan
tidur pada pasien
Pertimbangkan jenis 13. Untuk mengetahui strategi
dan sumber nyeri dalam yang diambil dalam
pemeliharaan strategi mengurangi rasa nyeri
meredakan nyeri
14. Agar pasien mengetahui
Edukasi
Jelaskan penyebab, penyebab, periode, dan
periode, dan pemicu pemicu nyeri
nyeri
15. Agar pasien bisa
Jelaskan strategi
meredakan nyeri mengawasi nyeri secara
Anjurkan memonitor mandiri
nyeri secara mandiri 16. Agar pasien dapat
Anjurkan menggunakan
meminimalisir rasa nyeri
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik 17. Untuk mengurangi rasa
nonfarmakaologis untuk nyeri
mengurangi rasa nyeri
18. Untuk membantu
Kolaborasi
Memberikan analgetik mengurangi rasa nyeri
jika perlu 19. Untuk membantu
mengurangi rasa nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta.