PENDAHULUAN
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas
anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan
Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab
kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi.
Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran
toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit
dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam
basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi. Bila tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik.
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah atau
menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,
kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah
dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan
secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam
mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan
oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya
masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi serta
pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan
antibiotika yang spesifik dan antiparasit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Diare akut adalah keluarnya buang air besar lebih dari 3 kali yang berbentuk
cair dalam satu hari dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut ialah diare yang
terjadi secara mendakak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan
American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik
peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala
dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3
7 hari.
Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan
3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.
Hasil survei oleh Depkes. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan
utama pada masyarakat Indonesia dengan angka kesakitan adalah sekitar 200 400
kejadian per 1000 penduduk tiap tahun dan sebagian besar dari penderita ini berusia
kurang dari 5 tahun.
Manifestasi klinis diare yang paling berbahaya adalah dehidrasi karena apabila
tidak segera dilakukan penanganan yang tepat bisa mengakibatkan terjadinya
hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian., Gejala lain yang bisa terjadi
adalah mual dan muntah dimana hal ini disebabkan adanya organisme yang
menginfeksi saluran cerna bagian atas.
Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil
Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi
kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang
mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam
masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling
setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.
Klasifikasi
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang
dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal,
anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan
jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi.
Jenis Diare
a) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang
dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2minggu sebelum datang
berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan
penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b) Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2minggu
sebelum datang berobat atau sifatnya berulang.
c) Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi
komplikasi pada mukosa.
d) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi
diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah
lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak
kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan
bayi.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 60%)
sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus,
Minirotavirus.
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu :
1) Faktor infeksi
a) Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak :
a. Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella, Shigella, Yersina,
b. Infeksi Virus : Enterovirus,
c. Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongiloides),
d. Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Thricomonas
hominis,
e. Infeksi jamur : Candida albicans.
b) Infeksi Parenterial yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan
seperti tonsilofaringitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi atau anak
dibawah tiga tahun. Makanan dan miniman yang terkontaminasi melalui
tangan yang kotor, lalat, dan alat-alat makan yang terkontaminasi juga dapat
menyebabkan seseorang tertular penyakit diare tersebut (Azrul Azwar, 1989).
Adapun sumber-sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui : air,
makanan, minuman, tanah, tangan dan alat yang digunakan secara pribadi.
Bila seseorang penderita disentri amoeba sembuh dari penyakitnya, maka
amoeba akan bertukar bentuk menjadi bentuk kista. Kista ini akan keluar bersama
faeces dan dapat hidup terus karena tahan terhadap segala pengaruh dari luar. Buang
air besar sembarangan akan menjadikan sarang lalat, apabila lalat tersebut hinggap
pada makanan, maka akan terjadi kontaminasi (Depkes RI, 1991).
2) Faktor Malabsorbsi
Faktor malabsorbsi ini meliputi :
4
malasorbsi glukosa-galaktosa.
2) Diare sekretorik:
Peningkatan sekresi cairan elektrolit dari usus secara aktif dan penurunan
absorbsi / diare dengan volume tinja sangat banyak.
a)
b)
c)
d)
h)
Kerusakan sel mukosa usus eksudasi cairan, elektrolit dan mukus yang
Virus
b)
Bakteri
- Penempelan di mukosa.
- Toxin yang menyebabkan sekresi.
- Invasi mukosa.
c)
Protozoa
dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan
meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen.
Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi
sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga
menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah
dalam tinja yang disebut disentri.
Sebuah studi tentang masalah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak
di bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga
agen infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada
anak penderita diare. Agen ini adalah Rotavirus, Shigella spp dan E. Coli
enterotoksigenik Rotavirus jelas merupakan penyebab diare akut yang paling sering
diidentifikasi pada anak dalam komunitas tropis dan iklim sedang. Diare dapat
disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti susu, produk susu,
makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak sesuai kondisi usus
dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa
macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika
akan menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal
antibiotika akan berkembang bebas. Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu
sendiri juga memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit
lain misalnya malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya
misalnya, pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis media.
Manifestasi kinis
1. DISENTRI BASILER SHIGELLA
a. Gejala klinis
Masa tunas berlangsung dari beberapa jam sampai 3 hari, jarang lebih dari 3
hari. Mulai terjangkit sampai timbulnya gejala khas biasanya berlangsung cepat,
sering secara mendadak, tetapi dapat juga timbul perlahan-lahan. Gejala yang timbul
bervariasi, yaitu :
1) Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada permulaan
sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan
setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir
dalam tinja.
2) Panas tinggi (39,50 - 400 C)
3) Muntah-muntah.
4) Anoreksia.
5) Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
6) Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis
(kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
Bentuk klinis disentri basilar dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang
sampai yang berat. Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh S.
dysentriae. Berjangkitnya cepat, berak-berak seperti air, muntah-muntah, suhu badan
subnormal, cepat terjadi dehidrasi, renjatan septik, dan dapat meninggal bila tidak
cepat ditolong. Kadang-kadang gejalanya tidak khas dapat berupa seperti gejala
kolera atau keracunan makanan. Pada kasus fulminating. gejalanya timbul mendadak
dan berat, dengan pengeluaran tinja yang banyak berlendir dan berdarah serta ingin
berak terus menerus. Akibatnya timbul rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit
berkurang karena dehidrasi. Muka menjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin,
dan viskositas darah meningkat (hemokonsentrasi).
Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran
tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Di daerah anus terjadi luka dan
nyeri, kadang-kadang timbul prolaps. Bila ada hemorroid yang biasanya tidak timbul
akan menjadi mudah muncul ke luar. Suhu badan biasanya tidak khas biasanya lebih
tinggi dari 390C tetapi bisa juga subnormal. Nadi cepat dan halus, muntah-muntah dan
cegukan jarang. Nyeri otot dan kejang kadang-kadang ada. Perkembangan selanjutnya
berupa keluhan-keluhan yang bertambah berat, keadaan umum memburuk,
inkontinensia urin dan alvi, gelisah tapi kesadaranmasih tetap baik, kelainan-kelainan
menjadi bertambah berat.
8
Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria, dan koma
uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dantindakan pengobatan. Angka
ini bertambah pada keadaan malnutrisa, dan keadaan darurat misalnya kelaparan.
Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat membaik secara perlahan-lahan, tetapi
memerlukan waktu penyembuhan yang lama, penyembuhan yang cepat jarang terjadi.
Bentuk yang sedang, keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya tidak berbentuk,
mungkin dapat mengandung sedikit darah/lendir. Bentuk yang ringan keluhankeluhan atau gejala tersebut diatas lebih ringan. Bentuk ysng menahun terdapat
serangan seperti bentuk akut secara menahun. Bentuk ini jarang sekali bila mendapat
pengobatan yang baik.
2. AMOEBIASIS
10
a. Gejala Klinis
Berdasarkan berat ringannya gejala klinis yang ditimbulkan maka amoebiasis
dapat dibagi menjadi :
1)
2)
dinding usus.
Amebiasis intestinal ringan (disentri ameba ringan)
Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan. Biasanya penderita
3)
mengeluh :
Perut kembung, kadang-kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang
Diare ringan 4-5 kali sehari
Tinja berbau busuk
Kadang tinja bercampur darah dan lendir
Sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid
Tanpa atau disertai demam ringan (subfebril)
Kadang-kadang disertai hepatomegali
Amebiasis intestinal sedang (disentri amoeba sedang)
Keluhan dan gejala klinis lebih berat dibanding disentri ringan, tetapi
Gejala yang didapatkan pada gastroenteritis oleh karena rotavirus antara lain
dapat berupa muntah, diare air, dan demam sumer-sumer. Ketika seorang anak
terinfeksi virus ini perlu waktu inkubasi selama kurang lebih 2 hari sebelum
timbulnya gejala klinis. Dehidrasi lebih sering terjadi pada infeksi rotavirus daripada
oleh karena bakteri patogen, dan menjadi penyebab kematian tersering oleh karena
infeksi rotavirus ini.
Infeksi rotavirus dapat terjadi seumur hidup, infeksi pertama kali
menimbulkan gejala, namun infeksi berikutnya tidak menimbulkan gejala oleh karena
adanya peningkatan sistem imunitas tubuh. Oleh karena itu, infeksi dengan
manifestasi klinis terbanyak pada usia di bawah 2 tahun dan menurun sampai dengan
usia 45 tahun. Infeksi pada neonatus biasanya asimtomatik atau infeksi sedang,
infeksi yang berat biasanya pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun, juga pada anak
yang lebih tua dengan imunokompromis. Oleh karena imunitas yang didapat pada
waktu anak, orang dewasa kebal terhadap infeksi rotavirus, diare pada dewasa lebih
sering disebabkan hal lain, selain rotavirus, akan tetapi infeksi asimtomatik pada
dewasa ini dapat menjadi sumber penularan. Infeksi simptomatis pada dewasa dapat
disebabkan rotavirus tipe A dengan serotipe yang lain.
4. GIARDIASIS
a. Gejala Klinis
Giardiasis biasanya asimptomatik. Gejala giardiasis paling banyak terlihat
pada orang yang bepergian. Fase inkubasi biasanya berlangsung 9-15 hari. Stadium
akut ditandai dengan rasa tidak enak di perut dan diikuti dengan mual dan anoreksia.
Dapat muncul demam yang tidak terlalu tinggi dan menggigil. Kemudian diikuti diare
yang encer, berbau tidak enak, dan banyak. Stadium ini berlangsung 3-4 hari. Jika
tidak diobati maka gejala akan menetap sampai beberapa bulan. Giardiasis kronis
dapat menyebabkan malabsorbsi. Gejala giardiasis bervariasi dari orang ke orang,
tergantung ukuran tempat melekat parasit, lama infeksi, dan faktor pejamu, individu
dan parasit.
5. DISENTRI KOLERA
a. Gejala Klinis
12
Kolera dikenal dengan manifestasi diare disertai muntah akut dan hebat akibat
enterotoksin yang dihasilkan kuman tersebut. Manifestasi klinis khasnya bisa
mengakibatkan dehidrasi, berlanjut dengan renjatan hipovolemik dan asidosis
metabolik yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat akibat diare sekretorik dan
dapat berakhir kematian.
Masa inkubasi kolera berlangsung antara 16-72 jam. Gejala klinis kolera
bervariasi mulai dari asimtomatik sampai dehidrasi berat. Gejala klinis khasnya
ditandai dengan diare encer dan banyak tanpa didahului rasa mulas maupun tenesmus.
Feces berupa cairan putih keruh (seperti air cucian beras), tidak berbau busuk,
ataupun amis tapi manis menusuk. Muntah timbul setelah diare tanpa didahului
mual, kejang otot dapat menyusul baik dalam bentuk fibrilasi maupun fasikulasi,
maupun kejang klonik yang mengganggu. Kejang otot ini disebabkan karena
berkurangnnya kalsium dan klorida pada sambungan neuromuskular.
Gejala dan tanda kolera terjadi akibat kehilangan elektrolit serta asidosis.
Pasien dalam keadaan lemah lunglai, namun kesadaran relatif baik di banding dengan
berat penyakitnya. Tanda-tanda dehidrasi tampak jelas, nadi cepat, napas lebih cepat,
suara serak seperti bebek manila (vox cholerica), turgor kulit menurun, bibir kering,
perut cekung (skafoid), suara peristaltik menurun, ujung jari keriput (washer woman
hand), diuresis berangsur berkurang berakhir dengan anuria.
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi
ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan
berat badan antara 5%-10% dan dhidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.
Derajat Dehidrasi
Gejala &
Tanda
Tanpa
Dehidrasi
Keadaan
Mata
Umum
Baik, Sadar
Normal
Mulut/
Lidah
Basah
Estimasi
Rasa Haus
Kulit
BB %
def.
cairan
Minum Normal,
Tidak Haus
Turgor baik
<5
50 %
13
Dehidrasi
Ringan
Gelisah Rewel
Cekung
Letargik,
Sangat
Kesadaran
cekung dan
Menurun
kering
Kering
-Sedang
Dehidrasi
Berat
Tampak
Turgor
Kehausan
lambat
Sangat
kering
minum
5 10
50100
%
Turgor
sangat
>10
>100 %
lambat
15
17
18
Glukosa
(mOsm/L)
(g/L)
NaCl 0,9 %
308
Na+(mEq/L)
CI-(mEq/L)
K+(mEq/L)
Basa(mEq/L)
154
154
428
50
77
77
NaCl 0,225%+D5
253
50
38,5
38,5
Riger Laktat
273
130
109
Laktat 28
Ka-En 3B
290
27
50
50
20
Laktat 20
Ka-En 4B
264
38
30
28
Laktat 10
Standard WHO-ORS
311
111
90
80
20
Citrat 10
245
70
75
65
20
Citrat 10
Reduced osmalarity
WHO-ORS
20
EPSGAN
recommendation
213
60
60
70
20
Citrat 3
Macam
Diare Kolera
Dewasa
Diare Kolera Balita
Diare Non Kolera
Balita
Na
Cl
HCO3
140
13
104
44
101
27
92
32
56
26
55
14
menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala
diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti
difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi
bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
Heredia,
Lima,Peru,
melaporkan
bahwa
pemakaian
Racecadotril
kembung .Bila diberikan bersamaan dengan cairan rehidrasi oral akan memberikan
hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan hanya memberikan cairan rehidrasi
oral saja .Hasil yang sama juga didapatkan oleh Cojocaru dkk dan cejard dkk.untuk
pemakaian yang lebih luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut yang bersifat
multi senter dan melibatkan sampel yang lebih besar.
Probiotik
Probiotik
merupakan
bakteri
hidup
yang
mempunyai
efek
yang
suplementasi seng secara klinis penting dalam menurunkan lama dan beratnya diare.
Strand
diberikan bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut dengan vitamin A tidak
memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun frekuensi diare.
Bhandari dkk mendapatkan pemberian vitamin A 60mg dibanding dengan plasebo
selama diare akut dapat menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi diare
persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian pada yang
mendapat ASI.
Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi
Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare,
terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan
dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi
yang cukup.Bila tidak makalah ini akan merupakan faktor yang memudahkan
terjadinya diare kronik. Pemberian kembali makanan atau minuman (refeeding) secara
cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan
hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan mempercepat
kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada umumnya harus
dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh Lama more
RA dkk menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara
signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena nucleotide
adalah bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan
sel imunokompeten. Pada anak lebih besar makanan yang direkomendasikan meliputi
tajin ( beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum ( beras, gandum, dan cereal).
Makanan yang harus dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi, gula
sederhana yang dapat memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel.
Juga makanan tinggi lemak yang sulit ditoleransi karena karena menyebabkan
lambatnya pengosongan lambung.
Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita
yang menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi
laktosa berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe
yang ringan sehingga cukup memberikan formula susu biasanya diminum dengan
pengenceran oleh karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam
24
waktu 2 3 hari akan sembuh terutama pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat
intoleransi laktosa yang berat dan berkepanjangan tetap diperlukan susu formula
bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama. Untuk intoleransi laktosa ringan dan
sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa. Sabagaimana halnya
intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya sementara dan
biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.Pada situasi
yang memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah
lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare
kronik
Menanggulangi Penyakit Penyerta
Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain.
Sehingga dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang
ada. Beberapa penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara
lain : infeksi saluran nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi
sistemik lain (sepsis,campak ), kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal .
Pencegahan
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah
sebagai berikut:
1. Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi
dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap
diare pada bayi yang baru lahir.
Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap
diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayibayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2006).
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula
merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya
menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi
buruk (Depkes RI, 2006).
2. Pemberian Makanan Pendamping ASI
25
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang
berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006).
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan
pendamping ASI yang lebih baik yaitu :
a. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih
meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak
berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari)
setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan
baik 4-6 kali sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.
b. Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk
energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacangkacangan,
buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan
sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan
sendok yang bersih.
c. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada
tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada
anak (Depkes RI, 2006)
3. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral
mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan
dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai
resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
26
b. Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat lokasi
kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih
rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari
sumber.
c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan gayung
bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
d. Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan. (Depkes RI, 2006)
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga
harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar
sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat
anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air
besar tanpa alas kaki. (Depkes RI, 2006)
6. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal
ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak
dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal
yang harus diperhatikan:
a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau
kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
27
b. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan
mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau
anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau
daun besar dan buang ke dalam kakus.
c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya
(Depkes RI, 2006)
7. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak
juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera
setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9
bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit
TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta
imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).
Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada
balita, termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut
Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2) Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health seeking
behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun social budaya, dan sebagainya.
28
Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan seseorang, dapat dinilai
dari domain-domain perilaku. Domain-domain tersebut adalah pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Dalam penelitian ini domain sikap tidak dinilai, karena
merupakan perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup merupakan
persepsi seseorang terhada suatu stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat
diamati secara jelas. Sementara tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu respon
seseorang terhadap stimulus dala bentuk tindakan nyata atau terbuka. Hal ini
dapat secara jelas diamati oleh orang lain (Notoadmodjo, 2003).
Pencegahan Diare Dengan Vaksinasi Rotavirus
1.
Definisi
Vaksinasi adalah imunisasi secara aktif dengan pemberian antigen yang dapat
merangsang pembentukan antibodi dari sistem imun tubuh. 2 Pada bulan April 2009
WHO merekomendasikan semua lembaga kesehatan dunia untuk memberikan
vaksinasi rotavirus secara rutin.
2.
Jenis Vaksin
Vaksin rotavirus yang sudah beredar merupakan vaksin hidup yang
29
Porcine circovirus type 1 (PCV-1), adalah sejenis virus dari babi terkandung
dalam Rotarix. PCV-1 tidak dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
30
Pengencer dapat disimpan pada suhu kamar 20 sampai 25. Jangan biarkan
membeku. Buang jika vaksin telah beku.
yang mengandung virus hidup dengan tipe G3P. Vaksin ini ditemukan pada neonatus
sehat dan diisolasi pertama kali di Australia. Vaksin ini memiliki keuntungan
dibandingkan vaksin yang lain karena biaya yang murah serta tidak menyebabkan
penyakit pada neonatus.
Vaksin ini sedang dalam tahap uji klinis selama 33 bulan di sejumlah rumah
sakit dan Pukesmas di Klaten dan Sleman. Diharapkan pada tahun 2016, Indonesia
sudah dapat meluncurkan vaksin Rotavirus.10
2. Vaksin Tetravalen
31
Cara Pemberian5
Vaksin ini terdiri 3 dosis lengkap, juga diberikan secara oral, yaitu pada bayi
berusia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.
Usia minimum yang bisa mulai diberikan vaksin ini adalah saat bayi telah
berusia 6 minggu
Jarak interval atau selang waktu antara dosis pertama dan dosis yang kedua,
dan dosis berikutnya, adalah 4 10 minggu.
3. Vaksin Pentavalen
Vaksin ini merupakan vaksin rotavirus dengan 5 strain rotavirus. Vaksin ini
dikembangkan dari serum bovine dan dikenal dengan nama dagang Rotateq. Vaksin
ini memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah keparahan akibat rotavirus.2
32
Rotateq mengandung 5 strain virus Rotavirus yang dilemahkan yaitu G1, G2,
G3, G4 dan P1. RotaTeq juga mengandung sukrosa, natrium nitrat, natrium
fosfat monobasic monohidrat, natrium hidroksida, polysorbate dan fetal
bovine serum.
Cara Pemberian 7
Rotateq harus didinginkan pada suhu 2-8C. RotaTeq harus diberikan sesegera
mungkin setelah dikeluarkan dari pendingin.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pemberian vaksin rotavirus di
antaranya :
3.
Muntah
Diare
Demam tinggi
Nyeri perut
Intususepsi
Pneumonia
Intususepsi merupakan salah satu KIPI yang menjadi perhatian dalam
35
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
: An.W
Umur
: 8 bulan
: Tn. A
Umur
: 26 tahun
Pekerjaan
: swasta
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Nama Ibu
:Ny. S
Umur
: 23 tahun
36
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Mojoagung, Jombang
MRS
No. Reg
: 28-69-30
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama : BAB cair
2.2.2 Riwayat Penyakit sekarang
BAB cair sejak 1 hari sebelum MRS (tgl 06/10/2015 jam 07.00)
Tgl 06/10/2015 Berak berwarna kuning, bentuk cair disertai ampas
sedikit , tidak disertai darah ataupun lendir, bau (-) sebanyak 3x + 1/2
gelas belimbing.
Tgl 07/10/2015 Berak berwarna kuning, bentuk cair disertai ampas,
tidak disertai darah ataupun lendir, bau (-) sebanyak 10x + 1/3 gelas
blimbing.
Panas badan sejak kemarin pagi (tgl 06/10/2015 jam 07.00)
Muntah 3x, makanan dan susu, warna kuning, tidak ada darah
Batuk (-), Pilek (-), Sesak (-)
Minum ASI, minumnya kuat, anak rewel
37
RPD
Belum pernah sakit seperti ini dan tidak ada riwayat alergi
2.2.4
RPK : tidak ada keluarga yang diare dan tidak ada riwayat alergi
2.2.5
2.2.6 Riwayat persalinan : lahir Spontan ditolong Bidan, langsung nangis, sisa
ketuban tidak tahu. BBL 3150 gr, PB 49cm.
2.2.7 Riwayat pola makan :
ASI (+) sehari 4-5 x, ASI keluar banyak
2.2.8 Riwayat imunisasi : lengkap
2.3 Pemeriksaan Fisik
BB
: 8 kg
TB
: 73 cm
KU
: tampak gelisah
: 142x/menit
RR
: 32x/menit
t ax
: 37,8C
Kepala
Thorax
Pulmo
Cor
Abdomen
: akral hangat
SOAP
Hari Ke-1
07-10-2015
S : BAB cair 10x ampas sedikit , muntah (+) 2x, panas(H2), BAK terakhir 4 jam
sebelum MRS, minum seperti kehausan, makan (-)
O: k/u: tampak rewel
40
Infus KAEN 4B 600cc/ 3 jam (Rehidrasi) infus KAEN 4B 250 cc/24 jam
(maintenance)
Tamoliv 3x8cc
Hari Ke-2
08-10-2015
S : BAB (3x) ampas lebih banyak, muntah (3x), panas (-), BAK (+) sering, minum
banyak
O: k/u: baik
Hari Ke-3
09-10-2015
S: BAB lembek (1x) ampas banyak, muntah (-), panas (-), BAK (+) sering, minum
mau seperti biasa
O: k/u: baik
Zinc 1x 1 tablet
Hari Ke-4
10-10-2015
S: BAB cair(-), muntah (-), panas (-), minum seperti biasa
O: k/u: baik
43
Hari Ke-5
11-10-2015
S : BAB cair (-), minum mau, panas (-)
O : k/u : baik
44
BAB III
KESIMPULAN
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama,
karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare akut
adalah infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan
45
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002
Ditjen PPM dan PLP, 2010, Tatalaksana Kasus Diare Departemen Kesehatan RI hal
24-25Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan
masyarakat dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003
hal 29
Ditjen PPM&PLP Depkes RI.Tatalaksana Kasus Diare Bermaslah. Depkes RI 2010 ;
31
Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut
dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003
46
Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna. dalam Sari
pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001
Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa
dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Salemba
Medika hal 73-103
Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd treatment in
gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2003 :McGraw Hill,hal
131-49
Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada bayi dan
anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/
Sinuhaji AB Peranan obat antidiare pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan
makalah Kongres Nasional II BKGAI juli 2003
Rohim A, Soebijanto MS. Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu penyakit anak
diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1 Jakarta 2002
Selemba Medika hal 93-103
M.K. Bhan, D. Mahalanabis, N.F. Pierce, N. Rollins, D. Sack, M. Santosham. 2005.
The Treatment of Diarrhoea A manual for physicians and other senior health
workers.
Web
Site
:
http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241593180.pdf (20 Oktober
2014)
Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi Prasetyo.
2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Olmu Kesehatan
Anak Edisi Ke-3. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG. Hal. 271-278
Meneng. 2009 Bukti Baru dari Indonesia: Perbedaan Lama Diare Pada Penderita
Diare Akut yang Diterapi dengan Zink dan Probiotik Dibanding Probiotik di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol. 1/No.
1/Januari/2009
Soebagyo B (2008). Diare akut. Dalam : Diare akut pada anak. Surakarta: Martuti S.
hal. 1-12.
Trivedia SS, Chudasamab RK, Patela N. (2008). Effect of zinc supplementation in
children with acute diarrhea: randomized double blind controlled trial.
Gastroenterology Research, ; 2:168174.
47