Anda di halaman 1dari 16

Tantangan Pencapaian Millenium Goals (MDGs) Bidang Kesehatan

di Indonesia
Utomo Budi*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Abstrak
Laporan pemerintah tentang pencapaian MDGs di Indonesia sampai tahun 2002
merefleksikan komitmen dalam mensejahterakan rakyat. Kesehatan yang dijabarkan dalam
berbagai indikator tujuan 4, 5, dan 6 dilaporkan membaik. Tulisan ini menelaah status pencapaian,
mencari penjelasan latar belakang pencapaian, dan menilai prospek pencapaian MDGs utamanya
bidang kesehatan.
Hasil telaah menunjukkan sebagian besar indikator kesehatan membaik, tetapi lamban.
Walau menurun, angka kematian ibu dan anak masih tinggi. Penyakit infeksi dan masalah gizi
masih prevalen. Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masih rendah. Biaya masih
menjadi penghambat utama pelayanan kesehatan bagi mereka yang membutuhkan. Program
pemberantasan penyakit menular, termasuk HIV/AIDS, malaria, dan TB masih dihadapkan pada
banyak hambatan. Prevalensi malaria dan TB masih tinggi, sementara epidemi HIV/AIDS di
beberapa daerah sudah mulai masuk kedalam populasi rendah.
Gambaran ini menyiratkan prognosis pencapaian MDGs di Indonesia yang kurang
menggembirakan. Tantangan utama pencapaian MDGs bidang kesehatan adalah bagaimana
pemerintah dapat menerjemahkan komitmen dan kebijakan intervensi efektif yang sudah tersedia
menjadi program rutin pelayanan kesehatan yang dapat langsung menyentuh masyarakat, terutama
mereka yang paling membutuhkan, yaitu masyarakat miskin.
Kata kunci: Pencapaian MDGs, bidang kesehatan, masyarakat miskin
Abstract
Governments report on achievement of MDGs in Indonesia until 2002 reflects commitment
towards peoples welfare. Health area as explained in indicators of goals 4, 5, and 6 were reported
as improved. This review examines achievement status, elucidates background explanation about
those achievement status, and assesses prospect of MDG achievement, particularly in health area.
The review shows that most of MDGs health indicators improved but in a slow manner. Funding is
still posed as the main constraint of health care of those who needed it. Eradication program of
infectious and contagious diseases, including HIV/AIDS, malaria, and TB faces many hurdles.
Malaria and TB prevalences are still high , while HIV/AIDS epidemic in several areas has shown
infiltration and spread among low socio-economic population groups. This situation reflects a not
very good prognostic of MDG achievement in Indonesia. The main challenge of MDG
achievement in health area in Indonesia is related to question on how the government could
translate commitment and effective intervention policy into routine health care program that
directly touch the people, especially those who need most: the poor.
Key words: MDG achievement, health area, the poor

Mengapa MDG?

batasan waktu dan terukur, ditetapkan

Konferensi

Tingkat

Tinggi

dan dicapai melalui kemitraan dunia

(KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-

dengan

Bangsa (PBB) bulan September 2000

Negara berkembang menata rumah-

yang

anggota

tangganya sendiri dibantu Negara maju;

menyepakati dan mengadopsi Tujuan

dan dibangun melalui dukungan politis

Pembangunan

internasional

dihadiri

189

negara

penekanan

jawab

Milenium

atau

Development

Goals

melibatkan pemerintah dan lembaga

(MDGs). Kesepakatan ini merupakan

non-pemerintah. Target MDGs bersifat

tekad nyata para pemimpin dunia dalam

realistik,

menegakkan

kongkrit dalam bentuk angka.

Millennium
1

kedamaian,

keamanan,

pembangunan, hak azazi manusia dan

dan

tanggung

dinyatakan

nasional

yang

dengan

jelas,

Sebagai salah satu peserta KTT

kemerdekaan sebagai satu kesatuan yang

Mileneum,

tak terpisahkan.

menggunakan MDGs sebagai acuan

We will not enjoy development

pelaksanaan

Indonesia
pembangunan.

bertekad
Laporan

without security, we will not enjoy

resmi terakhir status pencapaian MDGs

security without development, and we

di Indonesia disampaikan Pemerintah

will not enjoy either without respect for

pada

human rights. Unless

indikator pencapaian menggunakan data

all these causes are advanced, none will

awal tahun 1990 dan data akhir tahun

succeed. (Kofi Annan, United Nations,

2002 dan 2003. Menggunakan data dari

2005).

berbagai sumber, tulisan ini mencoba


MDGs

tujuan,

mempunyai

mulai

dari

delapan

mengurangi

tahun 2004.2 Sebagian besar

menelaah kembali pencapaian MDGs


bidang

kesehatan,

terutama

tujuan

kemiskinan dan kelaparan, menuntaskan

nomor 4, 5, dan 6, dan mencari

pendidikan

penjelasan

dasar,

meningkatkan

latar-belakang

status

kesehatan ibu dan anak, menghentikan

pencapaian dari kaca-mata program dan

penyebaran

masyarakat.

HIV/AIDS,

mendorong

kesamaan gender, sampai melestarikan


lingkungan.

Masing-masing

tujuan

Pelaporan Pencapaian MDGs sampai

memiliki satu atau beberapa target yang

Tahun 2002/3

sebagian besar ditentukan tercapai tahun

MDGs bidang kesehatan mencakup

2015 dengan dasar situasi dunia tahun

upaya menurunkan angka kematian anak

1990-an. Kesemua tujuan beorientasi

(Tujuan 4), meningkatkan kesehatan ibu

kesejahteraan

(Tujuan 5), dan memerangi HIV/AIDS,

rakyat,

mempunyai

Malaria dan penyakit menular lainnya


(Tujuan

6)

yang

Walaupun

menurun,

angka

masing-masing

kematian bayi ini masih tinggi dibanding

mempunyai target dan indikator. Apabila

dengan beberapa negara ASEAN seperti

tidak disebut sumber data dari telaah ini

Malaysia,

berasal dari laporan resmi pencapaian

Persentase anak usia 12-23 bulan yang

MDGs.2

menerima sedikitnya satu kali imunisasi

Filipina,

dan

Thailand.

meningkat dari 58% pada tahun 1991


Tujuan

4:

Menurunkan

Angka

Kematian Anak

menjadi 72% pada tahun 2002. Sebagai


bandingan, target nasional imunisasi

Angka kematian balita menurun

campak untuk tahun 2010 ditetapkan

dari 97 per 1.000 pada tahun 1989

90%. Anak yang kurang gizi yang

menjadi 46 pada tahun 2000 atau rata

terserang

rata penurunan tujuh persen per tahun.2

terhadap ISPA berat.

Selanjutnya,

untuk

mencapai

campak

menjadi

rawan

target

angka kematian balita 30 per 1000 pada

Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan

tahun

Ibu

2015

diperlukan

rata-rata

penurunan tiga persen per tahun. Untuk

Angka kematian ibu dilaporkan

pencapaian target ini diperlukan upaya

menurun dari sekitar 400 per 100.000

yang lebih keras karena penyebab

kelahiran

kematian pada angka kematian yang

menjadi 307 pada tahun 2000. Angka ini

semakin rendah akan semakin sukar

masih sangat tinggi jika dibandingkan

ditanggulangi.

utama

dengan negara maju yang sudah di

kematian anak masih didominasi oleh

bawah 10, dan di beberapa negara

penyakit infeksi, termasuk diare dan

ASEAN sudah di bawah 50. Target

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut),

penurunan angka kematian ibu menjadi

yang terkait dengan gangguan gizi.

124 per 100.000 kelahiran hidup pada

Sekitar 30% anak balita mempunyai

tahun

berat badan yang kurang terhadap umur

mengingat sistem pelayanan obstetri

(kurang dari -2 Standard Deviasi Skor

emerjensi masih lemah, belum mampu

BB/U). Angka ini tidak banyak berubah

menjangkau tepat waktu semua kasus

dalam dekade terakhir. Angka kematian

komplikasi

bayi menurun nyata dari 68 per seribu

persalinan dan nifas). Biaya dan jarak

kelahiran

menjadi

hidup

Penyebab

pada

tahun

1989

menjadi 35 pada tahun 2000 atau ratarata penurunan lima persen per tahun.

hidup

2015

pelayanan

pada

tidak

mudah

maternal
penghambat
obstetri

tahun

1990

tercapai

(kehamilan,
utama

emerjensi.

akses
Data

menunjukkan sebagian besar kematian

ibu terjadi pada masyarakat miskin dan

oleh

mereka yang tinggal jauh dari rumah

lingkungan yang higienis dengan sarana

sakit. Perdarahan, eklamsia, dan infeksi

memadai.

merupakan jenis komplikasi maternal

kelahiran yang ditolong oleh tenaga

yang

langsung

kesehatan terlatih merupakan salah satu

kematian ibu. Kematian ibu dapat

strategi upaya penurunan kematian ibu.

dicegah hanya apabila kasus komplikasi

Data Survei Sosial-Ekonomi Nasional

ditolong di rumah sakit dengan fasilitas

(Susenas)

pelayanan

yang

proporsi kelahiran yang ditolong oleh

memadai. Ibu dengan komplikasi akan

tenaga kesehatan dari 41% pada tahun

meninggal apabila terlambat menerima

1990 menjadi 68% pada tahun 2003,

pelayanan standar.

sedangkan target nasional pada tahun

menjadi

penyebab

obstetri

emerjensi

Di Indonesia, aborsi tidak aman


berkontribusi

terhadap

11

persen

tenaga

kesehatan

teralatih

Meningkatkan

menunjukkan

di

proporsi

peningkatan

2010 adalah 90%. Perlu dicatat bahwa


data Susenas mendefinisikan tenaga

kematian ibu. Aborsi tidak aman terjadi

kesehatan sebagai dokter kebidanan,

karena ibu hamil atau pasangan yang

dokter, bidan, dan perawat dengan tidak

tidak

kehamilan

membedakan apakah tenaga tersebut

melalui

trampil atau tidak trampil. Data Susenas

tidak

juga menunjukkan bahwa sebagian besar

kompeten. Setiap tahun diperkirakan

persalinan/ kelahiran terjadi di rumah

terjadi 2 juta aborsi. Akses terhadap

ibu yang bersalin dengan lingkungan

kontrasepsi modern berperan penting

yang kurang bisa dijamin higienisnya.

terhadap penurunan kasus kehamilan

Karena hal ini, keeratan hubungan

yang tidak diinginkan, dan juga secara

antara peningkatan proporsi persalinan

tidak langsung akan menurunkan angka

oleh tenaga kesehatan dan penrunan

kematian ibu karena insiden kehamilan

angka kematian ibu mungkin tidak serta

yang

merta terjadi.

menginginkan

melakukan
pertolongan

aborsi

sengaja

pelayanan

menurun.

Angka

yang

pemakaian

kontrasepsi pada pasangan usia subur


dilaporkan meningkat dari 50% pada

Tujuan 6: Memerangi HIV/AIDS,

tahun 1990 menjadi 54% pada tahun

Malaria, dan Penyakit

2002. Tren angka pasangan subur yang

Menular Lainnya

tidak menginginkan hamil, tetapi tidak

HIV/AIDS

memakai kontrasepsi, masih menetap

HIV (Human Immuno Virus)

tinggi sekitar 9%. Komplikasi persalinan

merupakan virus yang menyerang sistem

menurun apabila persalinan ditolong

kekebalan tubuh manusia. Kekebalan

tubuh yang berkurang atau hilang

kasus AIDS dan 2.685 kasus HIV

membuat orang rentan terhadap berbagai

positip.2 Angka ini

penyakit. Sekumpulan gejala penyakit

hanya puncak dari gunung es masalah

sebagai

yang jauh lebih

akibat hilangnya

kekebalan

tubuh pada seseorang yang terinfeksi

besar. Saat ini diperkirakan antara

HIV dikenal dengan AIDS (Acquired

90.000-130.000

Immuno

orang Indonesia hidup dengan HIV.

Deficiency

Syndrom).

Penularan HIV dari satu orang ke orang

Sebagian besar kasus

lain terjadi melalui pertukaran cairan

tertular

tubuh. Dalam tubuh, HIV terutama

berisiko. Mulai awal 2000-an penularan

berada dan beredar dalam darah, air

melalui penggunaan jarum yang tidak

mani dan cairan otak. Dalam kurun

steril

waktu

suntik dilaporkan semakin meningkat.

sampai

15

tahun

sejak

melalui

pada

hubungan

penyalah-guna

seksual

narkoba

terinfeksi, orang dengan HIV tampak

Epidemi

(tingkat

normal, baru setelah kekebalan sangat

HIV/AIDS

di

menurun akan muncul AIDS, yang

mengkhawatirkan. Saat ini epidemi tidak

dalam waktu satu sampai dua tahun

lagi dalam katagori rendah, tetapi sudah

diikuti

masuk

dengan

kematian.

Sampai

penyebaran)

Indonesia

katagori

semakin

konsentrasi.

Di

sekarang belum ada obat penyembuh

beberapa propinsi seperti DKI Jakarta,

HIV/AIDS, tetapi obat retro-viral yang

Bali, Papua, dan Riau Kepulauan angka

dapat

prevalensi HIV pada kelompok penjaja

menghambat

kecepatan

pengembang-biakan virus. Pencegahan,

seks antara 5% dan 20%, dan pada

termasuk tidak melakukan hubungan

penyalah-guna narkoba suntik antara

seksual, setia hanya pada satu pasangan

50% dan 70%. Pada saat ini tidak ada

seksual, menggunakan kondom pada

propinsi atau kabupaten yang masih

hubungan seksual berisiko, dan tidak

bebas HIV. Di beberapa daerah, HIV

menyalah-gunakan

merupakan

sudah mulai masuk pada kelompok

cara paling efektif dalam program

risiko rendah, termasuk ibu hamil dan

penanggulangan HIV/AIDS.

anak.

AIDS

obat,

Ibu

hamil

tertular

dari

Sejak dilaporkan kasus pertama

pasangannya, dan anak tertular HIV dari

tahun

ibu melalui plasenta, jalan lahir, atau

1987,

jumlah

kasus

HIV/AIDS yang dilaporkan terus

menyusui. Di beberapa daerah, angka

meningkat. Sampai akhir September

HIV positip pada ibu hamil sudah sekitar

2003 tercatat 1.239

0,5%. Target menghentikan penularan


HIV pada tahun 2015 tampaknya tidak

akan tercapai. Faktor pendorong epidemi

kasus

terus berjalan sementara program rutin

pengobatan di fasilitas kesehatan. Angka

pelayanan pencegahan dan pengobatan

kematian

HIV/AIDS

diperkirakan 10 per 100.000 penduduk.

belum tampak nyata. Industri seks

Dari anak balita dengan gejala klinis

terbuka dan terselubung makin marak,

malaria, hanya 4,4% yang menerima

sementara penggunaan kondom pada

pengobatan. Upaya pencegahan malaria

hubungan seksual berisiko masih relatif

difokuskan untuk meminimalkan jumlah

rendah. Demikian pula penyalah-gunaan

kontak manusia dengan nyamuk melalui

narkoba suntik semakin meningkat, di

pemakaian kelambu dan penyemprotan

mana sebagian besar penyalah guna

rumah. Beberapa daerah menekankan

menyuntik

penggunaan

bergantian

dengan

malaria

yang

spesifik

mendapat

karena

kelambu

malaria

yang

telah

menggunakan semprit dan jarum tidak

direndam dengan insektida. Anak balita

steril.

yang tidurnya menggunakan kelambu

Kesemua

perilaku

mendorong

penyebaran

masyarakat.

Komitmen

terhadap

penanggulangan

tersebut
HIV

di

diperkirakan

32%,

pemerintah

penggunaan

kelambu

HIV/AIDS

direndam

dengan

sedangkan
yang

telah

insektisida

hanya

memang tinggi, tetapi masih dalam

0,2%. Salah satu hambatan utama

suatu tingkat yang belum terwujud

penggunaan

menjadi program pelayanan rutin yang

adalah faktor ekonomi.

kelambu

secara

masal

langsung menyentuh masyarakat.


Tuberkolosis (TB)
Malaria

Survei prevalensi TB di beberapa lokasi

Hampir separuh penduduk Indonesia

antara

tinggal di daerah endemik malaria,

menunjukkan median risiko tahunan

terutama di propinsi-propinsi bagian

infeksi sebesar 2,5%. Atas dasar ini,

timur.2 Rata-rata prevalensi malaria

Badan Kesehatan Dunia memperkirakan

diperkirakan 850 per 100.000 penduduk.

prevalensi nasional sebesar 786 per

Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan

100.000

di Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, dan

diantaranya BTA (Bakteri Tahan Asam)

Papua. Di beberapa daerah di Jawa

positip. Indonesia menempati urutan

Tengah dan Jawa Barat malaria yang

ketiga penyumbang kasus TB di dunia,

tadinya sudah hilang muncul kembali.

dengan 582.000 kasus baru per tahun

Jangkauan

yang

pelayanan

pengobatan

malaria terbatas. Hanya sekitar 10%

dengan

tahun

1965

penduduk,

hampir
BTA

dan

dengan

separuhnya
positip.

TB
Angka

1986

44%

paru
ini

mengartikan 271 kasus baru per 100.000

kepatuhan

penduduk, dengan 122 diantaranya BTA

ketersediaan obat yang tidak terputus di

positip. Angka kematian spesifik karena

fasilitas kesehatan. Survei tahun 2000

TB

terhadap stok obat anti TB di fasilitas

diperkirakan

68

per

100.000

berobat,

tetapi

juga

penduduk, sedangkan angka kematian

kesehatan

kasus sekitar 24%. Deteksi kasus TB

kehabisan stok bervariasi dari 2 sampai

penting dalam upaya pemberantasan TB.

8%. Beberapa pengamatan melaporkan

Jumlah

bahwa kebijakan desentralisasi yang

kasus

TB

yang

terdeteksi

menunjukkan

mulai

angka

dilaporkan meningkat dari 92.792 kasus

diberlakukan

tahun

2001

tahun 2001 menjadi 155.188 kasus tahun

mengganggu jaminan ketersediaan obat.

2002, dengan 49% diantaranya BTA


positip. Jumlah ini mengindikasikan

Pertimbangan

bahwa upaya deteksi baru menjangkau

Pencapaian MDGs

29% dari kasus yang ada. Dengan

Tren dan Tingkat Pencapaian

percepatan deteksi kasus sekarang ini,

dalam

Evaluasi

Tingkat dan tren pencapaian

angka deteksi kesepakatan internasional

MDGs

terutama

sebesar 70% pada tahun 2005 baru akan

melalui

angka

tercapai pada tahun 2013.

kematian ibu perlu ditafsirkan hati-hati

Penyakit

TB

yang

kematian

dilaporkan
anak

dan

merupakan

dengan mempertimbangkan sumber dan

penyakit kronik, melemahkan tubuh dan

kualitas data, konsistensi antara berbagai

sangat

Penyembuhan

indikator, dan perbedaan pencapaian

memerlukan dignosis akurat melalui

menurut daerah dan pengelompokkan

pemeriksaan mikroskopis, pengobatan

sosial-ekonomi.

jangka

keterbatasan data merupakan kendala

menular.

panjang

meminum

obat

dengan
anti

ketaatan

TB.

Angka

utama

Kelangkaan

pemantauan

dan

dan
evaluasi

kesembuhan yang pada kasus-kasus

pencapaian MDGs. Penggunaan data

yang terdeteksi dilaporkan sebesar 86%

yang tidak akurat akan menghasilkan

dengan variasi yang besar, lebih 95% di

indikator

Riau, Bali, dan Gorontalo, dan hanya

Serangkaian

16% di Papua. Apabila dikaitkan dengan

holistik

angka deteksi kasus 29% maka program

Penyimpulan terhadap status pencapaian

pemberantasan TB baru menjangkau dan

MDGs perlu memperhatikan konsistensi

menyembuhkan 25% dari kasus yang

antara berbagai indikator, karena mereka

ada.

pada

tidak sepenuhnya independen. Misal,

penderita TB tidak saja ditentukan oleh

penurunan kematian biasanya dibarengi

Kelangsungan

berobat

yang

juga

tidak

akurat.

indikator

perlu

dilihat

sebagai

satu

kesatuan.

dengan penurunan angka penyakit dan

(biasanya setahun) sebelum survei, dan

perbaikan akses pelayanan kesehatan.

(2) tidak langsung,

Apabila berbagai indikator saling tidak

melalui status kelangsungan hidup anak

konsisten, maka kita perlu meneliti

dan/atau

kemungkinan pengaruh data yang tidak

saudara perempuan. Cara langsung tidak

akurat. Angka pencapaian MDGs perlu

dianjurkan

diberlakukan untuk semua kelompok

karena tingkat kesalahan yang besar

masyarakat,

dalam mengingat

sehingga

evaluasi

pencapaian harus memperhatikan tidak

peristiwa (kelahiran dan kematian) yang

saja

telah lampau

angka

rata-rata,

tetapi

juga

ketimpangan atau perbedaan indikator

(recall error) dan besaran sampel rumah

antar daerah, perdesaaan dan perkotaan,

tangga

dan kaya dan miskin.

perhitungan angka kematian. Recall

kurang

memadai

untuk

error membuat hasil estimasi angka


Sumber Data dan Kualitas Data

kematian

cenderung

lebih

rendah,

Kebutuhan sistem registrasi vital

sedangkan sampel yang relatif kecil

sebagai sumber ideal data kematian

membuat kisaran estimasi lebih melebar.

sudah dirasakan sejak awal tahun 1980-

Cara tidak langsung estimasi angka

an dengan munculnya berbagai proyek

kematian

pengembangan, tetapi sejauh ini sistem

kelangsungan hidup yang dikumpulkan

registrasi vital nasional belum berjalan.

melalui survei. Data kelangsungan hidup

Sebagai akibatnya survei penduduk atau

anak yang pernah dilahirkan oleh ibu

rumah-tangga menjadi sumber utama

usia reproduksi menjadi dasar estimasi

data kematian. Angka kematian yang

angka kematian bayi dan anak, dan data

dihitung

sering

kelangsungan hidup saudara perempuan

dihadapkan pada ketidak-pastian, karena

dari anggota rumah tangga dewasa

hasil estimasi sangat dipengaruhi oleh

menjadi dasar estimasi angka kematian

survei mana sebagai sumber data dan

ibu. Disebut tidak langsung karena

metode estimasi yang digunakan untuk

survei menanyakan hanya mati tidaknya

perhitungan.

anak atau saudara perempuan tanpa

dari

data

survei

Survei

dapat

menggunakan

data

mengumpulkan data kematian melalui

menanyakan umur dan kapan waktu

dua

mati. Informasi penting ini diperkirakan

cara:

(1)

langsung,

dengan

menanyakan ada tidaknya kematian


dalam rumah tangga selama satu kurun
waktu

tidak langsung melalui metode

statistik. Kebenaran hasil perhitungan

besi, defisiensi yodium, dan defisiensi

tergantung kepada terpenuhi tidaknya

vitamin A masih menjadi masalah utama

asumsi yang melekat pada metode.

gizi

pada

ibu

dan

anak

dengan

prevalensi yang tidak banyak beranjak


Angka Kematian Menurun Lambat,

dalam dua dekade terakhir ini.

Tetapi Masih Tinggi

Angka kematian ibu yang masih

Penurunan kematian ibu dari

tinggi

konsisten

dengan

masih

390 per 100,000 kelahiran hidup pada

rendahnya akses dan kualitas pelayanan

tahun 1990-1994, 334 pada tahun 1993-

obstetri emerjensi bagi ibu-ibu dengan

1997, menjadi 307 pada tahun 1998-

komplikasi

2002 yang dilaporkan resmi2 dianggap

Immpact di Banten menunjukkan lebih

kurang

dari 50% kematian ibu terjadi di rumah

meyakinkan

karena

kisaran

maternal.

angka-angka perkiraan saling menutupi

atau

hampir 70%.3 Mendasarkan pada data

menjangkau fasilitas pelayanan obstetri

dan estimasi berbagai studi dua dekade

emerjensi di rumah sakit. Faktor biaya

terakhir,

Soemantri

dan

Setyowati

dan

dalam

Penelitian

perjalanan

kemudian

sebelum

jarak

geografis

mengatakan bahwa angka kematian ibu

merupakan faktor utama penghambat

masih bertahan tinggi antara 350 dan

akses

450 per 100,000 kelahiran hidup. Dari

menunjukkan kompetensi bidan dan

gambaran tersebut, dapat disimpulkan

kualitas pelayanan obstetri emerjensi

bahwa angka kematian ibu dan anak di

umumnya masih dibawah standar.

pelayanan.

Penelitian

juga

Indonesia menurun lam bat, masih


bertahan pada tingkat yang tinggi.

Perbedaan

Kesimpulan

Daerah dan Pengelompokkan

masih

tingginya

angka

kematian ini sejalan dengan prevalensi


penyakit infeksi/ menular dan gangguan

Pencapaian

Menurut

Sosial-ekonomi
Hanya memperhatikan angka-

gizi pada ibu dan anak yang juga masih

angka inasional pencapaian MDGs bisa

tinggi. ISPA dan diare masih sebagai

menyesatkan.

penyebab utama kematian bayi dan

perbedaan mencolok angka pencapaian

anak. Penyebab bermakna lain termasuk

menurut propinsi, perkotaan-perdesaan,

infeksi parasit, campak, difteri, pertusis,

dan pengelompokkan sosial ekonomi.

dan TB. Selanjutnya dengue semakin

Berdasarkan

pada

menjadi

pencapaian

mungkin

faktor

penting

penyebab

Data

menunjukkan

target

nasional,

tercapai

pada

kematian anak. Masalah kurang kalori

beberapa kelompok, tetapi tidak pada

protein, anemia defisiensi

banyak kelompok lain.

Ketimpangan

kaya-miskin dalam status kesehatan dan


akses

pelayanan

sangat

nyata.

Perbedaan angka kematian ibu


terkait

dengan

perbedaan

akses

Ketimpangan atau perbedaan ini dalam

pelayanan obstetri emerjensi seperti

dua dekade terakhir ini tidak mengecil,

ditunjukkan

bahkan

untuk

persentase persalinan dengan operasi

tertentu

semakin

beberapa

indikator

perbedaan

Data

Cesar yang dibawah 1% pada penduduk

menunjukkan bahwa sebagian besar

miskin (kuintil 1 dan 2) dan 2% sampai

kematian ibu terjadi pada penduduk

10% pada penduduk kaya (kuintil 4 dan

miskin. Kematian ibu semakin tinggi

5). Persalinan operasi Cesar dengan

dengan semakin rendahnya status sosial-

tujuan penyelamatan ibu dan bayi

ekonomi. Angka kematian ibu pada

diharapkan sekitar 4% sampai 6%.

kuintil penduduk termiskin dua sampai

Perbedaan

tiga kali lipat lebih tinggi dibanding

emerjensi juga mencolok antara daerah

kuintil penduduk terkaya. Gambaran ini

pedesaan

kurang lebih serupa dari tahun 1994

pelayanan jauh lebih rendah di pedesaan

sampai tahun 2002

.5

membesar.

melalui

akses
dan

pelayanan

obstetri

perkotaan.

Akses

dibanding perkotaan. Akses terhadap


pelayanan

persalinan

oleh

kesehatan

juga

menurut

pengelompokkan

berbeda

tenaga

mencolok
sosial-

ekonomi dan pedesaan-perkotaan/


Masalah Penyakit Infeksi: HIV/AIDS,
Malaria, dan TB
Walaupun

pemerintah

mempunyai komitmen menanggulangi


penyakit-penyakit

ini,

upaya

masih

belum maksimal. Epidemi HIV/AIDS


semakin

mengkhawatirkan,

tetapi

kebijakan belum diterjemahkan menjadi


program rutin pelayanan pencegahan
dan

pengobatan

menyentuh
membutuhkan.
berkontribusi

yang

langsung

masyarakat

yang

Malaria

masih

terhadap

mortalitas,

morbiditas, dan penurunan produktivitas

penduduk, terutama di daerah endemik.

merugikan

TB masih merupakan penyakit prevalen

kesehatan

di Indonesia. Upaya penanggulangan

perbaikan kesehatan ibu dan anak perlu

TB tidak mudah karena memerlukan

pula memperbaiki kejelasan hukum dan

manajemen lapangan yang kompleks

peraturan dan menjamin pelaksanaan

mencakup deteksi kasus, logistik obat,

hukum demi melindungi perempuan dan

dan pengobatan jangka lama.

anak.

Tantangan

Pencapaian

MDGs

Kesehatan

hak-hak
ibu

dan

Menempatkan

dan

situasi

anak.

Upaya

Kesehatan

Sebagai

Agenda Prioritas

Kebijakan

intervensi

efektif

Sebagai elemen penting MDGs,

untuk menanggulangi masalah gangguan

perbaikan kesehatan terutama kesehatan

gizi, kematian anak, kematian ibu, dan

ibu dan anak perlu menjadi agenda

penyakit infeksi telah tersedia, tetapi

prioritas

penggunaan dan implementasi belum

termasuk daerah. Prioritas ini perlu

maksimal.

dijabarkan

Masalahnya

adalah

pembangunan

nasional,

menjadi

komitmen

bagaimana menerjemahkan kebijakan

pelaksanaan, termasuk anggaran. Sejauh

intervensi

menjadi

rutin

ini, anggaran belanja pemerintah untuk

pelayanan

kesehatan

dapat

bidang kesehatan menanggung hanya

masyarakat

20% biaya kesehatan; sisanya sekitar

dalam

80% berasal dari kantong masyarakat

program

menyentuh

langsung

sasaran.

Tantangan

yang

menerjemahkan kebijakan mencakup

yang belum diatur dalam suatu sistem

banyak

asuransi.

faktor

dalam:

(1)

dimensi

Namun
korupsi

demikian,

kebijakan dan program, yang lebih dari

mental

dan

sisi penyediaan pelayanan, dan (2)

(kapasitas

institusi)

dimensi masyarakat, yang lebih dari sisi

membuat

peningkatan

penerima pelayanan. Sistematika faktor

kesehatan

akan

pada masing-masing dimensi bukan

berpengaruh

dimaksudkan sebagai kerangka teori,

pembangunan.

budaya

kelembagaan
yang

lemah
anggaran

tidak

terhadap

banyak

keberhasilan

tetapi lebih pada kerangka penyajian dan


pembahasan.

Memperkuat

Kerjasama

Lintas

Sektor dan Program


Membangun Hukum
Kelemahan

dalam

Masalah kesehatan merupakan


substansi,

struktur dan budaya hukum sering

masalah

multi-sektor,

tidak

saja

kematian, penyakit, dan gizi, tetapi juga

perilaku,

pangan,

perumahan,

lingkungan,

ekonomi,

dan

sering

menentukan

keberhasilan

sosial-

pelaksanaan kebijakan dan program.

budaya. Dalam upaya penaggulangan

Penguatan kelembagaan ini menjadi

masalah kesehatan, sektor kesehatan

lebih

perlu bekerja-sama dan berkoordinasi

desentralisasi pembangunan kesehatan.

dengan sektor dan program lain. Untuk

Upaya

ini perlu kejelasan peran dan tanggung

mencakup perbaikan kinerja petugas

jawab

kesehatan

masing-masing

sektor

dan

penting

sehubungan

penguatan

dengan

kelembagaan

menyangkut

kualitas,

program, dan pada saat yang sama

ketanggapan, dan efisiensi melalui

dibangun komitmen bersama dan rasa

akuntabilitas yang lebih besar, dan perlu

saling percaya, kerja sama lintas sektor

memperhatikan tidak saja upah dan

dan program ini mudah diucapkan,

tunjangan yang memadai, tetapi juga

tetapi dalam praktek sukar dilaksanakan.

kesempatan mengikuti pelatihan dan


prospek

Memperkuat

Kebijakan

dan

Kelembagaan

promosi.

menghilangkan

hambatan

perlu

menjamin bahwa obat dan komoditas


esensial

Mengurangi

Kebijakan

dapat

menjangkau

dan

atau

terjangkau oleh masyarakat yang paling

akses

membutuhkan. Perlu perbaikan logistik,

pelayanan kesehatan, baik hambatan

sistem

biaya atau non-biaya bagi umah tangga,

pengadaan,

terutama

masyarakat

perlu

pemerintah dalam jaminan penyediaan

menjadi

satu

penting

obat dan dalam menciptakan situasi

kebijakan

miskin,

komponen

kesehatan.

kelembagaan

yang

Selanjutnya,

kuat

merupakan

insetif,

strategi

dan

pengaturan

kejelasan

peran

kondusif bagi riset dan pengembangan


obat.

faktor penting yang dapat menjamin


pelaksanaan

kebijakan.

Sementara

Memperbaiki Sistem Informasi

banyak faktor yang mempengaruhi kuat


tidaknya

kelembagaan,

manajerial,

teknis,

budaya

mental

kapasitas

pendanaan,
semua

Sistem

informasi,

termasuk

sistem registrasi vital, sistem pelayanan

dan

kesehatan,

dan

tingkatan

kesehatan,

masih

surveilans

masalah

kurang

mendapat

program, mulai Departemen Kesehatan,

perhatian. Sistem informasi kesehatan

Dinas

yang ada belum berjalan maksimal, dan

Kesehatan

Propinsi

dan

Kabupaten Kota, dan fasilitas pelayanan,

belum dalam satu kesatuan. Ketidak-

memegang

peranan

lengkapan dan ketidakakuratan data

Kepemimpinan

dan

budaya

penting.
mental

menjadi

penghalang

utama

upaya

pemantauan dan evaluasi MDGs. Sudah

buruk tentu saja berpengaruh negatif

mulai saatnya kita melakukan penilaian

terhadap

komprehensif masalah sistem informasi

Dengan

ini

kesehatan ibu dan anak perlu pula

dan

informasi

merancang
yang

kemampuan

suatu

sistem

sesuai

dan

dengan

kebutuhan

yang

kesehatan
demikian

menyertakan

anak-anaknya.
upaya

upaya

perbaikan
peningkatan

kesetaraan gender.

dinamis.
Partisipasi Masyarakat
Pendidikan Masyarakat Sasaran yang
Masih Rendah

Akses

pelayanan

merupakan

pertemuan antara penyedia pelayanan

Masyarakat yang rawan masalah

dan

masyarakat

sebagai

pengguna

kesehatan justru mereka yang tingkat

pelayanan. Partisipasi masyarakat dalam

pendidikan rendah dan tidak mampu

upaya perbaikan kesehatan diperlukan

secara ekonomis. Sementara perbaikan

untuk perbaikan perilaku kesehatan dan

pendidikan penting sebagai perbaikan

optimasi

kesehatan dan ekonomi jangka panjang,

Menumbuhkan

komunikasi dan pendekatan program

partisipasi

pelayanan

penggunaan
dan

pelayanan.

mengembangkan

masyarakat

tidak

saja

kesehatan

perlu

tanggung jawab pemerintah, tetapi juga

dengan

tingkat

organisasi non-pemerintah, organisasi

pendidikan dan aspek sosial-budaya

profesi, dan organisasi kemasyarakatan.

masyarakat.

Apabila

menyesuaikan

perlu

masyarakat

melalui

organisasi-organisasi ini perlu menekan


Menuju Kesetaraan Gender
Masalah
salah

satu

gender

faktor

pemerintah

merupakan

penjelas

untuk

memenuhi

kewajibannya menyehatkan masyarakat.

belum

optimalnya kesehatan ibu. Faktor sosial-

Kesimpulan

budaya yang ada dalam banyak hal

Sebagian

sering menempatkan perempuan dalam

membaik,

sub-ordinasi laki-laki, sehingga akses

menurun, angka kematian ibu dan anak

dan kontrol terhadap sumber daya

masih tinggi. Penyakit infeksi dan

kehidupan dari perempuan umumnya

masalah gizi masih prevalen. Akses

lebih rendah dibanding laki-laki. Situasi

masyarakat

ini merugikan perempuan, termasuk

kesehatan, juga air bersih dan sanitasi

meningkatkan

rumah tangga dan lingkungan yang sehat

kerawanan

terhadap

risiko kematian ibu. Kesehatan ibu yang

besar
tetapi

indikator

kesehatan

lamban.

terhadap

Walau

pelayanan

masih rendah. Biaya masih menjadi

penghambat utama pelayanan kesehatan

Daftar Pustaka

bagi

1.

mereka

Program

yang

membutuhkan.

pemberantasan

penyakit

United

Nations,

2005.

The

Millennium Development Goals Report,

menular, termasuk HIV/AIDS, malaria,

United Nations, New York.

dan TB masih dihadapkan pada banyak

2.

hambatan. Prevalensi malaria dan TB

Perkembangan Pencapaian Tujuan

masih

Pembangunan Milenium (Millennium

tinggi,

sementara

epidemi

Indonesia

(2004).

Laporan

HIV/AIDS di beberapa daerah sudah

Development Goals), Jakarta.

mulai masuk populasi rendah. Gambaran

3. BPS (Badan Pusat Statistik) and ORC

ini menyiratkan prognosis pencapaian

Macro (2003). Indonesia

MDGs

Demographic and Health Survey 2002-

di

Indonesia

menggembirakan.

yang

kurang

Tantangan

utama

2003. Calverton, Maryland.

pencapaian MDGs adalah mewujudkan

4. Soemantri, S. and T. Setyowati

kebijakan intervensi efektif yang sudah

(2004), Perkembangan Mortalitas

tersedia menjadi program rutin promosi

Indonesia: Besaran dan kecenderungan,

kesehatan, pencegahan penyakit, dan

Jakarta: IPADI-UNFPABKKBN.

pelayanan kesehatan yang langsung

5. Graham, W. J., A. E. Fitzmaurice, J.

menyentuh

S. Bell, and J. A. Cairns (2003), The

masyarakat,

mereka yang paling


yaitu masyarakat miskin.

terutama

membutuhkan,

Familial Technique for linking maternal


death with poverty, Lancet,

CRITICAL APPRAISAL

1. Analisis PICO

Patient/ Problem
Problem
Apa sajakah hal-hal yang menjadi tantangan dalam mencapai MDGs?
Patient
Masyarakat secara umum yang menjadi sasaran berlangsungnya MDGs.

Intervensi

Menggunakan data dari berbagai sumber untuk mencoba menelaah


kembali pencapaian MDGs bidang kesehatan, terutama tujuan nomor 4, 5,
dan 6.

Comparison
Outcome
Gambaran ini menyiratkan prognosis pencapaian MDGs di Indonesia yang
kurang menggembirakan. Tantangan utama pencapaian MDGs bidang
kesehatan adalah bagaimana pemerintah dapat menerjemahkan komitmen
dan kebijakan intervensi efektif yang sudah tersedia menjadi program
rutin pelayanan kesehatan yang dapat langsung menyentuh masyarakat,
terutama mereka yang paling membutuhkan, yaitu masyarakat miskin .

2. Acquiring
Pada EBM ini, saya memilih sumber bukti dari google.co.id yakni
jurnalkesmas.ui.ac.id
3. Appraising

Validity
Merupakan suatu jurnal survei deskriptif
Importance
Hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah terutama dalam bidang
kesehatan

bahwa kebijakan intervensi efektif yang sudah tersedia

menjadi program rutin promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan


pelayanan kesehatan yang langsung menyentuh masyarakat

Applicabillity
Temuan dijurnal ini sangat bermanfaat terutama dalam hal pelayanan
kesehatan agar semakin diperbaiki untuk mecapai tujuan-tujuan dalam
MDGs.

Anda mungkin juga menyukai