Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN NON STERIL II

“FORMULASI DAN PREFORMULASI TABLET VITAMIN C


MENGGUNAKAN METODE CETAK LANGSUNG”

OLEH :

NAMA : NEHEMIA CALOZ S D (211501034)


TESSA ROTUA VICTORIA S (211501055)
FAHMY NANDA SAHALA P (211501067)
JOCELYN (211501075)
ADELIA SYAHFITRI (211501091)
PARTNER/HARI : 4 / JUMAT
TANGGAL PRAKTIKUM : 10 MARET 2023
ASISTEN : AZANATASYA Br. SIHALOHO

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN NON STERIL II


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Prinsip Percobaan 2
1.3 Tujuan Percobaan 2
1.4 Manfaat Percobaan..........2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
3
2.1 Pengertian Tablet............3
2.2 Bentuk Tablet..................4
2.3 Metode Cetak langsung...5
2.4 Komponen Tablet............6
2.4.1 Bahan Aktif..................6
2.4.2 Bahan Pengisi...............7
2.4.3 Bahan Pelicin...............8
2.4.4 Bahan Pengembang......9
2.4.5 Zat Tambahan...............10
2.5 Preformulasi Tablet.........10
2.5.1 Uji Sudut Diam............11
2.5.2 Uji Waktu Alir..............11
2.5.3 Uji Indeks Tap..............11
2.6 Evaluasi Tablet................12
2.6.1 Keseragaman Bobot.....12
2.6.2 Waktu Hancur..............12
2.6.3 Kekerasan Tablet..........12
2.6.4 Friabilitas......................13
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN.......................................................................
14
3.1 Alat..................................14
3.2 Bahan...............................14
3.3 Formula Lengkap............14

ii
3.4 Rencana Kerja.................14
3.5 Perhitungan Bahan..........15
3.5.1 Perhitungan Co-Processed..........................................................................................
15
3.6 Prosedur Percobaan.........15
3.6.1 Pembuatan Bahan Pengisi Co-Processed....................................................................
15
3.6.2 Pembuatan Granul dengan Metode Cetak Langsung..................................................
15
3.6.3 Prosedur Uji Preformulasi..........................................................................................
16
3.6.3.1 Uji Sudut Diam dan Waktu Alir .............................................................................
16
3.6.3.2 Uji Indeks Tap...........16
3.6.4 Prosedur Uji Evaluasi ..17
3.6.4.1 Uji Keseragaman Bobot...........................................................................................
17
3.6.4.2 Uji Keseragaman Ukuran........................................................................................
17
3.6.4.3 Uji Waktu Hancur.....17
3.6.4.4 Uji Kekerasan Tablet.17
3.6.4.5 Uji Friabilitas............18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................
19
4.1 Hasil................................19
4.1.1 Hasil Uji Formulasi......19
4.1.2 Hasil Uji Preformulasi..19
4.1.2.1 Sudut Diam................19
4.1.2.2 Uji Waktu Alir...........19
4.1.2.3 Uji Kerapatan Serbuk (Indeks Tap).........................................................................
20
4.1.3 Hasil Uji Evaluasi .......21

iii
4.1.3.1 Keseragaman Bobot. .21
4.1.3.2 Waktu Hancur...........22
4.1.3.3 Keseragaman Ukuran 21
4.1.3.4 Kekerasan Tablet.......23
4.1.3.5 Friabilitas...................23
4.2 Pembahasan.....................23
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................
26
5.1 Kesimpulan.....................26
5.2 Saran................................26
DAFTAR PUSTAKA..........27
LAMPIRAN.........................29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih
bahan obat yang dibuat dengan pemadatan. Tablet juga memiliki perbedaan
dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan ataupun ketebalannya. Kebanyakan tipe
atau jenis tablet dimaksudkan untuk ditelan dan kemudian dihancurkan dan
kemudian melepaskan bahan obat yang ada di dalam tablet tersebut ke dalam
saluran pencernaan (Murtini dan Elisa, 2018).
Metode cetak (kempa) langsung, adalah suatu metode pembuatan tablet
dengan mengempa langsung campuran bahan aktif dan eksipien kering tanpa
melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Istilah kempa langsung ini telah lama
digunakan untuk memperkenalkan pengempaan senyawa kristalin tunggal.
Senyawa ini biasanya berupa garam garam anorganik. Namun demikian,
sekarang ini istilah kempa langsung digunakan untuk menyatakan proses
ketika tablet dikempa langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien
yang sesuai (termasuk pengisi, desintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir
dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang
kuat. Tidak ada metoda proses granulasi yang diperlukan pada pencampuran
serbuk, walaupun ada kalanya zat aktif disemprotkan dari larutan pada salah
satu dari eksipien. Sepanjang tidak melibatkan granulasi atau penggumpalan
(aglomerasi), proses pentabletan akhir seperti ini masih dapat disebut cetak
langsung (Murtini dan Elisa, 2018).
Metode cetak langsung telah menjadi pusat perhatian dalam pembuatan
tablet karena prosesnya menghindari banyak masalah yang terkait dengan
metode granulasi. Metode ini melalui proses yang sederhana, ekonomis dan
cocok untuk senyawa yang tidak stabil karena tidak diperlukan panas atau
lembab. Namun, keberhasilan proses cetak langsung tersebut ditentukan oleh
eksipien yang dipilih karena eksipien tersebut memberikan aliran dan
karakteristik kompresi ke campuran bubuk untuk cetak langsung (Apeji, dkk.,
2011).

1
1.2 Prinsip Percobaan
Berdasarkan prinsip pembuatan tablet dengan metode cetak langsung
dimana bahan aktifnya berbentuk kristal atau granul, kemudian dihomogenkan
zat pengisi dan bahan pengembang dan ditambahkan bahan aktif obat yang sudah
diayak dengan ayakan mesh no. 20, kemudian ditambahkan bahan pelicin lalu
dihomogenkan dan dicetak menjadi tablet. Setelah tablet diformulasikan,
dilakukan uji preformulasi tablet yang terdiri dari uji sudut diam, uji waktu alir,
dan uji indeks tap. Setelah tablet dicetak, dilakukan uji evaluasi tablet yang
terdiri dari uji keseragaman bobot, uji waktu hancur, uji kekerasan, dan uji
friabilitas.

1.3 Tujuan Percobaan


- Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam membuat tablet asam
askorbat.
- Untuk mengetahui hasil uji preformulasi dari tablet asam askorbat.
- Untuk mengetahui hasil uji evaluasi dar tablet asam askorbat.

1.4 Manfaat Percobaan


- Agar mengetahui metode yang digunakan dalam membuat tablet asam
askorbat.
- Agar mengetahui hasil uji preformulasi dari tablet asam askorbat.
- Agar mengetahui hasil uji evaluasi dari tablet asam askorbat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tablet


Tablet adalah obat sediaan padat yang dibuat dengan cara kompresi atau
dipadatkan. Tablet terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan lain atau hanya terdiri
dari zat aktif saja tanpa bahan tambahan. Tablet dapat digunakan untuk terapi
pengobatan baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Tablet konvensional atau
tablet pada umumnya digunakan secara oral, menggunakan bantuan air minum
untuk menelannya. Sediaan tablet telah diformulasikan menjadi berbagai jenis dan
tipe sesuai kebutuhan terapi dan lokasi penggunaan seperti tablet sublingual, tablet
bukal, tablet eferfesen, tablet kunyah dan tablet salut (Edy dan Mansauda, 2019).
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan
aktif. Tablet diperoleh dengan kompresi tunggal atau ganda (dalam kasus tertentu
mereka dicetak) dan mungkin tidak dilapisi atau dilapisi. Biasanya ditujukan
untuk pemberian oral, tetapi sediaan untuk aplikasi alternatif, seperti implan,
tablet larutan untuk injeksi, irigasi, atau untuk penggunaan luar, tablet vagina, dll.,
Sediaan ini mungkin memerlukan formulasi khusus, metode pembuatan, atau
bentuk penyajian, sesuai dengan penggunaan khususnya, seperti tablet kunyah,
tablet telan dan sebagainya (Geneva, 2006).
Jenis tablet yang paling umum diproduksi adalah tablet yang digunakan
dengan cara ditelan seluruhnya, kemudian terdisintegrasi dan melepaskan obat
pada saluran pencernaan. Jenis tablet lain yang saat ini berkembang pesat adalah
tablet yang mampu terdisolusi atau terdispersi secara cepat pada air sebelum
digunakan. Jenis tablet ini tablet dipersyaratkan bahwa seluruh komponen bahan
harus dapat terlarut atau terdispersi dalam bentuk suspensi halus. Sebagian besar
tablet dengan jenis ini diformulasi dalam bentuk tablet effervescent. Tablet juga
dapat didesain untuk dikunyah dalam rongga mulut. Tablet jenis ini didesain
dengan tujuan terjadi proses absorpsi obat dalam rongga mulut atau untuk
menghasilkan dispersi partikel halus sebelum ditelan. Selain itu, tablet tipe ini
juga dapat diformulasi menjadi tablet yang terdisintegrasi dan terdisolusi secara
lambat dalam rongga mulut, misalnya tablet lozenges (Parfati dan Rani, 2018).

3
Bentuk tablet juga memegang peranan penting dalam menentukan
kemudahan pasien menelan tablet. Studi terkait dengan preferensi pasien
menggunakan tablet menginformaskan bahwa pasien lebih mudah menelan tablet
dengan bentuk oval dibandingkan kaplet. Tablet dengan bentuk bulat merupakan
tablet dengan bentuk yang paling sulit ditelan, meskipun penyalutan telah
dilakukan pada tablet dengan bentuk tersebut untuk meningkatkan kemudahan
tablet tersebut ditelan. Bentuk tablet yang diformulasi harus sesuai dengan
kebutuhan pasien (Parfati dan Rani, 2018).
Bentuk sediaan tablet setidaknya harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut: 1) Fisik tablet harus tidak mudah pecah dan tidak terabrasi selama proses
produksi, pengemasan, pendistribusian, dan penggunaan. Sifat ini dapat diukur
dengan melakukan pengujian kekerasan dan kerapuhan tablet. 2) Tablet harus
seragam bobot dan kandungan zat aktifnya. Sifat ini dapat diukur dengan
melakukan pengujian variasi bobot dan keseragaman kandungan obat. 3)
Kandungan obat dalam tablet harus bioavailable. Sifat ini dapat diukur dengan
melakukan pengujian waktu hancur dan disolusi. Akan tetapi, bioavailabilitas obat
dari tablet maupun bentuk sediaan yang lain merupakan hal yang kompleks dan
hasil dari dua macam pengujian tersebut tidak menunjukkan indeks bioavalibilitas
obat. Untuk itu perlu dilakukan pengujian melalui sampel kadar obat dalam darah.
4) Penampilan tablet harus baik dan memiliki karakteristik bentuk, warna, dan
penandaan lain jika perlu untuk identifikasi produk. 5) Tablet harus stabil, yaitu
mampu mempertahankan karakteristik sesuai spesifikasi dan efikasi (Widodo
dkk., 2019).

2.2 Bentuk Tablet


Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan,
ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada
penggunaan dan metode pembuatannya.Tablet biasanya berbentuk bundar dengan
permukaan datar, atau konveks. Bentuk khusus seperti kaplet, segitiga, lonjong,
empat segi, dan segi enam (heksagonal) telah dikembangkan oleh beberapa pabrik
untuk membedakan produknya terhadap produk pabrik lainnya. Tablet dapat
dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat punch dan lubang kempa

4
(lesung tablet) yang didesain secara khusus. Tablet dapat diberi monogram pada
salah satu atau punch atas yang menghasilkan monogram (Fatmawaty, 2015).

2.3 Metode Cetak Langsung


Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi.
Pembuatan tablet dengan metode ini memerlukan eksipien yang memungkinkan
untuk pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih dahulu. Eksipien ini
terdiri dari zat berbentuk fisik khusus seperti laktosa, sukrosa, dekstrosa, atau
selulosa yang mempunyai sifat aliran dan kemampuan kempa yang diinginkan.
Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah
selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang
dapat dikempa dan beberapa bentuk pati termodifikasi. Metode kempa langsung
menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah dan granulasi
kering (Zaman, 2020).
Metode kempa langsung menjadi salah satu pilihan pembuatan tablet karena
peralatan yang digunakan sedikitdan waktu pembuatan yang lebih singkat
dibandingkan dengan metode yang lain. Metoda kempa langsung harus memiliki
sifat alir dan komprebilitas yang baik pada massa kempanya. Pada evaluasi massa
kempa dibutuhkan zat aktif maupun ekspien. Zat aktif yang bisa digunakan dalam
pembuatan tablet kempa langsung yaitu asetosal. Asetosal sebagai zat aktif
memiliki sifat alir dan komprebilitasyang baik maka sangat cocok pada
pembuatan metode kempa langsung. Massa kempa berpengaruh terhadap metode
pembuatan tablet.Tablet asetosal yang beredar dengan dosis terkecil adalah
80mg/tablet dengan dosis tunggal dan memiliki efek analgesik, antipiretik dan
antiinflamasi. Jika ingin dibuat dengan metode kempa langsung maka bahan
eksipien harus memiliki sifat alir yang baik. Eksipien yang digunakan sebagai
bahan pengisi yaitu pati pregelatinasi (Hartesi, dkk., 2020).
Metode cetak (kempa) langsung, adalah suatu metode pembuatan tablet
dengan mengempa langsung campuran bahan aktif dan eksipien kering tanpa
melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Istilah kempa langsung ini telah lama
digunakan untuk memperkenalkan pengempaan senyawa kristalin tunggal.
Senyawa ini biasanya berupa garam garaman organik. Namun demikian, sekarang

5
ini istilah kempa langsung digunakan untuk menyatakan proses ketika tablet
dikempa langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai
(termasuk pengisi, desintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir dengan
seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yangkuat.Tidak
ada metoda proses granulasi yang diperlukan pada pencampuran serbuk,
walaupun ada kalanya zat aktif disemprotkan dari larutan pada salah satu dari
eksipien (Safitri dkk., 2014).
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat
pengerjaannya. Namun demikian, hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif 7
yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr, dan KCl yang
mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktif tidak mudah untuk
langsung dikempa. Selain itu, zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk
dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh).
Secara umum,sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah
sebagai berikut: a. alirannya baik, b. kompresibilitasnya baik, c. bentuknya kristal,
dan d. mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet
(Murtini dan Elisa, 2018).
Beberapa kekurangan penggunaan metoda cetak (kempa) langsung ini adalah
sebagai berikut: a. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara bahan
aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang
selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan bahan aktif di
dalam tablet. b. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa
langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan
proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan
mahal. c. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti
senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. d. Pada
kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran
dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu
(Murtini dan Elisa, 2018).

2.4 Komponen Tablet

6
2.4.1 Bahan Aktif
Bahan aktif didefinisikan sebagai komponen yang dimaksudkan untuk
memberikan aktivitas farmakologis atau efek langsung lain pada diagnosis,
pengobatan, peringanan, pengobatan atau pencegahan penyakit atau untuk
mempengaruhi struktur atau fungsi tubuh manusia atau binatang lain. Untuk
membuat sediaan tablet yang baik diperlukan data preformulasi zat aktif yang
meliputi stabilitas, organoleptik, sifat fisikokimia, dan data-data lain yang
menunjang. data tersebut dapat diperkirakan zat aktif yang cocok untuk
terbentuknya sediaan tablet yang baik dan memenuhi persyaratan. Jadi, dalam
pembuatannya harus diperhatikan apakah zat aktif yang digunakan bila dicampur
dengan zat tambahan tablet apakah nantinya akan terjadi perubahan warna,
meleleh, terurai, dan sebagainya (Murtini dan Elisa, 2018).
Pada pembuatan tablet Vitamin C jangan menggunakan Avicel, karena akan
mempercepat terjadinya oksidasi vitamin C. Gunakan mucilage dalam ruang
hampa udara/bisa juga dipakai Cetosel dalam alkohol/eksplotab/starch. Metoda
pembuatan adalah dengan metoda cetaklangsung, jangan menggunakan metoda
granulasi basah karena waktu hancurnya akan jelek. Yang baik gunakan Avicel
adalah selama tidak OTT dengan zat aktif (Murtini dan Elisa, 2018).
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan
rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih,
tidak berwarna, tidak berbau, dan mencair senyawa ini bersifat reduktor kuat dan
mempunyai rasa asam. Vitamin C sangat mudah larut dalam air sedikit larut
dalam alkohol dan tidak larut dalam benzene, eter, kloroform, minyak dan
sejenisnya . Vitamin C tidak stabil dalam larutan. Vitamin C mempunyai efek
sistemik dalam mensintesis kolagen, kolagen sangat penting pada kesehatan
tulang rawan, tulang, gigi, dan kulit (Nasution, 2017).

2.4.2 Bahan Pengisi


Penggunaan amilum sebagai bahan pengisi dan pengikat memiliki peranan
penting dalam pembuatan sediaan tablet. Namun demikian, pemanfaatan amilum
masih memberikan hasil kerapuhan dan kekerasan yang buruk pada tablet,
sedangkan persyaratan suatu sediaan tablet harus memiliki tingkat kerapuhan dan

7
kekerasan yang baik. Untuk memperbaiki hal itu maka dapat dilakukan modifikasi
fisika dengan pregelatinasi dan ko-proses terhadap amilum (Kelana, dkk., 2018).
Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa.
Bahan pengisi tablet yang umum adalah laktosa, pati, kalsium fosfat dibasa dan
selulosa mikrokristal. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet keseluruhan
ditentukan oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya (Syukri dkk., 2019).
Avicel dapat digunakan untuk cetak langsung, atau juga granulasi basah
tetapi sebagai pengisi. Jika Avicel tidak larut air dapat bertindak sebagai fasaluar
dan fasa dalam. Jika Avicel sebagai fasa luar, amilum kering dihilangkan sehingga
komposisi fase luarnya: Avicel 6%, Talk 1% (dikurangi), Mg Stearat 1%. Jika
Aerosil digunakan sebagai fasa luar, talk dikurangi karena telah berfungsi juga
sebagai glidan. Kombinasi Avicel dengan Primogel atau Avicel dan Starch 1500
dengan perbandingan 7 : 3 atau 3 : 1. Oleh karena Avicel memiliki
kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang baik, maka untuk memperbaiki
alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch 1500. Avicel dengan mucilage
amyli membentuk adonan lengket yang sukar digranulasi. Kadarnya sangat kecil,
perlu diajukan uji keseragaman kandungan (Murtini dan Elisa, 2018).

2.4.3 Bahan Pelicin


Ketiga jenis bahan ini dibicarakan bersama kerena memiliki fungsi yang
tumpeng tindih. Suatu pelincir diharapkan dapat mengurangi gesekan antara
dinding tablet dengan dinding die, pada saat tablet ditekan ke luar. Anti lekat
berfungsi untuk mengurangi melengket atau adhesi bubuk atau granul pada
permukaan punch atau dinding die. Pelicin berfungsi untuk memacu aliran serbuk
atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel. Sebagian
besar bahan-bahan yang disusun sebagai bahan pelincir juga berfungsi sebagai
anti lekat, kecuali bahan pelincir yang larut dalam air. Talk, magnesium stearat
dan kanji beserta derivat-derivat kanji mempunyai sifat-sifat anti lekat.
Bahanbahan yang digunakan sebagai pelican atau pemacu aliran adalah jenis talk,
tepung jagung atau koloid-koloid silika. Beberapa contoh bahan pelicin antara lain
adalah talkum, magnesium stearat dan lain sebagainya (Murtini dan Elisa, 2018).

8
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam
padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan
magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan tidak kurang dari 6,8% dan
tidak lebih dari 8,3% MgO. Magnesium stearat merupakan serbuk halus, putih,
berbau lemak, khas mudah melekat dikulit, bebas dari butiran. Kelarutan tidak
mudah larut dalam air, dalam etanol, dalam eter (Nasution, 2017).
Talkum adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
sedikit aluminium silikat. Berupa serbuk hablur sangat halus, putih, atau kelabu.
Talkum memiliki tiga keuntungan antara lain dapat berfungsi sebagai 10 bahan
pengatur aliran, bahan pelicin dan bahan pemisah hasil cetakan. Talkum
digunakan sebagai glidant pada proses pembuatan tablet sebagai bahan tambahan
(Nasution, 2017).

2.4.4 Bahan Pengembang


Pati adalah bahan serbaguna, murah dan mudah tersedia yang diperoleh dari
sumber terbarukan yang telah ditemukan aplikasi luas dalam tablet sebagai
pengikat, disintegran, pengencer, pelumas dan glidant. Bentuk asli pati memiliki
sifat aliran dan kompresi yang buruk tidak cocok untuk kompresi langsung.
Beberapa peneliti telah melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan alir
dan kompresibilitas pati dengan modifikasi agar dapat beradaptasi kompresi
langsung (Hartesi, dkk., 2020).
Pati asli tidak memiliki dua sifat yang diperlukan untuk membuat compact
yang baik, kekompakan, dan aliran. Telah banyak upaya untuk memodifikasipati
untuk meningkatkan sifat pengikatandanalirannya. Modifikasi pati yang diterima
secara luas dalam kompresi langsung adalah Starch 1500. Starch 1500 lebih cair
daripada pati biasa dan memenuhi spesifikasi pati yang telah dipelatinisasi
sebelumnya. Pati 1500 terdiri dari butiran pati utuh dan butiran pati pecah yang
telah dihidrolisis sebagian dan kemudian diaglomerasi. Ini memiliki kadar air
yang sangat tinggi (12–13%) (Niazi, 2009).
Amilum merupakan campuran dua macam struktur polisakarida yang
berbeda amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida, polimer yang
tersusun dari glukosa sebagai monomernya. Amilosa merupakan polimer tidak

9
bercabang yang bersama-sama dengan amilopektin menjadi komponen penyusun
pati. Pati yang digunakan sebagai pengikat adalah musilago amili 5-10%.
Tergantung pada jumlah panas yang digunakan, pati dapat terhidrolisis menjadi
dekstrin dan kemudian glukosa. Oleh karena itu, ketelitian dalam pembuatan
musilago amili diperlukan untuk menghasilkan perbandingan pati dan produk
hidrolisisnya konsisten dan benar, dan juga untuk pencegahan pengarangan
(Nasution, 2017).

2.4.5 Zat Tambahan


Bahan pewarna yang diijinkan sering ditambahkan pada formulasi tablet
untuk menambahkan nilai estetika atau untuk identitas produk. Penggunaan zat
warna dalam tablet mempunyai keuntungan, yaitu menutup warna obat yang
kurang baik, identifikasi hasil produksi, membuat suatu produk menjadi 10 lebih
menarik. Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet lainnya
yang ditujukan untuk larut di dalam mulut. Zat pemberi rasa yang larut dalam air
jarang digunakan dalam pembuatan tablet karena stabilitasnya kurang baik. Zat
pemberi rasa yang larut dalam minyak ditambahkan ke dalam pelarut untuk
granulasi tablet. Penggunaan pemanis dibatasi terutama pada tablet yang dikunyah
untuk mengurangi penggunaan gula di dalam tablet (Murtini dan Elisa, 2018).

2.5 Preformulasi Tablet


Preformulasi dapat juga dikatakan sebagai tahap awal dalam rangkaiaan
proses pembuatan sediaan farmasi yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat
aktif dimana dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu
bentuk sediaan farmasi (Murtini dan Elisa, 2018).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental
dilaboratorium. Dilakukan formulasi tablet, evaluasi masa kempa tablet asetosal
menggunakan pati kentang termodifikasi sebagai bahan pengisi pada pembuatan
tablet kempa langsung. Tahap kerja yang akan dilakukan meliputi yaitu
Pengumpulan bahan, evaluasi massa kempa yang akan dilakukan meliputi
(Organoleptis, Laju alir, Sudut istirahat, Kompresibilitas, Faktor hausner, Susut
pengeringan ,Distribusi ukuran partikel) kemudian pengempaan tablet dan

10
evaluasi sediaan tablet meliputi (Keseragaman bobot, keseragaman ukuran, Uji
kekerasan, Uji kerapuhan) (Hartesi, dkk., 2020).
Tujuan preformulasi untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi
formulator dalam mengembangkan bentuk sediaan yang stabil dan ketersediaan
hayati yang dapat di produksi dalam skala besar. Sediaan harus stabil,kompatibel,
tersedia hayati, dan dapat dibuat suatu cara yang ekonomis. Studi Preformulasi
awal mempelajari sifat fisik dan kimia senyawa dengan sasaran pemilihan
formulasi sediaan dalam komposisi yang optimal. Preformulasi merupakan tahap
awal dalam rangkaian proses pembuatan sediaan farmasi yang berpusat pada sifat-
sifat fisika kimia zat aktif serta interaksi dengan komponen lain yang dapat
mempengaruhi penampilan obat. Tujuan Preformulasi untuk menghasilkan
informasi yang berguna bagi formulator (Murtini dan Elisa, 2018).

2.5.1 Uji Sudut Diam


Selain kecepatan alir, sudut diam juga dapat ditentukan dengan pengujian
corong alir. Hasil yang didapatkan dikatakan baik karena sudut diam seluruh
formula kurang dari 30o. Sudut diam tidak terlalu berkorelasi dengan kecepatan
air. Sudut diam terendah yang menggambarkan sifat alir terbaik justru dimiliki
oleh serbuk yang mengalir paling lambat. Serbuk yang mengalir paling cepat
(formula I) justru memiliki sudut diam paling besar (Kelana, dkk., 2018).

2.5.2 Uji Waktu Alir


Waktu alir yang telah didapat digunakan untuk menentukan kecepatan alir.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa kecepatan alir dari seluruh formulasi
sangat bagus dan lebih dari 10 g/detik. Kecepatan alir akan mempengaruhi
kecepatan granul mengalir pada hopper menuju lubang die di dalam mesin kempa
tablet. Kecepatan alir yang tinggi diharapkan akan membuat bobot dan dosis
tablet yang dihasilkan lebih seragam (Kelana, dkk., 2018).

2.5.3 Uji Indeks Tap


Kerapatan granul dapat mempengaruhi kompresibilitas, porositas tablet,
kelarutan, dan sifat-sifat lainnya. Granul yang keras dan padat memerlukan

11
kompresi yang lebih besar untuk menghasilkan kohesi yang kompak, seperti tablet
yang berpenampilan dapat diterima yang bebas dari granul. Beban kompresi yang
tinggi sebaiknya mempunyai potensi untuk meningkatkan disintegrasi tablet dan
waktu melarut obat. Walaupun tabletnya segera hancur, makin keras, dan makin
rapat granul akan melarut lebih lambat. Kerapatan bulk adalah ukuran yang
digunakan untuk menyatakan segumpalan partikel. Volume gumpalan dapat
ditentukan dengan alat seperti gelas ukur yang ditancapkan di atas alat pengetuk
mekanik. Sejumlah berat tertentu ditambahkan ke dalam silinder dengan bantuan
corong. Volume awal dicatat, kemudian di ketuk-ketuk sampai tidak terjadi lagi
pengurangan volume. Kerapatan granul dapat berpengaruh (Murtini dan Elisa,
2018).

2.6 Evaluasi Tablet


2.6.1 Keseragaman Bobot
Pengujian keragaman ukuran dilakukan dengan pengukuran diameter dan
ketebalan tablet. Secara umum ukuran tablet seluruh formula, baik itu diameter
maupun ketebalan telah seragam, Ketebalan tablet dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu tekanan pada saat mencetak tablet, jumlah massa yang diisikan pada ruang
cetak tablet dan kerapatan massa tablet yang dicetak sedangkan diameter tablet
dipengaruhi oleh ukuran ruang cetak tablet. Keseragaman ukuran berhubungan
dengan laju alir, laju alir yang baik akan membuat granul lebih mudah melewati
perlintasan die (Hartesi, dkk., 2020).

2.6.2 Waktu Hancur


Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet menggunakan disintegration tester
(disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI adalah kecuali
dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut selaput.
Apabila, 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna menggunakan
alat waktu hancur yaitu disintegration tester (Ulfa dkk., 2018).

12
2.6.3 Kekerasan Tablet
Alat untuk menguji kekerasan tablet disebut hardness tester. Kekerasan
menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat proses
produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya adalah
memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah, kekuatan
minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg/cm3 . Alat yang digunakan pada uji
kekerasan adalah hardness tester (Murtini dan Elisa, 2018).

2.6.4 Fribialitas
Uji keregasan tablet merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami selama pengiriman dan penyimpanan. Prinsip kerja alat ini
dengan memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan
guncangan dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar pada kecepatan
25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada setiap putaran. Sejumlah tablet
ditimbang, diletakkan ke dalam alat friabilator, kemudian dijalankan sebanyak
100 putaran. Tablet itu kemudian dibersihkan (Murtini dan Elisa, 2018).

13
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
Alat-alat digunakan pada percobaan ini adalah Alu, ayakan mesh no. 12,
ayakan mesh no. 14, batang pengaduk, beaker glass 50 ml (Pyrex), brush tabung,
corong, Desintegration tester, Friability tester (Copley), gelasukur 25 ml
(Pyrex),gunting, hot plate (Nasipon), Hardness tester, kertas perkamen besar,
kertas perkamen kecil, lemari pengering, loyang, lumpang, mesin pencetak tablet
(Erveka), penjepit tabung, penggaris, pot plastik besar, serbet, spatel, spatula,
Strong bobb, sudip, timbangan analitik (Boeco Germany), tissue 250 lembar
(Passeo).

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah asam askorbat, amilum manihot, avicel ph 101,
talkum, mg stearat, orange crush.

3.3 Formula Lengkap


R/ Asam Askorbat 0,04 mg
Amilum Manihot 5 % + yellow q.s
Talkum 1%
Mg Stearat 1%
m.f dtd tab No C
Co-Processed
R/ Amilum Manihot 50 %
Laktosa 50 %
Zat Warna Yellow q.s

3.4 Rencana Kerja


Metode : Cetak Langsung
Diameter : 11 mm
Bobot Tablet :400 mg

14
Jumlah Tablet : 125 tablet
Jumlah Seluruh Tablet : 400 mg x 125 tablet = 50.000 mg = 50 gram

3.5 Perhitungan
Zat Berkhasiat : Asam Askorbat = 0,04 g x 125 tablet = 5 gr
5
Pengembang : Amilum Manihot = x 50 gr = 2,5 gram
100
Yellow lemon q.s
Pengikat :-
1
Pelicin : Talkum = x 50 gr = 0,5 gram
100
1
Mg. Stearat = x 50 gr = 0,5 gram
100
Pengisi : Co-Processed = 50 – (5 + 2,5 + 0,5 + 0,5)
= 50 – 8,5
= 41,5 gram

3.5.1 Perhitungan Co-Processed


50
Laktosa : x 41,5 gram =20,75 gram
100
50
Amilum Manihot : x 41,5 gram =20,75 gram
100

3.6 Prosedur Percobaan


3.6.1 Pembuatan Bahan Pengisi Co-Processed
Disiapkan alat dan bahan, disambungkan timbangan dengan stop kontak dan
dibersihkan timbangan dari sisa granul, dipastikan timbangan dalam keadaan
hidup kemudian di tare, dimasukkan wadah (perkamen) kemudian di tare kembali,
ditimbang laktosa 20,75 gram dan amilum manihot 20,75 gram, digerus bahan
pengisi dalam lumpang dengan alu, ditambahkan mucilago amyli dan
dihomogenkan sampai diperoleh massa yang kompak, ditambahkan zat warna
yellow sebanyak 3 tetes dan dihomogenkan hingga warna tercampur merata.
Diayak dengan mesh nomor 12, dikeringkan dilemari pengering pada suhu 40˚C-
60˚C selama satu hari, diayak granul kering dengan ayakan mesh nomor 14.

15
3.6.2 Pembuatan Granul Metode cetak langsung
Disiapkan alat dan bahan, disambungkan timbangan dengan stop kontak dan
dibersihkan timbangan dari sisa granul, dipastikan timbangan dalam keadaan
hidup kemudian di tare, dimasukkan wadah (perkamen) kemudian di tare kembali,
ditimbang zat aktif (asam askorbat) 5 gram, bahan pengembang (amilum manihot)
2,5 gram, bahan pelicin (mg stearat) 0,5 gram dan talkum sebanyak 0,5 gram,
bahan pengisi (co-processed) 41,5 gram. Diayak zat aktif (asam askorbat) dengan
mesh no 11, digerus bahan pengembang (amilum manihot) dalam lumpang,
dimasukkan zat aktif (asam askorbat), ditambahkan bahan pengisi (co-processed)
dan bahan pelicin (talcum dan mg stearat) ke dalam lumpang, dihomogenkan
semua bahan tersebut dengan menggunakan 2 sudip sampai homogen, ditimbang
berat granul, dilakukan uji preformulasi.

3.6.3 Prosedur Preformulasi Tablet dengan Metode Cetak Langsung


Ditimbang terlebih dahulu seluruh granul dan dicatat berat keringnya dan
kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji preformulasi tablet.

3.6.3.1 Uji Sudut Diam dan Waktu Alir


Dibersihkan terlebih dahulu corong alir. Dimasukkan granul ke dalam
corong alir yang ditutup bagian bawahnya. Dibuka penutup corong alir dan
dibiarkan granul mengalir. Kemudian ditutup penutup corong alir ketika seluruh
granul telah mengalir keluar. Diukur diameter dan tinggi granul untuk menghitung
sudut diam. Granul memenuhi syarat apabila sudut diam lebih besar dari 20˚ dan
lebih kecil dari 40˚. Dicatat pula waktu granul mengalir, di mana granul
memenuhi syarat apabila waktu alir tidak lebih dari 10 detik per 100 g granul.
Diulangi percobaan sebanyak 3 kali.

3.6.3.2 Uji Indeks Tap


Dimasukkan sejumlah granul ke dalam gelas ukur 25 cm, dipastikan
granul mencapai batas 25 cm. Ditutup gelas ukur sebelum menyalakan alat.
Dinyalakan alat/di-tapping sebanyak 20 kali. Setelah granul di-tapping 20 kali,

16
diberhentikan alat, lalu diukur indeks tap dengan menggunakan rumus indeks tap.
Diperhatikan batas atas dan batas bawah granul.Diulangi percobaan sebanyak 3
kali. Granul memenuhi syarat apabila nilai indeks tap tidak melebihi 20%.

3.6.4 Prosedur Uji Evaluasi


3.6.4.1 Uji Keseragaman Bobot
Dibersihkan tablet, diambil 20 tablet kemudian ditimbang. Ditentukan
bobot rata kemudian ditimbang satu-persatu. Dihitung deviasi dan diambil 3 berat
tablet yang berdeviasi tertinggi. Dengan syarat jika ditimbang satu-persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet menyimpang lebih besar dari kolom A. Tidak boleh satu
tablet pun lebih dari kolom B.

3.6.4.2 Uji Keseragaman Ukuran


Diambil 10 tablet kemudian diukur diameter dan ketebalan dari tablet
dengan menggunakan jangka sorong. Ditentukan rata-rata dan hitung deviasinya.

3.6.4.3 Uji Waktu Hancur


Dimasukkan 6 tablet pada masing-masing tabung di keranjang lalu
letakkkan 3 cakram penutun diatas 3 tablet (3 tabung dikeranjang), dan dijalankan
alat. Dicelupkan pada air dengan suhu 37°C (lebih kurang 1°C) dengan tinggi air
tidak boleh kurang dari 15 cm, sehingga tabung dapat dinaik turunkan teratur 30
kali permenit. Dilihat pada kedudukan tertinggi, bagian bawah keranjang masih
berada pada permukaan air dan pada kedudukan terendah bagian atas keranjang
berada dalam air. Dinyatakan tablet hancur jika tidak ada lagi tablet yang
tertinggal pada kawat kasa. Lalu dicatat waktu setiap tablet hancur. Dibersihkan
bila semua tablet telah hancur.

3.6.4.4 Uji Kekerasan Tablet


Dibersihkan alat terlebih dahulu, lalu hidupkan alat. Dibersihkan tablet dan
di masukkan tablet ke alat Hardness tester. Dimasukkan sebuah tablet diantara
anvil dan punch. Ditekan tombol “new size” untuk mengetahui diameter dari

17
tablet tersebut. Ditekan tombol “test” untuk mengetahui harga dari kekerasan
tablet. Lalu dilakukan percobaan untuk 5 tablet.

3.6.4.5 Friabilitas
Dibersihkan 20 tablet dari debu dan ditimbang yang merupakan berat awal
misalnya A gram. Kemudian dilakukan pengujian dengan memasukkan tablet
kedaam alat daengan putaran 100 kali selama 4 menit. Dikeluarkan tablet tadi,
dibersihkan dari debu dan ditimbang berat akhirnya, misalnya B gram.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Uji Formulasi
Pada formulasi tablet asam arkorbat dengan metode cetak langsung didapat :
- Berat bahan aktif = 8,5g
- Berat co-process = 41,5g
- Jumlah tablet yang tercetak = tablet

4.1.2 Hasil Uji Preformulasi


4.1.2.1 Sudut Diam
No. Tinggi (h = cm) Diameter (d = cm)
1 3 14
2 2,7 14
3 2,8 13
Rata-Rata 2,83 13,6
2h
Tg θ =
D
2 x 2,83
¿
13,6
θ = 22,59°
Kesimpulan : Berdasarkan uji sudut diam yang dilakukan, diperoleh hasil θ =
22,59°, dimana hasil yang didapat memenuhi syarat yaitu 20°< θ<40° maka uji ini
memenuhi syarat.

4.1.2.2 Uji Waktu Alir


No. Waktu Alir (detik)
1 4,77
2 4,8
3 4,75
Trata-rata 4,77

19
Trata-rata : 4,77 dimana bobot seluruh granul yaitu 101 g, maka talir<10,1 detik.
Kesimpulan : Uji waktu alir memenuhi syarat yaitu t = 4,77 dimana syarat waktu
alir yaitu kurang dari 10,1 detik.

4.1.2.3 Uji Kerapatan Serbuk (Indeks Tap)


No Bulk Density Tap Density
1 0,5448 0,5559
2 0,5536 0,5648
3 0,5132 0,5459
Rata-rata 0,5372 0,5555
Tap density
H1 = ×100 %
Bulk Density

0,5559
= ×100 %
0,5448
= 1,020
Tap density
H2 = ×100 %
Bulk Density
0,5648
= × 100 %
0,5536
= 1,020
Tap density
H3 = ×100 %
Bulk Density
0,5459
= ×100 %
0,5132
= 1,063
H 1+ H 2+ H 3
Rata-rata =
3
1,020+1,020+1,063
=
3
=1,034
Tapdensity −Bulk Density
Carr’s compressibility = ×100 %
Bulk Density
0,5555−0,5372
= × 100 %
0,5555
= 3,29%

20
Kesimpulan : Uji indeks tap menunjukkan hasil kerapatan serbuk yang baik
dengan rumus hausner, yaitu sekita 1,034 yang menunjukkan sifat serbuk
cenderung mudah mengalir. Rumus Carr’s compressibility menunjukkan bahwa
serbuk memiliki nilai 3,29%, yang menunjukkan bahwa serbuk memiliki sifat alir
yang baik.

4.1.3 Hasil Uji Evaluasi


4.1.3.1 Keseragaman Bobot
Pada uji evaluasi keseragaman bobot yang telah dilakukan setelah
menimbang bobot dari masing-masing 20 tablet, didapatkan hasil sebagai berikut :
No. Bobot (mg) Deviasi No. Bobot (mg) Deviasi
1 260 34,5 11 270 24,5
2 290 34,5 12 300 5,5
3 270 24,5 13 290 4,5
4 270 24,5 14 300 5,5
5 290 34,5 15 330 45,5
6 320 35,5 16 290 4,5
7 300 5,5 17 300 5,5
8 290 4,5 18 320 25,5
9 290 4,5 19 270 24,5
10 300 5,5 20 270 24,5
Berat 20 tablet = 5,89 g
berat seluruhnya 5,89 g
Berat rata-rata = = =294,5 mg
20 tablet 20
Deviasi = |berat satu tablet−berat rata−rata|
35,5
A1 = x 100% = 12,05%
294,5
34,5
A2 = x 100% = 11,71%
294,5
35,5
B1 = x 100% = 12,05%
294,5
Kesimpulan : Berdasarkan uji keseragaman bobot yang dilakukan, didapatkan
A1=12,05% dan A2=11,71% dimana tidak memenuhi syarat yaitu penyimpangan

21
tidak lebih dari 5% dan B1=12,05% dimana memenuhi syarat yaitu
penyimpangan tidak lebih dari 15% dengan bobot sampai dengan 300 mg.

4.1.3.2 Waktu Hancur


Pada uji evaluasi waktu hancur diperoleh hasil sebagai berikut :
No. Waktu
1 20 detik
2 2 menit
3 2 menit
4 35 detik
5 35 detik
6 1 menit
Rata-rata 1 menit 5 detik
Kesimpulan : Berdasarkan uji waktu hancur, didapatkan hasil rata rata waktu
kehancuran tablet yaitu 1 menit 5 detik. Hasilnya memenuhi syarat, yaitu 6 tablet
hancur dalam waktu kurang dari 15 menit.

4.1.3.3 Keseragaman Ukuran


Pada uji evaluasi keseragaman ukuran diperoleh hasil pengukuran
diameter dan tebal tablet adalah sebagai berikut :
No. Diameter (cm) Tebal (cm)
1 0,87 0,46
2 0,87 0,47
3 0,87 0,47
4 0,86 0,46
5 0,87 0,47
6 0,87 0,46
7 0,87 0,48
8 0,87 0,48
9 0,87 0,48
10 0,87 0,47
Rata-rata 0,869 0,468

22
Syarat : 4/3T ≤ D ≤ 3T
4/3 (0,468) ≤ D ≤ 3 (0,468)
0,624 ≤ D ≤ 1,404
Kesimpulan : Berdasarkan uji keseragaman bobot yang dilakukan, didapatkan
rata-rata diameter tablet sebesar 0,869 cm, dimana hasil ini memenuhi syarat yaitu
0,624 < D < 1,404.

4.1.3.4 Kekerasan Tablet


Pada uji kekerasan tablet yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
No. Kekerasan (kg)
1 1,54
2 0,75
3 1,57
4 2,55
5 0,73
Rata-rata 1,428
Kesimpulan : Berdasarkan uji kekerasan tablet yang dilakukan, didapatkan rata-
rata kekerasan tablet 1,428 g, dimana hasil yang diperoleh tidak memenuhi syarat
yaitu 4-8 kg.

4.1.3.5 Friabilitas
A = 6,58 g
B = 6,46 g
A−B
Maka friabilitas tablet = x 100%
A
6,58 g−6,46 g
= x 100%
6,58 g
0,12 g
= x 100%
6,59 g
= 1,82 %

23
Kesimpulan : Berdasarkan uji friabilitas yang dilakukan, diperoleh hasil 1,82%.
Hasil uji ini tidak memenuhi persyaratan, dimana syarat uji friabilitas adalah
≤0,8%.

4.2 Pembahasan
Tablet adalah sediaan padat yang berisi zat aktif dan bahan tambahan
yang sesuai, yang dibuat menjadi tablet dengan cara kempa atau cetak.
Metode kempa merupakan metode yang lebih popular dibandingkan metode
cetak. Metode kempa dilakukan dengan mengempa serbuk atau granul dengan
tekanan tinggi dengan mesin tablet menggunakan cetakan yang disebut
punchesdan dies. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bobot, bentuk
dan logo di permukaannya, tergantung pada desain punchesdan dies
(Sulaiman dan Sulaiman, 2020).
Metode kempa langsung (direct compression/DC) merupakan cara paling
sederhana untuk memproduksi sediaan tablet. Metode ini hanya membutuhkan
bahan aktif dicampur dengan benar dengan eksipien yang tepat sebelum
kompresi. Terlepas dari kesederhanaan formulasi dan pembuatan,
keuntungan utama dari kompresi langsung adalah: pengurangan biaya, tenaga
kerja dan biaya energi untuk pembuatan dan penghindaran air untuk
granulasi untuk zat obat yang peka terhadap air. Faktor yang paling utama
dalam pemilihan metode kempa langsung sifat alir dan kompresibilitas dari zat
aktif. Zat aktif dengan dosis atau kekuatan yang besar, maka sifat alir
ditentukan oleh sifat zat aktif sendiri. Zat aktif dengan dosis kecil, maka
sifat campuran secara keseluruhan ditentukan oleh bahan tambahan
(Sulaiman dan Sulaiman, 2020).
Dalam percobaan kali ini, dilakukan pembuatan co-process, campuran bahan
zat aktif dan zat tambahan yang akan dicetak menjadi tablet dengan metode cetak
langsung. Bahan zat aktif yang digunakan merupakan asam askorbat, yaitu sebuah
vitamin larut air yang dibutuhkan oleh tubuh. Asam askorbat memiliki berbagai
khasiat, diantaranya membantu tubuh memproduksi kolagen. Bentuk serbuk dari
asam askorbat tidak memiliki kealiran dan lubrikasi yang cukup baik. Asam
askorbat juga merupakan obat dengan dosis yang tinggi, hingga jumlah eksipien

24
yang ditambah harus diawasi. Maka karena itu, digunakan laktosa dan amilum
manihot sebagai bahan pengisi (Jagtap, dkk., 2012).
Pada pemeriksaan waktu alir granul co-process, didapatkan median waktu
4,77 detik, yaitu sesuai dengan ketentuan bahwa waktu alir harus lebih kecil dari
sepersepuluh dari total berat granul co-process. Demikian juga dengan uji sudut
diam granul, yaitu didapatkan sudut diam 22,59 derajat, yang sesuai dengan
ketentuan < 30 derajat, yang menandakan bahwa granul dapat beralir dengan
bebas dan baik. Semakin besar konsentrasi mucilago maka akan semakin lama
waktu alirnya, dan demikian juga dengan sudut diam. Hal ini dikarenakan
kecepatan alir granul pada konsentrasi besar lebih lambat karena granul lebih
lembab dibandingkan dengan pada konsentrasi rendah (Fadhilah dan Saryanti,
2019).
Pada evaluasi tablet dilakukan uji keseragaman bobot, uji waktu hancur, uji
kekerasan tablet, dan uji friabilitas. Pada percobaan uji keseragaman bobot
didapat hasil A1 = B1 = 12,05% dan A2 = 11,71% yang tidak memenuhi syarat
dimana 2 tablet tidak lebih besar dari kolom A (5%) dan tidak boleh 1 pun tablet
lebih besar dari kolom B (10%). Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi yaitu
ketelitian penimbangan granul dan keseragaman pengisian ke die tablet yang
berkaitan dengan jumlah bahan yang dimasukkan ke dalam cetakan (Rusdiah dkk,
2021).
Uji waktu hancur yang didapat adalah kurang dari 15 menit. Hal ini sesuai
dengan literatur bahwa waktu hancur yang tertera untuk tablet tidak bersalut
kurang dari 15menit. Uji kekerasan tablet yang didapat 1,428 kg. Hasil dari
pengujian ini tidak memenuhi syarat yaitu kekerasan tablet 4-8 kg. Uji Friabilitas
yang didapat 1,82% dimana hasil tersebut tidak memenuhi syarat karena
seharusnya tidak lebih 0,8%. Hal ini dapat terjadi karena konsentrasi pengikat.
Kerapuhan tablet dipengaruhi oleh konsentrasi pengikat, tablet dengan konsentrasi
pengikat yang besar memiliki tingkat kerapuhan yang kecil, begitupun sebaliknya
tablet dengan konsentrasi pengikat yang rendah akan memiliki kerapuhan yang
lebih besar (Rusdiah dkk, 2021).

25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
 Tablet asam askorbat dibuat dengan metode cetak langsung karena asam
askorbat berbentuk kristal/ butir-butir granul dan tidak tahan panas dan
lembab.
 Hasil uji preformulasi tablet asam askorbat yaitu uji sudut diam memenuhi
syarat dengan θ=22,59˚ (syarat 20˚<θ<40˚), uji waktu alir memenuhi syarat
dengan t alir=4,77 s (syarat t alir<10,1 s untuk 101 gram), dan uji kerapatan
serbuk dengan Carr,s Compressibility didapat 3,29 % yang menunjukkan
sifat alir granul yang sangat baik dan dengan rumus hausner didapat 1,034
yang menunjukkan sifat serbuk cenderung mudah mengalir.
 Hasil uji evaluasi tablet asam askorbat yaitu uji keseragaman bobot tidak
memenuhi syarat dengan A1=12,05%, A2=11,71%, B1=12,05% (syarat
tidak boleh lebih dari 2 tablet menyimpang lebih besar dari kolom A (7,5%)
dan tidak boleh satu tablet pun menyimpang lebih besar dari kolom B
(15%), uji keseragaman ukuran memenuhi syarat dengan D = 0,869 ( syarat
4/3T≤ D ≤ 3T = 0,624 ≤ 0,896 ≤ 1,409), uji waktu hancur memenuhi syarat
dengan t hancur=1 menit 5 detik (syarat t hancur<15 menit untuk 6 tablet
biasa), uji kekerasan tablet tidak memenuhi syarat dengan kekerasann=1,428
kg (syarat kekerasan=4-8 kg), dan uji friabilitas tidak memenuhi syarat
dengan friabilitas=1,82% (syarat friabiltas<0,8%).

5.2 Saran
 Sebaiknya pada percobaan selanjutnya digunakan zat aktif lain seperti Ca
laktat.
 Sebaiknya pada percobaan selanjutnya digunakan bahan pengisi lain seperti
Sta-Rx.

26
DAFTAR PUSTAKA

Apeji, Y. E., Oyi, A. R., Musa, H. 2011. Formulation and Evaluation of Ascorbic
Acid Tablets by Direct Compression Using Microcristallyne Stratch as a
Direct Compression Excipient. Original Research Article. Vol.4(3).
Halaman 114.
Edy, H. J., dan Mansauda, K.L.R. 2019. Teknologi dan Formulasi Sediaan Padat.
Jawa Tengah: Lakeisha. Halaman 9 dan 11.
Fatmawaty, A., dkk. 2015. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta: Deepublish
Publisher. Halaman 145-147.
Fadhilah, I. N., dan Saryanti, D. 2019. Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan
Tablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.) Secara Granulasi
Basah. Smart Medical Journal. Vol. 2(1). Halaman 25-31.
Geneva. 2006. The International Pharmacopoeia Fourth Edition. Singapore:
World Health Organization. Halaman 963.
Hartesi, B., Sutrisno, D., Chairani, S dan Ariska, P. 2020. Formulasi tablet
Asetosal Menggunakan Metode Kempa Langsung Dengan Bahan Pengisi
Pati Kentang Pregelatinasi. Journal of healthcare technology and medicine.
Vol 6 (1). Halaman 149-151.
Jagtap, S., Amrita, B., Rina, M., dan Jain, D. 2012. Development of Directly
Compressible Ascorbis Acid Tablet Using Novel Excipients. J Adv Sci Res.
Vol. 3(3). Halaman 15-24.
Kelana, A. S., Kusuma, A. P., & Indrati, O. (2018). Formulasi dan Evaluasi Tablet
Kaptopril Menggunakan Amilum Umbi Talas dan HPMC yang
Dimodifikasi Sebagai Pengisi dan Pengikat Metode Kempa Langsung.
Eksakta: Jurnal Ilmu-ilmu MIPA, p. ISSN. Vol 12(1) : 1411 – 1417.
Murtini, G. 2016. Farmasetika Dasar. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Halaman 28.
Murtini, G., dan Elisa, Y . (2018). Teknologi Sediaan Solid. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI. Halaman 3, 127-129, 133-134, 159-162.
Nasution, K. 2017. Pembuatan Tablet Hisap Vitamin C menggunakan Kombinasi
Laktosa dan Dekstrin secara Cetak Langsung. Fakultas Farmasi Universitas

27
Sumatera Utara. Skripsi. Halaman 12-15, 21-22.
Niazi, S. K. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations
Compressed Solid Products. USA : Informa Healthcare. Halaman 76, 170.
Parfati, N., dan Rani, K. C. 2018. Sediaan Tablet Orodispersibel. Surabaya:
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya. Halaman 11-12.
Rusdiah., Nurhayati, G. S., dan Stiani, S. N. 2021. Formulasi Dan Evaluasi
Sediaan Tablet Dari Esktrak Etanol Daun Katuk (Sauropus
Androgynusmerr.) Dengan Menggunakan Metode Granulasi Basah. J-
medSains. 1(1): 45-65.
Safitri, N., Gusmauadi, I., dan Muchlifah, W. 2014. Pengaruh kenaikan kadar
gelatin sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet ekstrak akinase
(Echinaceae purpurea Herb.) secara Granulasi basah. Jurnal prospek
Farmasi Indonesia. Vol. 1(1) : 23.
Sulaiman, T. N. S., dan Sulaiman, S. 2020. Review: Eksipien Untuk Pembuatan
Tablet Dengan Metode Kempa Langsung. JPS. Vol. 3(2). Halaman 64-76.
Syukri, Y., dkk. 2019. Formulation of Chlorpheniramine Maleate Tablets using
Co-Processed Excipient as a Filler and Binder. Jurnal Farmasi Sains dan
Komunitas. Vol (16). No (1). Halaman 29.
Ulfa, A. M., Nofita, Azzahra, D. 2018. Analisa Uji Kekerasan, Kerapuhan Dan
Waktu Hancur Asam Mefenamat Kaplet Salut Generik Dan Merek Dagang.
Jurnal Farmasi Malahayati. Vol. 1(2). Halaman 62, 64-65.
Widodo, F., Puspita, E. O., Adianingsih, O. R., dan Sobah, N. 2019. Petunjuk
Praktikum Teknologi Sediaan Solid. Malang : Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. Halaman 7.
Zaman, N. N., Sopyan, I. 2020. Metode Pembuatan dan Kerusakan Fisik Sediaan
Tablet. Majalah Farmasetika. Halaman 87.

Medan, 15 Maret 2023


Asisten Praktikan

28
(Azanatasya Br. Sihaloho) (Kelompok 4 Jumat)

29
LAMPIRAN

Lampiran 1. Flowsheet
1.1 Pembuatan Tablet dengan Metode Cetak Langsung

Asam Askorbat = Amilum Manihot Talkum = Mg stearate Co-proccesed


0,04 g = 2,5 g 0,5 g = 0,5 g = 41,5g

- ditimbang bahan terlebih dahulu


- digerus bahan pelican (Mg stearat dan
talkum) hingga homogen di lumpang
(massa 1)
- diayak asam askorbat dengan ayakan
mesh no. 14
- digerus amilum manihot dalam
lumpang
- dimasukkan asam askorbat dan massa 1
- dihomogenkan dengan sudip
- dimasukkan Co-processed kedalam
lumpang, lalu dihomogenkan kembali
dengan sudip
- dilakukan uji preformulasi
- dicetak massa menjadi tablet

Granul Kering

30
1.2 Uji Preformulasi
1.2.1 Uji Sudut Diam
Granul Asam Askorbat
(vitamin c)

- Dibersihkan terlebih dahulu corong alir


- Dimasukkan granul ke dalam corong alir yang
ditutup bagian bawahnya.
- Dibuka penutup corong alir dan dibiarkan
granul mengalir.
- ditutup penutup corong alir ketika seluruh
granul telah mengalir keluar.
- Diukur diameter dan tinggi granul untuk
menghitung sudut diam
Hasil : didapatkan sudut diam
sebesar 22,59 0. Hal ini sudah
memenuhi syarat sudut diam
yaitu 200<0<40 0.

31
1.2.2 Uji Waktu Alir

Granul kering asam askorbat


(vitamin C)

- Dibersihkan corong dengan kuas


- Diletakkan dibawah corong kertas milimeter
- Dimasukkan granul kering, lalu dibuka penutup
bawah corong
- Dialirkan hingga granul mengalir
- Ditentukan waktu alir mulai dari granul mengalir
sampai granul mengalir keluar
- Diukur diameter granul dan tinggi tumpukan
menggunakan penggaris
Hasil : didapatkan waktu alir granul
sebesar 4,77 detik. Hal ini waktu alir
sudah memenuhi syarat waktu alir <10
detik per 100 g granul.

32
1.2.3 Uji Indeks Tap

Granul kering asam


askorbat (Vitamin C)
- Dimasukkan sejumlah granul ke dalam
gelas ukur 25 cm
- Dipastikan granul mencapai batas 25
cm.
- Ditutup gelas ukur sebelum menyalakan
alat
- Dinyalakan alat/di-tapping sebanyak 20
kali.
- Diberhentikan alat setelah granul di-
tapping 20 kali, lalu diukur indeks tap
dengan menggunakan rumus indeks tap
- Diperhatikan batas atas dan batas bawah
granul
- Diulangi percobaan sebanyak 3 kali.

Hasil : didapatkan hasil indeks tap dengan rumus


Hausner sebesar 1,034. Hal ini menunjukkan sifat
serbuk cenderung mudah mengalir; dengan rumus
Car’s Compressibility yaitu sebesar 3,29% yang
menunjukkan sifat alur granul mudah memgalir.

33
1.3 Uji Evaluasi Tablet
1.3.1 Uji Keseragaman Bobot

20 tablet Paracetamol

- Dibersihkan alat dan tablet


- Ditara kertas perkamen
- Ditimbang bobot 20 tablet
- Ditentukan bobot rata-rata tablet
- Ditimbang tablet satu-persatu
- Dimatikan timbangan dan dibersihkan kembali
- Dihitung deviasi dan diambil 3 tablet dengan deviasi tertinggi

A1= 12,05%; A2= 11,91%; B1= 12,05 %

1.3.2 Uji Keseragaman Ukuran

10 tablet Paracetamol

- Diukur diameter dan ketebalannya menggunakan jangka


sorong
- Ditentukan rata-rata dan standar deviasinya

T = 0,468
D = 0,864

34
1.3.3 Uji Waktu Hancur
6 tablet Paracetamol

- Diisi beaker glass dengan air bersuhu 37℃, diletakkan dibawah


keranjang
- Diletakkan beaker glass ke dalam alat
- Dimasukkan satu persatu tablet pada tabung keranjang
- Dimasukkan cakram penuntun
- Dimasukkan tabung keranjang ke dalam alat
- Dijalankan alat
- Dipause alat untuk melihat tablet yang hancur dan dicatat waktunya
- Dijalankan kembali alat jika terdapat tablet yang belum hancur
- Dibersihkan dan dimatikan alat
Waktu hancur rata-rata = 1 menit 5 detik

1.3.4 Uji Kekerasan Tablet

1 tablet Paracetamol

- Dibersihkan alat
- Dimasukkan tablet ke alat Hardness tester
- Ditekan tombol “new size” untuk mengukur diameter lalu
tekan
tombol “test” untuk mengetahui kekerasannya
- Ditunggu hingga muncul hasil pada layar
- Dicatat hasil yang terlihat pada alat
Kekerasan rata - rata = 1,428 kg

35
1.3.5 Uji Friabilitas

20 tablet Paracetamol

- Dibersihkan alat dan tablet


- Dimasukkan 20 tablet ke dalan alat
- Dihidupkan alat
- Diatur putaran menjadi 100 putaran dan kecepatan rotasi 25 ppm
selama 4 menit
- Dijalankan alat
- Dikeluarkan tablet
- Diambil tablet yang masih utuh dan dibersihkan
- Dibersihkan dan dimatikan alat
- Ditimbang tablet yang masih utuh
- Dihitung friabilitas tablet

% Kehilangan berat = 1,82%

36

Anda mungkin juga menyukai