LAPORAN KASUS
I.
STATUS PENDERITA
: 00.42.28.51
I. ANAMNESIS
a. Identitas Pasien
Nama
: An. NA
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 1 tahun 4 bulan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
Nama Ayah
: Tn. Suhaimi
Umur
: 35 tahun
Pekerjaan
: Buruh
Nama Ibu
: Ny. Juju
Umur
: 33 tahun
Pekerjaan
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama :
BAB cair
Keluhan Tambahan :
Muntah
Demam
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
sekitar 6x dalam sehari. Setiap BAB banyaknya 1/2 gelas belimbing,
konsistensi cair, bercampur sedikit ampas tidak disertai dengan lendir dan darah.
Selain itu juga pasien mengalami muntah-muntah. Muntah dialami sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Muntah-muntah sebanyak 2x setiap hari, sebanyak
1/3 gelas belimbing setiap muntah, muntah berisi makanan yang dimakan
namun tidak ada darah. Pasien juga mengalami demam yang muncul 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan naik turun, tidak terlalu tinggi, dan
tidak menggigil. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan diberikan obat
penurun panas dan oralit. 1 hari SMRS keluhan pasien masih belum berkurang,
pasien masih mengalami BAB cair muntah dan demam meskipun telah diberikan
obat dari puskemas. 4 jam SMRS pasien masih BAB cair, muntah, dan pasien
mulai rewel, dan pasien juga terlihat sangat kehausan saat diberi susu, kemudian
pasien dibawa ke UGD RS Abdul Muluk. Riwayat diare (-) sesak (-) kejang (-).
Penyakit yang pernah diderita anak :
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
Riwayat Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama. Selain itu
keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit kronik lainya.
Riwayat Lingkungan Sekitar :
Tidak ada tetangga yang mengalami keluhan yang sama.
Riwayat Penyakit Kehamilan :
Selama hamil ibu rutin memeriksakan kandungan ke bidan terdekat sebanyak
5kali, yaitu 1 kali pada bulan kedua, 1 kali pada bulan keempat dan 2 kali pada
bulan ke tujuh, ke delapan dan sembilan. Ibu pasien tidak memiliki riwayat
penyakit dan penyulit lainnya selama kehamilan.
Riwayat Persalinan :
Pasien dilahirkan cukup bulan dari ibu secara normal ditolong oleh bidan.
Menurut ibu, saat dilahirkan bayi menangis kuat, gerak aktif, badan bayi tidak
biru dan tidak ada kelainan bawaan.
Riwayat Kelahiran :
Lahir di
: Bidan
: 3100g
Panjang badan
: 45 cm
Cacat
:-
Anak ke-
:2
Riwayat Makanan :
0 6 bulan
6 9 bulan
9 12 bulan
>1 tahun
Riwayat Imunisasi :
BCG
DPT
Campak
Hepatitis
Polio
Kesan
B. Pemeriksaan Fisik
a. Status Present
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Suhu
: 37,1 oC
Frekuensi nadi
: 98x/menit
Frekuensi nafas
: 28x/ menit
Berat Badan
: 6,9 kg
Panjang Badan
: 70 cm
Status Gizi
b. Status generalis
Kelainan Mukosa Kulit / Subkutan yang Menyeluruh
Pucat
: Tidak Ada
Sianosis
: Tidak Ada
Ikterus
: Tidak Ada
Oedem
: Tidak Ada
Turgor
: Kembali segera
Pembesaran KGB
KEPALA
Muka
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
LEHER
Leher
Trachea
KGB
THORAKS
Bentuk
: Normothoraks
Retraksi suprasternal
: Tidak ada
Retraksi substernal
: Tidak ada
Retraksi intercostal
: Tidak ada
Retraksi subcostal
: Tidak ada
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
PARU
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor (+/+)
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
GENITALIA EKSTERNA
Perempuan, tidak ada kelainan
EKSTREMITAS
Superior : sianosis (-/-), edema(-/-), akral hangat
Inferior : sianosis (-/-), edema(-/-), akral hangat
c. Status Neorologis
a) Motorik : koordinasi baik
b) Sensorik: normal
Penilaian
Gerak
Kekuatan otot
Tonus
Klonus
Atropi
c) Otonom
Miksi
Defekasi
Salivasi
Superior ka/ki
Normal/normal
5/5
Normotonus/normotonus
-/Eutropi/eutropi
Inferior ka/ki
Normal/normal
5/5
Normotonus/normotonus
-/Eutropi/eutropi
: Normal
: Normal
: Normal
E. Resume
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, 6x dalam sehari, banyaknya 1/2 gelas belimbing, konsistensi cair,
berwarna kekuningan, bercampur sedikit ampas tidak disertai dengan lendir
dan darah. Pasien juga muntah yang dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, sebanyak 2x setiap hari, 1/3 gelas belimbing setiap muntah.. Pasien
juga mengalami demam yang muncul 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
demam naik turun, tidak terlalu tinggi, dan tidak menggigil. Kemudian pasien
dibawa ke puskesmas dan diberikan obat penurun panas dan oralit. 1 hari
SMRS keluhan pasien masih belum berkurang. 4 jam SMRS pasien masih
mengalami BAB cair, muntah dan pasien mulai rewel, terlihat gelisah dan
pasien juga terlihat sangat kehausan saat diberi susu, kemudian pasien dibawa
ke UGD RS Abdul Muluk. Riwayat diare (-) sesak (-) kejang (-).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien dalam kondisi sakit
sedang, pasien terlihat rewel, dan kehausan saat diberi ASI. kesadaran kompos
mentis. Suhu : 37,1 oC, RR : 28x/ menit, HR : 98x/menit. Pada pemeriksaan
jantung dan paru tidak ditemukan kelainan dan pada pemeriksaan abdomen
tidak teraba hepar dan lien tidak membesar, turgor kulit kembali dengan segera.
Diagnosis Banding:
1. Diare akut et causa viral dengan dehidrasi ringan-sedang
2. Diare akut et causa bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang
Diagnosis Kerja:
1. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
Penatalaksanaan
-
Darah Lengkap
Elektrolit
Feses Rutin
Urine Lengkap
Prognosis
Quo ad Vitam
: bonam
Quo ad Fungtionam
: bonam
Quo ad Sanationam
: bonam
FOLLOW UP
Tanggal dan
Jam
04 Agustus 2015
14.30 WIB
BB : 6,9 kg
Perjalanan Penyakit
Instruksi Dokter
IVFD KAEN
3B X gtt/menit
Oralit
3x1
sachet
Zinc 1x 20 mg
Lacto B 1x1
sachet
ANALISIS KASUS
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
sekitar 6x dalam sehari. Setiap BAB banyaknya 1/2 gelas belimbing,
konsistensi cair, bercampur sedikit ampas tidak disertai dengan lendir dan darah.
Selain itu juga pasien mengalami muntah-muntah. Muntah dialami sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Muntah-muntah sebanyak 2x setiap hari, sebanyak
1/3 gelas belimbing setiap muntah, muntah berisi makanan yang dimakan
namun tidak ada darah. Pasien juga mengalami demam yang muncul 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan naik turun, tidak terlalu tinggi, dan
tidak menggigil. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan diberikan obat
penurun panas dan oralit. 1 hari SMRS keluhan pasien masih belum berkurang,
pasien masih mengalami BAB cair muntah dan demam meskipun telah diberikan
obat dari puskemas. 4 jam SMRS pasien masih BAB cair, muntah, dan pasien
mulai rewel, dan pasien juga terlihat sangat kehausan saat diberi susu, kemudian
pasien dibawa ke UGD RS Abdul Muluk. Riwayat diare (-) sesak (-) kejang (-).
Masalah pada pasien adalah BAB cair sebanyak 6x dalam sehari. Keluhan sudah
berlangsung selama 3 hari. Jadi, diagnosa pasien tersebut adalah diare akut. Hal
ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa, Diare akut adalah buang
air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai dengan perubahan
konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung
kurang dari satu minggu. (Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1 IDAI,
2011).
Pasien didiagnosis sebagai diare akut disertai dengan dehidrasi ringan-sedang.
Diagnosis tersebut berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu keadaan
umum pasien terlihat rewel dan gelisah, kesadaran compos mentis, denyut jantung
normal yaitu 98x/ menit, kualitas nadi normal, pernapasan normal yaitu 28x/
menit, namun turgor kulit masih baik. Diagnosis dehidrasi ringan- sedang sesuai
dengan kriteria dehidrasi ringan- sedang dengan kehilangan 3%-9% cairan/ kgBB
menurut Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) yaitu kesadaran
normal, lelah, gelisah, irritable, denyut jantung normal meningkat, kualitas nadi
normal melemah, pernapasan normal-cepat (Buku Ajar GastroenterologiHepatologi IDAI, 2010).
Menurut Depkes RI derajat dehidrasi dapat di klasifikasikan sesuai dengan tabel
dibawah ini
Tingkat keparahan dehidrasi dapat ditegakkan sesuai dengan tanda dan gejala
yang ditemukan. Derajat dehidrasi dapat ditegakkan apabila terdapat 2 tanda atau
lebih dari tanda tersebut
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diet bagi semua
kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang
dirawat di rumah sakit, yaitu : rehidrasi dengan menggunakan oralit baru, zinc
diberikan selama 10 hari berturut-turut, ASI dan makanan tetap diteruskan,
antibiotik selektif, dan nasihat kepada orang tua (Departemen Kesehatan RI,
2011).
Sedangkan rencana terapi untuk diare dengan dehidrasi ringan-sedang adalah
dengan rencana terapi B, yaitu sebagai berikut.
1. Berikan oralit dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan
2. Bujuk ibu untuk memberikan ASI
3. Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut
4. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian
pilih rencana terapi A, B, atau C untuk melanjutkan terapi.
(Lintas Diare DepKes RI, 2011).
Tatalaksana pemberian cairan KAEN 3B 10 tpm pada kasus ini cukup tepat.
Karena pada pengobatan diare dengan dehidrasi ringan-sedang pasien mengalami
kehilangan elektrolit seperti Na, K, Cl dan glukosa. Cairan KAEN 3B adalah
cairan yang mengandung berbagai macam elektrolit antar lain Na 50 Meq, K 20
Meq, Cl 50 Meq, glukosa 27 gr, laktat 20 Meq. Tujuan dari pemberian cairan
pada kasus ini adalah sebagai maintenance. Kebutuhan cairan maintenance untuk
anak usai 1-3 th adalah 100 cc/kgBB/hari. Sehingga kebutuhan cairan pada
pasien ini adalah sebesar 690 cc dengan kecepatan tetesan infus makro 9,5 tetes
permenit. (Lintas Diare DepKes RI, 2011).
Tatalaksana pemberian oralit pada kasus ini belum cukup tepat. Karena pada
pengobatan diare dengan dehidrasi ringan sedang, dosis oralit yang diberikan
pada 3 jam pertama terapi rehidrasi oral (TRO) adalah 75 ml x BB. Sehingga
banyaknya oralit yang sebaiknya diberikan pada pasien ini adalah 517,5 ml dalam
3 jam pertama. Sedangkan oralit yang diberikan pada pasien ini adalah 600 ml
dalam sehari (Lintas Diare DepKes RI, 2011).
Tatalaksana pemberian zinc pada pasien ini adalah 20 mg per hari. Pemberian zinc
pada anak berfungsi untuk mempercepat penyembuhan diare dan meningkatkan
sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama
2-3 bulan setelah diare sembuh. Pemberian zinc pada anak > 6 bulan adalah 1
tablet (20mg zinc), sehingga pada pasien ini dosis zinc yang diberikan sudah tepat
(Lintas Diare DepKes RI, 2011).
Tatalaksana pemberian Lacto B pada pasien ini cukup tepat. Lacto B (probiotok)
adalah mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang menunjang
kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikro floura intestinal yang lebih
baik. Pemberian Lacto B menurut Oberhelman RA dkk pada tahun 2002,
pengunaan lacto B pada pasien diare dapat menurunkan episode diare pada anak.
(Lintas Diare DepKes RI, 2011). Pada kasus ini pasien mendapatkan Lacto B 1x1
sachet per hari, sedangkan dosis pemberian lacto B adalah 3x1 sachet per hari.
Jadi untuk dosis pemberian lacto B masih belum cukup tepat (Mims, 2014).
Pemberian antibiotic untuk diare akut harus disesuaikan dengan indikasi yaitu
misalnya diare berdarah atau kolera, serta ditemukannya leukosit pada
pemeriksaan feses. Pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan feses lengkap,
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE
A.
Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari
200 gram atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar
encer lebih dari 3x sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Diare akut
adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai
dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu.
Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), pengertian diare adalah suatu
penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan,
atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat
relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih
dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka
dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
B.
Cara Penularan dan Faktor Resiko
Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan
dengan penderita atau barang barang yang telah tercemar tinja penderita atau
tidak langsung melalui lalat. ( melalui 4 F = finger, flies, fluid, field ).
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antra lain:
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan.
Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar
daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita
dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran
oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak
bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang
panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat
tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang
menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan
berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
4.
Epidemi dan pandemic
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyababkan epidemic dan
pandemic yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada
semua golongan usia. Sejak tahun 1961, kolera yang disebabkan vibrio cholera
0.1 biotipe Eltor telah menyebar ke Negara Negara di Afrika, Amerika latin,
Asia, Timur Tengah, dan di beberapa daerah di amerika Utara dan Eropa. Dalam
kurun waktu yang samaShigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang
besar di Amerika Tengah dan terakhir di Afrika tengah dan Asia Selatan. Pada
akhir tahun 1992, dikenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyababkan
pandemic di Asia dan lebih dari 1 negara mengalami wabah.
Etiologi
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri
dan parasit.Dua tipe dasar dari diare akut karena infeksi adalah non inflammatory
dan inflammatory.
Tabel Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia<5 tahun
GOLONGAN
GOLONGAN VIRUS
GOLONGAN PARASIT
Aeromonas
Astrovirus
Balantidiom coli
Bacillus cereus
Calcivirus
BAKTERI
Sapovirus)
Canpilobacter jejuni
Enteric adenovirus
Crytosporidium parvum
Clostridium perfringens
Corona virus
Entamoeba histolytica
Clostridium defficile
Rotavirus
Giardia lamblia
Eschercia coli
Norwalk virus
Isospora belli
Plesiomonas shigeloides
Strongyloides stercoralis
Salmonella
Cytomegalovirus
Trichuris trichiura
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Di samping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada
anak antara lain:
Tabel Penyebab diare nonifeksi pada anak
Kesulitan makanan
Defek anatomis
Malrotasi
Penyakit Hirchsprung
Short Bowel Syndrome
Atrofi mikrovilli
Stricture
Malabsorbsi
Defesiensi disakaridase
Malabsorbsi glukosa dan galaktosa
Cystic fibrosis
Cholestosis
Penyakit celiac
Endokrinopati
Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital
C.
Neoplasma
Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Sindroma Zollinger Ellison
Lain-lain:
Infeksi non gastrointestinal
Alergi susu sapi
Penyakit Crohn
Defisiensi imun
Colitis ulserosa
Ganguan motilitas usus
Pellagra
Keracunan makanan
logam berat
Mushrooms
Patofisiologi
Pada diare sekretorik tinja diare mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan
perbedaan osmotiknua kuran dari 20 mOsm/L.
Osmotik
Sekretorik
Volume tinja
<200 ml/hari
>200 ml/hari
Puasa
Diare berhenti
Diare berlanjut
Na+ tinja
<70 mEq/L
>70 mEq/L
Reduksi
(+)
(-)
pH tinja
<5
>6
dekonjugasi
garam
empedu
dan
malabsorbsi.
Diare
akibat
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik
dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mucus, protein
dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam
lumen.Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare laina
seprti diare osmotik dan sekretorik.
D.
Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila
terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic.Gejala
gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan munth.Sedangkan manifestasi
sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Shigella
Salmonella
ETEC
EIEC
Kolera
1772jam
+
24-48
jam
++
6-72 jam
6-72 jam
++
6-72
jam
-
++
48-72
jam
-
Sering
Jarang
Sering
Sering
Tenesm
us
-
Tenesmu
s
+
Tenesmus,k
olik
+
Tenesmu
s
-
Kramp
3-7 hari
Gejala klinis :
Masa Tunas
Panas
Mual,
muntah
Nyeri perut
Nyeri kepala
lamanya
sakit
E.
3 hari
Diagnosis
1.
Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai
muntah volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak
kencing dalam 6-8jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama
diare. Adakahh panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis
media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member
oralit, memabwa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya.
2.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda
tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada
atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau
basah.Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic.Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia.Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang
terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare.
Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan MMWR.
Tabel. Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003 dan Skor Dehidrasi
WHO
Symptom
Minimal
atau
tanpa dehidrasi,
kehilangan
BB<3%
Kesadaran
Baik
Normal,
lelah, Apatis,
gelisah, irritable
sadar
Denyut
jantung
Normal
Normal
meningkat
Takikardi,
bradikardi,
(kasus berat)
Normal melemah
Lemah,
teraba
Pernapasan
Normal
Normal-cepat
Dalam
Mata
Normal
Sedikit cowong
Sangat cowong
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Kering
Sangat kering
Kembali<2 detik
Kembali>2detik
Cappilary
refill
Normal
Memanjang
Memanjang, minimal
Ekstremitas
Hangat
Dingin
Dingin,mottled, sianotik
Kencing
Normal
Berkurang
Minimal
Mulut
lidah
dan Basah
Keadaan umum
Mata
Mulut
Pernapasan
Turgor
Nadi
Baik
Lesu / haus
Tidak cekung
Biasa
<30x / menit
Baik
< 120x /
Agak cekung
Kering
30-40x / menit
Kurang
120-140x /
letargi,
kecil
idak
tidak
3
Gelisah, lemas,
ngantuk
Sangat cekung
Sangat kering
>40x / menit
Jelek
>140x / menit
menit
Penilaian :
<6
: Tidak dehidrasi
7-12 : Dehidrasi ringan sampai sedang
menit
Hipotonik
Isotonik
Hipertonik
Rasa haus
Berat badan
Menurun sekali
Menurun
Menurun
Turgor kulit
Menurun sekali
Menurun
Tidak jelas
Kering
Kering sekali
Kulit/
lender
selaput Basah
Gejala SSP
Apatis
Koma
Irritable,
apatis,
hiperfleksi
Sirkulasi
Jelek sekali
Jelek
Nadi
Sangat lemah
Tekanan darah
Sangat rendah
Rendah
Rendah
Banyaknya kasus
20-30%
70%
10-20%
3.
Laboratorium
a.
Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan
diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan.Tinja yang watery dan
tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa,
atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yanga
mengandung darah atau mucus bias disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan
sitotoksin bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau
parasit usus seperti :E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila terdapat darah
biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica darah
sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan Salmonella,
Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau tinja,
adanya lendir, adanya darah, adanya busa.Warna tinja tidak terlalu banyak
berkolerasi dengan penyebab diare.Warna hijau tua berhubungan dengan adnya
warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada
keadaan bacterial overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau
obat yang dapat menyebabkan warna merah
Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya
gas dalam tinja kaibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan
berkilat
menunjukan
adanya
lemak
dalam
tinja.
Lendir
dalam
tinja
menggambarkan
adanya
fermentasi
oleh
bakteri
anaerob
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder akibat rusaknya
mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim lactase. Enzim
laktsae merupakan enzim yang bekerja memecahkan laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa, yangs elanjutnya diserap di mukosa usus halus, Salah satu cara
menentukan malabsorbsi laktosa
Tata laksana
Terdapat lima pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan
nutrisi, pemberian zinc, antibiotik dan edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan:
Mencegah dehidrasi
Mengatasi dehidrasi yang telah ada
Antibiotik selektif
Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan
setelah diare
Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi
yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:
1.
Pengobatan Diare tanpa dehidrasi
TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk
mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayr-sayuran dan sebagainya.
Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang
diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun 50-100 ml, 1-5 tahun
dalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah 300-400 ml
setiap BAB. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan
sendok setiap 1-2 menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dengan
gelas dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10
menit kemudian mulai lagi perlahan lahan misalnya 1 sendok setia 2-3 menit.
Pemberian cairan dilanjutka sampai diare berhenti. Selain cairan rumah tangga
ASI dan makanan yang biasa tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikitsedikit tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari ) serta rendah serat.
2.
Pengobatan Diare dehidrasi Ringan-sedang
TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )
Penderita diare degan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana kesehatan
dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit.
diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB.
Apabila oleh karena satu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan per oral, oralit
dapat diberikan nelalui nasogasterik dengan volume yang sama dengan kecepatan
20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi, apakah membaik,
tetap atau memburuk. Bila keadaan membaikdan dehidrasi teratasi pengobatan
dapat dilanjutkan di rumah dengan memberikan oralit dan makanan dengan cara
seperti pada pengobatan diare tanpa dehidrasi.
3.
Pengobatan diare dehidrasi berat
TRP ( Terap Rehidrasi Parenteral )
Pasien yang masih dapat minum meskipun sedikit harus diberi oralit sampai
cairan infus terpasang. Selain itu semua anak harus diberi oralit selama pemberian
cairan intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apbila anak dapat minum dengan baik
biasanya dalam 3-4 jam ( untuk bayi ) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar).
Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis
100ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk <1tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB,
dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun jam pertama
30cc/kgBB dilanjutkan 2 jam berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yaitu : pengobatan diare dengan dehidrasi
ringan-sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi
4.
Seng ( Zinc )
Seng merupakan mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh yang
penting antara lain untuk sinreis DNA. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF
telah merekomendasikan penggunaan seng pada anak dengan diare dengan dosis
20 mg per hari selama 10-14 hari, dan pada bayi<6 bulan dengan dosis 10 mg per
hari selama 10-14 hari
5. Pemberian makanan selama dan setelah diare
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah
sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak
mampu
menerima.
Meneruskan
pemberian
makanan
aan
mempercepat
mungkin dan selama anak mau. Bayi yang tidak mium ASI harus diberi susu yang
biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.
Bila anak umur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau
padat, makanan ini harus diteruskan. Diberikan dalam porsi kecil atau sering ( 6
kali ataulebih ).
6.
Terapi Medikamentosa
a.
Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karen
sebagian besra diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak
dapat dibunuh dengan antibiotika.Antibiotika pilihan pada diare antara lain
erythromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari, ciprofloxacin 15 mg/kgBB
2x sehari selama 3hari. Metronidazole 10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
b.
Obat Antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis
dan tidak diindikasikan untuk mengobati diare akut pad anak, beberapa
diantaranya:
Adsorben, Contoh : kaolin, attapulgite. Obat-oat ini dipromosikan untuk
mengikat dan menginaktivasi toksin bakteri atau bahan lain yang
menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai kemampuan melindungi
mukosa usus.
Antimotilitas, Contoh : loperamide hydrochloride. Obat ini dapat mengurangi
frekuensi diare pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja
pada anak.
7.
Probiotik dan Prebiotik
a.
Probiotik
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi
yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora
intestinal yang lebih baik. Mekanisme efek probiotik melalui perubahan
lingkungan mikro lumen usus ( pH , O2 ), produksi bahan anti mikroba terhadap
beberapa patogen usus,kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen pada
enterosit, modifikasi toksin/ reeptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus
melalui penyediaan nutrien dan imunomodulator. Contohnya : Lacto B.
b.
Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme, tetapi bahan makanan umumnya
komplks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora
Penyebab
Kolera
Shigella Disentri
Amoebiasis
Giadiasis
Antibiotik pilihan
Tetracycline
12,5
mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Ciprofloxacin
15
mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari
Metronidazole
10
mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari
(10 hari pada kasus berat)
Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
Alternatif
Erythromycin
12,5
mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Pivmecillinam 20 mg/kg
BB
4x sehari selama 3 hari
Ceftriaxone
50-100
mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari
G.
1.
Komplikasi
Gangguan elektrolit
Hipernatremia,
Penderita diare
dengan natrium
plasma>150
mmol/L
kejang demam
Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi.Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau
penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan, berikan
cairan intravena
9.
Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang
menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi
sistemik.Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu
cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap
2-3 menit), antiemetic sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan
penurunan kesadaran.
H.
1.
Pencegahan
Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
I. Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 5 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan menjadi diare persisten.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito W. Faktor Resiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia. 2007
Jendral
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan